BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ada, yaitu kesulitan belajar dan keterampilan hidup sehari-hari (AAMR, 2002).
onset tersebut muncul sebelum umur 18 tahun (Kartika and Faradz, 2010).
sebagai lemah pikiran, yang berarti bahwa perkembangan mereka terhenti pada
sebaya dan mengatur kehidupan pribadi secara mandiri. Tiga level dari kelemahan
ini telah diidentifikasi: idiot, perkembangan individu terhenti pada usia dua tahun;
imbecile; individu yang perkembangannya sama dengan maturitas anak 2-7 tahun;
6
dan moron, dimana perkembangan mental setara dengan maturitas usia 7-12 tahun
tiga level berdasarkan derajat keparahan dari retardasi mental (Chelly et al, 2006):
B. Pembatasan signifikan dalam fungsi adaptif pada paling sedikit dua diantara
kesehatan, keamanan.
pada individu seusianya. Perilaku adaptif dipengaruhi oleh individu dan faktor
Persentase
Derajat Usia prasekolah dari
mental Usia sekolah 6-12 tahun
keparahan lahir – 5 tahun
retardasi
Ringan 85% Bisa membangun Bisa mempelajari
( IQ 50-68) kemampuan sosial dan pelajaran kelas 6 pada
komunikasi akhir usia belasan tahun
Koordinasi otot sedikit Bisa dibimbing kearah
terganggu pergaulan sosial
Sering tidak Bisa dididik
terdiagnosis
Sedang 10% Bisa berbicara dan Bisa mempelajari
( IQ 35-40 belajar berkomunikasi beberapa kemampuan
sampai 50- Kesadaran sosial sosial dan pekerjaan
55 )dapat kurang Bisa belajar bepergian
dilatih Koordinasi otot cukup sendiri di tempat-tempat
yang dikenalnya dengan
baik
Berat 3-4% Bisa mengucap Bisa berbicara atau belajar
( IQ 20-25 beberapa kata berkomunikasi
sampai 35- Mampu mempelajari Bisa mempelajari
40 ) kemampuan untuk kebiasaan hidup sehat
menolong diri sendiri yang sederhana
Tidak memiliki
kemampuan ekspresif
atau hanya sedikit
Koordinasi otot jelek
Sangat 1-2% Sangat terbelakang Memiliki beberapa
berat Koordinasi ototnya koordinasi otot
(IQ < 20) sedikit sekali Kemungkinan tidak dapat
Mungkin memerlukan berjalan atau berbicara
perawatan khusus
8
dibandingkan perempuan (Patterson MC, 2003). Insiden tertinggi pada masa anak
sekolah dengan puncak umur 5 sampai 17 tahun (Kay J et al, 2006). Pada
umumnya, anak dengan retardasi mental yang berusia kurang dari 5 tahun
negara maju berkisar 3-4 kasus baru per 1000 anak dalam 20 tahun terakhir.
Angka kejadian anak retardasi mental berkisar 19 per 1000 kelahiran hidup
(Kartika and Faradz, 2010). Data terakhir estimasi jumlah penduduk Indonesia
lingkungan atau non genetik seperti infeksi, trauma, radiasi, intoksikasi atau juga
kelainan genetik seperti kelainan kromosom dan kelainan gen tunggal ( Ahuja et
al, 2005).
9
2.4.1.1. Infeksi
karena prematuritas. Penelitian dengan 455 bayi dengan berat lahir 1250 g atau
– rata, dan 90% memperlihatkan perkembangan mental rata – rata (Aylward GP,
dapat menyebabkan cacat dan retardasi mental pada janin terutama bila terjadi
2.4.1.2. Hipotiroid
disebabkan oleh berbagai faktor (agenests kelenjar tiroid, defek pada sekresi TSH
atau TRH, defek pada produksi hormon tiroid). Gejala klasik hipotiroid kongenital
pada minggu pertama setelah lahir adalah miksedema, lidah yang tebal dan
menonjol, suara tangis yang serak karena edema pita suara, hipotoni, konstipasi,
yodium pada masa perkembangan otak karena asupan yodium yang kurang pada
ibu hamil menyebabkan retardasi mental pada bayi yang dilahirkan. kelainan ini
timbul bila asupan yodium ibu hamil kurang dari 20 ug ( normal 80-150 ug) per
hari. Dalam bentuk yang berat kelainan ini disebut juga kretinisme, dengan
2.4.1.3. Intoksikasi
inroksikasi alkohol pada janin karena ibu hamil yang minum minuman yang
mengandung alkohol, terutama pada triwulan pertama (Thackray and Tifft, 2001).
Pada populasi wanita peminum minuman keras insidens EAS sangat meningkat
yaitu 21-83 kasus per 1000 kelahiran hidup, padahal di Eropa dan Amerika 8%
memiliki peran 25-50%. Faktor genetik yang dapat menyebabkan retardasi mental
yaitu kelainan jumlah kromosom, kelainan struktur kromosom dan kelainan gen
tunggal. Sindroma Down dan sindroma Fragile X adalah kelainan genetik yang
2004).
satu kromosom atau secara keseluruhan. Kelainan jumlah kromosom dapat terjadi
dalam pemisahan kromosom homolog atau non disjunction pada fase meiosis I
berjumlah 92.
4) Mosaik : adanya dua / lebih macam sel pada individu atau jaringan yang
berbeda aturan genetiknya namun tetap diturunkan dari zygote yang sama,
Trisomi yang berhasil lahir hidup pada umumnya adalah trisomi 13, 18, 21
dan X. Monosomi yang terjadi pada autosom akan mengalami abortus spontan
pada masa kehamilan, sedangkan monosomi yang berhasil lahir hidup adalah
Polyploidi hanya ditemukan pada materi abortus (Mueller and Young, 2001).
2.4.2.1.1. Trisomi 21
Pada tahun 1866, Dr. John Langdon Down merupakan orang pertama yang
ditandai dengan penurunan intelektual, tubuh yang pendek, wajah yang khas, dan
1962).
Kelainan fenotip yang banyak dilaporkan pada Sindroma Down antara lain
depressed nasal bridge, slanting eyes with epicanthic folds, ocular hypotelorism,
macroglossia, fissured tongue, dan narrow high arched palate. Sedangkan hasil
A
C
Gambar 1: Foto Klinis Dari Penderita Sindroma Down Laki-Laki (Shawaf and Faleh, 2011)
tanda panah menunjukkan (A) Upslanting palpebral fissure, epichantal fold (B)
macroglossia, (C) depressed nasal bridge.
Frekuensi yang terjadi pada Sindroma Down secara non disjunction atau
trisomi murni (trisomi 21) sebesar 95% dari kasus-kasus yang terjadi, dimana
non disjunction maternal dengan 90% dari kasus yang terjadi dan non disjunction
paternal dengan 10% dari kasus keseluruhan (Sheets et al, 2011). Selain itu, non
bertukar material genetik. Hal ini sering terjadi pada meiosis 1 walaupun dapat
terjadi pada meiosis 2 tetapi kemungkinan terjadinya sangat kecil (Cohen, 1999).
Resiko terjadinya non disjunction Sindroma Down pada ibu dengan umur kurang
dari 35 tahun meningkat 3.5 kali, sedangkan ibu dengan umur lebih dari 35 tahun
Gambar 2: Hasil Karyotyping Pada Pasien Perempuan dengan Sindroma Down (Society,
2004). Lingkaran merah menunjukan adanya 3 buah kromosom 21 yang dijumpai
pada pasien perempuan dengan Sindroma Down murni atau trisomi 21 yang
disebabkan adanya non disjunction pada kromosom 21.
adanya penataan ulang yang tidak seimbang dari struktur kromosom 21.
akrosentrik lainnya (kromosom 13, 14, 15, 21, 22). Sekitar sepertiga kasus yang
ada disebabkan unbalance segmen kromosom yang diwariskan dari orang tua
karier translokasi balance. Resiko terjadinya translokasi adalah jika salah satu
orang tua bukan karier translokasi balance sehingga resikonya rendah seperti non
disjunction trisomi 21. Resiko translokasi tergantung dari tipe translokasi dan
Gambar 3: Translokasi Unbalanced (Umrigar et al, 2012). Tanda panah menunjukan adanya
kromosom 21, baik yang berpasangan atau menempel pada kromosom 14 (translokasi
robertsonian).
kesalahan non disjunction yang terlalu dini, hal ini sulit untuk memprediksi
fenotip Sindroma Down. Resiko terjadinya mosaik pada pasangan yang memiliki
anak dengan mosaik Sindroma Down yaitu adanya resiko berulang mirip dengan
Gambar 4: Mosaik Sindroma Down (Society, 2004). Skema terjadinya mosaik Sindroma Down.
bertambahnya usia ibu saat hamil, khususnya bagi wanita yang hamil pada usia di
atas 35 tahun. Korelasi antara kelahiran anak dengan sindrom Down dengan umur
Gambar 5: Hubungan Pengaruh Usia Ibu dengan Prevalensi Kelahiran sindroma down.
(Marttala, 2011) DS = Sindroma Down.
17
penyandang sindroma ini memiliki fisik yang normal, tetapi memiliki perawakan
yang lebih tinggi dari rata-rata,. Kesulitan belajar cenderung lebih sering
ditemukan pada kelainan ini dibandingkan dengan kelainan kromosom seks yang
lain. Pengaruh terhadap perkembangan motorik dan bahasa cukup sering terjadi
dan gangguan bahasa baik reseptif maupun ekspresif terjadi hingga saat dewasa.
Rata-rata IQ 20 poin lebih rendah dari pada individu dengan jumlah kromosom X
Gambar 6: Karyotip dan Fenotif Sindroma Triple X (Kondandapani et al, 2011). Terdapat 3
kromosom X (trisomi) dalam gamet. Sindroma Triple-X terjadi terjadi akibat
abnormalitas pembelahan kromosom menjadi gamet semasa meiosis. Karyotip
penderita sindrom Triple-X mempunyai 47 kromosom.
18
kesalahan ketika proses penyatuan yang terjadi pada crossing over pada meiosis I
satu dengan lainnya, yang homolog maupun yang non homolog. Pertukaran yang
hidung yang lebar, dan fisura palpebra yang miring ke bawah (Mueller and
Young, 2001).
19
Jembatan
hidung yang
lebar
Fisura
palpebra
yang miring
kebawah
Gambar 8: Karyotip dan Fenotip Anak dengan Kelainan Familial Mental Retardation
Syndrome ATR-16 (Mueller and Young, 2001). (A) Kelainan ini melibatkan
kromosom nomor 16p13.3, (B) Jembatan hidung yang lebar, dan fisura palpebra
yang miring ke bawah.
mengenai bagian terminal dimana semua materi kromosom mulai dari yang patah
akan hilang, atau bagian interstitial dimana segmen internal pada salah satu
lengan kromosom hilang. Delesi dapat terjadi pada 2 level, delesi kromosom yang
Amplification (MLPA) (Faradz MH, 2003). Delesi pada autosom ditemukan pada
sindroma Wolf-Hirscshorn (delesi 4p) dan sindroma Cri du Chat (delesi 5p).
Gambaran klinis sindroma Cri du Chat pada saat lahir adalah mikrosefali,
keterlambatan pertumbuhan, suara tangisan yang seperti kucing (high pitched cat-
tampilan wajah yang khas dengan luas hidung datar dan dahi yang tinggi, mulut
Gambar 9: Proses Delesi (Passarge E, 2007). Hilangnya bagian dari sebuah kromosom.
21
Pipi yang
besar
Gambar 10: Karyotip dan Fenotip Anak Sindroma Cri Du Chat (Church DM et al, 1995). (A)
Pada sindroma Cri du Chat kromosom nomor 5 mengalami delesi, (B) Gambaran fisik
yang khas pada sindroma Cri du Chat yaitu wajah yg bulat dengan pipi besar.
Dahi yang
tinggi
Gambar 11: Karyotip dan Fenotipe Anak dengan Sindroma Wolf-Hirscshorn (Johnson VP et
al, 1976). (A) Pada sindroma Wolf- Hirscshorn kromosom nomor 4 mengalami
delesi, (B) Dahi yang tinggi.
tersebut, Contoh kelainannya yaitu duplikasi pada lengan 16p (Gersen and
Martha, 2005). Gambaran khas pada kelainan ini yaitu mikrocepaly, letak telinga
22
yang rendah, wajah bulat dan lonjong, dan jarak mata yang jauh (Christina et al,
2009)
Gambar 12: Proses Duplikasi (Passarge E, 2007). Proses Duplikasi mengakibatkan jumlah
segmen kromosom lebih banyak dari kromosom aslinya.
Jarak mata
yang jauh
Letak telinga
yang rendah
Gambar 13: Karyotip dan Fenotip Anak dengan Kelainan Duplikasi 16p (Christina et al,
2009). (A) Pada kelainan ini melibatkan kromosom nomor 16 lengan p, (B) letak
telinga yang rendah dan jarak mata yang jauh.
Inversi terjadi akibat adanya dua patahan pada satu kromosom yang
kemudian patahan tersebut memutar balik 180 derajat atau bertukar posisi. Inversi
parasentrik bila patahan ini pada salah satu lengan dan tak termasuk
sentromernya. Inversi perisentrik bila patahan pada salah satu tepi dari sentromer
(Faradz MH, 2003). Contoh kelainan yang disebabkan adanya inversi yang
dari sindroma ini yaitu ukuran kepala kecil, alis tebal yang biasanya bertemu di
garis tengah (synophrys), bulu mata panjang, dan garis bibir yang tipis (Usa &
Dhanlaxmi, 2010)
Gambar 14: Proses Inversi (Passarge E, 2007). Adanya dua patahan pada satu kromosom yang
kemudian patahan tersebut memutar 180o dan melekat kembali pada kromosom
semula.
Alis tebal
(synophrys)
Bulu mata
panjang
Garis bibir
tipis
Gambar 15: Karyotip dan Fenotip Anak dengan Kelainan Sindroma Cornelia De Lange
(Usa & Dhanlaxmi, 2010). (A) Pada Tampak kromosom Y mengalami proses
inversi, (B) alis tebal yang biasanya bertemu di garis tengah (synophrys), bulu mata
panjang, dan garis bibir yang tipis.
duplikasi lengan yang lain, sehingga biasanya lengan panjang atau lengan pendek
menjadi identik (Faradz MH, 2003). Hal ini dapat terjadi ketika kromosom normal
24
dari dua lengan panjang atau dengan dua lengan pendek. Pada setiap kasus, lengan
yang lain akan menghilang (Turnpenny and Sian, 2007). ) Contoh kelainan yang
Kelainan ini memiliki ciri wajah yang khas yaitu seperti make-up para aktor teater
tradisional kabuki di Jepang, seperti garis kelopak mata yang panjang, alis mata
melengkung tinggi, dan bagian setengah lateral jarang, dan kelopak mata tertarik
Gambar 16: Proses Isokromosom (Passarge E, 2007). Terjadinya delesi pada salah satu lengan
digantikan oleh duplikasi dari lengan yang lain.
Alis melengkung
tinggi
Garis kelopak
mata yang
panjang
Gambar 17: Karyotip dan Fenotip Anak dengan Kelainan Sindroma Kabuki (Kumar et al,
2011). (A). analisis kromosom menunjukkan salah satu karyotip isokromosom
mosaik pada lengan kromosom X. (B). garis kelopak mata yang panjang, alis
melengkung tinggi.
25
Salah satu penyebab retardasi mental adalah kelainan genetika yang terjadi
akbibat abnormalitas gen tunggal. Kelainan gen tunggal biasa disebut juga
Mendelian. Pada kelainan ini terjadi perubahan pada nukleutida DNA yang
genetik yang disbabkan delesi satu dari sepasang gen, sedangkan gen
berasal dari maternal kromosom. Gambaran klinis sindroma Prader Willi adalah
obesitas, hipotonia, tangan dan kaki kecil, fissura palpebra miring keatas,
2001).
26
Gambaran
fisik :
obesitas
Gambar 18: Fenotip Sindroma Prader Willi (Cassidy and Driscoll, 2009). Salah satu
gambaran fisik yang khas pada penderita dengan sindroma Prader Willi adalah
obesitas.
Tampilan wajah
yang
gembira(happy)
Gambar 19: Fenotip Anak dengan Sindroma Angelman (Clayton and Laan, 2003). Anak
dengan sindroma Angelman memiliki ciri khas yaitu tampilan wajah terlihat
gembira (happy), sehingga kelainan ini juga disebut Happy puppet syndrome.
atau Sindroma Penanda X, adalah penyebab paling sering terjadi pada kasus
kedua yang paling banyak menyebabkan retardasi mental setelah trisomi 21 atau
Sindroma Down (Sutton, 1988). Pada tahun 1969, Lubs menemukan materi
27
genetik yang berlebihan yang melebihi panjang lengan kromosom X yang terjadi
pada laki-laki dan mempengaruhi kondisi gambaran fisik (fenotip) dan kondisi
Gambar 20: Fragile Site Nampak Pada Lengan Kromosom X. (Lubs, 1969). Bagian yang ada
tanda panah merah merupakan fragile site yang terjadi pada ujung lengan kromosom
x.
dilakukan dengan metode Polymerse Chain Reaction (PCR) dan metode Southern
tiga kategori yaitu orang normal : dengan jumlah pengulangan trinukleotida CGG
200, dan pada mutasi penuh pengulangan trinukleotida CGG lebih dari 200
Gambar 21: Pengulangan Trinukleotida CGG Pada Rantai DNA Sindroma Fragile X
(Bailey et al, 2003). Pada gambar pertama yang di atas adalah rantai gen dengan
pengulangan trinukleotida CGG yang normal. Pada gambar rantai gen di bawahnya
adalah rantai gen yang mengalami pengulangan trinukleotida CGG berlebihan yang
dinamakan FMR-1 gene.
Sindroma Fragile X yang diderita oleh laki-laki, memiliki prevalensi 1: 4000 dan
sindroma Fragile X kurang lebih 2% dari total kasus retardasi mental yang ada
(Gozali, 2009). Pada Tahun 2012 diasumsikan sebanyak 7.343.274 jiwa penduduk
Fragile X.
Fragile X antara lain adalah : pada wajah dijumpai wajah yang lonjong, telinga
menonjol ringan dengan tepi atas yang meninggi, ada juga gambaran fisik
(fenotip) yang menampilkan telinga lebar dengan jaringan tulang rawan telinga
yang lunak, macrocephaly (ukuran lingkar kepala lebih dari normal) pada usia
anak-anak, penebalan nassal bridge (jembatan hidung), pale blue iridis (iris yang
Kelainan-kelainan lain yang jarang di jumpai adalah nystagmus (bola mata yang
29
cekung ke dalam), kiphoscoliosis, flat foot (telapak kaki datar), terdapat cleft
palate (celah pada langit-langit rongga mulut), prolap katup mitral dan
Ekstrimitas panjang.
Gambar 22: Gambaran Fisik (fenotip) Anak dengan Sindroma Fragile-X (Hagerman, 1997) .
Ketiga anak menunjukkan gambaran fisik yang sama, yakni : memiliki ekstrimitas
atas yang panjang, bentuk wajah yang lonjong, salah satu di antara mereka memiliki
mata yang strabismus dan silinder, sehingga dibantu dengan kaca mata untuk
melihat.
Gambar 23: Gambaran Fisik (fenotip) Pada Telinga Menunjukkan Telinga Lebar dan
Menonjol ke Atas (Felix and Monterio, 1998). Ukuran telinga lebih besar dari
ukuran telinga pada umumnya, kemudian batas atas telinga (menonjol) jauh lebih
tinggi dari alis mata.
atau resesif, karena perempuan pembawa sifat (carrier) dapat menderita maupun
tidak menderita retardasi mental dan dapat dengan atau tanpa menunjukkan
kelainan kromosom (Gozali, 2009). Pada suatu keluarga dengan riwayat Sindroma
saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari orangtua, laporan dari
dinilai tidak hanya intelegensia, aja melainkan juga adaptasi sosialnya. Dari
31
dibandingkan pada anak normal, karena anak retardasi mental kurang kooperatif.
Selain pemeriksaan fisis secara umum (adanya tanda – tanda dismorfik dari
amino urine dapat dilakukan sebagai screening PKU (Poplawski et al, 2002).
kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut (Xu J and Chen, 2003).
klasifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun – ubun masih
Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah umur 2-3
tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang lebih besar.
Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun kasar, serta
dan fotograf.
individual.
2. Adanya defisit atau gangguan yang menyertai dalam fungsi adaptif (yaitu
2.6. Terapi
2.6.1. Medikamentosa
dapat diusahakan dalam hal merubah sikap, tingkah laku, dan adaptasi sosialnya (
kedudukan sosial keluarga, sikap dan perasaan orang tua terhadap anak, derajat
perawatan dalam masyarakat dan fasilitas untuk membimbing orang tua dan
kurangnya stimulasi mental karena kurangnya kontak dengan orang lain dan
B. Pendidikan
bagaimana mendapatkan pendidikan yang cocok bagi anak yang terbelakang ini.
Terdapat tiga macam tipe pendidikan untuk retardasi mental. (Sularyo TS, 1992)
2.7. Konseling
bimbingan oleh orang yang ahli kepada seseorang. Bantuan yang diberikan
terjadinya kelainan genetik dalam keluarga (Schmerler, 2008). Prinsip dasar dari
(support) kepada keluarga yang memiliki risiko atau memiliki anggota keluarga
dengan kelainan genetik. Proses ini melibatkan upaya konselor dalam membantu
sebuah keluarga untuk: (i) memahami fakta medis, termasuk diagnosis (ii)