Anda di halaman 1dari 16

BAB II

STATUS PASIEN

2.1. Identifikasi
Nama : Tn. D
Umur/ TTL : 61 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
Pekerjaan : Petani
Alamat : Tanjung Pinang
MRS : 3 April 2018

2.2. Anamnesis (Tanggal 4 April 2018 pukul 17.00 WIB)


Keluhan Utama
Benjolan pada lipat paha kiri yang tidak dapat masuk kembali sejak ± 1
bulan SMRS
Riwayat Perjalanan Penyakit
Sejak ± 3 bulan SMRS , os mengaku timbul benjolan sebesar telur ayam
di lipat paha kiri. Benjolan timbul saat os sedang bekerja, mengedan, dan
batuk. Benjolan masih dapat masuk kembali apabila istirahat. Nyeri pada
benjolan (-). Mual (-), muntah (-), perut kembung (-), demam (-). Flatus (+).
BAB dan BAK tidak ada kelainan. Os belum berobat
Sejak ± 1 bulan SMRS, os mengaku benjolan tidak dapat masuk kembali
baik dengan istirahat atau dimasukkan dengan jari tangan. Benjolan semakin
membesar (-). Nyeri pada benjolan (-). Mual (-), muntah (-), perut kembung
(-), demam (-). Flatus (+). BAB dan BAK tidak ada kelainan. Pasien berobat
ke poliklinik Rumkital Dr. Midiyato Suratani.
Riwayat Penyakit Dahulu
1. Riwayat operasi hernia (+) pada tahun 2006
2. Riwayat darah tinggi (+)
3. Riwayat kencing manis (-)

Riwayat Penyakit dalam Keluarga


Riwayat penyakit dengan keluhan yang sama dalam keluarga disangkal

3. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Gizi : TB 160 cm
BB 75 kg
IMT
Pernafasan : 20 x/menit
Nadi : 88 x/menit
Tekanan darah : 130/90mmHg
Suhu : 36,5 °C
Kepala : Normocephali
Mata : conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), pupil
isokor (+/+), refleks cahaya (+/+)
Leher : JVP 5-2 cmH2O
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Thoraks
 Pulmo
Inspeksi : simetris, retraksi (-), statis, sela iga tidak melebar
Palpasi : stemfremitus kanan = kiri, nyeri tekan (-), sela iga normal
Perkusi : sonor, nyeri ketok (-), batas paru hepar normal
Auskultasi : vesikuler (+/+), ronchi (-/-), wheezing (-/-)
 Cor
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
Perkusi : Batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II normal, murmur (-), gallop (-)
Abdomen : Lihat status lokalis
Genitalia Eksterna : Tidak ada kelainan
Ekstremitas atas : Tidak ada kelainan
Ekstremitas bawah : Tidak ada kelainan

Status Lokalis
Regio Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Lemas, nyeri tekan (-)
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal

Regio Inguinalis Sinistra


Inspeksi : Tampak benjolan, warna sama dengan sekitar, transluminasi (-)
Palpasi :Teraba benjolan, permukaan rata, batas atas tidak tegas,
konsistensi kenyal, mobile, ukuran 5x3x3 cm, massa
tidak dapat dimasukkan kembali ke dalam rongga perut, valsava test (+),
zieman test (+) di jari telunjuk, finger test teraba benjolan di depan jari telunjuk.

4. Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium (3 April 2018)
Hemoglobin : 16,9 (14-18 g/dl)
Hematokrit : 51 (40-48%)
Leukosit : 8.000 (4.000-10.000/ mm3)
Trombosit : 212.000 (150.000-400.000 /ul)
RBC : 5,8 (4-6 juta/mm3)
MCV : 88 (80-100 fL)
MCH : 29 (26-34 Pg)
MCHC : 33 (32-36%)
Glukosa Sewaktu : 159 (<200 mg/dL)
Masa Perdarahan : 2.00 menit (1-3 menit)
Masa Pembekuan : 8.00 menit (4-10 menit)
Ureum : 38 (10-50 mg/dl)
Creatinin : 1,2 (0,5-1,5mg/dl)
Cholesterol : 185 (150-220 mg/dl)
Trigliserida : 163 (<200 mg/dl)
HbsAg :-
HIV :-

5. Diagnosis Banding
 Hernia Inguinal Lateralis sinistra reponibel
 Hernia Inguinal Medial Sinistra ireponibel
 Hidrokel Sinistra

6. Diagnosis Kerja
Hernia Inguinalis Lateralis Sinistra Irreponibel

7. Penatalaksanaan
 Edukasi
 Pro hernioraphy

8. Prognosis
Quo Ad Vitam : Bonam
Quo Ad Functionam : Bonam
Quo Ad Sanationam : Bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 HERNIA
2.1.1 Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek
atau bagian lemah dari dinding rongga yang bersangkutan. Hernia berarti
penonjolan suatu kantung poriteneum, suatu organ atau lemak pra-peritoneum
melalui cacat konginental atau akuisita dalam parietes muskuloaponeurotik dinding
abdomen, yang normalnya tak dapat dilewati . Sebagian besar hernia timbul pada
regio ingualis, sekitar 50 persen merupakan hernia inguinalis indirek dan 25 persen
sebagai inguinalis direk. Bagian-bagian dari hernia yaitu: Cincin hernia, kantung
hernia (vaginalis), isi hernia.

2.1.2 Klasifikasi
Hernia diklasifikasikan menurut berbagai dasar:
 Klasifikasi hernia berdasarkan terjadinya:
1) Hernia kongenital, merupakan hernia bawaan yang terjadi pada saat bayi
berada dalam kandungan dan menetap sampai bayi lahir.
2) Hernia akuisita, merupakan hernia dapatan, yang umumnya terjadi akibat
faktor peningkatan tekanan intra abdomen.

 Klasifikasi hernia berdasarkan letaknya:

1) Hernia inguinalis
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anamoli kongenital atau didapat.
Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan pada sisi kiri nanti. Pada orang yang sehat, ada tiga
mekanisme yang dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis
inguinalis yang berjalan miring, adanya struktur m.oblikus internus
obdominis yang menutup annulus inguinalis internus ketika berkontraksi,
dan adanya fasia transversa yang kuat menutupi trigonum Hasselbach yang
umumnya hampir tidak berotot. Faktor paling kausal yaitu adanya proses
vaginalis (kantong hernia) yang terbuka, peninggian tekanan didalam
rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia. Hernia
inguinalis di bagi lagi, yaitu : hernia inguinalis medialis dan hernia
inguinalis lateralis.
2) Hernia femoralis
Hernia femoralis umumnya di jumpai pada perempuan tua. Keluhan
biasanya muncul berupa benjolan di lipat paha yang muncul terutama pada
waktu melakukan kegiatan yang menaikkan tekanan intraabdomen. Pintu
masuk hernia femoralis adalah annulus femoralis. Selanjutnya, isi hernia
masuk ke dalam kanalis femoralis yang berbentuk corong sejajar dengan
v.femoralis sepanjang kurang lebih 2 cm dan keluar pada fosa ovalis di lipat
paha .

3) Hernia umbilikalis
Hernia umbilikalis merupakan hernia kongenital pada umbilikus yang
hanya tertutup peritoneum dan kulit. Hernia ini terdapat pada kira-kira 20%
pada bayi dan lebih tinggi lagi pada bayi prematur.
4) Hernia para-umbilikalis
Hernia para-umbilikalis merupakan hernia melalui suatu celah di garis
tengah di tepi kranial umbilikalus, jarang spontan terjadi di tepi kaudalnya.
5) Hernia epigastrika
Hernia epigastrika adalah hernia yang keluar melalui defek di linea alba
antara umbilikus dan prosesus xifoideus. Isi terdiri atas penonjolan jaringan
lemak preperitoneal dengan atau tanpa kantong peritoneum.
6) Hernia ventralis
Hernia ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut
bagian anterolateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan
penonjolan peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang
lama.

7) Hernia spieghel
Hernia spieghel ialah hernia interstisial dengan atau tanpa isinya mealui
fasia Spieghel.
8) Hernia obturatoria
Hernia obturatoria ialah hernia melalui foramen obturatorium.

9) Hernia perinealis
Hernia perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek
dasar panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara,
atau skunder setelah operasi melalui perineum seperti prostatektomia atau
reseksi rectum secara abdominoperineal.
10) Hernia pantalon
Hernia pantolan merupakan kombinasi hernia inguinalis dan medialis pada
satu sisi.
 Klasifikasi hernia berdasarkan sifatnya:
1) Hernia reponibel, bila isi kantong hernia dapat keluar masuk ke dalam
rongga.
2) Hernia irreponibel, bila isi kantong hernia tidak dapat dikembalikan lagi ke
dalam rongga.
3) Hernia inkarserata, bila isi kantong hernia terjepit oleh cincin hernia,
sehingga tidak dapat dikembalikan lagi, akibatnya terjadi gangguan pasase
dan tanda-tanda sumbatan usus.
4) Hernia strangulata, bila terjadi gangguan vaskularisasi dari mulai
bendungan sampai nekrosis, pada saat isi hernia terjepit oleh cincinnya.

2.2 HERNIA INGUINALIS


2.2.1 Anatomi Regio Inguinalis
Kanalis inguinalis dibatasi di kraniolateral oleh anulus inguinalis
internus yang merupakan bagian terbuka dari fasia transversalis dan
aponeurosis m.tranversus abdominis. Di medial bawah, di atas tuberkulum
pubicum, kanal ini dibatasi oleh anulus inguinalis eksternus, bagian terbuka
dari aponeurosis MOE. Atapnya ialah aponeurosis MOE, dan dasarnya ialah
ligamentum inguinale. Kanal berisi funikulus spermatikus pada pria, dan
ligamentum rotundum pada wanita.
Hernia inguinalis dapat dibedakan menjadi direk dan indirek. Hernia
inguinalis direk, disebut juga hernia inguinalis medialis, isi hernia menonjol
langsung melalui trigonum Hesselbach (daerah yang dibatasi oleh, inferior:
ligamentum inguinale, lateral: vasa epigastrika inferior, medial: tepi m.rectus
abdominis). Dasar trigonum Hesselbach ini dibentuk oleh fasia tranversa
yang diperkuat oleh aponeurosis m.tranversus abdominis yang terkadang
tidak sempurna, sehingga daerah ini potensial menjadi lemah. Hernia jenis
ini jarang mengalami strangulasi, karena cincin hernia longgar. Hernia
inguinalis direk ini hampir selalu di sebabkan oleh faktor peninggian tekanan
intraabdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hasselbech.
Oleh karena itu, hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada lelaki
tua.
Pada hernia inguinalis indirek atau hernia inguinalis lateralis, isi
hernia keluar dari rongga peritoneum melalui anulus inguinalis internus, yang
terletak lateral dari vasa epigastrika inferior. Dari anulus inguinalis internus,
hernia masuk ke kanalis inguinalis, dan jika berlanjut dapat keluar ke anulus
inguinalis eksternus. Jika cukup panjang, hernia dapat keluar menuju
skrotum. Kantong hernia akan berada di dalam m.cermaster, terletak
anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain dalam funikulus
spermatikus. Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral
pembuluh epigastrika inferior. Disebut indirek karena keluar melalui dua
buah pintu dan saluran, yaitu anulus dan kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan
hernia lateralis, akan tampak tonjolan berbentuk lonjong .
2.2.2 Etiologi
Hernia inguinalis dapat terjadi akibat anomali kongenital atau karena
sebab yang didapat. Hernia dapat dijumpai pada setiap usia, namun lebih
banyak pada pria dibanding wanita.
Pada orang sehat, ada tiga mekanisme yang mencegah terjadinya
hernia, yaitu: struktur kanalis inguinalis yang berjalan miring, adanya
struktur MOI yang menutup anulus inguinalis internus ketika berkontraksi,
dan adanya fasia tranversa yang kuat dan menutupi trigonum Hesselbach. Ini
disebut shutter mechanism, dan gangguan pada mekanisme ini dapat
menimbulkan hernia.
Faktor yang dianggap berperan kausal adalah adanya prosesus
vaginalis yang terbuka, peningkatan tekanan intra abdomen, dan kelemahan
dinding perut akibat usia.
Prosesus vaginalis paten adalah prosesus vaginalis yang tetap terbuka
walaupun testis sudah turun. Namun untuk terjadi hernia, faktor ini biasanya
disertai faktor lain seperti anulus yang cukup lebar atau tekanan intra
abdomen yang tinggi. Karena pada neonatus ±90% prosesus vaginalis tetap
terbuka, dan pada bayi 1 tahun ±30% prosesus vaginalis belum menutup,
akan tetapi kejadian hernia pada usia ini hanya beberapa persen.
Tekanan intra abdomen yang tinggi secara kronik seperti batuk
kronik, hipertrofi prostat, konstipasi dan asites sering mencetuskan hernia.
Kelemahan dinding perut karena usia menyebabkan insiden hernia
meningkat seiring bertambahnya usia. Faktor lain seperti genetik juga dapat
menyebabkan hernia.

2.2.3 Diagnosis
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi
hernia. Pada hernia reponibel, keluhan satu-satunya adalah munculnya
benjolan di daerah inguinalis terutama pada saat batuk, bersin, mengejan atau
mengangkat benda berat. Lalu benjolan tersebut dapat menghilang saat
penderita berbaring. Keluhan nyeri dapat menyertainya walaupun jarang,
disebabkan mekanisme nyeri viseral karena regangan mesenterium saat satu
segmen usus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri ini dirasakan di daerah
epigastrium atau para umbilikal. Nyeri yang disertai mual muntah dapat
timbul jika telah terjadi inkarserasi dan strangulasi.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi atau
tidak. Jika tidak dapat direposisi, diagnosis ditegakkan atas dasar tidaknya
batas atas benjolan, dan adanya hubungan ke kranial melalui anulus
eksternus.
Hernia inguinalis lateralis muncul sebagai tonjolan berbentuk
lonjong, karena keluar melalui dua pintu (anulus inguinalis internus dan
eksternus), sedangkan hernia inguinalis medialis berbentuk tonjolan bulat,
karena langsung keluar melalui satu celah yaitu trigonum Hesselbach. Hernia
inguinalis medialis hampir selalu disebabkan oleh peningkatan tekanan intra
abdomen dan kelemahan dinding perut bagian trigonum Hesselbach. Oleh
karena itu, hernia ini kerap muncul bilateral, khususnya pada pria tua. Selain
itu hernia jenis ini jarang berpotensi inkerserasi/strangulasi karena cincinnya
yang besar. Pada hernia yang dapat direposisi, saat jari masih berada dalam
anulus eksternus, pasien dapat diminta mengejan, jika yang menyentuh
hernia adalah ujung jari pemeriksa, berarti itu adalah hernia inguinalis
lateralis; jika yang menyentuh hernia adalah bagian sisi jari, berarti hernia
tersebut adalah medialis. Cara ini disebut finger tip test.

2.2.4 Tata laksana


Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi
dan memakai semacam korset penyangga untuk mempertahankan agar isi
hernia yang telah direposisi tidak keluar kembali. Cara ini tidak
menyembuhkan, dan harus dipakai seumur hidup. Cara ini juga tidak dapat
dilakukan pada hernia inkarserata atau strangulata yang mutlak dilakukan
operasi.
Operasi merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia
inguinalis. Prinsip pembedahan hernia terdiri atas herniotomi dan
hernioplasti.
Herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan jika ada perlekatan, kemudian
direposisi.
Pada hernioplasti dilakukan tindakan memperkuat anulus inguinalis
internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernioplasti lebih penting artinya dalam mencegah residif
dibandingkan herniotomi. Herniotomi saja sering dilakukan pada anak-anak
penderita hernia kongenital, karena faktor penyebabnya hanya prosesus
vaginalis paten, sedangkan anulus inguinalis internusnya cukup elastis dan
dinding belakang kanalis inguinalis cukup kuat.
Gambar 1. Foto Inspeksi Objektif Pasien

Anda mungkin juga menyukai