NOMOR 67/PERMENTAN/SM.050/12/2016
TENTANG
PEMBINAAN KELEMBAGAAN PETANI
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEMBINAAN
KELEMBAGAAN PETANI.
Pasal 1
(1) Kelembagaan Petani ditumbuhkembangkan dari, oleh,
dan untuk petani guna memperkuat dan
memperjuangkan kepentingan petani.
(2) Kelembagaan Petani sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri atas:
a. kelompok tani;
b. gabungan kelompok tani;
c. asosiasi komoditas pertanian; dan
d. dewan komoditas pertanian nasional.
Pasal 2
(1) Untuk meningkatkan kapasitas Kelembagaan Petani
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 dilakukan
pembinaan.
(2) Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
melibatkan Kelembagaan Penyuluhan dan Penyuluh.
(3) Pembinaan Kelembagaan Petani sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
-4-
Pasal 3
Instrumen pembinaan Kelembagaan Petani sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 terdiri atas:
a. Rencana Definitif Kelompok Tani (RDK) dan Rencana
Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK); dan
b. Sistem Kerja Latihan, Kunjungan dan Supervisi (Sistem
Kerja LAKU SUSI).
Pasal 4
(1) RDK dan RDKK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a wajib disusun oleh kelompok tani.
(2) Sistem Kerja LAKU SUSI sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf b wajib dilakukan oleh Penyuluh.
(3) Penyusunan RDK dan RDKK sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran II yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.
(4) Sistem Kerja LAKU SUSI sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tercantum dalam Lampiran III yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 82/Permentan/ OT.140/8/2013
tentang Pedoman Pembinaan Kelompoktani dan Gabungan
Kelompoktani (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 1055), dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
-5-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 20 Desember 2016
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMRAN SULAIMAN
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 28 Desember 2016
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
WIDODO EKATJAHJANA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Pengertian
BAB II
KELOMPOK TANI
A. Karakteristik Poktan
B. Penumbuhan Poktan
C. Pengembangan Poktan
partisipatif;
d. memiliki pengadministrasian Kelembagaan Petani;
e. memfasilitasi kegiatan-kegiatan usaha bersama di sektor hulu
sampai dengan hilir;
f. memfasilitasi usaha tani secara komersial dan berorientasi pasar;
g. sebagai sumber pelayanan informasi dan teknologi untuk usaha
Petani umumnya dan anggota khususnya;
h. menumbuhkan jejaring kerjasama kemitraan antara Poktan
dengan pihak lain;
i. mengembangkan pemupukan modal usaha, baik iuran anggota
maupun penyisihan hasil kegiatan usaha bersama; dan
j. meningkatkan kelas kemampuan Poktan yang terdiri atas Kelas
Pemula, Kelas Lanjut, Kelas Madya, dan Kelas Utama, sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Peningkatan Kemampuan Anggota dalam Pengembangan Usahatani
Upaya peningkatan kemampuan anggota dalam mengembangkan
Usahatani, meliputi:
a. memperlancar proses identifikasi kebutuhan dan masalah dalam
menyusun rencana dan memecahkan masalah dalam
usahataninya;
b. meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi
pasar, peluang usaha, potensi wilayah dan sumber daya yang
dimiliki, untuk mengembangkan komoditi yang diusahakan guna
memberikan keuntungan yang optimal;
c. menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota untuk
memanfaatkan setiap peluang usaha, informasi, dan akses
permodalan;
d. meningkatkan kemampuan anggota dalam mengelola Usahatani
secara komersial, berkelanjutan dan ramah lingkungan;
e. meningkatkan kemampuan anggota dalam menganalisis potensi
usaha menjadi unit usaha yang dapat memenuhi kebutuhan pasar
dari aspek kuantitas, kualitas dan kontinuitas;
f. mengembangkan kemampuan anggota dalam menghasilkan
teknologi spesifik lokasi; dan
g. mendorong dan mengadvokasi anggota agar mau dan mampu
melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna pengembangan modal
Usahatani.
- 15 -
BAB III
GABUNGAN KELOMPOK TANI
A. Karakteristik Gapoktan
Gapoktan yang mampu mandiri dan berdaya saing, memiliki karakteristik
sebagai berikut:
1. Ciri Gapoktan
a. memiliki aturan/norma tertulis yang disepakati dan ditaati
bersama;
b. melaksanakan pertemuan berkala dan berkesinambungan, antara
lain rapat anggota dan rapat pengurus;
c. menyusun dan melaksanakan rencana kerja Gapoktan sesuai
dengan kesepakatan dan melakukan evaluasi secara partisipatif;
d. memfasilitasi kegiatan usaha bersama mulai dari sektor hulu
sampai dengan sektor hilir;
e. memfasilitasi Usahatani secara komersial berorientasi agribisnis;
f. melayani informasi dan teknologi bagi Usahatani anggota Poktan
yang bergabung dalam Gapoktan dan Petani lainnya;
- 18 -
B. Penumbuhan Gapoktan
C. Pengembangan Gapoktan
1. PENUMBUHAN 2. PENGEMBANGAN
a. Identifikasi petani potensial calon anggota; a. Peningkatan kelas kemampuan;
b. Revitalisasi poktan non aktif; b. Penumbuhan gapoktan;
c. Penataan poktan non aktif; c. Pengembangan unit-unit kegiatan bersama;
d. Pembinaan organisasi dan manajemen. d. Pengembangan jejaring dan kemitraan usaha.
Pengembangan Gapoktan
Perluasan Peningkatan Fasilitasi
usahatani dan jejaring pengembangan
peningkatan kerjasama dan gapoktan
jenis usahatani kemitraan menjadi KEP
usaha
BAB IV
ASOSIASI KOMODITAS PERTANIAN
Pembentukan asosiasi dapat diinisiasi oleh para Petani yang telah mengelola
Usahatani secara intensif, selanjutnya dapat ditingkatkan menjadi organisasi
formal, berbadan hukum dengan susunan, jumlah dan jangka waktu
kepengurusan asosiasi disusun secara efisien dan demokratis.
BAB V
DEWAN KOMODITAS PERTANIAN NASIONAL
BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGORGANISASIAN
Verifikasi, validasi,
dan registrasi di
SIMLUHTAN satuan kerja yang
melaksanakan
urusan penyuluhan
di kab/kota
BAB VII
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
A. Monitoring
B. Evaluasi
C. Pelaporan
Kementerian Pertanian
Pusat
BAB VIII
PENDANAAN
BAB IX
PENUTUP
ttd
AMRAN SULAIMAN
- 39 -
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Pengertian
BAB II
RENCANA DEFINITIF KELOMPOK TANI
A. Penyusunan RDK
RDK disusun dengan tahapan sebagai berikut:
1. pertemuan pengurus Poktan yang didampingi oleh Penyuluh
Pertanian dalam rangka persiapan penyusunan RDK dengan ruang
lingkup antara lain (a) evaluasi pelaksanaan kegiatan Poktan tahun
- 43 -
B. Materi RDK
3. Teknologi Usahatani:
a. ketersediaan teknologi; dan
b. rekomendasi teknologi.
4. Sarana produksi dan permodalan, didasarkan atas:
a. luas areal Usahatani Poktan;
b. teknologi yang akan diterapkan; dan
c. kemampuan permodalan anggota Poktan.
5. Kegiatan penguatan kapasitas Poktan, meliputi:
a. pertemuan rutin Poktan;
b. kursus tani/sekolah lapang;
c. demplot atau demfarm; dan
d. penilaian kelas kemampuan Poktan.
6. Jadwal kegiatan, mengacu kepada rencana kegiatan Usahatani; dan
7. Pembagian tugas disesuaikan dengan kesediaan dan kesepakatan
Poktan.
BAB III
RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK TANI
A. Penyusunan RDKK
B. Materi RDKK
BAB IV
RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOK TANI
PUPUK BERSUBSIDI
Rekapitulasi RDKK
Provinsi Dinas Pertanian/SKPD yang melaksanakan
(selesai paling lambat akhir Mei) urusan prasarana dan sarana pertanian, tanaman
pangan, hortikultura, perkebunan, dan/atau Provinsi
peternakan di provinsi
Rekapitulasi RDKK
Satuan kerja yang melaksanakan Satuan kerja yang melaksanakan
Kecamatan
tugas penyuluhan di kecamatan (selesai paling lambat akhir
Maret)
tugas prasarana dan sarana pertanian
Kecamatan
di kecamatan
Rekapitulasi RDKK
Desa/Kelurahan
(selesai paling lambat awal
Februari) Desa/Kelurahan
Penyuluh Pertanian
di WKPP
BAB V
GERAKAN PENYUSUNAN DAN PELAKSANAAN RDK DAN RDKK
Januari
RDK
RDKK
Setiap akhir musim tanam/siklus usaha
BAB VI
PENGORGANISASIAN
A. Desa/Kelurahan
B. Kecamatan
C. Kabupaten/Kota
D. Provinsi
E. Pusat
BAB VII
SUPERVISI, MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
BAB VIII
PENDANAAN
BAB IX
PENUTUP
Peraturan Menteri ini disusun sebagai acuan dalam penyusunan RDK dan
RDKK sehingga memotivasi penumbuhan dan pengembangan Poktan, serta
pengembangan Usahatani. Mekanisme penyusunan RDK dan RDKK dilakukan
melalui kerjasama dan sinergitas antara satuan kerja Penyuluhan Pertanian,
kelembagaan teknis, serta kelembagaan penelitian dan pengembangan
Pertanian. Penyusunan RDK dan RDKK merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari Pembinaan Kelembagaan Petani.
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMRAN SULAIMAN
- 57 -
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Sasaran
D. Ruang Lingkup
E. Pengertian
BAB II
KEBIJAKAN SISTEM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN PERTANIAN
A. Arah Kebijakan
B. Strategi
Petani dan KEP, agar mereka mau dan mampu menolong dan
mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi,
permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk
meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan
kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian
fungsi lingkungan.
6 5 4 3 2 1
BAB III
PELAKSANAAN LAKU SUSI
Jadwal pelaksanaan LAKU SUSI ditetapkan pada awal tahun atau akhir
tahun oleh satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di
kecamatan berdasarkan programa Penyuluhan Pertanian dan Rencana
Kerja Tahunan Penyuluh Pertanian (RKTPP), melalui proses sebagai
berikut:
1. rapat koordinasi penetapan jadwal LAKU SUSI dapat dilaksanakan
bersamaan dengan rapat perencanaan kegiatan satuan kerja yang
melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan lainnya;
- 65 -
Minggu I Minggu II
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
I II III IV V I II III IV V
1 2 3 4 5 6 7 8
Minggu I:
1. Penyuluh Pertanian di WKPP melakukan Kunjungan kepada empat
Poktan selama empat hari kerja (hari ke I, II, III, dan IV);
- 66 -
Minggu II:
1. Penyuluh Pertanian di WKPP melanjutkan melakukan Kunjungan
kepada minimal empat Poktan selama empat hari kerja (hari ke I, II,
IV, dan V); dan
2. pada hari ke III, semua Penyuluh Pertanian mengikuti Latihan di
satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan,
sekaligus dilakukan Supervisi teknis oleh Penyuluh Pertanian senior
dan pejabat dari SKPD yang melaksanakan urusan penyuluhan di
kabupaten/kota.
Setiap Penyuluh Pertanian di WKPP dapat membina 8 - 16 Poktan,
Gapoktan, dan KEP serta dijadwalkan mengunjungi setiap Poktan minimal
sekali dalam dua minggu. Jadwal Kunjungan Penyuluh Pertanian ke
Poktan, Gapoktan, dan KEP dapat disesuaikan dengan kesepakatan pada
rembug tani. Apabila jumlah Poktan di WKPP lebih dari 8 Poktan, maka
Penyuluh Pertanian dapat melakukan Kunjungan lebih dari satu Poktan
setiap hari. Apabila ada Poktan di WKPP menjadi pelaksana kegiatan
program tertentu, maka Penyuluh Pertanian dapat menambahkan waktu
Kunjungan ke Poktan tersebut.
1. Latihan
a. Persiapan Pelatihan Penyuluh Pertanian di satuan kerja yang
melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan
1) Menetapkan Materi Pelatihan
- 67 -
sarana pembelajaran;
6) narasumber pelatihan terdiri dari Penyuluh Pertanian di
satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di
kecamatan yang menguasai materi atau instansi/lembaga
terkait yang sesuai dengan bidangnya antara lain: KCD, UPT
kecamatan, Penyuluh Pertanian swadaya, SKPD yang
melaksanakan urusan Penyuluhan Pertanian di
kabupaten/kota, satuan kerja teknis terkait kabupaten/kota,
praktisi, perbankan, tenaga profesional pertanian. Apabila
diperlukan, maka narasumber dapat berasal dari SKPD yang
melaksanakan urusan Penyuluhan Pertanian di provinsi, dinas
teknis terkait provinsi, BPTP, Balai Pelatihan Pertanian, dan
perguruan tinggi, sesuai dengan Format 3;
7) setiap akhir pelatihan, masing-masing Penyuluh Pertanian
membuat rencana materi Kunjungan kepada
poktan/gapoktan/KEP di WKPP; dan
8) pimpinan satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan
di kecamatan bertanggungjawab atas pelaksanaan kegiatan
pelatihan Penyuluh Pertanian, kemudian melaporkan hasil
pelaksanaan pelatihan yang dilaksanakan kepada pimpinan
SKPD yang melaksanakan urusan Penyuluhan Pertanian di
kabupaten/kota.
2. Kunjungan
a. Persiapan Kunjungan
Sebelum pelaksanaan Kunjungan Penyuluh Pertanian kepada
Petani/Poktan/Gapoktan/KEP, setiap Penyuluh Pertanian
melakukan persiapan sebagai berikut:
1) menyampaikan dan menyepakati rencana serta jadwal
Kunjungan ke Poktan/Gapoktan/KEP pada pertemuan
Posluhdes/Rembug Tani;
2) frekuensi Kunjungan Penyuluh Pertanian ke Poktan/
Gapoktan/KEP minimal dua minggu sekali;
3) menyesuaikan Rencana Kegiatan Tahunan Penyuluh Pertanian
(RKTP) dengan jadwal Kunjungan Poktan/Gapoktan;
4) menyediakan materi Kunjungan beserta alat peraganya yang
dibutuhkan untuk membantu pemecahan masalah yang
dihadapi oleh Poktan/Gapoktan/KEP, antara lain:
- 70 -
b. Kabupaten/Kota
Supervisi dilakukan oleh SKPD yang melaksanakan urusan
penyuluhan di kabupaten/kota dengan satuan kerja yang
melaksanakan urusan lain kabupaten/kota pada awal tahun
untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah pelatihan
Penyuluh Pertanian di satuan kerja yang melaksanakan tugas
penyuluhan di kecamatan dan Kunjungan Penyuluh Pertanian ke
Poktan/Gapoktan/KEP serta pencapaian sasaran program
pembangunan pertanian di kabupaten/kota.
Dalam pelaksanaan Supervisi terpadu ini, SKPD yang
melaksanakan urusan penyuluhan di kabupaten/kota dengan
instansi terkait lainnya menyepakati:
1) jadwal Supervisi (hari, tanggal) setiap 3 bulan sekali;
2) membentuk Tim Supervisi Terpadu kabupaten/kota, terdiri
dari SKPD yang melaksanakan urusan penyuluhan di
kabupaten/kota, satuan kerja yang melaksanakan urusan lain
dan peneliti pendamping; dan
3) materi Supervisi disesuaikan dengan kebutuhan masing-
masing instansi.
Supervisi terpadu kabupaten/kota dapat dilakukan melalui
pertemuan para Penyuluh Pertanian, pelatihan Penyuluh
Pertanian, dan/atau langsung di lapangan. Hasil Supervisi
disusun oleh tim yang dikoordinasikan oleh SKPD yang
melaksanakan urusan penyuluhan di kabupaten/kota, mencakup:
1) materi pelatihan Penyuluh Pertanian di satuan kerja yang
melaksanakan tugas penyuluhan kecamatan yang
membutuhkan dukungan narasumber dari kabupaten/kota,
Peneliti dan Praktisi/Profesional;
2) kinerja Penyuluh Pertanian dalam melakukan Kunjungan ke
Poktan/Gapoktan/KEP, termasuk masalah dan pemecahannya
yang perlu mendapat dukungan untuk peningkatan kinerja
penyuluh;
3) masalah-masalah pelaksanaan program pembangunan
pertanian; dan
4) mengumpulkan data dan informasi yang terkini sebagai bahan
masukan untuk SIMLUHTAN, meliputi:
a) data Poktan, sesuai dengan Format 4;
- 73 -
BAB IV
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN
D. Monitoring
Monitoring dilaksanakan dengan cara membandingkan output kegiatan
dengan rencana yang telah ditetapkan, juga dirumuskan permasalahan
yang menyebabkan tidak tercapainya hasil yang diharapkan. Selanjutnya,
- 76 -
E. Evaluasi
F. Pelaporan
Hasil monitoring dan evaluasi LAKU SUSI dilaporkan secara periodik dan
berjenjang mulai dari desa/kelurahan, kecamatan, kabupaten/kota,
provinsi sampai dengan Pusat, untuk mengetahui perkembangan
pelaksanaan dari waktu ke waktu. Oleh karena itu, Penyuluh Pertanian
dan petugas lain perlu menyusun laporan sebagai bahan pertimbangan
dalam perumusan, perencanaan dan penyusunan kebijakan tahun
berikutnya.
1. Penyuluh Pertanian menyampaikan laporan bulanan kepada Pimpinan
satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan,
paling lambat setiap tanggal 2, berisi antara lain:
a. pelaksanaan Kunjungan ke Poktan/Gapoktan/KEP (Format 8); dan
b. rekapitulasi data perkembangan Usahatani (luas tanam, luas
panen, produksi, produktivitas, dan standing crop) komoditas
strategis prioritas nasional di setiap desa/kelurahan (Format 7).
c. pelaporan kegiatan Kunjungan oleh Penyuluh Pertanian menjadi
bahan bagi evaluasi mandiri penyuluh melalui e-evaluh yang harus
dilaporkan secara rutin.
2. Satuan kerja yang melaksanakan tugas penyuluhan di kecamatan
menyampaikan laporan bulanan kepada SKPD yang melaksanakan
urusan penyuluhan di kabupaten/kota, paling lambat tanggal 5, berisi
antara lain:
a. pelaksanaan LAKU SUSI ke desa/kelurahan (Format 9); dan
b. rekapitulasi data perkembangan Usahatani (luas tanam, luas
panen, produksi, produktivitas, dan standing crop) komoditas
strategis prioritas nasional di setiap kecamatan (Format 7).
3. SKPD yang melaksanakan urusan penyuluhan di kabupaten/kota
menyampaikan laporan bulanan kepada SKPD yang melaksanakan
urusan penyuluhan di provinsi, paling lambat tanggal 10, berisi antara
lain:
a. hasil pelaksanaan LAKU SUSI di setiap kecamatan (Format 10);
dan
b. rekapitulasi data perkembangan Usahatani (luas tanam, luas
panen, produksi, produktivitas, dan standing crop) komoditas
strategis prioritas nasional di setiap kecamatan (Format 10).
- 78 -
BAB V
PENDANAAN
BAB VI
PENUTUP
Peraturan Menteri ini disusun sebagai acuan dalam pelaksanaan Sistem Kerja
LAKU SUSI sehingga memotivasi Penyuluh Pertanian, serta satuan kerja yang
melaksanakan tugas penyuluhan kecamatan dalam pengembangan Usahatani
di lokasi sentra produksi pertanian. Sistem Kerja LAKU SUSI merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Pembinaan Kelembagaan Petani.
MENTERI PERTANIAN
REPUBLIK INDONESIA,
ttd
AMRAN SULAIMAN