PENDAHULUAN
Kanker adalah salah satu penyakit yang banyak menimbulkan kesengsaraan dan
kematian pada manusia. Diperkirakan, kematian akibat kanker di dunia mencapai 4,3 juta per
tahun dan 2,3 juta diantaranya ditemukan di negara berkembang. Di Indonesia di perkirakan
terdapat 100 penderita kanker baru untuk setiap 100.000 penduduk per tahun nya. Prevalensi
penderita kanker meningkat dari tahun ke tahun akibat peningkatan angka harapan hidup,
Terdapat 600.000 kasus kanker payudara baru yang di diagnosis setiap tahunnya,
yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Data dari 24.700 kasus kanker payudara yang
tercatat di Surveilance Epidemiology and End Result (SEER) program dari national cancer
institute telah dimanfaatkan untuk memperkirakan harapan hidup 5 tahun (5 year survival
rate) para penderitanya. Survival rate berkisar antara 45,5% untuk tumor berdiameter > 5cm
dengan kelenjar aksila positif, sampai 96,3% untuk tumor kurang dari 2cm tanpa penjalaran
ke kelenjar. Makin besar diameter tumor, survival rate menurun tanpa tergantung dari ukuran
ataupun penjalaran kelenjar demikian juga makin banyak kelenjar getah bening yang terkena,
survival rate juga menurun tanpa tergantung diameter tumornya (Sjamsuhidjat, 2005).
Kanker payudara merupakan kanker terbanyak kedua sesudah kanker leher rahim di
Indonesia (Tjindarbumi, 2000). Sedangkan berdasarkan data Informasi rumah sakit (SIRS)
tahun 2007, kanker payudara menempati urutan pertama pada pasien rawat inap di seluruh
1
RS di Indonesia (16,85%), di susul kanker leher rahim (11,78%). Hal ini sama dengan
estimasi Globocan (IACR) tahun 2002, ditambahkan, kanker yang tertinggi yang di derita
wanita Indonesia adalah kanker payudara dengan kejadian 26 per 100.000 perempuan,
disusul kanker leher rahim dengan angka kejadian 16 per 100.000 perempuan (Anonim,
2010). Selain jumlah kasus yang banyak, lebih dari 70% penderita kanker payudara di
Pengobatan kanker pada stadium lanjut sangat sukar dan hasilnya sangat tidak
memuaskan. Pengobatan kuratif untuk kanker umumnya operasi, kemoterapi, dan radiasi.
Informasi tentang faktor-faktor ketahanan hidup merupakan manfaat yang besar. Bukan
hanya untuk peningkatan penanganan penderita kanker payudara, tapi juga untuk
memberikan informasi yang cukup kepada masyarakat tentang kanker payudara dan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Embriologi
Dalam embrio manusia, payudara pertama dikenal sebagai “milk atreak” dalam
sekitar minggu keenam perkembangan fetus. Selama bulan kedua kehamilan, dua berkas
lapisan tebal ectoderm muncul pada dinding depan tubuh yang dikenal sebagai tunas susu.
Terbentang bilateral dari axilla ke vulva dan dikenal sebagai garis susu atau “mammary
ridge”. Dua berkas ini adalah milk line dan melambangkan jaringan kelenjar mamma yang
potensial (gambar 1.1). Pada manusia, hanya bagian pectoral dari berkas ini yang akan
jaringan payudara yang tersisa atau bahkan fungsional dapat muncul dari bagian lain dari
epidermis, yang terbungkus dalam fascia yang berasal dari dermis, dan fascia superficial dari
permukaan ventral dada. Puting susu sendiri merupakan suatu proliferasi lokal dari stratum
spinosus epidermis
Gambar 1.1. A. Milk line dari embrio mamalia secara umum, kelenjar mamma terbentuk sepanjang garis ini. B.
Tempat umum terbentuknya kelenjar mamma atau supernumerary nipples pada manusia (De jong,
2005).
3
Gambar 1.2. Pembentukan payudara. A-D : stadium pembentukan kelenjar dan sistem duktus berasal dari
epidermis. Septa jaringan ikat berasal dari mesenkim dermis. E : eversi puting menjelang
kelahiran (De jong, 2005).
2.2. Anatomi
Payudara wanita dewasa berlokasi dalam fascia superficial dari dinding depan dada.
Dasar payudara terbentang dari iga kedua di sebelah atas samapi iga keenam atau ketujuh
disebelah bawah, dari sternum batas medialnya sampai garis midaksilaris sebagai batas
lateralnya. Duapertiga dasar tersebut terletak di depan M.pectoralis major dan sebagian
M.seratus anterior. Sebagian kecil di atas M.obliqus externus (Sabiston, 1995). Bentuk
kelenjar payudara cembung ke depan dengan puting ditengahnya. Pada 95% wanita terdapat
perpanjangan dari quadran lateral sampai ke aksila. Ekor ini (tail of spence) dari jaringan
mammae memasuki suatu hiatus (dari langer) dalam fascia sebelah dalam dari dinding medial
aksila. Hanya ini jaringan mammae yang ditemukan secara normal di bawah fascia sebelah
Perkembangan dan struktur dari glandula mamaria bekaitan dengan kulit. Fungsi
utamanya adalah menyekresi susu untuk bayi. Payudara terdiri dari jaringan kelenjar,fibrosa,
dan lemak. Jaringan ikat memisahkan payudara dari otot-otot dinding dada, otot pektoralis
dan seratus anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat puting (papilla
4
mamaria), tonjolan yang berpigmen dan berkerut yang membentang keluar sekitar 1cm
sampai 2cm untuk membentuk areola. Areola mengandung kelenjar sebasea dan kelenjar
keringat yang besar, beberapa diantaranya berhubungan dengan folikel rambut dan serabut
otot polos yang menyebabkan ereksi puting saat berkontraksi. Puting mempunyai perforasi
pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil, yaitu aperture duktus laktiferosa. Tuberkel-
tuberkel mantgomery adalah kelenjar sebasea pada permukaan areola yang mengeluarkan zat
lemak supaya puting tetap lemas (Pearce, et al., 2006). Kelenjar mammae dewasa adalah
kelenjar tubuloalveolar kompleks yang setiap payudara terdiri atas 12 sampai 20 lobulus,
masing-masing lobulus mempunyai saluran yang berhubungan dengan duktus laktiferus yang
bermuara di papilla mamma. Lobulus dipisahkan oleh sekat-sekat jaringan ikat dan jaringan
lemak (Eroschenko, 2003). Diantara kelenjar susu dan fasia pektoralis, juga di antara kulit
dan kelenjar tersebut terdapat jaringan lemak. Di antara fascia superficial yang sebelah dalam
Di antara lobulus tersebut terdapat jaringan ikat yang disebut ligamentum cooper yang
membentuk jalinan yang kuat, pita jaringan ikat membentuk ireguler menghubungkan dermis
dengan lapisan dalam dari fascia superficial, melewati lobus-lobus parenkim dan menempel
sehingga tidak mungkin di lakukan total mastectomynsubcutan yang ieal. Dengan adanya
invasi keganasan, senagian dari ligamentum cooper akan mengalami kontraksi, menghasilkan
retraksi dan fiksasi atau lesung dari kulit yang khas. Ini berbeda dengan penampilan kulit
yang kasar dan irreguler yang disebut peau d’orange, dimana pada peau d’orange perlekatan
subdermal dari folikel-folikel rambut dan kulit yang bengkak menghasilkan gambaran
5
Gambar 1.3. potongan sagital mammae dan dinding dada sebelah depan (De jong, 2005).
Persyarafan kelenjar mamae dipersyarafi oleh nervi intercostal ke 2-6 dan 3-4 rami dari
pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan erat dengan terapi bedah adalah (1) nervus
interkostobrakialis dan nervus kutaneus brakius medialis yang mengurus sensabilitas daerah
aksila dan bagian medial lengan atas, pada deseksi aksila saraf ini sedapat mungkin di
singkirkan sehingga tidak terjadi mati rasa di daerah tersebut. (2) nervus torakalis lateralis,
(3) nervus torakalis medialis, (4) nervus torakalis longus dari pleksus servikalis berjalan
mastektomi dengan diseksi aksila. (5) nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakialis (Desen,
2011).
Mammae mendapatkan suplai dari 2 sumber, yaitu A.thoracica interna, cabang dari A.
6
Gambar 1.4. A. Pada 18% individu, payudara diperdarahi oleh arteri internal thoracic,axilary, dan intercostalis.
B. Pada 30% kontribusi dari A.aksilaris tidak berarti. C. Pada 50% A.intercostalis hanya sedikit
konstribusinya.
Vena aksilaris, vena thoracica interna, dan vena intercostalis 3-5 mengalirkan darah
dari kelenjar mamma. Vena-vena ini mengikuti arterinya. Vena aksilaris terbentuk dari
gabungan vena brachialis dan vena basilica, terletak di medial atau superficial terhadap arteri
aksilaris, menerima juga 1 atau 2 cabang pectoral dari mammae. Setelah vena ini melewati
tepi lateral dari iga pertama, vena ini menjadi vena subclavia. Di belakang, vena intercostalis
berhubungan dengan sistem vena verterbra dimana masuk vena azygos,hemiazygos, dan
mammae dapat mencapai paru-paru. Melalui jalur ketiga metastasis dapat ke tulang dan
7
Gambar 1.5. diagram potongan frontal mammae kanan menunjukan jalur drainase vena. A. Drainase medial
melalui internal thoracic vein ke jantung kanan. The right heart. B. Drainage posterior ke vertebral
veins. C. Drainase lateral ke intercostal, superior epigastric veins, dan hati. D. Drainase superior
lateral superior melalui vena axilaris ke jantung kanan (De jong, 2005).
Penyaliran limfe dari payudara kurang lebih 75% ke aksilla, sebagian lagi ke kelenjar
parasternal, terutama bagian yang sentral dan medial ada pula penyaliran yang ke kelenjar
interpektoralis. Pada aksila terdapat rata-rata berkisar antara 10-90 buah kelenjar getah
bening yang berada di sepanjang arteri dan vena brachialis.saluran limfe dari seluruh
payudara menyalir ke kelompok anterior aksila, kelompok sentral aksila, kelenjar aksila
bagian dalam, yang lewat sepanjang vena aksilaris dan yang berlanjut langsung ke kelenjar
8
Gambar 1.6. kelompok kelenjar getah bening aksila. Group 1 meliputi beberapa kelenjar getah bening yang
terletak lateral M.pectoralis minor, group 2 meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak
di bawah M.pectoralis minor. Group 3 meliputi beberapa kelenjar getah bening yang terletak
medial dari M.pectoralis minor.
Group 1. External mammary nodes, juga di kenal sebagai anterior pectoral nodes. Ini terletak
sepanjang sisi medial dari aksila mengikuti aliran lateral thoracic artery. Pada
dinding dada, mulai dari iga 2-6. Di bawah areola terdapat perluasan jaringan
Group 3. Central nodes, merupakan kelompok kelenjar getah bening yang terbesar,
merupakan KGB yang paling mudah di palpasi di aksila karena ukurannya yan
besar. Ketiak KGB ini membesar, dapat menekan intercostobrachial nerve, cabang
kutaneus lateral dari second atau third thoracic nerve, dapat timbul nyeri.
9
Group 4. Interpectoral nodes (Rotter’s nodes), terletak antara otot pektoralis major dan minor,
sering terdapat tunggal. Merupakan kelompok KGB terkecil dari KGB aksila dan
Group 5. Axillary vein nodes, merupakan kelompok KGB terbesar kedua di aksila. Terletak
Mammae mulai berkembang saat pubertas, yang distimulasi oleh estrogen yang
berasal dari siklus seksual wanita bulanan ; estrogen merangsang pertumbuhan kelenjar
mammaria payudara ditambah dengan deposit lemak untuk memberi massa payudara,
pertumbuhan yang lebih besar terjadi selama kehamilan. Selama kehamilan, sejumlah besar
estrogen disekresikan oleh plasenta sehingga sistem duktus payudara tumbuh dan bercabang.
Secara bersamaan, stroma payudara juga bertambah besar dan sejumlah besar lemak terdapat
didalam stroma. Empat hormon lain yang juga penting untuk pertumbuhab sistem duktus ;
mammae menjadinorgan yang menyekresi air susu juga memerlukan progesteron. Sekali
sekresidari sel-sel alveoli (Guyton, et.al., 2007). Penurunan mendadak estrogen dan
progesteron yang terjadi seiring dengan keluarnya plasenta pada persalinan memicu laktasi.
Setelah persalinan, laktasi dipertahaj oleh dua hormon penting: (1) prolaktin, yang bekerja
pada epitel alveolus untuk meningkartkan sekresi susu, dan(2) oksitosin, yang menyebabkan
10
2.4 Definisi Kanker Payudara
Tumor adalah jaringan baru (neoplasma yang timbul dalam tubuh akibat pengaruh
berbagai faktor penyebab tumor yang menyebabkan jaringan setempat pada tingkat gen
kehilangan kendali normal atas pertumbuhannya (Desen, 2011). Kanker payudara adalah
sekelompok sel sekelompok sel tidak normal pada payudara yang terus tumbuh. Pada
akhirnya sel-sel ini menjadi bentuk benjolan di payudara. Kanker payudara tumbuh progresif,
dan relatif cepat membesar. Jika benjolan kanker itu tidak di buang atau terkontrol, sel-sel
kanker bisa menyebar (metastase) pada bagian-bagian tubuh lain. Metastase bisa terjadi pada
kelenjar getah bening (limfe) ketiak. Selain itu sel-sel kanker bisa bersarang di tulang, paru-
paru, hati, kulit dan bawah kulit (Swart, 2010). Pada stadium awal tidak terdapat keluhan
sama sekali, hanya berupa fibroadenoma atau fibrokistik yang kecil saja, bentuk tidak teratur,
batas tidak tegas, permukaan tidak rata, dan konsistensi padat dan keras (Ramli, 1994).
baik pada daerah dengan insiden tinggi di negara-negara barat, maupun pada insiden rendah
seperti banyak daerah di asia. Satu laporan penelitian pada tahun 1993 memperkirakan baha
jumlah kasus baru di seluruh dunia pada tahun 1985 mencapai 720.000 orang, terdiri atas :
kaum wanita, setelah kanker mulut/leher rahim. Kanker payudara umumnya menyerang
wanita yang telah berumur lebih dari 4 tahun. Namun demikian, wanita muda pun bisa
11
2.6. Etiologi Kanker Payudara
Etiologi kanker mammae masih belum jelas. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
wanita dengan faktor resiko tertentu lebih sering untuk berkembang menjadi kanker payudara
dibandingkan yang tidak memiliki beberapa faktor resiko tersebut. Beberapa faktor resiko
Umur :
pada wanita usia 45 tahun ke atas. Kanker jarang timbul sebelum menopause.
tahun, tetapi kankernya cenderung lebih agresif, derajat tumor yang lebih
tinggi, dan stadiumnya lebih lanjut, sehingga survival rates-nya lebih rendah.
lainnya.
Riwayat keluarga :
Risiko untuk menjadi kanker lebih tinggi pada wanita yang ibunya atau
Risiko juga meningkat bila terdapat kerabat/saudara (baik dari keluarga ayah
12
Beberapa wanita mempunyai sel-sel dari jaringan payudaranya yang terlihat
Perubahan genetik
kanker payudara, antara lain BRCA1, BRCA2, dan beberapa gen lainnya.
BRCA1 dan BRCA2 termasuk tumor supresor gen. Secara umum, gen BRCA-
BRCA2 akan mempunyai resiko kanker payudara 40-85%. Wanita dengan gen
dan manopause yang terlambat (di atas 55 tahun ) berhubungan juga dengan
peningkatan resiko kanker. Deferensiasi akhir dari epitel payudara yang terjadi
pada akhir kehamilan akan memberi efek protektif, sehingga semakin tua
13
Ras :
dibandingkan wanita latin amerika, asia, or afrika. Insidensi lebih tinggi pada
meningkat pada wanita yang overweight atau obese, karena sumber estrogen
menjadi estrone yang berasal dari jaringan lemak, dengan kata lain obesitas
Wanita yang aktifitas fisik sepanjang hidupnya kurang, risiko untuk menjadi
Diet :
14
meningkatkan kadar estriol serum. Sering mengkonsumsi banyak makanan
Ductal carcinoma in situ, juga disebut intraductal cancer, merujuk pada sel kanker
yang telah terbentuk dalam saluran dan belum menyebar. Saluran menjadi tersumbat dan
terkumpul dalam saluran yang tersumbat dan terlihat dala mamografi sebagai klasifikasi
terkluster atau tak beraturan (clustered or irregular calcifications atau disebut kalsifikasi
mikro (microcalcifications) pada hasil mammogram seorang wanita tanpa gejala kanker.
DCIS dapat menyebabkan keluarnya cairan puting atau munculnya massa yang secara
jelas terlihat atau dirasakan, dan terlihat pada mammografi. DCIS kadang ditemukan dengan
tidak sengaja saat dokter melakukan biopsy tumor jinak. Sekitar 20%-30% kejadian kanker
payudara ditemukan saat dilakukan mamografi. Jika diabaikan dan tidak ditangani, DCIS
DCIS muncul dengan dua tipe sel yang berbeda, dimana salah satu sel cenderung
lebih invasif dari tipe satunya. Tipe pertama, dengan perkembangan lebih lambat, terlihat
lebih kecil dibandingkan sel normal. Sel ini disebut solid, pap[illary atau cribiform. Tipe
15
Gambar 1.7. Ductal Carcinoma in situ (A) dan Sel-sel kanker menyebar dari ductus, menginvasi jaringan
sekitar dalam mammae (B)
Meskipun sebenarnya ini bukan kanker, tetapi LCIS kadang digolongkan sebagai tipe
kanker payudara non-invasif. Bermula dari kelenjar yang memproduksi air susu, tetapi tidak
berkembang melewati dinding lobulus. Mengacu pada National Cancer Institute, Amerika
Serikat, seorang wanita dengan LCIS memiliki peluang 25% munculnya kanker invasive
(lobular atau lebih umum sebagai infiltrating ductal carcinoma) sepanjang hidupnya.
16
Gambar 1.8. Lobular carsinoma in situ
2. Invasive carcinoma
Dari papilla mammae pertama kali dikemukakan pada tahun 1974. Seringnya muncul
sebagai erupsi eksim kronis dari papilla mammae, dapat berupa lesi bertangkai, ulserasi, atau
halus. Paget’s disease biasanya berhubungan dengan DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang
luas dan mungkin berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae akan
menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran atau perubahan pagetoid).
Patognomonis dari kanker ini adalah terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget’s
cells) dalam deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget’s disease meliputi lumpectomy,
mastectomy atau modified radical mastectomy, tergantung penyebaran tumor dan adanya
kanker invasif.
Kanker ini ditemukan sekitar 80% dari kanker payudara dan pada 60% kasus kanker
ini mengadakan metastasis (baik mikro maupun makroskopik) ke KGB aksila. Kanker ini
17
keenam, sebagai massa soliter dan keras. Batasnya kurang tegas dan pada potongan
garis berwarna putih kapur atau kuning menyebar ke sekeliling jaringan payudara. Sel-sel
kanker sering berkumpul dalam kelompok kecil, dengan gambaran histologi yang bervariasi.
Medullary carcinoma adalah tipe khusus dari kanker payudara, berkisar 4 % dari
seluruh kanker payudara yang invasif dan merupakan kanker payudara herediter yang
berhubungan dengan BRCA-1. Peningkatan ukuran yang cepat dapat terjadi sekunder
terhadap nekrosis dan pendarahan. 20% kasus ditemukan bilateral. Karakteristik mikroskopik
dari medullary carcinoma berupa (1) infiltrat limforetikular yang padat terutama terdiri dari
sel limfosit dan plasma; (2) inti pleomorfik besar yang berdiferensiasi buruk dan mitosis
aktif; (3) pola pertumbuhan seperti rantai, dengan minimal atau tidak ada diferensiasi duktus
atau alveolar. Sekitar 50% kanker ini berhubungan dengan DCIS dengan karakteristik
terdapatnya `kanker perifer, dan kurang dari 10% menunjukkan reseptor hormon. Wanita
dengan kanker ini mempunyai 5-year survival rate yang lebih baik dibandingkan NST atau
Mucinous carcinoma (colloid carcinoma), merupakan tipe khusus lain dari kanker
payudara, sekitar 2% dari semua kanker payudara yang invasif, biasanya muncul sebagai
massa tumor yang besar dan ditemukan pada wanita yang lebih tua. Karena komponen
musinnya, sel-sel kanker ini dapat tidak terlihat pada pemeriksaan mikroskopik.
18
D. Papillary Carcinoma (2%)
Pappilary carcinoma merupakan tipe khusus dari kanker payudara sekitar 2% dari
semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita dekade ketujuh dan
sering menyerang wanita non kulit putih. Ukurannya kecil dan jarang mencapai diameter 3
rendah dan 5- and 10-year survival rate mirip mucinous dan tubular carcinoma.
Invasive carcinoma merupakan tipe khusus lain dari kanker payudara sekiitar 2% dari
semua kanker payudara yang invasif. Biasanya ditemukan pada wanita perimenopouse dan
histopatologi melipuiti sel-sel kecil dengan inti yang bulat, nucleoli tidak jelas, dan sedikit
sitoplasma, yang dapat menggantikan inti (signet-ring cell carcinoma). Serignya multifokal,
multisentrik, dan bilateral. Karena pertumbuhannya yang tersembunyi sehingga sulit untuk
dideteksi.
Sel-sel kanker di bentuk dari sel sel normal dalam suatu proses rumit yang disebut
transformasi, yang terdiri dari tahap inisiasi dan promosi (Corwin & Elisabeth, 2000).
19
Tahap inisiasi
Pada tahap inisiasi terjadi suatu perubahan dalam bahan genetik sel yang memancing
sel menjadi ganas. Perubahan dalam bahan genetik sel ini disebabkan oleh suatu agen
yang disebut karsinogen, yang bisa berupa bahan kimia, virus, radiasi, atau sinar
matahari, tetapi tidak semua sel memiliki kepekaan yang sama terhadap karsinogen.
Kelainan genetik dalam sel atau bahan lainnya disebut promotor, menyebabkan sel
lebih rentan terhadap suatu karsinogen. Bahkan gangguan fisik menahun pun bisa
Tahap promosi
Pada tahap promosi, suatu sel yang telah mengalami inisiasi akan berubah menjadi
ganas. Sel yang belum melewati tahap inisiasi tidak akan terpengaruh oleh promosi,
oleh karena itu di perlukan beberapa faktor untuk terjadinya keganasan yaitu sel-sel
A. Gejala
1. Penderita merasakan adanya perubahan pada payudara atau pada puting susunya
a. Terdapat massa utuh kenyal atau keras, biasa di kuadran atas bagian medial atau
20
c. Kulit payudara, areola, atau puting bersisik, merah, atau bengkak, kulit mungkin
Pada awal kanker payudara biasanya penderita tidak merasakan nyeri. Jika sel kanker
telah menyebar, biasanya sel kanker dapat ditemukan di kelenjar limfe yang berada disekitar
payudara. Sel kanker juga dapat menyebar ke berbagai tubuh lain, paling sering ke
Pada 33% kasus kanker payudara, penderita menemukan benjolan pada payudaranya.
Tanda dan gejala lain dari kanker payudara yang jarang ditemukan meliputi pembesaran atau
asimetrisnya payudara, perubahan pada puting susu dapat berupa retraksi atau keluar sekret,
ulserasi atau eritema kulit payudara, massa di ketiak, ketidaknyamanan muskuloskeletal. 50%
wanita dengan kanker payudara tidak memiliki gejala apapun. Nyeri pada payudara biasanya
21
2.10 Diagnosa Kanker Payudara
A. Anamnesa
keluhan waktu datang : tumor payudara tidak nyeri (66%), tumor payudara nyeri (11%),
pendarahan/cairan dari puting susu (9%), edema lokal (4%). Retraksi puting susu (3%).
Konsistensi kelainan ganas biasanya keras. Pengeluaran cairan dari puting biasanya
kelainan fibrokistik.
B. Pemeriksaan Fisik
1. inspeksi
(setelah 1 minggu dari hari terakhir menstruasi). Untuk inspeksi, pasien dapat diminta duduk
tegak atau berbaring kemudian Inspeksi bentuk,ukuran, dan simetris dari kedua payudara,
apakah terdapat edema (peau d’orange), tonjolan, lekukan, ulkus, retraksi kulit atau puting
susu dan eritema, dengan lengan terangkat lurus ke atas, kelainan akan terlihan jelas
(Tjindarbumi, 2000).
22
2. Palpasi
Palpasi lebih baik dilakukan pada pasien yang berbaring dengan bantal tipis di
punggung, sehingga payudara terbentang rata. Palpasi dilakukan dengan telapak jari tangan
Pada sikap duduk, benjolan yang tidak teraba ketika penderita berbaring, kadang lebih mudah
ditemukan. Perubahan aksila pun lebih mudah dengan posisi duduk. Dilakukan palpasi pada
payudara apakah terdapat massa, termasuk palpasi kelenjar limfe di aksila, supraklavikula,
dan parasternal. Setiap massa yang teraba atau suatu lympadenopathy, harus dinilai
Tis : Ca in situ (intraduktal Ca, Lobular Ca in situ, penyakit paget pada papilla )
23
T1a : diameter <0,5 cm
T2 : diameter 2-5cm
T3 : diameter >5cm
T4d : Ca inflammatory
N2a : metastase lnn axilla ipsilateral terfiksir satu sama lain atau perlekatan dengan
struktur sekitarnya
N3a : metastase lnn infraklavicula dengan atau tanpa metastasis ke lnn axilla
N3c : metastase lnn supraclavicula dengan atau tanpa metastasis ke lnn axilla
24
Mo : metastase jauh tidak dapat ditemukan
Stadium I : tumor terbatas dalam mamae, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada
fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang dibawahnya (otot). Besar tumor 1-2cm.
Stadium II : stadium 1, besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa KGB
Stadium IIIA : tumor sudah meluas dalam mamae (5-10cm) tapi masih bebas di
Stadium IIIB : local advanced. Tumor sudah meluas dalam mammae (5-10cm), fiksasi
pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan ada edema (lebih dari 1/3 payudara
kiri),ulserasi,nodul satelit, KGB axilla melekat satu sama lain atau terhadap jaringan
Stadium IV : disertai dengan KGB aksia supra-klavikula dan metastase jauh lainnya.
1. Pemerikaan Radiologi
Mammografi merupakan pemeriksaan yang paling dapat diandalkan untuk mendeteksi kanker
payudara sebelum benjolan atau massa dapat di palpasi. Karsinoma yang tumbuh lambat
dapat diindetifikasi dengan mammografi setidaknya 2 tahun sebelum mencapai ukuran yang
dapat melalui palpasi (Tjindarbumi, 2000). Mammografi dapat digunakan baik sebagai
25
kraniokaudal (CC) dan oblik mediolateral (MLO). MLO memberikan gambaran jaringan
mammae yang lebih luas, termasuk kuadran lateral atas dan axillary tail of spence.
Dibandingkan dengan MLO, CC memberikan visualisasi yang lebih baik pada aspek medial
false-positive sebesar 10% dan false negative sebesar 7%. Gambaran mammografi yang
spesifik untuk karsinoma mammae antara lain massa padat dengan atau tanpa gambaran
wanita muda, yang mungkin merupakan satu-satunya kelainan mammografi yang ada.
Mammografi lebih akurat daripada pemeriksaan klinis untuk deteksi karsinoma mammae
stadium awal, dengan tingkat akurasi 90%. Protokol saat ini berdasarkan National Cancer
Center Network (NCCN) menyarankan bahwa setiap wanita di atas usia 20 tahun harus
dilakukan pemeriksaan payudara setiap 3 tahun. Pada usia 40 tahun, pemeriksaaan payudara
dilakukan setiap tahun disertai dengan pemeriksaan mammografi. Pada suatu penelitian atas
stadium II, III, IV pada populasi yang dilakukan skrining dengan mammografi (Vaidya &
Shukhla).
Bila secara klinis dicurigai ada tumor dan pada mammografi tidak ditemukan apapun,
maka pemeriksaan harus dilanjutkan dengan biopsi, sebab sering karsinoma tidak tampak
pada mammogram. Sebaliknya jika mammografi positif dan secara klinis tidak teraba tumor,
maka pemeriksaan harus dilanjutkan pada fungsi atau biopsi pada tempat yang ditunjukkan
pada foto tersebut. Mammogram pada masa pra menopouse kurang bermanfaat karena
gambaran kanker diantara jaringan kelenjar kurang tampak. USG berguna terutama untuk
26
menentukan kista, kadang tampak kista 1-2 cm. Pada mammografi, gambaran karsinoma
2. Pemeriksaan Sitologi
Pemeriksaan Sitologi antara lain : fine needle aspiration, needle core biopsy dengan
jarum silverman, axicional biopsy dan pemeriksaan frozen section saat operasi. Pada
umumnya fungsi dengan jarum halus (FNAB/Fine Needle Aspiration Biopsy) sering dipakai.
Pemeriksaan ini juga dapat menentukan perlu tidaknya segera pembedahan dengan sediaan
beku atau dilanjutkan dengan pemeriksaan lain ataupun langsung dilakukan ekstirpasi.
Jenis histologis :
Hasil positif pada pemeriksaan sitologi bukan indikasi untuk bedah radikal, sebab hasil
negatif palsu sering terjadi, sedangka hasil pemeriksaan positif palsu selalu dapat terjadi.
Sebagai alat diagnostik tambahan atas kelainan yang didapatkan pada mammografi,
lesi payudara lain dapat di deteksi. Akan tetapi, jika pada pemeriksaan klinis dan
27
MRI sangat sensitif tetapi tidak spesifik dan tidak seharusnya digunakan untuk
skrining. Sebagai contoh, MRI berguna dalam membedakan karsinoma mammae yang
rekuren atau jaringan parut. MRI juga bermanfaat dalam memeriksa mammae kontralateral
pada wanita dengan karsinoma payudara, menentukan penyebaran dari karsinoma terutama
karsinoma lobuler atau menentukan respon terhadap kemoterapi nonadjuvan (Vaidya &
Shukhla).
4. Pemeriksaan Biomarker
Biomarker karsinoma mammae terdiri dari beberapa jenis. Biomarker sebagai salah
satu faktor yang meningkatkan resiko karsinoma mammae. Biomarker ini mewakili gangguan
biologik pada jaringan yang terjadi antara inisiasi dan perkembangan karsinoma. Biomarker
ini digunakan sebagai hasil akhir dalam penelitian kemopreventif jangka pendek dan
termasuk perubahan histologis, indeks dari proliferasi dan gangguan genetik yang mengarah
pada karsinoma.
Nilai prognostik dan prediktif dari biomarker untuk karsinoma mammae antara lain
(1) petanda proliferasi seperti proliferating cell nuclear antigen (PNCA), BrUdr dan Ki-^&;
(2) petanda apoptosis seperti bcl-2 dan rasio bax:bcl-2 (3) petanda angiogenesis seperti
vascular endothelial growth factor (VEGF) dan indeks angiogenesis; (4) growth factors dan
growth factors reseptor seperti human epidermal growth reseptor (HER)-2/neu dan
5. Diagnosis Pasti
28
2.14 Diagnosa Banding
1. Fibroadenoma mammae (FAM), FAM merupakan tumor jinak payudara yang biasanya
terdapat pada usia muda (15-30) dengan konsistensi padat kenyal batasa tegas, tidak nyeri
dan mobile.
2. Kelainan fibrokistik merupakan tumor jinak payudara dengan konsistensi kenyal /kistik.
Tidak berbatas tegas, terdapat nyeri terutama menjelang haid, ukurannya membesar,
3. Tumor phylodes baik ganas dan jinak, seperti kistosarkoma filoides. Kistosarkoma
filoides menyerupai fibroadenoma mamae (FAM) yang besar, berbentuk bulat lonjong,
3. Galaktokel. Merupakan massa tumor kistik akibat tersumbatny saluran/ duktus laktiferus.
5. Masitis yang luas. Masitis dapat berkembang menjadi abses. Masitis biasanya terdapat
pada ibu yang menyusui. Masitis yang luas terutama pada masitis tuberkulosa.
29
2.15 Penatalaksanaan
A. Terapi Bedah
Pasien yang pada awal terapi termasuk stadium 0,I,II dan sebagian stadium III disebut kanker
mammae operable.
30
Mastektomi Radikal
mayor dan minor (model Auchincloss) atau mempertahankan m.pektoralis mayor, mereseksi
m.pektoralis minor (model patey). Pola operasi memiliki kelebihan antara lain memacu
pemulihan fungsi pasca operasi, tapi sulit membersihkan kelenjar limfe aksilar superior.
Mastektomi radikal modifikasi disebut sebagai mastektomi radikal standar luas digunakan
secara klinis.
Mastektomi Total
Model operasi ini terutama untuk karsinoma In situ atau pasien lanjut usia.
31
Mastektomi segmental Plus Diseksi Kelnjar Limfe Aksilar
Secara umum disebut dengan operasi konservasi mammae (BCT). Biasasnya dibuat 2
insisi terpisah di mammae dan aksila. Mastektomi segmental bertujuan mereseksi sebagian
jaringan kelenjar mammae normal di tepi tumor, dibawah mikroskopik tak ada invasi tumor
Metode reseksi segmental sama dengan diatas. Kelenjar limfe sentinel adalah terminal
pertama metastasi limfogen dari karsinoma mammae, saat operasi dilakukan insisi kecil
diaksila dan secara tepat mengangkat kelenjar limfe sentinel, dibiopsy, bila patologik negatif
maka operasi dihentikan, bila positif maka dilakukan diseksi kelenjar limfe aksilar.
Untuk terapi kanker mammae terdapat banyak pilihan pola operasi yang mana yang
terbaik masih controversial. Secara umum diakatakan harus berdasarkan stadium penyakit
dengan syarat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat mungkin
konservasi fungsi dan kontur mammae. Secara umum dikatakan harus berdasarkan stadium
penyakit dengan syarat dapoat mereseksi tuntas tumor, kemudian baru memikirkan sedapat
mungkin konservasi fungsi dan kontur mammae. Secara umum, terhadap lesi < 3 cm dan
kelenjar limfe aksilar tidak jelas membesar, harus lebih mempertimbangkan terapi kombinasi
B. Radioterapi
32
Radioterapi murni terhadap kanker mammae hasilnya kurang ideal, survival 5 tahun
10-37%. Terutama digunakan untuk pasien dengan kontra indikasi atau menolak operasi.
Radioterapi Adjuvant
Menjadi bagian integral penting dari terapi kombinasi. Menurut pengaturan waktu
Radioterapi pra-operasi terutama untuk pasien stadium lanjut lokalisasi dapat membuat
sebagian kanker non-operabel menjadi kanker mammae operable. Radioterapi pasca operasi
adalah radioterapi seluruh mammae ( bila perlu ditambah radioterapi kelenjar limfe regional)
pasca operasi konservasi mammae (operasi segmental plus diseksi kelenjar aksilar atau
adalah diameter tumor primer >5 cm, fasia perktoral terinvasi, jumlah kelenjar limfe aksilar
A. Radioterapi Paliatif
Dalam hal meredakan nyeri efeknya sangat baik. Selain itu, kadang kala digunakan radiasi
terhadap ovarium bilateral untuk menghambat fungsi novarium sehingga dicapai efek
kastrasi.
B. Kemoterapi
Kemoterapi Pra-Operasi
Terutama kemoterapi sis temik, bila perlu dapat dilakukan kemotyerapi intra-anterial,
mungkin dapat membuat sebagian kanker mammae lanjut non-operabel menjadi kanker
mammae operable.
33
Kemoterapi Adjuvant Pasca Operasi
Indikasi komoterapi ini relatif luas terhadap semua pasien karsinoma invasive dengan
diameter terbesar tumor lebih besar atau sama dengan 1 cm kemoterapi adjuvant. Hanya
terhadap pasien lanjut usia dengan ER, PR positif dapat dipertimbangkan hanya member
terapi hormonal.
Kemoterapi Terhadap Kanker Mammae Stadium lanjut atau Rekuren dan Metastatic
Kemoterapi adjuvant karsinoma mammae selain bagian kecil masih memakai regimen
CMF semakin banyak yang memakai kemoterapi kombinasi berbasis golongan antrasiklin.
Terhadap pasien dengan kelenjar limfe positif, reseptor hormon negatif masih dapat
600mg/m2.d
34
CMF ( C : CTX 100mg/m2 D1-I4
500mg/m2.d
F : 5Fu 600mg/m2 D1 x6
C : CTX 500mg/m2 D1 x6
C : CTX 500mg/m2 D1 x6
C : CTX 600mg/m2 D1 ai
T : Taksol 175mg/m2 D1 AC
21 hari/siklus x
35
D. Hormonal Terapi
reseptor estrogen positif stadium awal, terapi hormonal berperan penting dalam terapi
adjuvant, sebagai terapi tunggal maupun kombinasi dengan kemoterapi. Pada kanker
mammae dengan estrogen dan dan progesterone reseptor, sekitar 77% memberikan respon
yang positif terhadap terapi hormonal. Untuk wanita premenopouse, terapi hormonal berupa
obat anti estrogen dan untuk 1-5 tahun menopouse jenis terapi tergantung dari aktivitas efek
esrtrogen.Efek estrogen positif dilakukan terapi ablasi, efek estrogen negative dilakukan
pemberian obat-obatan anti esterogen. Indikasi pemberian terapi hormonal adalah bila
penyakit menjadi sistemik akibat metastasis jauh. Biasanya bersifat paliatif dan diberikan
A. Tamoxifen
estrogen dijaringan lain, seperti tulang dan endometrium. Efek samping yang dapat dijumpai
gejala frekuensi dan urgensi dalam berkemih, dan gangguan mood atau depresi.
adrenal, dan jaringan payudara, termasuk sel tumornya. Aroma tase merupakan sumber
36
estrogen penting pada wanita postmenopouse dan mungkin dapat menjadi alasan obesitas
Ada dua jenis aroma tase inhibitor yaitu irreversible steroidal activators dan
berikatan secara irreversible pada daerah katalitik aromatase yang yang menyebabkan
aktivitas enzimtersebut berhenti shingga lebih banyak enzim aromatase yang harus
diproduksi untuk melanjutkan biosintyesis yang berhenti. Oleh karena itu irreversible
steroidal activators sering disebut sebagai inhibitor bunuh diri. Karena struktur steroid
sitokrom P450 dari enzim aromatase dan mengganggu biosintesis estrogen tergantung
letrozole.
Tujuan dari terapi hormonal adalah untuk menginduksi pengurangan kadar estrogen pada
tumor.
37
- Blokade reseptor dengan menggunakan satu dari selective estrogen reseptor modulators
pada wanita post menopouse atau dengan LH-RH analog (goserelin) pada wanita pre
menopouse.
Ada juga teknologi terbaru untuk pengobatan kanker mammae menggunakan antibodi
monoklonal. Antibodi monoklonal adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan tipe tunggal
yang memiliki kekhususan tambahan, ini merupakan komponen penting dari sistem
kekebalan tubuh, mereka dapat mengenali dan mengikat antigen yang spesifik. Pada
teknologi antibodi monoklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa henti digabungkan
dengan sel mamalia yang memproduksi antibodi, hasil dari gabungan tersbut menciptakan
antibodi monoklonal yang mana mengenali setiap determinan yang antigen (bagian dari
makro molekul yang dikenali oleh epitope / sistem kekebalan tubuh). Mereka menyerang
molekul targetnnya dan mereka bisa memilah antara epitope yang sama, selain sanghat
spesifik mereka juga memberikan landasan untuk perlindungan melawan patoghen. Pada ca
mammae salah satu antibodimonoklonal yang bertanggung jawab atas pertumbuhan sel
kanker mammae pada 15-25% kasus. Penambahan trastuzumab pada kemoterapi terbukti
menurunkan tumbuh kembalinya kanker dan mengurangi bangka kematian pada penderita
38
E. Terapi antibodi anti-HER2/neu
didiagnosis, saat direkomendasikan. Hal ini digunakan untuk tujuan prognistik pada pasien
tanpa pembesaran KGB untuk membantu pemilihan kemoterapi adjuvan karena regimen
adriamycin memberikan respon yang lebih baik pada karsinoma mammae dengan
2.16 Prognosis
pengamatan, umumnya penderita kanker payudara sudah tidak dapat ditolong karena
terlambat diketahui dan pemberian terapinya. Hasil penelitian di rumah sakit cipto
mangunkusumo, Jakarta yang dilakukan dalam tahun 988-1991 menunjukkan bahwa 80%
penderita kanker payudara datang memeriksa diri atau berobat ketika penyakit sudah pada
Prognosis kanker ini sangat bergantung pada ukuran tumornya, jumlah kelenjar limfe
yang terlibat dan ada tidaknya invasi limfovaskuler. Kanker ini dapat tumbuh dimana saja
pada kelenjar mammae. Tumor ini dikelompokkan berdasarkan asal selnya, lobular atau
duktal. Karsinoma duktal mencakup 85% kanker mammae dan dapat bersifat noninvasif
maupun infiltratif. Karsinoma duktal yang secara histologi ditemukan pada membran basal
setidaknya 33% lesi ini akan berlanjut menjadi kanker yang invasif dalam 5 tahun.
Survival rates untuk wanita yang didiagnosis karsinoma mammae antara tahun 1983-
1987 telah dikalkulasi berdasarkan pengamatan, epidemiologi dan haisl akhir program data,
39
didapatkan bahwa angka 5-years survival untuk stadium I adalah 94%, stadium Iia 85%, Iib
70%, dimana pada stadium IIIa sekitar 52%, IIIb 48% dan untuk stadium IV adalah 18%
(Tjindarbumi, 2000).
2.17 Pencegahan
pencegahan dilingkungan pada pejamu dan milestone. Hampir setiap epidemiolog sepakat
bahwa pencegahan yang paling efektif bagi kejadian penyakit tidak menular adalah promosi
kesehatan dan deteksi dini. Begitu pula pada kanker mammae, pencegahan yang dilakukan
1) Pencegahan Primer
Pencegahan primer pada kanker mammae merupakan salah satu bentuk promosi
kesehatan karena dilakukan pada orang yang “sehat” melalui upaya menghindarkan diri dari
keterpaparan pada berbagai faktor resiko dan melaksanakan pola hidup sehat. Oencegahan
primer ini juga bisa berupa pemeriksaan SADARI (pemeriksaan mammae sendiri) yang
dilakukan secara rutin sehingga bisa memperkecil faktor kesil resiko terkena kanker mammae
ini.
2) Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder dilakukan terhadap individu yang memiliki resiko untuk terkena
kanker mammae. Setiap wanita yang normal dan memiliki siklus haid normal merup[aka
populasi at risk dari kanker mammae. Pencegahan sekunder dilakukan dengan melakukan
deteksi dini. Beberapa metode deteksi dini terus mengalami perkembangan. Skrining melaui
mammografi diklaim memiliki akuraswi 90% darisemua penderita kanker mammae, tetapi
keterpaparan terus menerus pada mammografi pada wanita yangh sehat merupakan salah satu
40
Karena itu, skrining dengan mammografi tetap dapat dilaksanakan dengan bebarapa
Wanita yang sudah mencapai usia 40 tahun dianjurkan melakukan cancer risk
assessement survey
Pada wanita dengan faktor resiko mendapat rujukan untuk dilakukan mammografi setiap
tahun.
Wanita normal mendapat rujukan mammografi setiap 2 tahun sampai mencapai usia 50
tahun. Foster dan Constanta menemukan bahwa kematian oleh kanker mammae lebih
kanker mammae hanya 26% bila dikombinmasikan dengan mammografi maka sensivitas
3) Pencegahan tertier
Pencegahan tertier biasanya diarahkan pada individu yang telah positif menderita
kanker mammae. Penanganan yang tepat penderita kanbker mammae sesuai dengan
stadiumnya akan dapt mengurangi kecatatan dan memperpanjang harapan hidup penderita.
Pencegahan tertier ini penting untuk meningkatkan kualitas hidup penderita serta mencegah
komlpikasi penyakit dan meneruskan pengobatan. Tindakan pengobatan dapat berupa operasi
walaupun tidak berpengaruh banyak terhadap ketahanan hidup penderita. Bila Kanker telah
jauh ber metastasis, dilakukan tindakan kemoterapi dengan sitostatika. Pada stadium tertentu,
pengobatan yang diberikan hanya berupa simptomatik dan dianjurkan untuk mencari
pengobatan alternatif.
41
Berikut cara mencegah kanker payudara secara umum :
Lebih dari 90% tumor mammae dideteksi oleh wanita itu sendiri. Perhatikan setiap
perubahan pada mammae menjadi bagian penting perawatan kesehatan wanita. Saat ini
wanita disarankan untuk breast aware? Ini berarti wanita harus tahu seperti apa mammae
mereka di depan cermin dan rasakan saat mandi atau terlentang pada periode berbeda setiap
bulan sehingga jika ada perubahan yang tidak normal dapat diketahui segera.
menurunnya resiko berkembangnya kanker mammae meskipun belum ada kesepakatan yang
42
jelas akan hal ini. Para peneliti mengklaim bahwa lebih mujda dan lebih lama seorang Ibu
memberikan ASI pada bayinya adalah semakin baik. Hal ini disadari pada teori bahwa kanker
mammae berkaitan dengan hormon estrogen. Pemberian ASI secara berkala akan mengurangi
gumpalan pada mammaenya, mereka takut memiliki kanker. Ini adalah hal terburuk yang
mereka lakuka. Jika menemukan gumpalan, segera konsultasikan ke diokter karena hal ini
akan membantu menenangkan pikiran. Jika gumpalan tersebut adalah kanker, segera
Masih perlu banyak penelitian untuk memahami secara menyeluruh semua penyebab
kanker mammae. Tetapi satu hal yang perlu untuk diyakini adalah faktor gen. Faktor ini
setidaknya sebanyak 10% dari semua kasus kanker mammae. Hal ini dianggap dianggap satu
dalam 500 orang membawa gen yang dapat membuat mereka diduga memiliki penyakit
tersebut.
Dalam sejumlah penelitian, alkohol memiliki kaitan dengan kanker. Hal ini didasari
menemukan wanita dengan berat badan 44 sampai 55 pound setelah umur 18 sebanyak 40%
43
memiliki resiko lebih tinggi terkena penyakit kanker dibandingmereka yang vberubah-ubah
mammae. Hal ini karena penerlitian menunjukkan bahwa semakin kurangh berolahraga,
Ada banyak perdebatan tentang hubungan kanker mammae dengan diet. Tetapi ada
bukti bahwa gaya hidup barat tertentu nampaknya dapat meningkatkan esiko penyakit.
Pertahankan asupan makanan rendah lemak, tidak melebihi 30 gram lemak perhari. Hal ini
akan membantu mmempertahan kan diet seimbang yang juga membantu menjaga berat
badan. Kita menyimpan estrogen dilemak tubuh, jadi lebih sedikit lemak yang kita bwa, lebih
baik.
mammae, satu dari faktor utama penyebab adalah faktor usia. 80% kanker mammae terjadi
Belajar relaks
Banyak tercatat bahwa stres dapt menyebabkan semua jenis masalah kesehatan.
Meskipun masih banyak perdebatan ats temuan ini, menurunkan tingkat stres akan
44
Kira kira dalam sehari anda hanya membutuhkan secagkir brokoli. Tahukan anda,
brokoli mengandung senyawa sulfuraphane yang secara ilmiah terbukti mengurangi resiko
kanker.
Pilihlah sayuran berwarna hijau dan oranye. Makanlah tomat yang kaya dengan
Disamping minum teh hijau, judaplah dark chocolate sesekal, karena secara ilmiah
terbukti cokelat sebagai agen yang memerangi kanker. Namun ingat jangan coklat manis,
Didalam kedelai terkandung 40% protein yang terdiri dari asam lemak esensial
dengan daya cerna yang sangat baik, 15% oligosakarida dan monosakrida, 15% serat, 20%
lemak yang sebagian besar terdiri dari asam lemak tak jenuh dan 10%adalah bahan lainnya
selain itu swenyawa fitokimia pada kedelai memiliki aktivitas biologis, salah satunya
isoflavon yang tyetap stabil pada suhupanas sehingga tidak berubah struktur oleh sushu
45
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air
2. Etiologi kanker payudara tidak diketahui tetapi ada faktor predisposisi yang
kehamilan pertama pada usia di atas 30 tahun, periode menstruasi yang lebih lama
3. Tahapan patofisiologi kanker payudara yaitu transformasi, fase inisiasi, dan fase
dengan 10 tahun.
3.2 Saran
Berdasarkan hasil pembahasan dari referat ini, diharapkan agar semua orang
proteksi dini. Jika ditemukan kelainan pra kanker ikutilah pesan petugas/dokter.
Apabila perlu pengobatan jangan di tunda. Karena pada tahap ini tingkat
46
DAFTAR PUSTAKA
http://www.depkes.go.id/index.php
4. Desen, W. 2011. Buku ajar Onkologi Klinis, edisi2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
5. Guyton, Arthur C. Hall, John E. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedoktran Edisi 11. Jakrta
:EGC.
7. Moningkey, Shirley Ivonne, 2000. Epidemiologi Kanker Payudara. Medika, Januari 2000.
Jakarta
8. Pearce, Evelyn C. 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia
Pustaka Utama
11. Ramli, M.,et al. 1994. Ilmu Bedah. Jakarta : bagian bedah staf fakultas kedokteran
indonesia
12. Sabiston, 1995. Payudara. Buku ajar Bedah. Hal.623. EGC. Jakarta.
47
13. Scodan, 2010. Treatment Of The Primary Tumor In Beast Cancer Patients With
15. Sjamsuhidjat, De jong, 2005. Payudara. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2, Hal. 388-394.
EGC, Jakarta
16. Sloane, ethel. Anatomi dan Fisiologi untuk Pemula.2003. Jakarta : EGC
overview
18. Tjindarbumi, 2000. Deteksi Dini Kanker Payudara dan Penanggulangannya, Dalam:
19. Underwood, J.C.E 2000. Patologi Umum dan Sistematik, Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran EGC
20. Vaidya, M.P, and Shukla, H.S. A textbook of Breast Cancer. Vikas Publishing House
PVT LTD.
48