Anda di halaman 1dari 24

PORTOFOLIO FAMILY HEALTH CARE PROJECT

KEPANITERAAN KLINIK MADYA DOKTER KELUARGA FKUB

Judul

Vulnus appertum regio frontalis dekstra karena terbentur mur plat sepeda motor, anak
3,5 tahun anak pertama dari pasutri muda yang sedang hamil 7 bulan, yang tinggal
serumah dengan 3 kepala keluarga (13 anggota keluarga) dan keadaan sosial dan
ekonomi memadai

Dokter Muda Pembina


Kariza Izzathy Ayu Arsari (105070107111013)
Puskesmas Kendalsari
Periode 16 November – 13 Desember 2015

Pembimbing
dr. A. Chusnul Chuluq, MPH
dr. Samsul Arifin
dr. Sri Purwani
dr. Febriani Lambogia

Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya


MALANG
2015

1
Tanggal kunjungan pasien ke Puskesmas : 28 Desember 2015
No. Rekam Medis :

Identitas Pasien:

Nama : An. Reza


Umur / tanggal lahir : 2 th
Jenis kelamin : Laki-Laki
Alamat : Jl. Kendalsari Gg.3/no.14 Malang
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Pekerjaan : Belum bekerja
Status perkawinan : Belum Menikah
Sistem pembayaran : Umum

Anamnesis:
Auto-Anamnesis / Hetero-Anamnesis
Keluhan Utama / Alasan Kedatangan:

Keluar cairan lembek berwarna coklat dari telinga kiri

Riwayat keluhan saat ini

Orang tua pasien datang bersama pasien ke Puskesmas kendalsari pada tanggal
28/12/2015 pada pukul 10.00 karena terdapat cairan lembek berwarna coklat dari telinga kiri
pasien. Menurut orang tua pasien, Cairan lembek berwarna coklat tersebut keluar sejak 3
hari yang lalu sebelum pasien dibawa berobat ke Puskesmas. Pada awalnya pasien rewel
dan sering menangis, kemudian keluar cairan berwarna kuning selama 2 hari dalam jumlah
yang sedikit, namun setelah itu pada hari ke-3 keluar cairan lembek berwarna coklat dalam
jumlah banyak. Saat itu yang mengetahui pertama kali adalah kakak pasien. Setelah
mengetahui hal tersebut orang tua pasien membersihkan dengan kapas. Kemudian pasien
segera dibawa ke puskesmas berharap agar mendapatkan penanganan lebih lanjut dan
cairan yang keluar dari telinga kiri bisa diobati. Orang tua pasien khawatir apabila pasien
tidak segera di bawa ke puskesmas, pasien akan mengalami tuli.

Keluhan lain yang dirasakan saat ini dan riwayat perjalanannya:

Tidak ada keluhan lain

Riwayat Penyakit Dahulu:

2
Tidak ada

Riwayat Keluarga (Family History)

Tidak ada yang terkait dengan luka pasien

Riwayat sosial (eksplorasi faktor risiko internal dan eksternal)

Pasien adalah anak ke tujuh dari, dari tujuh bersaudara .Sehari-hari pasien bermain di
sekitar rumah saja. Pasien tinggal serumah dengan keluarga besar yang terdiri dari ibu
pasien, kakek dan ke enam kakak pasien. Satu rumah sejumlah 13 orang. Ibu pasien tidak
bekerja hanya menjadi ibu rumah tangga, sedangkan ayah pasien bekerja sebagai
pedagang es.Orang tua pasien bekerja sebagai sales motor. Orang tua pasien memiliki
kendaraan bermotor, akses apabila akan berobat ke puskesmas menjadi sangat mudah.
Menurut ibunya pasien dirumah kegiatannya adalah bermain dengan saudaranya dan
terkadang dengan tetangga rumah.

Riwayat pengobatan

Sebelum dibawa ke puskesmas orang tua pasien hanya memberi betadin dan minyak
tawon pada luka tersebut.

Riwayat Kehamilan

Ibu pasien saat mengandung pasien rutin melakukan ANC tiap bulan di bidan dekat
rumahnya. Pasien merupakan anak pertama. HT, DM, anyang-anyangen, trauma,
perdarahan, keputihan, minum jamu-jamuan, pijat oyok disangkal.

Riwayat kelahiran

Pasien merupakan anak pertama. Lahir spontan di bidan, cukup bulan dengan berat badan
lahir 3750 gram,dengan panjang badan lahir 50 cm, langsung menangis, tidak biru dan
tidak kuning.

Riwayat Tumbuh Kembang


Tengkurap : 3 bulan
engkurap
Mengangkat kepala : 4 bulan

Merambat : 9 bulan
3
Babling : 10 bulan

Berjalan : 1 tahun
Riwayat Intake

ASI hanya sampai 2 bulan saja karena sudah tidak keluar setelah itu dilanjutkan susu
formula. Dan pada usia 6 bulan diberikan makanan pendamping ASI seperti bubur dll.
Pada umur sekarang pasien makan 3 kali sehari, setiap makan 1 centong nasi dan ayam
atau ikan,telor, sayur, buah, susu tetatpi daging jarang.

Riwayat Imunisasi

BCG, HB 0, polio 1 : (+)


DPT,HB 1, Polio 2 : (+)
DPT,HB 2, Polio 3 : (+)
DPT,HB 3, Polio 4 : (+)
Campak : (+)

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum dan Tanda Vital dan Status Gizi

Keadaan : Tampak sakit ringan Suhu : 36,5°C


Umum
Frek. Nadi : 96 x/menit, reguler, kuat TB : 94 cm
Frek. Nafas : 20 x/menit BB : 14 kg

Status Antroprometri

BB : 14 kg BB/TB : (0) SD
TB : 94 cm BMI : 15,5 kg/m2
LLA : 15,5 cm (0)SD – (-1)SD Status Gizi : Status Gizi Baik

4
5
Status Generalis

6
KEPALA
Inspeksi Anemis (-)/(-) ; Ikterik (-)/(-) ; pupil bulat
isokor (3 mm/3 mm), reflek cahaya (+)/(+)

luka terbuka (vulnus appertum) di regio


frontalis dekstra deangan ukuran 1,5 cm x
0,5 cm x 0,5 cm dengan kedalaman sedalam
otot, luka tampak bersih, terdapat memar di
sekitar luka. Krepitasi (-), deformitas (-)
LEHER
Inspeksi Simetris, Edema (-), Massa (-), Inflamasi (-)

Palpasi Pembesaran kelenjar limfe (-)/(-)


THORAX
a. Pulmo
Inspeksi : Gerakan statis & dinamis D=S
Palpasi: Stem Fremitus D=S
Perkusi : sonor sonor
sonor sonor
sonor sonor

V V Rh - - Wh - -
Auskultasi : V V - - - -
V V - - - -
b. Jantung
Inspeksi Iktus invisible

Palpasi Iktus palpable at ICS V MCL S

Perkusi LHM ~ Ictus, RHM ~ sternal line D

Auskultasi S1S2 single, regular, murmur (-), gallop (-)

ABDOMEN
Inspeksi Flat, jar. parut (-), radang umbilikus (-), rash
(-), massa (-)

BU (+) Normal
Auskultasi
Liver span 8 cm, traube’s space timpani,
Perkusi
shifting dullness (-)
Palpasi
Soefl, nyeri tekan (-), massa (-), hepar dan
lien tidak teraba
EKSTREMITAS 7
Superior Akral hangat, Anemis (-)/(-), Ikterik (-)/(-),
Edema (-)/(-), Sianosis (-)/(-)
Status Lokalis

Terdapat luka terbuka (vulnus appertum) di regio frontalis dekstra deangan ukuran 1,5 cm x
0,5 cm x 0,5 cm dengan kedalaman sedalam otot, luka tampak bersih, terdapat memar di
sekitar luka. Krepitasi (-), deformitas (-).

Pemeriksaan Penunjang

Tidak ada yang perlu di lakukan

Analisis yang mendasari penegakkan diagnosis aksis 2

Vulnus adalah terputusnya kontinuitas jaringan karena cedera atau pembedahan. Luka
bisa diklasifikasikan berdasarkan struktur anatomis,sifat,proses penyembuhan, dan lama
penyembuhan.
Berdasarkan sifat (abrasi,kontusio,insisi,laserasi,terbuka/appertum,puncture,sepsis dll).
Berdasarkan struktur lapisan kulit (superfisial yang meliputi; epidermis dan dermis dan full
thickness yang melibatkan epidermis,dermis, lapisan lemak, fascia, dan bahkan sampai
tulang.
Berdasarkan proses penyembuhan,dapat dikategorikan menjadi tiga, yaitu:
a) Penyembuhan primer (healing by primary intention)
Tepi luka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, tidak ada jaringan yang hilang.
Biasanya terjadi setelah suatu insisi. Penyembuhan luka berlangsung dari internal ke
eksternal.
b) Penyembuhan sekunder ( healing by secondary intention)
Sebagian jaringan hilang, proses penyembuhan berlangsung mulai dari pembentukan
jaringan granulasi di dasar luka dan sekitarnya.
c) Delayed primary healing (tertiary healing)
Penyembuhan luka berlangsung lambat, sering disertai infeksi, diperlukan penutupan
luka secara manual.
Berdasarkan lama penyembuhan bisa dibedakan menjadi akut dan kronis. Luka
dikatakan akut jika penyembuhan terjadi dalam 2-3 minggu.

PROSES PENYEMBUHAN LUKA


Luka akan sembuh sesuai tahapan spesifik yang dapat terjadi tumpang tindih
Fase penyembuhan luka dibagi menjadi tiga fase, yaitu:

a) Fase inflamasi:
• Hari ke-0 sampai 5.
• Respons segera setelah terjadi injuri berupa pembekuan darah untuk mencegah
kehilangan darah.
• Karakteristik: tumor, rubor, dolor,color,functio laesa.
• Fase awal terjadi hemostasis.

8
• Fase akhir terjadi fagositosis.
• Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi.

b) Fase proliferasi atau epitelisasi


• Hari ke-3 sampai 14.
• Disebut juga fase granulasi karena adanya pembentukan jaringan granulasi; luka
tampak merah segar, mengkilat.
• Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi: fibroblas, sel infl amasi, pembuluh darah
baru, fibronektin, dan asam hialuronat.
• Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan lapisan epidermis
pada tepian luka.Epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama pada luka insisi.

c) Fase maturasi atau remodelling


• Berlangsung dari beberapa minggu sampai 2 tahun.
• Terbentuk kolagen baru yang mengubah bentuk luka serta peningkatan kekuatan
jaringan (tensile strength).
• Terbentuk jaringan parut (scar tissue) 50-80% sama kuatnya dengan jaringan
sebelumnya.
• Pengurangan bertahap aktivitas seluler adan vaskularisasi jaringan yang mengalami
perbaikan.

Faktor yang mempengaruhi proses penyembuhan luka :


1. Status imunologi atau kekebalan tubuh
2. Kadar gula darah
3. Rehidrasi dan proses pencucian luka
4. Nutrisi
5. Suplai oksigen dan vaskularisasi
6. Local : infeksi, nekrosis,

Diaganosis

Anamnesa:
1. Penyebab luka
2. Kapan terjadinya luka
3. Apa saja yang dilakukan untuk mengurangi luka.
4. Ditanyakan faktor resiko yang mempengaruhi penyembuhan luka

Pemeriksaan fisik :
1. pastikan tidak ada bahaya lain yang mengancam nyawa pasien
2. Status gizi
3. Status generalis
4. Status lokalis
5. Memastikan apakah luka bersih atau kotor.

Penatalaksanaan :
1. Luka bersih  tidak ada bakteri atau perdarahan sudah berhenti  penutupan luka

9
primer, jika ada tanda-tanda infeksi tidak boleh dilakukan penutupan luka primer,
karena dapat terjadi infeksi pada kulit yang sudah tertutup.
2. Luka terkontaminasi  Penutupan luka secara sekunder proses penyembuhan
luka secara alamiah yang hasil akhirnya jaringan parut yang tampak di kulit.

Manajemen Luka :
1. Pembersihan luka (debridement)
2. Apabila operator merasa luka sudah merasa bersih luka boleh ditutup, bisa
menggunakan penjahitan atau cara lain.
3. Dalam penanganan luka, tujuan operator membantu proses penyembuhan normal
agar berjallan efektif dengan waktu masing- masing fase seminimal mungkin.

Medikamentosa :
1. Diberikan terapi antibiotik sebagai profilaksis
2. Dapat diberikan analgesik untuk mengurangi rasa nyeri

Prosedur penjahitan luka :


1. Anestesi lokal atau infiltrasi ( lidocain)
2. Irigasi dan debridement
3. Teknik penjahitan ( pemilihan jenis benang sangat bergantung dari operator, yang
disesuaikan dengan jenis luka serta kekurangan dan kelebihan masing-masing)
4. Masalah teknis yang harus diperhatikan: minimalisasi trauma jaringan, pastikan jarak
yang sama antara lebar dan kedalaman penjahitan pada kedua sisi, menghasilkan
kosmetik yang baik.
5. Perawatan luka pasca penjahitan
1. menggunakan kain tule untuk mencegah perlengkatan
2. antiseptik
3. antibiotik sesuai indikasi
4. tutup dengan kasa, lalu plester
5. Vaksinasi tetanus dapat dipertimbangkan bila riwayat imunisasi tidak jelas atau
kurang dari 3 dosis,

Pada pasien ini terdapat luka terbuka (vulnus appertum) di regio frontalis dekstra
deangan ukuran 1,5 cm x 0,5 cm x 0,5 cm dengan kedalaman sedalam otot, luka tampak
bersih, terdapat memar di sekitar luka. Krepitasi (-), deformitas (-).Menurut orang tua pasien,
luka tersebut terjadi dikarenakan saat pasien sedang berlari- lari pasien jatuh terbentur mur
di plat sepeda motor yang sedang diparkir dihalaman rumah pasien. Setelah mengetahui hal
tersebut orang tua pasien memberi minyak tawon dan betadin pada luka tersebut. Kemudian
pasien segera dibawa ke puskesmas berharap agar mendapatkan penaganan lebih lanjut
dan perdarahan dapat berhenti. Setelah di puskesmas dilakukan perawatan luka dengan
menggunakan NaCl 0,9 %, kemudian diberikan povidone iodine untuk prosedur
antisepsisnya dan kemudian dilakuka anestesi lokal menggunakan lidocain dan dilanjutkan
penjahitan dengan tekhnik simple suture, diberikan kain tule dan di tutup kasa dengan
plester. Dan untuk medikamentosanya diberikan amoxicilin 3 x 1 kemudian pasien diminta
untuk kontrol luka 3 hari kemudian.

10
Diagnosis Holistik
Aksis 1 - Aspek Personal

 Alasan Kedatangan : Orang tua pasien datang bersama


pasien ke Puskesmas kendalsari karena terdapat luka terbuka
di dahi kanan pasien akibat terkena mur pada plat sepeda
motor yang berada dihalaman rumah pasien.
 Persepsi : orang tua pasien merasa perdarahan yang
keluar dari luka pasien banyak dan takut terjadi sesuatu yang
membahayakan pada anaknya
 Harapan : orang tua pasien segera membawa pasien ke
puskesmas berharap agar pasien mendapatkan penaganan
lebih lanjut dan perdarahan dapat berhenti.
 Kekhawatiran: Orang tua pasien khawatir apabila pasien tidak
segera di bawa ke puskesmas, pasien akan mengalami infeksi
pada luka tersebut.
 Upaya : segera melakukan pertolongan pertama dan
memberikan betadin dan segera pasien segera dibawa ke
puskesmas.

Aksis 2 - Aspek Biomedis

Vulnus appertum di regio frontalis dekstra

Aksis 3 - Aspek Risiko Internal


 Usia anak – anak
 Status gizi baik
 Tidak ada kelainan atau kecacatan pada riwayat tubuh kembang.
 Pada pemeriksaan fisik dalam batas normal
 Sedang dalam pertumbuhan dan perkembangan sesuai umurnya

Aksis 4 - Aspek Risiko Eksternal :


 Kondisi status ekonomi memadai
 Hubungan dengan keluarga dan tetangga baik
 Lingkungan yang padat penduduk
 Dalam satu rumah terdiri dari 3 kepala keluarga (13 anggota keluarga)
 Ibu pasien sedang hamil 7 bulan
 Kurangnya pengawasan dari orang tua, karena orang tua bekerja dan hanya nenek
pasien yang mengawasi pasien dan 5 saudara pasien yang masih kecil juga (balita).

11
Aksis 5 - Derajat Fungsional : Derajat 1 (no difficulty at all)

Intervensi Komprehensif

Diagnosis Intervensi Komprehensif


Holistik
Aksis 1  Menjelaskan kepada orang tua dan keluarga lainnya mengenai
luka terbuka yang diderita pasien, baik dari pengertian,
penanganan, pentingnya kontrol, faktor resiko, komplikasi,
upaya yang dapat dilakukan dan prognosis.
 Mengevaluasi keluhan lain yang muncul dari pasien.
 Memberi penjelasan bahwa orang tua pasien tidak perlu
khawatir pada penyakit yang dialami pasien, karena
perdarahannya dapat berhenti dan dilakukan pembersihan
luka agar luka tersebut tidak menjadi sumber infeksi.
Aksis 2  Mengedukasi orang tua pasien mengenai penanganan
penghentian perdarahan dengan menjahit luka tersebut.
 Menjelaskan prosedur penjahitan luka.
 Mengedukasi kepada orang tua dan keluarga tentang proses
penyembuhan luka dan faktor lain yang membantu proses
penyembuhan luka.
 Mengedukasi orang tua pasien mengenai perawatan luka
dirumah secara mandiri.
 Mengedukasi pasien dan orang tua agar tetap meminum

12
obat yang telah diberikan secara teratur dan hingga habis.
 Mengedukasi orang tua pasien untuk kontrol 3 hari lagi ke
puskesmas untuk melihat perkembangan luka setelah di
lakukan penjahitan pada luka.
Aksis 3  Memberikan edukasi kepada orang tua pasien agar pasien
untuk tetap beraktivitas seperti biasa.
 Memberikan edukasi kepada orang tua pasien bahwa tidak
ada pantangan makanan apapun, makan seperti biasa (nasi,
sayur, lauk, buah,dll) dan perbanyak makanan yang
mengandung protein ( ayam, daging, telur, ikan dll) untuk
membantu dalam mempercepat penyembuhan luka.
 Memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien agar
tetap rutin mengkonsumsi obat, serta tetap melakukan
aktivitas sehari-hari yang dapat dilakukan sesuai usia pasien.
 Mengedukasi kepada orang tua pasien dan anggota keluarga
agar selalu mengawasi dan meluangkan waktu untuk
memberikan perhatian kepada pasien selama dalam masa
tumbuh kembang pasien.
 Memberikan edukasi kepada orang tua dan anggota
keluarga agar berhati-hati mengenai tempat, barang dan
faktor lain yang beresiko menyebabkan terjadinya cedera.
Aksis 4  Mengedukasi orang tua pasien untuk kontrol 3 hari lagi ke
puskesmas untuk melihat perkembangan luka setelah di
lakukan penjahitan pada luka.
 Menyarankan kepada orang tua pasien untuk lebih sering
berkomunikasi, berdiskusi dan meluangkan waktu yang lebih
untuk berinteraksi dengan anaknya serta menyelesaikan
secara bersama-sama apabila terdapat masalah dalam
keluarga.

Alasan pembinaan keluarga pada kasus ini:

Alasan pada pasien ini perlu dilakukan pembinaan keluarga, karena untuk mengetahui
keteraturan minum obat pasien, mengedukasi perawatan luka yang benar dan mengamati
kondisi rumah dan interaksi antar keluarga pada pasien. Apabila tidak sesuai maka dapat
dilakukan intervensi melalui edukasi.

13
Family Genogram

Kakek Nenek

Ibu ayah

Keterangan :

: Laki- laki

: Perempuan

: Meninggal

: Pasien

: Hipertensi

 Family Apgar

No. Pertanyaan Sering Kadang- Jarang


kadang
1. Saya puas karena saya dapat bercerita √
kepada keluarga saat saya memiliki
masalah
2. Saya puas dengan cara keluarga √
bermusyawarah untuk memecahkan

14
masalah
3. Saya puas karena diberikan kesempatan √
bertumbuh sesuai arah kehidupan yang
saya inginkan
4. Saya puas dengan kasih sayang yang √
terjalin di antara keluarga saya
5. Saya puas dengan keluarga membagi √
antara waktu pribadi dan waktu bersama

Penilaian nilai total:


8-10 : Fungsi keluarga baik (Highly Functional Family)
4-7 : Fungsi keluarga kurang baik (Moderately Functional Family)
0-3 : Fungsi keluarga tidak fungsional (Severely Disfuctional Family)

Skor Family APGAR = 8 Fungsi keluarga baik (highly Functional Family)

 Family SCREEM

Social Pasien dan keluarganya hidup dalam daerah perumahan yang padat
penduduk. Interaksi keluarga pasien dengan warga sekitarnya berjalan
dengan baik. Pasien dan keluarganya saling kenal dengan tetangganya.
Cultural Orang tua pasien dan pasien merupakan orang Jawa yang hidup di
lingkungan Jawa.
Religion Pasien dan keluarga beragama islam.
Economic Orang tua pasien saat ini bekerja sebagai sales motor. Sumber
pendapatan utama keluarga berasal dari orang tua pasien. Sumber
penghasilan tersebut mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari pasien dan
keluarganya. (status ekonomi yang memadai)
Education  Pasien sekarang merupakan murid PAUD, yang menurut guru di
sekolahnya pasien merupakan murid yang sangat aktif dan pintar serta
berani. Dan perkembangannya sesuai usianya.

 Pasien dan orang tua pasien dapat memahami penjelasan dan informasi
kesehatan yang diberikan.
Medical Di keluarga pasien apabila ada yang sakit selalu segera memeriksakan ke
puskesmas untuk mendapatkan penanganan yang tepat.

 Bentuk Keluarga: Keluarga campuran (extended family )


 Tahapan Keluarga (sesuai DUVAL) : Tahap III Family with pre-school children (oldest
child 2,5-5 tahun)

Mandala of Health

15
Mandala of Health

Culture

Lifestyle
Pola makan baik
Psycho-socio-
economic
Personal behavior Environment
Aktif dalam beraktivitas -Faktor ekonomi yang
Family
sesuai usia (ex.berlari-lari) memadai
Hubungan antar anggota -pengawasan dari
keluarga sangat dekat orang tua kurang

Sick care System Work


-
Laki-laki, 3,5 tahun
Pasien masih
Vulnus Appertum di sekolah di PAUD
regio frontalis
dekstra
Human Biology Physical environment

- Usia 3,5 tahun - pengawasan dari orang


tua kurang
- tumbuh kembang - Dalam satu rumah
sesuai usia terdapat 3 KK (15 orang)

Human-made environment

Biosphere
Dx Subyektif Obyektif Planning / Intervensi
Holistik
Aksis 1  Orang tua pasien  Pasien tampak  Memberi penjelasan kepada
merasa perdarahan sakit ringan orang tua dan keluarga
 Tidak terdapat
yang keluar dari lainnya mengenai luka
luka pasien banyak keluhan lain terbuka yang diderita pasien,
seperti: Demam,
dan takut terjadi baik dari pengertian,
sesuatu yang Pusing, mual, penanganan, pentingnya
muntah,
membahayakan kontrol, faktor resiko,
pada anaknya. pandangan kabur, komplikasi, upaya yang dapat
 Orang tua pasien pingsan, kejang dilakukan dan prognosis.
 Orang tua pasien
khawatir apabila  Memberi edukasi kepada

16
pasien tidak segera terlihat khawatir orang tua dan keluarga
di bawa ke dengan luka pada mengenai keluhan lain yang
puskesmas, pasien pasien dapat muncul dari pasien
akan mengalami setelah terjadi trauma .
 Memberi penjelasan bahwa
infeksi pada luka
orang tua pasien tidak perlu
tersebut.
khawatir pada penyakit yang
dialami pasien, karena
perdarahannya dapat berhenti
dan dilakukan pembersihan
luka agar luka tersebut tidak
menjadi sumber infeksi.

Aksis 2 Luka terbuka di dahi  Status Generalis :  Mengedukasi orang tua


Dalam batas
kanan dengan pasien mengenai
perdarahan terus - normal
penanganan penghentian
 Status Lokalis :
menerus Luka terbuka perdarahan dengan menjahit
(vulnus appertum) luka tersebut.
 Menjelaskan prosedur
di regio frontalis
penjahitan luka.
dekstra deangan
 Mengedukasi kepada orang
ukuran 1,5 cm x
tua dan keluarga tentang
0,5 cm x 0,5 cm
proses penyembuhan luka
dengan
dan faktor lain yang
kedalaman
membantu proses
sedalam otot, luka
penyembuhan luka.
tampak bersih,  Mengedukasi orang tua
terdapat memar di pasien mengenai perawatan
sekitar luka. luka dirumah secara
Krepitasi (-), mandiri.
deformitas (-)  Mengedukasi pasien dan
orang tua agar pasien tetap
meminum obat yang telah
diberikan secara teratur dan
hingga habis.
 Mengedukasi orang tua
pasien untuk kontrol 3 hari
lagi ke puskesmas untuk
melihat perkembangan luka

17
setelah di lakukan
penjahitan pada luka.
 Memberikan edukasi kepada
orang tua pasien bahwa
tidak ada pantangan
makanan apapun, makan
seperti biasa (nasi, sayur,
lauk, buah,dll) dan
perbanyak makanan yang
mengandung protein ( ayam,
daging, telur, ikan dll) untuk
membantu dalam
mempercepat penyembuhan
luka.

Aksis 3  Anak usia 3,5 tahun  pasien masih suka  Memberikan edukasi kepada
 Sedang dalam bermain dengan orang tua pasien agar
pertumbuhan dan saudaranya dan pasien untuk tetap
perkembangan terkadang dengan beraktivitas seperti biasa.
sesuai umurnya  Memberikan motivasi dan
tetangga rumah.
 Pasien sangat dukungan kepada pasien
aktif dalam agar tetap rutin
aktifitas sehari – mengkonsumsi obat, serta
hari. tetap melakukan aktivitas
sehari-hari yang dapat
dilakukan sesuai usia
pasien.
 Mengedukasi kepada orang
tua pasien agar selalu
mengawasi dan meluangkan
waktu untuk memberikan
perhatian kepada pasien
selama dalam masa tumbuh
kembang anaknya.
 Memberikan edukasi kepada
orang tua dan anggota
keluarga agar berhati-hati
mengenai tempat, barang

18
dan faktor lain yang beresiko
menyebabkan terjadinya
cedera.
Aksis 4  Lingkungan yang  Kurangnya  Mengedukasi orang tua
padat penduduk pengawasan dari pasien untuk kontrol 3 hari
 Dalam satu rumah orang tua, karena lagi ke puskesmas untuk
terdiri dari 3 kepala orang tua bekerja melihat perkembangan luka
keluarga (13 anggota dan hanya nenek setelah di lakukan
keluarga) pasien penjahitan pada luka.
 Ibu pasien sedang  Menyarankan kepada orang
hamil 7 bulan tua pasien untuk lebih sering
 Hanya nenek yang
berkomunikasi, berdiskusi
mengawasi 5
dan meluangkan waktu yang
cucunya (balita)
lebih untuk berinteraksi
termasuk pasien
dengan anaknya serta
sementara itu juga
menyelesaikan secara
mengerjakan
bersama-sama apabila
kegiatan dirumah
terdapat masalah dalam
keluarga

Intervensi yang telah dilakukan :


Kunjungan rumah Pertama (26 November 2015)

Dx Intervensi
Holistik
Aksis 1  Menjelaskan kepada orang tua dan keluarga lainnya mengenai luka
terbuka yang diderita pasien, baik dari pengertian, penanganan,
pentingnya kontrol, faktor resiko, komplikasi, upaya yang dapat dilakukan
dan prognosis.
 Memberi penjelasan bahwa orang tua pasien tidak perlu khawatir pada
penyakit yang dialami pasien, karena perdarahannya dapat berhenti dan
dilakukan pembersihan luka agar luka tersebut tidak menjadi sumber
infeksi.
Aksis 2  Mengedukasi orang tua pasien mengenai perawatan luka dirumah
secara mandiri.
 Follow up pasien agar tetap meminum obat yang telah diberikan secara
teratur dan hingga habis.
 Mengedukasi orang tua pasien untuk kontrol 3 hari lagi ke puskesmas
untuk melihat perkembangan luka setelah di lakukan penjahitan pada

19
luka.
 Follow up luka post dilakukan penjahitan pada pasien
 Follow up gejala lain yang muncul (ex.Demam,pusing,kejang, dll) apabila
muncul gejala tersebut mengedukasi agar segera pasien dibawa ke
puskesmas.
Aksis 3  Mengamati adanya keterbatasan dari pasien dalam aktivitas sehari- hari
yang dapat dilakukan sesuai usia pasien .
 Memberikan edukasi kepada orang tua pasien bahwa tidak ada
pantangan makanan apapun, makan seperti biasa (nasi, sayur, lauk,
buah,dll) dan perbanyak makanan yang mengandung protein ( ayam,
daging, telur, ikan dll) untuk membantu dalam mempercepat
penyembuhan luka.
 Memastikan obat yang diberikan di minum secara teratur.
 Mengedukasi kepada orang tua pasien agar selalu mengawasi dan
meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada pasien selama
dalam masa tumbuh kembang anaknya.
 Memberikan edukasi kepada orang tua dan anggota keluarga agar
berhati-hati mengenai tempat, barang dan faktor lain yang beresiko
menyebabkan terjadinya cedera.
Aksis 4  Melakukan pengamatan terhadap keadaan rumah pasien dan lingkungan
sekitar rumah pasien
 Melakukan pengamatan interaksi pasien dan keluarga di rumah pasien

 Family coping score : 5 Full participan, independent

Kunjungan Rumah Kedua ( 1 Desember 2015 )

Dx Intervensi
Holistik
Aksis 1  Menjelaskan kepada orang tua dan keluarga lainnya mengenai luka
terbuka yang diderita pasien, baik dari pengertian, penanganan,
pentingnya kontrol, faktor resiko, komplikasi, upaya yang dapat dilakukan
dan prognosis.
 Memberi penjelasan bahwa orang tua pasien tidak perlu khawatir pada
penyakit yang dialami pasien, karena perdarahannya dapat berhenti dan
dilakukan pembersihan luka agar luka tersebut tidak menjadi sumber
infeksi.
Aksis 2  Follow up keluhan pasien, dan perkembangan luka setelah jahitan sudah
diambil.
 Memastikan obat yang diberikan habis
 Memastikan pengetahuan orang tua dan anggota keluarga mengenai
perawatan luka dan penanganan awal pada anggota keluarga yang apabila

20
terjadi trauma berulang/ terjadi pada anggota keluarga lain.
 Mengedukasi orang tua dan anggota keluarga apabila terjadi trauma
jangan panik.
Aksis 3  Mengedukasi pasien agar tetap beraktivitas seperti biasa dan bermain
sesuai usianya.
 Mengedukasi pasien apabila dalam bermain harus tetap berhati-hati
terhadap resiko yang bisa menyebabkan cedera.
Aksis 4  Mengedukasi kepada orang tua pasien agar selalu mengawasi dan
meluangkan waktu untuk memberikan perhatian kepada pasien selama
dalam masa tumbuh kembang anaknya.
 Memberikan edukasi kepada orang tua dan anggota keluarga agar
berhati-hati mengenai tempat, barang dan faktor lain yang beresiko
menyebabkan terjadinya cedera.
 Melakukan tanya jawab seputar edukasi yang telah disampaikan pada
kunjungan sebelumnya dan memberikan penjelasan ulang dengan bahasa
yang sederhana
 Memfollow up kemajuan pasien dalam mengatasi masalah yang ada di
keluarga

Lampiran:

Karakteristik Rumah dan Lingkungan

Luas rumah: 8 x 9 m2

Jumlah orang dalam satu rumah: 13 orang

Luas halaman rumah: 2 x 1 m2

Bertingkat, lantai 2 untuk tempat menjemur

Lantai rumah dari: keramik

Dinding rumah dari: tembok

Penerangan di dalam rumah


Jendela: ada; Jumlah: 2 buah di ruang tamu depan; 3 buah di kamar tidur
Listrik: ada

Ventilasi
Kelembapan rumah:lembap
Bantuan ventilasi di dalam rumah: ada, cukup

Kebersihan di dalam rumah: bersih dan rapi

Tata letak Barang dalam rumah: tersusun rapi dan teratur

21
Sumber air
air minum dari: PAM
air cuci dan masak dari: PAM
Jarak sumber air dari septic tank: 2 m

Kamar Mandi Keluarga: ada dalam rumah


jumlah 1 buah, ukuran 3 x 3 m2

Jamban: Ada
Bentuk jamban: jongkok, tanpa pegangan

Tempat sampah: ada tempat sampah di dalam rumah dan di luar rumah
Kesan kebersihan lingkungan pemukiman: cukup

Kendaraan: 4 motor

Denah Rumah Pasien

22
Post penjahitan luka

Post pengangkatan jahitan

23
Kondisi rumah

24

Anda mungkin juga menyukai