TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Trauma adalah cedera/rudapaksa atau kerugian psikologis atau emosional (Dorland, 2002).
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat gangguan emosional
yang hebat (Brooker, 2001). Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang
dewasa kurang dari 44 tahun. Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor implikasi
pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja (Smeltzer,
2001).
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax yang dapat menyebabkan
kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam
atau bennda tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut. Trauma thorax adalah
semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax, baik trauma atau ruda paksa tajam atau
tumpul. (Lap. UPF bedah, 1994).
2.2 Etiologi
Benturan yang secara direk yang mengenai dinding torak dapat menyebabkan luka robek
dan kerusakan dari jaringan lunak dan tulang seperti tulang iga. Cedera thoraks dengan tekanan
yang kuat dapat menyebabkan peningkatan tekanan intratorakal sehingga menyebabkan ruptur
dari organ - organ yang berisi cairanatau gas. Contoh penyebab trauma tumpul adalah kecelakaan
kendaraan bermotor, jatuh, dan pukulan pada dada.
2.3 Insidensi
Secara keseluruhan angka mortalitas trauma thorax adalah 10 %, dimana trauma thorax
menyebabkan satu dari empat kematian karena trauma yang terjadi diAmerika Utara. Banyak
penderita meninggal setelah sampai di rumah sakit dan banyak kematian ini seharusnya dapat
dicegah dengan meningkatkan kemampuan diagnostik dan terapi. Kurang dari 10 % dari trauma
tumpul thorax dan hanya 15 ± 30% dari trauma tembus thorax yang membutuhkan tindakan
torakotomi. Mayoritas kasus trauma thorax dapat diatasi dengan tindakan teknik prosedur yang
akandiperoleh oleh dokter yang mengikuti suatu kursus penyelamatan kasus traumathorax.
Rongga thorax dibatasi oleh iga-iga, yang bersatu di bagian belakang padavertebra
thoracalis dan di depan pada sternum. Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan
berbentuk kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang berakhir di
anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yangmelayang. Kartilago dari 6 iga
memisahkan articulatio dari sternum, kartilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk
tepi kostal sebelum menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas
clavicula dan di atas organ dalamabdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.Musculus
pectoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama dinding anterior thorax. Musculus
latissimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan musculusgelang bahu lainnya membentuk lapisan
musculus posterior dinding posterior thorax.Tepi bawah musculus pectoralis mayor membentuk
lipatan/plika axillaris posterior. Dada berisi organ vital yaitu paru dan jantung. Pernafasan
berlangsung dengan bantuan gerak dinding dada.
Inspirasi terjadi karena kontraksi otot pernafasan yaitumusculus interkostalis dan
diafragma, yang menyebabkan rongga dada membesar sehingga udara akan terhisap melalui
trakea dan bronkus.Pleura adalah membran aktif yang disertai dengan pembuluh darah
danlimfatik. Disana terdapat pergerakan cairan, fagositosis debris, menambal kebocoranudara
dan kapiler. Pleura visceralis menutupi paru dan sifatnya sensitif, pleura ini berlanjut sampai ke
hilus dan mediastinum bersama ± sama dengan pleura parietalis,yang melapisi dinding dalam
thorax dan diafragma. Pleura sedikit melebihi tepi paru pada setiap arah dan sepenuhnya terisi
dengan ekspansi paru ± paru normal, hanyaruang potensial yang ada.Diafragma bagian muskular
perifer berasal dari bagian bawah iga keenamkartilago kosta, dari vertebra lumbalis, dan dari
lengkung lumbokostal, bagianmuskuler melengkung membentuk tendo sentral. Nervus frenikus
mempersarafimotorik dari interkostal bawah mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik
setinggi putting susu, turut berperan dalam ventilasi paru ± paru selama respirasi biasa /tenang
sekitar 75%.
6. Tension Pneumothorax
Tension pneumorothorax berkembang ketika terjadi one-way-valve (fenomenaventil), kebocoran
udara yang berasal dari paru-paru atau melalui dinding dada masuk ke dalam rongga pleura dan
tidak dapat keluar lagi (one-way-valve). Akibat udara yang masuk ke dalam rongga pleura yang
tidak dapat keluar lagi, maka tekanan diintrapleural akan meninggi, paru-paru menjadi kolaps,
mediastinum terdorong ke sisi berlawanan dan menghambat pengembalian darah vena ke jantung
(venous return),serta akan menekan paru kontralateral.Penyebab tersering dari tension
pneumothorax adalah komplikasi penggunaan ventilasi mekanik (ventilator) dengan ventilasi
tekanan positif pada penderita dengan kerusakan pada pleura viseral. Tension pneumothorax
dapat timbulsebagai komplikasi dari penumotoraks sederhana akibat trauma toraks tembus
atautajam dengan perlukaan parenkim paru tanpa robekan atau setelah salah arah
pada pemasangan kateter subklavia atau vena jugularis interna. Kadangkala defek atau perlukaan
pada dinding dada juga dapat menyebabkan tension pneumothorax, jikasalah cara menutup defek
atau luka tersebut dengan pembalut (occhusive dressings)yang kemudian akan menimbulkan
mekanisme flap-valve. Tension pneumothorax juga dapat terjadi pada fraktur tulang belakang
toraks yang mengalami pergeseran(displaced thoracic spine fractures).Diagnosis tension
pneumotorax ditegakkan berdasarkan gejala klinis, dantetapi tidak boleh terlambat oleh karena
menunggu konfirmasi radiologi. Tension pneumothorax ditandai dengan gejala nyeri dada,
sesak, distres pernafasan, takikardi,hipotensi, deviasi trakes, hilangnya suara nafas pada satu sisi
dan distensi vena leher.Sianosis merupakan manifestasi lanjut. Karena ada kesamaan gejala
antara tension pneumothorax dan tamponade jantung maka sering membingungkan pada
awalnyatetapi perkusi yang hipersonor dan hilangnya suara nafas pada hemitoraks yangterkena
pada tension pneumothorax dapat membedakan keduanya.Tension pneumothorax membutuhkan
dekompresi segera dan penanggulanganawal dengan cepat berupa insersi jarum yang berukuran
besar pada sela iga dua garismidclavicular pada hemitoraks yang mengalami kelainan. Tindakan
ini akanmengubah tension pneumothorax menjadi pneumothoraks sederhana (catatan
:kemungkinan terjadi pneumotoraks yang bertambah akibat tertusuk jarum). Evaluasiulang selalu
diperlukan. Tetapi definitif selalu dibutuhkan dengan pemsangan selangdada (chest tube) pada
sela iga ke 5 (garis putting susu) diantara garis anterior dan midaxilaris.
7. Hemothorax
Penyebab utama dari hemotoraks adalah laserasi paru atau laserasi dari pembuluh darah
interkostal atau arteri mamaria internal yang disebabkan oleh traumatajam atau trauma tumpul.
Dislokasi fraktur dari vertebra torakal juga dapatmenyebabkan terjadinya hemotoraks. Biasanya
perdarahan berhenti spontan dan tidak memerlukan intervensi operasi. Hemotoraks akut yang
cukup banyak sehinggaterlihat pada foto toraks, sebaiknya diterapi dengan selang dada kaliber
besar. Selangdada tersebut akan mengeluarkan darah dari rongga pleura, mengurangi
resikoterbentuknya bekuan darah di dalam rongga pleura, dan dapat dipakai dalammemonitor
kehilangan darah selanjutnya. Evakuasi darah atau cairan jugamemungkinkan dilakukannya
penilaian terhadap kemungkinan terjadinya ruptur diafragma traumatik.Walaupun banyak faktor
yang berperan dalam memutuskan perlunya indikasioperasi pada penderita hemotoraks, status
fisiologi dan volume darah yang kelura dariselang dada merupakan faktor utama. Sebagai
patokan bila darah yang dikeluarkansecara cepat dari selang dada sebanyak 1.500 ml, atau bila
darah yang keluar lebihdari 200 ml tiap jam untuk 2 sampai 4 jam, atau jika membutuhkan
transfusi darahterus menerus, eksplorasi bedah herus dipertimbangkan.
8. Hemothorax Masif
Hemotoraks masif yaitu terkumpulnya darah dengan cepat lebih dari 1.500 ccdi dalam rongga
pleura. Hal ini sering disebabkan oleh luka tembus yang merusak pembuluh darah sistemik atau
pembuluh darah pada hilus paru. Hal ini juga dapatdisebabkan trauma tumpul. Kehilangan darah
menyebabkan hipoksia. Vena leher dapat kolaps (flat) akibat adanya hipovolemia berat, tetapi
kadang dapat ditemukandistensi vena leher, jika disertai tension pneumothorax. Jarang terjadi
efek mekanik dari adarah yang terkumpul di intratoraks lalu mendorong mediastinum
sehinggamenyebabkan distensi dari pembuluh vena leher. Diagnosis hemotoraks ditegakkan
dengan adanya syok yang disertai suara nafas menghilang dan perkusi pekak pada sisidada yang
mengalami trauma.Terapi awal hemotoraks masif adalah dengan penggantian volume darah
yangdilakukan bersamaan dengan dekompresi rongga pleura. Dimulai dengan infus
cairankristaloid secara cepat dengan jarum besar dan kemudian pmeberian darah
dengangolongan spesifik secepatnya. Darah dari rongga pleura dapat dikumpulkan
dalam penampungan yang cocok untuk autotransfusi. Bersamaan dengan pemberian infus,sebuah
selang dada (chest tube) no. 38 French dipasang setinggi puting susu, anterior dari garis
midaksilaris lalu dekompresi rongga pleura selengkapnya. Ketika kitamencurigai hemotoraks
masif pertimbangkan untuk melakukan autotransfusi. Jika pada awalnya sudah keluar 1.500 ml,
kemungkinan besar penderita tersebutmembutuhkan torakotomi segera. Beberapa penderita yang
pada awalnya darah yangkeluar kurang dari 1.500 ml, tetapi pendarahan tetap berlangsung.
Ini jugamamebutuhkan torakotomi.Keputusan torakotomi diambil bila didapatkan kehilangan
darah terusmenerus sebanyak 200 cc/jam dalam waktu 2 sampai 4 jam, tetapi status
fisiologi penderita tetap lebih diutamakan. Transfusi darah diperlukan selama ada indikasiuntuk
toraktomi. Selama penderita dilakukan resusitasi, volume darah awal yangdikeluarkan dengan
selang dada (chest tube) dan kehilangan darah selanjutnya harusditambahkan ke dalam cairan
pengganti yang akan diberikan. Warna darah (arteriatau vena) bukan merupakan indikator yang
baik untuk dipakai sebagai dasar dilakukannya torakotomi. Luka tembus toraks di daerah
anterior medial dari garis puting susu dan luka di daerah posterior, medial dari skapula harus
disadari olehdokter bahwa kemungkinan dibutuhkan torakotomi, oleh karena
kemungkinanmelukai pembuluh darah besar, struktur hilus dan jantung yang potensial
menjaditamponade jantung. Torakotomi harus dilakukan oleh ahli bedah, atau dokter yangsudah
berpengalaman dan sudah mendapat latihan.
2. Kontusio Miocard
Terjadi karena ada pukulan langsung pada sternum dengan diikuti memar jantung dikenal
sebagai kontusio miocard. Manifestasi klinis cedera jantung mungkin bervariasi dari petekie
epikardial superfisialis sampai kerusakan transmural. Disritmiamerupakan temuan yang sering
timbul. Pemeriksaan Jantung yaitu dengan
IsoenzimCPK merupakan uji diagnosa yang spesifik, EKG mungkin memperlihatkan perubahan
gelombang T ± ST yang non spesifik atau disritmia.
3. Trauma Tumpul Jantung
Trauma tumpul jantung dapat menyebabkan kontusio otot jantung, ruptur atrium atau ventrikel,
ataupun kebocoran katup. Ruptur ruang jantung ditandaidengan tamponade jantung yang harus
diwaspadai saat primary survey. Kadang tandadan gejala dari tamponade lambat terjadi bila yang
ruptur adalah atrium. Penderitadengan kontusio miokard akan mengeluh rasa tidak nyaman pada
dada tetapi keluhantersebut juga bisa disebabkan kontusio dinding dada atau fraktur sternum
dan/ataufraktur iga. Diagnosis pasti hanya dapat ditegakkan dengan inspeksi dari miokardyang
mengalami trauma.Gejala klinis yang penting pada miokard adalah hipotensi, gangguan
hantaranyang jelas ada EKG atau gerakan dinding jantung yang tidak normal pada pemeriksaan
ekokardiografi dua dimensi. Perubahan EKG dapat bervariasi dankadang menunjukkan suatu
infark miokard yang jelas. Kontraksi ventrikel perematur yang multipel, sinus takikardi yang tak
bisa diterangkan, fibrilasi atrium, bundle branch block (biasanya kanan) dan yang paling sering
adalah perubahan segmen STyang ditemukan pada gambaran EKG. Elevasi dari tekanan vena
sentral yang tidak ada penyebab lain merupakan petunjuk dari disfungsi ventrikel kanan
sekunder akibatkontusio jantung. Juga penting untuk diingat bahwa kecelakaannya sendiri
mungkindapat disebabkan adanya serangan infak miokard akut. Penderita kontusio miokard yang
terdiagnosis karena adanya kondusksi yang abnormal mempunyai resikoterjadinya disrtimia
akut, dan harus dimonitor 24 jam pertama, karena setelah intervaltersebut resiko disritmia kaan
menurun secara bermakna.
4. Ruptur Aorta (Traumatic Aortic Disruption)
Ruptur aorta traumatic sering menyebabkan kematian segera setelahkecelakaan mobil tabrakan
frontal atau jatuh dari ketinggian. Untuk penderita yangselamat, sesampainya di rumah sakit
kemungkinan sering dapat diselamatkan bilaruptur aorta dapat diidentifikasi dan secepatnya
dilakukan operasi. Penderita denganruptur aorta (yang kemungkinan bisa ditolong), baisanya
laserasi yang terjadi tidak total dan dekat dengan ligamentum arteriosum. Kontinuitas dari aorta
dipertahankanoleh lapisan adventitia yang masih utuh atau adanya hematom mediastinum
yangmencegah terjadinya kematian segera. Walaupun ada darah yang lolos ke
dalammediastinum, tetapi pada hakekatnya ini adalah suatu hematoma yang belum
pecah.Hipotensi menetap atau berulang akan ditemukan sedangkan perdarahan di tempatlain
tidak ada. Bila rupture aorta berupa transeksi aorta, maka perdarahann yangterjadi masuk ke
dalam rongga pleura dan menyebabkan hipotensi biasanya berakibatfatal dan penderita harus
dilakukan operasi dalam hitungan menit.Seringkali gejala ataupun tanda spesifik ruptur aorta
tidak ada, namun adanyakecurigaan yang besar atas riwayat trauma, adanya gaya deselerasi dan
temuanradiologis yang khas diikuti arteriografi merupakan dasar dalam penetapan
diagnosis.Angiografi harus dilakukan secara agresif karena penemuan foto thorax, terutama pada
posisi berbaring, hasilnya tidak dapat dipercaya. Apabila ditemukan pelebaranmediastinum pada
foto thorax dan diberlakukan kriteria indikasi agresif untuk pemeriksaan angiografi maka hasil
positif untuk rupture aorta adalah sekitar 3%.Angiografi merupakan pemeriksaan gold standard
tetapi TransesofagealEchokardiografi (TEE) merupakan pemeriksaan minimal invasive yang
dapatdigunakan untuk membantu menegakkan diagnosis. CT helical dengan kontras saatini
merupakan cara terbaik untuk skrining cedera aorta.
2.6 Diagnosis
2.6.1 Anamnesis
2.7 Tatalaksana