Daftar Isi: I. Identitas Pasien 3 Ii. Anamnesis 3 Iii. Pemeriksaan Fisik 6 Iii. Tinjauan Pustaka 14 Analisa Kasus 26
Daftar Isi: I. Identitas Pasien 3 Ii. Anamnesis 3 Iii. Pemeriksaan Fisik 6 Iii. Tinjauan Pustaka 14 Analisa Kasus 26
I. IDENTITAS PASIEN 3
II. ANAMNESIS 3
ANALISA KASUS 26
I. Identitas Pasien
II. Anamnesis
Anamnesis dilakukkan secara autoanamnesis di ruangan bersalin di
Rumah Sakit Umum Daerah dr. Dradjat Prawiranegara pada , Rabu, 16 Mei 2018
pukul 23.00 WIB.
• Keluhan Utama : perdarahan dari jalan lahir sejak 4 jam sebelum masuk rumah
sakit.
• Riwayat Penyakit Sekarang Pasien datang ke IGD diantar oleh suami pasien
dengan keluhan keluar perdarahan dari jalan lahir sejak 4 jam sebelum masuk
rumah sakit pada hari Rabu, 16 Mei 2018. Perdarahan keluar saat pasien bangun
dari istirahat secara terus-menerus, berwarna merah segar. Pasien mengaku
menggunakan pembalut berukuran 30 cm, dan menggantinya sebanyak 3 kali
untuk menampung perdarahan. Pasien juga mengeluhkan pusing dengan , dan
lemas. Pasien menyangkal keluarnya air atau lendir dari kemaluan, dan tidak ada
riwayat trauma.
• Riwayat Operasi
Pasien menyangkal adanya riwayat operasi sebelumnya.
• Riwayat Pengobatan
Pasien tidak mengonsumsi obat apapun untuk mengurangi perdarahan.
• Riwayat Menstruasi
o Menarche = 12 tahun
o Siklus = -/+ 28 hari, teratur
o Durasi = 5-6 hari
o Jumlah Pembalut = 3x/hari merek “Charm”
o Dysmenorrhea = (-)
• Riwayat Obstetrik
o Skor Obstetrik = G3 P2 A0
Anak
Hidup
G1 2002 Aterm Spontan Paraji Dirumah - Laki – laki
Hidup
G2 2005 Aterm Spontan Paraji Dirumah - Laki - laki
Kehamilan saat ini
G3
• Riwayat Ginekologis
o Riwayat perdarahan diluar siklus mens = Disangkal
o Riwayat Penyakit Menular Seksual = Disangkal
o Riwayat Keputihan =Keputihan menjelang
menstruasi, tidak berbau, dan tidak berwarna coklat atau merah.
o Pemeriksaan pap smear = Belum dilakukan
• Riwayat Kontrasepsi
o Pasien menggunakan pil KB sejak pernikahan pertama. Pil KB tersebut
diminum rutin, dan pasien berhenti mengkonsumsi pil KB karena ingin
memiliki anak.
• Riwayat Sosial
o Pasien menyangkal pernah mengkonsumsi rokok, alkohol dan obatan
terlarang.
Kulit
Berwarna sawo matang, tidak sianosis.
Keseluruhan
Rambut tersebar merata, rambut lurus, berwarna
Kepala dan Rambut
hitam, kuat, tebal, lembab.
Wajah
Wajah Tidak terdapat bekas luka, tidak ada jerawat.
Bentuk dan ukuran normal, konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
Mata isokor (3mm/3mm), refleks pupil langsung (+/+) dan tidak langsung (+/+).
Pergerakan bola mata tidak ada hambatan.
Bentuk dan ukuran normal, septum nasal di tengah, tidak ada sekret, tidak ada
Hidung
perdarahan, mukosa tidak hiperemis
Telinga Bentuk dan ukuran normal, simetris, tidak ada deformitas, tidak ada serumen (-/-),
tidak ada sekret, tidak ada perdarahan, tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah
bening pre- dan post- aurikular, tidak ada nyeri tekan mastoid.
Bentuk dan ukuran normal, tidak terdapat bekas luka, tidak terdapat deformitas, tidak
Leher
teraba pembesaran tiroid dan kelenjar getah bening leher.
Ketiak Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening axilaris.
TORAKS
Inspeksi Iktus cordis tidak terlihat
Iktus cordis tidak teraba di ICS V linea midclavicular
Palplasi
sinistra
Batas jantung normal:
Jantung
- Batas atas ICS III linea parasternalis sinistra
Perkusi
- Batas kiri ICS V linea midklavikularis sinistra
- Batas kanan ICS IV linea sternalis dextra
Auskultasi S1 S2 regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop
Bentuk dan ukuran normal, pengembangan dada simetris
dalam statis dan dinamis, tidak terdapat deformitas, tidak
Inspeksi
terdapat bekas luka, tidak terdapat kemerahan, tidak
tampak retraksi interkostalis dan supraklavikularis
Tidak ditemukan deformitas, tidak ditemukan nyeri
Paru - paru
Palplasi tekan di seluruh lapang dada, tactile vocal fremitus (+/+)
simetris di kedua lapangan paru
Perkusi Sonor pada seluruh lapang paru
Suara vesikuler simetris di kedua lapangan paru, tidak
Auskultasi
ditemukan suara wheezing dan rhonki
Simetris, hiperpigmentasi di kedua areola, tidak terdapat retraksi puting susu, tidak
Mammae
terdapat nipple discharge, tidak ditemukan massa
Tinggi fundus uteri 21 cm, teraba bulat, dan lunak.
Leopold I
Kesan: Bokong. Tafsiran Berat Janin : 1550 gram
Tahanan memanjang pada perut bagian kanan, bagian
Pemeriksaan
Leopold II kecil janin pada perut bagian kiri. Kesan: Punggung
Obstetri
kanan, ekstremitas kiri
Leopold III Teraba bulat, keras, melenting. Kesan: Kepala
Leopold IV Konvergen
o Ultrasonografi (17/05/2018)
Ø Janin tunggal hidup intrauterine
Ø UK = 28 – 29 minggu
Ø TBJ = 1500 gram
Ø Plasenta di segmen bawah rahim kanan menutupi ostium uteri interna
Ø Kesan = Plasenta Previa Totalis
o Pemeriksaan CTG
Ø Baseline = 135x/menit
Ø Variabilitas = 5-20
Ø Akselerasi = (+)
Ø Deselerasi = (-)
Ø Kontraksi = Tidak dapat dinilai
Ø Kategori I
V. Resume
VI. Diagnosis
Ø Ny. S usia 42 tahun G3P2A0 kehamilan 28-29 minggu belum inpartu
dengan haemorrhagic antepartum et causa plasenta previa totalis
dengan anemia normositik, janin tunggal hidup presentasi kepala.
VII. Prognosis
Quo ad Vitam = dubia ad bonam
Quo ad Functionam = dubia ad bonam
Quo ad Sananctionam = dubia ad bonam
VIII. Follow Up
17 Mei 2018
18 Mei 2018
RR : 20x/menit
SpO2 : 98%
19 Mei 2018
I. Definisi
Plasenta previa secara harafiah “previa” berasal dari kata yaitu prae
yang artinya didepan dan vias yang artinya jalan. Secara definisi plasenta
previa adalah plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR)
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri
interna. Secara normal, implantasi plasenta berada di fundus; di belakang atau
depan.
II. Epidemiologi
Plasenta previa banyak terjadi pada kehamilan dengan paritas tinggi,
dan sering terjadi pada usia >30 tahun. Dalam beberapa Rumah Sakit Umum
Pemerintah melaporkan kejadian plasenta previa berkisar dari 1,7% menjadi
2,9%. Kejadian plasenta previa kira-kira 1 dari 200 persalinan dan insiden ini
dapat meningkat sekitar 1 dari 20 persalinan pada ibu dengan paritas tinggi3.
III. Etiologi
1. Usia Ibu
Wanita dengan usia kurang dari 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi
untuk mengalami plasenta previa karena endometrium yang belum matang
dan dengan usia lebih dari 35 tahun karena endometrium tumbuh kurang
subur. Sehingga usia <20 dan >35 tahun merupakan faktor risiko untuk
terjadinya plasenta previa. Risiko untuk terjadinya plasenta previa pada usia
>35 tahun sebesar 1,1% dibandingkan yang <35 tahun sebesar 0,5%. Dari
analisis bivariat didapatkan juga peningkatan usia ibu menjadi faktor risiko
karena sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole miometrium
menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga plasenta
tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan yang lebih besar, untuk
mendapatkan aliran darah yang adekuat.
3. Jumlah Paritas
4. Jumlah Abortus
Tuzovic et al (2003) menyatakan adanya riwayat abortus
meningkatkan risiko 2,22 kali untuk terjadinya plasenta previa dikehamilan
berikutnya. Mekanisme yang dapat menjelaskan karena kerusakan atau
terbentuknya jaringan endometrium akibat dilakukanya kuretase sehingga
mengganggu proses implantasi plasenta di bagian fundus uteri. Selain itu
endometrium yang telah dilakukan kuretase akan menipis sehingga diperlukan
perluasan plasenta untuk membantu mencangkupi nutrisi pada janin.
5. Kehamilan Ganda
Terdapat studi yang melaporkan angka kejadian plasenta previa
sekitar 40% lebih tinggi pada kehamilan ganda atau gemeli. Hal ini didasari
karena plasenta yang terlalu besar seperti pada kehamilan ganda dan
eritroblastosis fetalis bisa menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke
segmen bawah rahim dan dapat menutupi ostium uteri interna.
6. Merokok
Pembesaran plasenta telah dilaporkan akibat ibu yang mengkonsumsi
rokok dan berperan terhadap vasoaktif seperti nikotin dan hipoksia kronis
karena karbon monoksida. Hipoksia kronis menyebabkan perubahan vaskular
pada intrauterin sehingga membuat plasenta berkompensasi menjadi besar
agar mendapatkan vaskular yang lebih dan berisiko untuk menutupi ostium
interna uteri. Secara bersamaan, konsumsi kokain menyebabkan
vasokonstriksi akibat katekolamin dan vasospasm pada pembuluh darah
karena saraf simaptik. Hal ini akan membuat perfusi ke plasenta rendah dan
plasenta akan mencari tempat dan membesar sehingga berisiko untuk
menutupi os interna.
VI. Klasifikasi
1. Plasenta Previa Tipe I : Disebut juga tipe low-lying yaitu dimana plasenta
berimplantasi di segmen bawah rahim tapi tidak mendekati klasifikasi
marginal. Walaupun plasenta tertanam di segmen bawah rahim mendekati
ostium interna, namun margin dari plasenta tidak mendekati tepi dari
ostium uteri interna.
2. Plasenta Previa Tipe II : Disebut juga tipe marginal plasenta previa dimana
plasenta tidak menutupi jalan lahir namun sudah berada di tepi kanalis
servikalis interna.
3. Plasenta Previa Tipe III : Disebut juga tipe partial dimana plasenta sudah
menutupi sebagian dari ositum uteri interna.
4. Plasenta Previa Tipe IV : Disebut juga tipe totalis, plasenta sudah menutupi
keseluruhan serviks.
V. Manifestasi Klinis
diakibatkan adanya plasenta yang menghalangi janin untuk turun atau masuk
ke pintu atas panggul. Selain itu dapat juga ditemukan kelainan letak pada
janin walaupun tidak sering dikarenakan janin yang tidak dapat berotasi
secara bebas karena hambatan plasenta yang terletak di bawah uterus. Selain
itu nyeri abdomen dan tegang jarang terjadi pada plasenta previa
dibandingkan solusio plasenta.7,8
VI. Diagnosis
1. Anamnesis
Berdasarkan anamnesis dapat diketahui bahwa pada plasenta
previa perdarahan terjadi secara tiba-tiba, nyeri yang minimal, tidak
diketahui penyebabnya, berulang dan banyak, serta warna darah merah
segar. Volume dari perdarahan sendiri dapat bervariasi dari minimal
hingga berat. Jumlah pembalut yang dipakai dalam sehari dapat
membantu memperkirakan volume perdarahan yang keluar. Selain itu
dapat ditanyakan muncul perdarahan pertama kali; dimana pada plasenta
previa muncul pada trimester ke-2 atau ke-3. Semakin timbul di awal
akan menentukan keparahan derajat dari plasenta previa7,8.
2. Pemeriksaan fisik :
Dapat ditemukan tanda-tanda anemia seperti konjungtiva anemis,
akral dingin, dan tanda syok bila volume cukup banyak seperti hipotensi
dan takikardi. Pada pemeriksaan Leopold ditemukan presentasi janin yang
masih tinggi atau masih di atas simfisis pubis pada trimester ke-2 akhir ke
atas. Selain itu perlu diperiksa apakah perut terasa lunak atau tegang
untuk membedakan dengan solusio plasenta. Pemeriksaan khusus
Stallworhty’s sign yaitu pada kasus plasenta previa jika kepala dari janin
di dorong ke arah pelvis maka akan terjadi penurunan dari DJJ. Hal ini
terjadi karena kompresi di plasenta dan tali pusat terutama bila plasenta
previa tipe marginal dengan lokasi di posterior. Pada pemeriksaan luar
vagina dapat ditemukan perdarahan yang keluar dari pervaginam.
Pemeriksaan dalam pada pada ibu dengan curiga plasenta previa tidak
boleh untuk dilakukan karena akan mencetuskan perdarahan yang lebih
banyak. Disarankan untuk menggunakan spekulum untuk melihat sumber
dari perdarahan dan untuk mengeksklusi sumber perdarahan lain seperti
erosi, polip, dan sebagainya. Pemeriksaan dalam hanya dapat dilakukan
saat menjelang operasi.7,8
3. Pemeriksaan penunjang :
Ultrasonogrphy (USG) menjadi gold standard untuk pemeriksaan
menegakan diagnosis plasenta previa dengan ketepatan tinggi sekitar 96-
98% pada transabdominal USG. Pada transvaginal memiliki ketepatan
sekitar 98- 100%. Selain itu dapat digunakan USG transperineal dengan
ketepatan lebih rendah sekitar 90%. MRI dapat digunakan namun
penggunaan USG lebih praktis dibandingkan MRI.9
VII. Komplikasi
1. Komplikasi ibu
Komplikasi yang sering terjadi karena adanya perdarahan adalah
anemia. Jika tidak teratasi bahkan akan mengakibatkan syok. Selain itu
kelainan pada letak plasenta sering dikaitkan dengan perlekatan plasenta
seperti plasenta akreta, increta, perkreta, karena plasenta yang
berimplantasi di segmen bawah rahim yang tipis mengakibatkan invasi
trofoblas menjadi lebih mudah masuk ke dalam lapisan miometrium
bahkan sampai perimetrium. Komplikasi ini sering terjadi pada ibu dengan
riwayat seksio sesarea.10
2. Komplikasi janin
Janin yang berada di uterus dengan plasenta previa memiliki risiko
untuk terjadinya kelainan letak karena kurangnya kebebasan janin untuk
bergerak atau rotasi. Kelahiran prematur dan gawat janin sering menjadi
VIII. Terapi
Tatalaksana Umum11
Ø Tidak dianjurkan pemeriksaan dalam sebelum tersedia kesiapan untuk seksio
sesarea. Dapat dilakukan pemeriksaan inspekulo secara hati-hati untuk
mengetahui sumber perdarahan.
Ø Perbaiki kekurangan cairan atau darah dengan infus cairan intravena (NaCl 0,9%
atau Ringer Laktat).
Ø Lakukan penilaian jumlah perdarahan.
Ø Jika perdarahan banyak dan aktif, persiapkan seksio sesarea tanpa
memperhitungkan usia kehamilan.
Ø Jika perdarahan sedikit dan berhenti atau inaktif, dan janin hidup tetapi
premature, pertimbangkan untuk terapi ekspektatif.
Tatalaksana Khusus
a. Terapi Konservatif
Ø Syarat terapi ekspektatif:
− Kehamilan preterm dengan perdarahan minimal kemudian berhenti
dengan atau tanpa pengobatan tokolitik
− Belum ada tanda inpartu
− Keadaan umum ibu baik (kadar Hb dalam batas normal)
− Janin masih hidup dan kondisi baik
b. Terapi Aktif
Ø Terminasi kehamilan, bila :
−Usia kehamilan cukup bulan
−Janin mati atau menderita anomali atau keadaan yang mengurangi kelangsungan
hidupnya
−Pada perdarahan aktif dan banyak, segera lakukan terapi aktif tanpa memandang
usia kehamilan
−Bila terdapat plasenta letak rendah, perdarahan sangat sedikit, dengan presentasi
kepala, maka ilakukan pemecahan selaput ketuban dan persalinan per vaginam
masih memungkinkan. Apabila tidak memungkinkan, lahirkan dengan seksio
sesarea
−Bila persalinan dilakukan dengan seksio sesarea dan terjadi perdarahan dari
tempat implantasi plasenta:
• Jahit lokasi perdarahan dengan benang,
• Pasang infus oxytocin 10 U dalam 500 ml cairan IV (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat) dengan kecepatan 60 tpm
• Jika terjadi perdarahan pascasalin, segera lakukan penanganan yang
sesuai, seperti ligase arteri dan histerektomi.
ANALISA KASUS
Pasien Ny. S berusia 42 tahun hamil 28-29 minggu datang dengan keluhan
perdarahan secara tiba-tiba saat bangun dari istirahat, sehingga perlu dicurigai adanya
perdarahan antepartum atau hemoragik antepartum (HAP). Pada status awal diketahui
pasien hamil trimester ke-3 dan penyebab perdarahan antepartum dapat dibagi menjadi
plasenta atau ekstraplasenta, dimana sekitar 70% terjadi akibat plasenta sehingga
kemungkinan tersbesar keluhan pasien ini antara solusio plasenta atau plasenta previa.
Pada anamnesis lebih lanjut didapatkan keluar perdarahan yang banyak, dan tidak
ada nyeri perut. Pada plasenta previa keluhan nyeri perut tidak terlalu dirasakan
dibandingkan solusio plasenta walaupun manifestasi klinis keluar perdarahan bisa terjadi
dikedua penyakit tersebut. Pada solusio plasenta keluhan nyeri perut dirasakan sangat
hebat dan teraba tegang pada perut. Pada pasien ini tidak teraba tegang pada perutnya.
Dari riwayat obstetri pasien didapatkan G3P2A0 dan diapatkan faktor risiko
seperti multiparitas, yang dapat membantu menegakan diagnosa kearah plasenta previa.
Pada pemeriksaan tanda vital tidak didapatkan tanda – tanda syok akibat perdarahan
tersebut namun perlu diwaspadai jika tidak ditangani lebih lanjut. Pada pemeriksaan
Leopold didapatkan janin tunggal hidup presentasi kepala dan belum masuk pintu atas
panggul (konvergen). Penemuan ini dapat dicurigai adanya plasenta yang menutupi jalan
lahir. Pemeriksaan gold standard dilakukan dengan menggunakan USG dan didapatkan
kesan plasenta di segmen bawah rahim kanan bawah menutupi ostium uteri interna
sehingga kuat mengarah ke plasenta previa totalis.
Pasien mendapat tatalaksana ekspektatif pada saat masuk ke ruang bersalin karena
belum ada tanda inpartu, janin masih dalam kondisi hidup dan baik, namun keadaan
umum ibu kurang baik karena ditemukan konjungtiva anemis serta palmar yang pucat
dan dengan kadar Hb 9,7 g/dL.
DAFTAR PUSTAKA