Oleh
Rizka Agustine W, S.Kep.
NIM 132311101041
1. Kasus : TB Paru
2. Proses terjadinya masalah
a. Pengertian
Tuberkulosis atau TB paru adalah suatu penyakit menular yang paling sering mengenai
parenkim paru, biasanya disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. TB paru dapat
menyebar ke setiap bagian tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe
(Smeltzer&Bare, 2015). Selain itu TB paru adalah penyakit yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, yakni kuman aerob yang dapat hidup terutama di paru atau di
berbagai organ tubuh lainnya yang mempunyai tekanan parsial oksigen yang tinggi (Tabrani
Rab, 2010). Pada manusia TB paru ditemukan dalam dua bentuk yaitu: (1)tuberkulosis
primer: jika terjadi pada infeksi yang pertama kali, (2) tuberkulosis sekunder: kuman yang
dorman pada tuberkulosis primer akan aktif setelah bertahun-tahun kemudian sebagai
infeksi endogen menjadi tuberkulosis dewasa (Somantri, 2009)
b. Penyebab
TB paru disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis yang dapat ditularkan
ketika seseorang penderita penyakit paru aktif mengeluarkan organisme. Sumber utama
penularan adalah orang dewasa dengan TBC paru dengan sputum positif (Mycobacterium
tuberculosis), dan susu dari hewan yang terinfeksi (Mycobacterium bovis).
c. Patofisiologi
Infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung
kuman kuman basil tuberkel yang berasal dari orang-orang yang terinfeksi. Basil tuberkel
yang mencapai permukaan alveolus biasanya di inhalasi sebagai unit yang terdiri dari satu
sampai tiga basil. Setelah berada diruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas paru-
paru atau dibagian atas lobus bawah, basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.
Leukosit polimorfonuklear tampak didaerah tersebut dan memfagosit bakteria namun tidak
membunuh organisme ini. Sesudah hari-hari pertama leukosit akan digantikan oleh
makrofag. Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul
gejala pneumonia akut. Pneumonia seluler akan sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak
ada sisa atau proses akan berjalan terus dan bakteri akan terus difagosit atau berkembang
biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju kelenjar getah bening
regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu
sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limposit. Reaksi ini butuh
waktu 10-20 hari.
Nekrosis pada bagian sentral menimbulkan gambaran seperti keju yang biasa disebut
nekrosis kaseosa. Daerah yang terjadi nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi disekitarnya
yang terdiri dari sel epiteloid dan fibroblast menimbulkan respon yang berbeda.Jaringan
granulasi menjadi lebih fibrosa membentuk jaringan parut yang akhirnya akan membentuk
suatu kapsul yang mengelilingi tuberkel.
Lesi primer paru dinamakan fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjar getah
bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Respon lain yang dapat terjadi
didaerah nekrosis adalah pencairan dimana bahan cair lepas kedalam bronkus dan
menimbulkan kavitas. Materi tuberkel yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk
kedalan percabangan trakeobronkhial. Proses ini dapat terulang lagi kebagian paru lain atau
terbawa kebagian laring, telinga tengah atau usus.
d. Tanda dan Gejala
1. Berat badan turun atau tidak naik dalam 2 bulan sebelumnya atau terjadi gagal tumbuh
(failure to thrive) meskipun telah diberikan upaya perbaikan giziyang baik dalam waktu
1-2 bulan
2. Demam lama (≥2 minggu) dan/atau berulang tanpa sebabyang jelas (bukan demam
tifoid, infeksi saluran kemih, malaria dan lain-lain). demam umumnya tidak tinggi,
keringat malam saja nbukan meruapak gejala spesifik TB pada anak apabila tidak
disertai dengan gejala umum lainnya
3. Batuk lama ≥2 minggu, batuk bersifat non remitting (tidak pernah reda atau intensitas
semakin lama semakin parah) dan sebab lain batuk telah dapat disingkirkan. Batuk tidak
membaik dengan pemberian antibiotika atau obat asma (sesuai indikasi)
4. Lesu atau malaise, anak kurang aktif bermain.
e. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan Bakteriologis
Pemeriksaan Bakteriologis adalah pemeriksaan yang penting utuk menetukan diagnosa
TB, baik pada naak maupun dewasa. Pemeriksaan sputum pada anak terutama dilakukan
pada anak diatas usia 5 Tahun.
Cara mendapatkan sputum pada anak:
a) Berdahak
b) Bilas Lambung
Bilas lambung dengan NGT dapat dilakukan pada anak yang tidak mengeluarkan
dahak. Dianjurkan spesimen dikumpulkan minimal 2 hari berturut-turut pada pagi
hari.
c) Induksi Sputum
2. Pemeriksaam Penunjang
a) Uji tuberkulin
b) Foto Thoraks
c) Pemeriksaan Hispatologi (PA)
3. Sistem Skor
f. Penanganan
1. Obat anti tuberculosis (OAT)
Anak umumnya memiliki jumlah kuman yang lebih sedikit sehingga rekomendasi
pemberian 4 macam OAT pada fase intensif hanya diberikan pada anak dengan BTA
positif, TB berat dan TB tipe dewasa. Terapi TB pada anak dengan BTA
negatifmenggunakan panduan INH, rifampisin, dan pirazinamid pada fase inisial (2
bulan pertama) diikuti rifampisin dan INH pada 4 bulan selanjutnya.
Batuk, bersin
Mycobacterium menetap/dormant
Membentuk sarang TB
Premonia Kecil/sarang
primer
Iritasi
Menyebabkan perkejuan
infiltrasi pleura
Peradangan pada
bronkus
Terjadi gesekan inspirasi dan Mengganguu difusi
eksperasi dan perfusi O2 dan
Malaise Akumulasi CO2
sekret
Nyeri akut
Anoreksia Resiko gangguan
Ketidakefektifan pertukaran gas
Bersihan jalan
napas Kelemahan
Nutrisi kurang
dari
kebutuhan
tubuh
Pelepasan Intoleransi
Prostaglandin aktifitas
Menggeser set
point Thermostsat
Peningkatan Suhu
Tubuh
Hipertermia
b. Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
Pengkajian
1. Identitas
identitas pasien : nama tempat tanggal lahir, usia, agama, jenis kelamin, juga
identitas orangtuanya yang meliputi : nama orangtua, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Riwayat Kesehatan
a) Keluhan utama
Pasien mengeluhkan sesak nafas dan batuk
b) Riwayat Penyakit dahulu
1) Penyakit waktu kecil
Penyakit yang pernah diderita (riwayat batuk yang lama dan benjolan bisul pada
leher serta tempat kelenjar yang lainnya dan sudah diberi pengobatan antibiotik
tidak kunjung sembuh. riwayat berobat tapi tidak sembuh, riwayat berobat tapi
tidak teratur)
2) Pernah di rawat di Rumah Sakit
Riwayat sakit yang dialami di waktu kecil sampai membuat pasien dirawat
dirumah sakit, jika ia, apakah keadaannya parah atau seperti apa.
3) Obat-obatan yang pernah digunakan
Obat-obatan yang pernah diberikan sangat penting untuk diketahui, agar kerja
obat serta efek samping yang timbul dapat di ketahui. Pemberian antibiotik
dalam jangka panjang perlu diidentifikasi.
4) Tindakan (operasi)
Riwayat melakukan tindakan operasi, bagian dan penyebabnya.
5) Alergi
riwayat alergi terhadap obat-obatan, udara atau makanan.
6) Imunisasi
Riwayat imunisasi pada pasien
c) Riwayat kesehatan keluarga
Keluarga memiliki riwayat penyakit TB paru
3. Pemeriksaan fisik
a) Keadaan umum : pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang berobat sering
ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus dan tidak bergairah
b) Tanda-tanda vital : sering demam walaupun tidak terlalu tinggi, demam dapat lama
atau naik turun, nafas cepat dan pendek, saat badan demam atau panas biasanya
tekanan nadi anak menjadi tachicardi.
c) Antropometri
Mengukur lingkar kepala, lengan, dada dan panjang badan serta berat badan.
d) Pemeriksaan fisik
1) Kepala : kaji bentuk kepala, kebersihan rambut
2) Mata : kaji bentuk mata, konjungtiva, sklera, pupil
3) Hidung : terdapat cuping hidung atau tidak, ada penumpukkan sekret atau tidak,
simetris tidak.
4) Mulut : kaji kebersihan mulut, apakah ada stomatitis, gigi yang tumbuh
5) Telinga : kaji kebersihan telinga, bentuk sejajar dengan mata, ada cairan atau
tidak, uji pendengaran anak
6) Leher : Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla, inguinal dan
sub mandibula.
7) Dada :
- Batuk: terjadi karena adanya iritasi pada bronkus; batuk ini membuang/
mengeluarkan produksi radang, dimulai dari batuk kering sampai batuk
purulen (menghasilkan sputum).
- Sesak nafas: terjadi bila sudah lanjut, dimana infiltrasi radang sampai
setengah paru.
- Nyeri dada: ini jarang ditemukan, nyeri timbul bila infiltrasi radang sampai ke
pleura.
- Ronchi basah, kasar dan nyaring.
- Hipersonor bila terdapat kavitas yang cukup dan pada auskultasi memberi
suara limforik.
- Atropi dan retraksi interkostal pada keadaan lanjut dan fibrosis.
- Bila mengenai pleura terjadi efusi pleura (perkusi memberikan suara pekak)
8) Perut : kaji bentuk perut, bising usus
9) Ekstermitas : kaji kekuatan ekstermitas atas dan bawah, apakah ada kelemahan
10) Kulit : Pembesaran kelenjar biasanya multipel.
- Benjolan/pembesaran kelenjar pada leher (servikal), axilla,
- inguinal dan sub mandibula. Kadang terjadi abses.
11) Genetalia : kaji apakah ada disfungsi pada alat genitalia, kaji bentuk, skrotum
sudah turun atau belum, apakah lubang ureter ditengah.
4. Pemeriksaan tingkat perkembangan
5. Ketidakseimbangan nutrisi Intake nutrisi klien akan 1. Ukur dan catat berat badan pasein 1. BB menggambarkan status gizi
kurang dari kebutuhan seimbang dan sesuai 2. Kolaborasi tentang pemberian diet pasien
tubuh berhubungan dengan dengan kebutuhan tubuh pada pasien 2. Sebagai masukan makanan sedikit-
dispnea, kelamahan, efek klien dalam 3 x 24 jam 3. Anjurkan pasien makan sedikit tapi sedikit dan mencegah muntah
samping obat, produksi setelah perawatan sering 3. Sebagai alternatif pemenuhan
sputum dan anoreksia, mual dengan kriteria hasil 4. Jelaskan kepada keluarga tentang nutrisi pasien
muntah. 1. BB sesuai dengan pentingnya pemenuhan nutrisi 4. Menambah pengetahuan keluarga
berat badan ideal 5. Jelaskan kepada keluarga tentang 5. Meningkatkan pemahaman
2. Intake nutrisi penyebab malnutrisi, kebutuhan keluarga tentang penyebab dan
meningkat nutrisi pemulihan, susunan menu dan kebutuhan nutrisi untuk pemulihan
pengolahan makanan sehat klien sehingga dapat meneruskan
seimbang, tunjukkan contoh jenis upaya terapi diet yang telah
sumber makanan ekonomis sesuai diberikan selama hospitalisasi.
status sosial ekonomi klien. 6. Roborans, meningkatkan nafsu
6. kolaborasi pemberian roboransia makan, proses absorbsi dan
sesuai program terapi. memenuhi defisit yang menyertai
keadaan malnutrisi.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek, et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC), Edisi Keenam Bahasa Indonesia.
Oxford: Elsevier
Corwin, E. J. 2007. Buku Saku Patofisiologi, Ed. 3; Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti. Jakarta: EGC.
NANDA. 2015. Diagnosa Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017, Edisi 10. Jakarta: EGC.
Moorhead, et al. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC), Edisi Keenam Bahasa Indonesia.
Oxford: Elsevier.
Muscari, M. E. 2005. Panduan Belajar: Keperawatan Pediatrik; Alih Bahasa, Aifrina Hany.
Jakarta: EGC.