Askep Cad
Askep Cad
KONSEP MEDIK
A. PENGERTIAN
Penyakit arteri koroner adalah penyempitan atau penyumbatan arteri koroner, arteri
yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat, jantung tak
mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan nyeri dada
yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat sama sekali,
akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).
B. ETIOLOGI
Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian paling
tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan merupakan
bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-faktor yang
meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :
1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).
Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung
ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).
Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis
ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit janting koroner apalagi
ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).
3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga.
Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam segi
diet keluarga.
4. Diabetes.
Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level gula
darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.
5.
1
Merokok.
Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit jantung
koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding (endotel) pembuluh
darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak yang akhirnya terjadi
sumbatan pembuluh darah.
6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).
Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung terhadap
dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan terjadinya
arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab penyakit
arteri/jantung koroner.
7. Kegemukan (obesitas).
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya lemak
yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih menyimpan
kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal terjadinya penyakit
jantung koroner.
8. Gaya hidup buruk.
Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin serta
pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit jantung
koroner.
9. Stress.
Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang
tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.
C. ANATOMI FISIOLOGI
2
Endapan lemak (ateroma atau plak) terbentuk secara bertahap dan tersebar di
percabangan besar dari kedua arteri koroner utama, yang mengelilingi jantung dan
menyediakan darah bagi jantung. Proses pembentukan ateroma ini disebut
aterosklerosis.
Ateroma bisa menonjol ke dalam arteri dan menyebabkan arteri menjadi sempit.
Jika ateroma terus membesar, bagian dari ateroma bisa pecah dan masuk ke dalam
aliran darah atau bisa terbentuk bekuan darah di permukaan ateroma tersebut.
Supaya bisa berkontraksi dan memompa secara normal, otot jantung (miokardium)
memerlukan pasokan darah yang kaya akan oksigen dari arteri koroner.
Jika penyumbatan arteri koroner semakin memburuk, bisa terjadi iskemi (berkurangnya
pasokan darah) pada otot jantung, menyebabkan kerusakan jantung.
Penyebab utama dari iskemi miokardial adalah penyakit arteri koroner.
Komplikasi utama dari penyakit arteri koroner adalah angina dan serangan jantung
(infark miokardial).
D. PATOFISIOLOGI
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol berlemak tertimbun di intima arteri besar.
Timbunan ini, dinamakan ateroma atau plak akan mengganggu absorbsi nutrient oleh
sel-sel endotel yang menyusun lapisan dinding dalam pembuluh darah dan menyumbat
aliran darah karena timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah.
3
Endotel pembuluh darah yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan
parut, selanjutnya lumen menjadi semakin sempit dan aliran darah terhambat. Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadi pembentukan
bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaimana terjadinya koagulasi intravaskuler, diikuti
oleh penyakit tromboemboli, yang merupakan komplikasi tersering aterosklerosis.
Berbagai teori mengenai bagaimana lesi aterosklerosis terjadi telah diajukan,tetapi
tidak satu pun yang terbukti secara meyakinkan. Mekanisme yang mungkin, adalah
pembentukan thrombus pada permukaan plak dan penimbunan lipid terus menerus.
Bila fibrosa pembungkus plak pecah, maka febris lipid akan terhanyut dalam aliran
darah dan menyumbat arteri dan kapiler di sebelah distal plak yang pecah.
Struktur anatomi arteri koroner membuatnya rentan terhadap mekanisme
aterosklerosis. Arteri tersebut terpilin dan berkelok-kelok saat memasuki jantung,
menimbulkan kondisi yang rentan untuk terbentuknya ateroma.
E. GAMBARAN KLINIS
Ada beberapa gejala yang lebih spesifik, antara lain:
1. Nyeri. Jika otot tidak mendapatkan cukup darah (suatu keadaan yang disebut
iskemi), maka oksigen yang tidak memadai dan hasil metabolisme yang
berlebihan menyebabkan kram atau kejang. Angina merupakan perasaan sesak
di dada atau perasaan dada diremas-remas, yang timbul jika otot jantung tidak
mendapatkan darah yang cukup. Jenis dan beratnya nyeri atau
ketidaknyamanan ini bervariasi pada setiap orang. Beberapa orang yang
mengalami kekurangan aliran darah bisa tidak merasakan nyeri sama sekali
(suatu keadaan yang disebut silent ischemia).
2. Sesak napas merupakan gejala yang biasa ditemukan pada gagal jantung.
Sesak merupakan akibat dari masuknya cairan ke dalam rongga udara di paru-
paru (kongesti pulmoner atau edema pulmoner).
3. Kelelahan atau kepenatan. Jika jantung tidak efektif memompa, maka aliran
darah ke otot selama melakukan aktivitas akan berkurang, menyebabkan
penderita merasa lemah dan lelah. Gejala ini seringkali bersifat ringan. Untuk
mengatasinya, penderita biasanya mengurangi aktivitasnya secara bertahap
atau mengira gejala ini sebagai bagian dari penuaan.
4. Palpitasi (jantung berdebar-debar).
5. Pusing & pingsan. Penurunan aliran darah karena denyut atau irama jantung
yang abnormal atau karena kemampuan memompa yang buruk, bisa
menyebabkan pusing dan pingsan.
F.
4
PEMERIKSAAN DIGNOSTIK
1. ECG menunjukan: adanya elevasi yang merupakan tanda dari iskemi, gelombang T
inversi atau hilang yang merupakan tanda dari injuri, dan gelombang Q yang
mencerminkan adanya nekrosis.
2. Enzym dan Isoenzym Pada Jantung: CPK-MB meningkat dalam 4-12 jam, dan
mencapai puncak pada 24 jam. Peningkatan SGOT dalam 6-12 jam dan mencapai
puncak pada 36 jam.
3. Elektrolit: ketidakseimbangan yang memungkinkan terjadinya penurunan konduksi
jantung dan kontraktilitas jantung seperti hipo atau hiperkalemia.
4. Whole Blood Cell: leukositosis mungkin timbul pada keesokan hari setelah serangan.
5. Analisa Gas Darah: Menunjukan terjadinya hipoksia atau proses penyakit paru yang
kronis atau akut.
6. Kolesterol atau Trigliseid: mungkin mengalami peningkatan yang mengakibatkan
terjadinya arteriosklerosis.
7. Chest X-Ray: mungkin normal atau adanya cardiomegali, CHF, atau aneurisma
ventrikiler.
8. Echocardiogram: Mungkin harus di lakukan guna menggambarkan fungsi atau
kapasitas masing-masing ruang pada jantung.
9. Exercise Stress Test: Menunjukan kemampuan jantung beradaptasi terhadap suatu
stress/ aktivitas.
G. PENGOBATAN
Pengobatan penyakit jantung koroner tergantung jangkauan penyakit dan gejala
yang dialami pasien.
1. Perubahan Gaya Hidup.
Pola makan sehat dan seimbang, dengan lebih banyak sayuran atau buah-buahan,
penting untuk melindungi arteri jantung kita. Makanan yang kaya lemak, khususnya
lemak jenuh, dapat mengakibatkan kadar kolesterol tinggi, yang merupakan komponen
utama kumpulan yang berkontribusi terhadap penyempitan arteri jantung.
5
Olah raga teratur berperan penting untuk menjaga kesehatan jantung. Olah raga membantu kita
untuk menjadi fit dan membangun system sirkulasi yang kuat. Ini juga membantu kita
menurunkan berat badan. Obesitas biasanya tidak sehat, karena mengakibatkan insiden
hipertensi, diabetes mellitus, dan tingkat lemak tinggi menjadi lebih tinggi, semua yang dapat
merusak arteri jantung.
2. Pengendalian Faktor Resiko Utama Penyakit Jantung Koroner.
Diabetes melitus, merokok, tingkat kolesterol tinggi, dan tekanan darah tinggi adalah empat
faktor utama yang mengakibatkan resiko penyakit jantung koroner lebih tinggi. Pengendalian
keempat faktor resiko utama ini dengan baik melalui perubahan gaya hidup dan/atau obat-
obatan dapat membantu menstabilkan progresi atherosklerosis, dan menurunkan resiko
komplikasi seperti serangan jantung.
3. Terapi Medis.
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang paling umum
diantaranya:
a. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.
Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan gumpalan darah terbentuk
pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari itu mengurangi resiko serangan jantung.
b. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).
Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan darah, sehingga
menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.
c. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).
Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian meningkatkan aliran darah ke
otot jantung dan mengurangi gejala nyeri dada.
Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan berupa tablet atau semprot di
bawah lidah, biasa digunakan untuk penghilang nyeri dada secara cepat.
d. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril) and Angiotensin
Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).
Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah, dan juga membantu
menurunkan tekanan darah.
e. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin, Atorvastatin,
Rosuvastatin).
6
Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein Densitas-Rendah), yang
merupakan salah satu penyebab umum untuk penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-
obatan tersebut merupakan andalan terapi penyakit jantung koroner.
4. Intervensi Jantung Perkutan.
Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang menyempit. Melalui
selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik selangkang atau pergelangan, balon diantar ke
segmen arteri jantung yang menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan.
Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk membantu menahan arteri
terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana) atau memiliki selubung obat (berlapis obat).
Metode ini seringkali menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk
penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat meringankan gejala angina
dengan sangat efektif. Umumnya, pasien dengan penyakit pembuluh darah single atau double
mendapat keuntungan dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan
fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri Jantung sering
merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan yang lebih baik.
5. Operasi.
a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).
CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada, lengan, atau kaki
untuk membangun rute baru untuk aliran darah langsung ke otot jantung. Ini menyerupai
membangun jalan tol parallel ke jalan yang kecil dan sempit.
Ini adalah operasi yang aman, dengan rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa
serangan jantung sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko dapat
serendah 1 persen.
Operasi biasanya dilakukan melalui sayatan di tengah dada, ahli bedah memilih untuk
melakukan prosedur dengan jantung masih berdetk, menggunakan alat khusus yang dapat
menstabilkan porsi jantung yang dijahit.
b. Operasi Robotik.
7
Sebagai tambahan, NHCS juga mulai melakukan CABG melalui program operasi robotic.
Penggunaan instrument ini sekarang membolehkan operasi untuk dilakukan menggunakan
sayatan kecil keyhole di dinding dada.
Metode ini menghasilkan pemulihan lebih cepat, mengurangi nyeri, dan resiko infeksi luka
lebih rendah. Namun, ini sesuai untuk bypass hanya satu atau dua pembuluh darah.
c. Revaskularisasi Transmiokardia.
Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk melakukan CABG, prosedur
disebut Revaskularisasi Transmiokardia juga tersedia di NHCS.
Pada prodesur ini, laser digunakan untuk membakar banyak lubang kecil pada otot jantung.
Beberapa lubang ini berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi
angina.
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Identitas
1) Identitas Klien
Nama : Tn. M
Umur : 50 Tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : SLTA
Pekerjaan : Tidak bekerja
Suku / bangsa : Sunda / Indonesia
Status marital : Menikah
Tanggal masuk RS : 11 April 2005
Tanggal Pengkajian : 12 April 2005
No. Medrek : 05018869
: Coronary Artery Desease (CAD) Angina Pektoris Akut
Alamat : Citepus II No. 24 Cicendo
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Klien mengeluh nyeri pinggang.
Pola Di Rumah
No Di Rumah
Aktivitas Sakit
1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi 3 x/hari 3 x/hari
Jenis Nasi, lauk pauk, Diet bubur/lunak
sayuran
Pantangan Makanan Makanan yang
berlemak dan tinggi garam dan
gorengan berlemak
Keluhan Tidak ada Tidak ada
keluhan keluhan
b. Minum
Frekuensi
Jenis 1500 - 2000 1000 - 2500
Keluhan cc/hari cc/hari
Air putih Air putih
Apabila kurang Karena banyak
minum suka minum klien jadi
sakit pinggang sering kencing
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi 1-2 hari sekali 1 x sehari
Konsistensi Lembek, warna Lembek, warna
kuning kuning
Keluhan Tidak ada Tidak ada
masalah masalah
b. BAK
Frekuensi 10 – 12 x/hari
Warna 5 – 6x/.hari Kuning jernih
Keluhan Kuning jernih Klien sering
Tidak ada kencing pada
keluhan malam hari.
3 Personal
Hygiene 2 x/hari 1 x/hari, diseka
a. Mandi 2 x/hari saat 1 x/hari
b. Gosok gigi mandi Belum pernah
c. Keramas 2 x seminggu 1 x/hari
d. Ganti pakaian 2 x/hari Belum pernah
e. Gunting kuku 1 x seminggu Tidak ada
f. Keluhan
Tidak ada masalah
masalah
4 Intirahat Tidur
a. Tidur siang Jarang 2 - 3 jam
b. Tidur malam 5 – 7 jam 5 – 6 jam
c. Keluhan Tidak ada Klien sering
keluhan terbangun
tengah malam
karena ingin
kencing
sehingga
mengganggu
waktu tidur.
5 Pola aktivitas Klien bekerja Karena klien
wiraswasta tapi sakit sehingga
sejak sering sakit aktivitas klien
klien hanya menjadi terbatas,
tinggal di rumah. tetapi klien
masih bisa
memenuhi ADL
nya dengan
mandiri ataupun
dibantu oleh
keluarga.
d. Pemeriksaan Fisik
a) Sistem Pencernaan
Mukosa bibir kering, lesi (-), warna gigi kuning gading, ada caries, gigi
berjumlah 32 tetapi terdapat gigi palsu 7 : 3112 2112
2212 2111
warna lidah merah muda, tak ada lesi, mukosa mulut lembab. Bentuk abdomen datar, asites (-),
tidak teraba pembesaran hepar dan lien. Bising usus 8 x/menit. Pada palpasi abdomen tidak
teraba distensi.
b) Sistem Pernafasan
Bentuk hidung simetris, septum nasi terletak ditengah, lesi (-), PCH (-), mukosa rongga hidung
kering, tidak ada nyeri pada palpasi sinus. Bentuk leher simetris, bentuk thorak simetris, tidak
ada retraksi otot interkostalis, ekspansi kedua paru sama, bunyi paru resonan, frekuensi nafas
cepat 20 x/menit, tidak ada clubing finger.
c) Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada oedema kelopak mata, tidak terdapat peningkatan JVP, bunyi jantung S1 dan S2 murni
regular, terdengar agak melemah, apek kordis teraba di ICS ke 5 midklavikula kiri, CRT
kembali kurang dari 3 detik,
d) Sistem Endokrin
Tidak terdapat pembesaran kelenjar thyroid dan getah bening, pertumbuhan badan sesuai dengan
usia, tidak ada tremor pada anggota tubuh, tidak ada hiper atau hipopigmentasi pada area tubuh
tertentu.
e) Sistem Perkemihan
Tidak teraba pembengkakan pada ginjal kiri dan kanan, tidak ada nyeri tekan pada kedua ginjal.
Blas teraba penuh, tidak terpasang kateter.
f) Sistem Muskuloskeletal
Ekstremitas Atas :
Bentuk simetris, tidak terdapat oedema, tidak terdapat luka, tidak terpasang infus. Reflek bisep
+/+, reflek tricep +/+, ROM (+), kekuatan otot 5/5.
Ekstremitas Bawah :
Bentuk simetris, tidak ada luka, tidak terdapat odema, refleks patella +/+, ROM (+), kekuatan
otot 5/5.
g) Sistem Integumen
Distribusi rambut merata, warna hitam, tidak rontok, kulit kepala bersih, kuku tangan dan kaki
pendek dan cukup bersih, suhu tubuh 36,70 C.
h) Sistem Persyarafan
(a) Kesadaran
Kompos mentis dengan nilai GCS E4 M6 V5, orientasi terhadap tempat, orang dan waktu sangat
baik.
(b) Memori
Memori klien tidak terganggu, klien dapat mengingat tanggal, bulan dan tahun kelahirannya.
(c) Tes Fungsi Kranial
N. Olfaktorius
Fungsi penciuman klien baik, klien dapat membedakan bau kayu putih dan bau alkohol dengan
tepat.
N. Optikus
Klien dapat membaca papan nama mahasiswa dengan benar dari jarak kurang lebih 30 cm.
N. Okulomotoris, trochlearis dan abdusen
Klien dapat menggerakan bola matanya ke lateral, samping kiri kanan dan oblique, refleks pupil
terhadap cahaya +/+, tidak ada strabismus.
N. Trigeminus
Klien dapat merasakan usapan kapas pada dahi, pipi dan mandibula sambil matanya ditutup.
Teraba kontraksi otot masseter pada saat klien mengunyah.
N. Fasialis
Klien dapat mengangkat alis secara simetris, dapat tersenyum dengan bibir simetris. Klien dapat
merasakan rasa manis, asin dan asam pada saat makan.
N. Akustikus
Klien dapat mendengarkan pertanyaan-pertanyaan dengan suara yang tidak terlalu keras dan
dapat menjawabnya sesuai dengan apa yang ditanyakan.
N. Glosofaringeus dan Vagus
Uvula terletak ditengah, ovula bergetar saat klien mengatakan “ah…”, refleks menelan baik.
N. Assesorius
Klien dapat mengangkat kedua bahu secara simetris, dapat menoleh kearah kiri dengan melawan
tahanan tangan perawat.
N. Hipoglosus
Klien dapat menjulurkan lidahnya secara simetris dan dapat menggerakannya ke atas dan ke
bawah, samping kiri dan kanan secara simetris.
e. Data Psikologis
1) Status emosi
Saat dikaji emosi klien tampak stabil, ekspresi wajah klien sesuai dengan apa yang
dibicarakannya. Klien mengatakan ingin cepat pulang, klien mengatakn tidak mau terlalu lama
dirawat karena klien tidak mau menambah beban keluarganya.
2) Konsep diri
a) Gambaran diri
Klien menerima keadaan kondisi fisiknya sekarang, klien mengatakan tidak ada yang istimewa
pada anggota tubuhnya dan klien menyenangi semua anggota tubuhnya.
b) Harga diri
Klien mersa bangga pada istrinya walaupun istrinya sibuk bekerja sebagai perawat tetapi setiap
hari setelah selesai bekerja selalu menemaninya.
c) Ideal diri
Klien berharap cepat sembuh dan cepat pulang. Walaupun setelah pulang klien hanya diam di
rumah karena klien tidak bekerja.
d) Identitas diri
klien mengatakan sebagai kepala keluarga bagi anggota keluarganya, ia tetap dianggap ayah
sekaligus suami oleh anak dan istrinya.
e) Peran diri
Semenjak klien sering sakit klien tidak bekerja lagi karena kondisi klien tidak memungkinkan,
tetapi anggota keluarganya sudah menerima keadaan dirinya tetapi klien merasa tidak dapat
berperan seutuhnya sebagai kepala keluarga yang seharusnya memberikan nafkah pada
keluarganya.
3) Gaya komunikasi
Klien berbicara jelas dan santai, klien mengurangi banyak bicara agar tidak terlalu capek.
4) Pola koping
Bila ada masalah dalam keluarga, klien suka membicarakannya dengan istrinya dengan harapan
dapat terpecahkan masalahnya.
f. Data Sosial
1) Hubungan Sosial
Klien tinggal dalam satu kamar bersama dengan 5 klien lainnya, hubungan klien dengan anggota
keluarga sangat baik. Klien cukup kooperatif terhadap perawat, mahasiswa dan dokter. Klien
tidak menarik diri dari lingkungan. Klien tidak mengikuti organisasi masyarakat di tempat
tinggalnya.
2) Gaya hidup
Setiap harinya klien hanya tinggal di rumah karena klien tidak bekerja. Semenjak mempunyai
penyakit jantung klien mempunyai pantangan minum kopi dan juice alpukat serta pantangan
makan gorengan dan makanan berlemak karena klien tidak mau memperberat penyakitnya.
g. Data Spiritual
1) Falsafah Hidup
Klien seorang muslim, menyadari bahwa setiap orang ada saatnya sakit dan saatnya sehat, sakit
yang dialaminya sekarang merupakan ujian dari Allah.
2) Konsep ketuhanan
Klien selalu berdoa dan berharap kepada Allah SWT agar diberikan kesembuhan, ia pasrah
dengan keadaannya sekarang
h. Data Penunjang
1) Laboratorium
Tanggal 8 April 2005
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai rujuk
Haematologi
Hb 13,1 13 – 18 gr/dl
Leukosit 6100 3,8 – 10.6 ribu
Hematokrit 40 40 – 42
Trombosit 201.000 150 – 440 ribu
APTT 37,1 22,4 – 42,4 detik
Kimia darah
Ureum 29 15 – 50 mg/dl
Kreatinin 10 0,6 – 1,1 mg/dl
Glukosa puasa 75 70 – 110 mg/dl
2) Terapi
Plavix 1 x 1 tablet
Tromboaspilet 2 x 1 tablet
Cedocard 5
ISDN 3 x 10
2. Analisa Data
Kemungkinan Penyebab Dan
No Data Masalah
Dampak
1 DS : Atherosclerosis Gangguan
– Klien mengatakan
rasa nyaman
nyeri pada pinggang
tersa panas dan Supply O2 ke koroner menurun : nyeri
dirasakan semakin
berat
– Klien mengatakan
Metabolisme anaerob
nyeri dirasakan ber (+)
jika klien terlalu
banyak aktivitas dan
kurang minum dan ber
(-) jika klien istirahat
DO : Merangsang pelepasan substansi P,
– Klien dengan CAD bradikinin, histamin, serotonin dan
Angina Pektoris Akut prostaglandin
– Nyeri tidak menyebar
ke area dada
– Lamanya nyeri + 5 mnt Merangsang nosi reseptor
– Skala nyeri 2 dari skala
0-5
– TD : 120 / 80 mmhg Dihantarkan oleh serabut syaraf delta
N : 73 x / menit A dan C
R : 20 x / menit
S : 36,7 0C
Dialirkan dalam bentuk
elektrokimia impuls ganglion radiks
menuju dorsal horn di
medulaspinalis
Dihantarkan ke traktus
spinothalamikus
Thalamus
Cortex cerebri
Nyeri dipersepsikan
Simpatis terangsang
RAS teraktivasi
REM menurun
3 DS : Gangguan
- Klien mengatakan Klien menderita CAD + 5 tahun konsep diri :
ingin cepat pulang peran
karena tidak mau
membebani Klien sejak sakit tidak bekerja
keluarganya
- Klien mengatakan
selama klien sakit klien Klien tidak dapat memenuhi
tidak bekerja lagi kewajibannya memberikan nafkah
- Klien mengatakan untuk keluarganya
tidak dapat
menjalankan seutuhnya Klien tidak dapat berperan seutuhnya
peran sebagai kepala sebagai kepala keluarga
keluarga
DO :
- Klien menderita CAD
+ sudah 5 tahun
- Klien sejak sakit tidak
bekerja lagi
- Istrinya bekerja
sebagai perawat
Diagnosa Intervensi
No
Keperawatan Tujuan Rencana Rasional
1. Gangguan rasa nyaman Tupan : 1. Kaji tanda-tanda vital 1. Mengetahui keadaan umum
: nyeri b.d penurunan Rasa nyaman klien 2. Atur posisi klien senyaman klien
supply O2 ke koroner terpenuhi mungkin 2. Posisi yang nyaman dapat
ditandai dengan : menurunkan ketegangan ot
DS : Tupen : 3. Tenangkan klien bahwa dan meningkatkan
– Klien mengatakan nyeri Setelah dilakukan perawat mengetahui nyeri yang kenyamanan
pada pinggang tersa perawatan selama 2 hari, dirasakan klien adalah nyata 3. Rasa takut bahwa nyerinya
panas dan dirasakan nyeri berkurang dengan dan perawat akan membantu tidak dianggap nyata dapat
semakin berat kriteria evaluasi: klien mengurangi nyeri tersebut meningkatkan ansietas dan
– Klien mengatakan nyeri - Klien mengatakan nyeri4. Kaji respon perilaku klien mengurangi toleransi nyeri
dirasakan ber (+) jika berkurang terhadap nyeri dan pengalaman
klien terlalu banyak - Klien mampu nyeri 4. Memberikan informasi
aktivitas dan kurang melakukan teknik tambahan tentang nyeri kli
minum dan ber (-) jika distraksi dan relaksasi 5. Berikan dorongan penggunaan
klien istirahat - Klien tampak tenang strategi pereda nyeri yang telah5. Memberikan dorongan
DO : - Skala nyeri berkurang klien terapkan dengan berhasil strategi peredaan nyeri yan
– Klien dengan CAD menjadi 1 pada pengalaman nyeri dapat diterima klien dan
Angina Pektoris Akut - Tanda-tanda vital dalam sebelumnya keluarga
– Nyeri tidak menyebar batas normal : 6. Lakukan setiap tindakan secara
ke area dada TD : 120/ 90 mmhg perlahan 6. Gerakan perlahan dapat
– Lamanya nyeri + 5 mnt N : 60 – 100 x / menit 7. Berikan tindakan kenyamanan, menurunkan spasme otot
– Skala nyeri 2 dari skala RR : 12 – 20 x / menit contoh : pijatan pinggang, 7. Membantu menurunkan ra
0-5 S : 36,5 – 37,5 0C nafas dalam, latihan relaksasi, nyeri
– TD : 120 / 80 mmhg ajak klien ngobrol
N : 73 x / menit 8. Kaji respon nyeri, catat lokasi,
R : 20 x / menit lama, intensitas (0-5) dan
S : 36,7 0C karakteristiknya (dangkal, 8. Membantu menentukan
tajam, konstan) pilihan keefektifan
9. Kolaborasi pemberian obat intervensi. Tingkat ansietas
sesuai indikasi : analgetik, dapat mempengaruhi
narkotik persepsi/ reaksi terhadap
nyeri
9. Dapat memblokir
penghantaran rangsang nye
Hasil :
- Plavix 1 tablet / oral
- Tromboaspilet 1 tablet / oral
- Cedocard / oral
- ISDN / oral