PENDAHULUAN
1
Operasi darurat hernia inkaserata merupakan operasi terbanyak nomor dua
setelah operasi darurat apendisitis akut. Selain itu,hernia inkaserata merupakan
penyebab obstruksi usus nomor satu di indonesia.1
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
2.1.3 Kelebihan dan Kekurangan Anestesi Umum
1) Kelebihan anestesi umum adalah sebagai berikut;
1. Mengurangi kesadaran dan ingatan pasien intraoperatif
2. Memungkinkan relaksasi otot yang tepat untuk waktu yang lama
3. Memfasilitasi kontrol lengkap jalan nafas, pernapasan, dan sirkulasi
4. Dapat digunakan dalam kasus kepekaan terhadap agen anestesi lokal
5. Dapat diberikan tanpa memindahkan pasien dari posisi telentang
6. Dapat disesuaikan dengan mudah dengan prosedur durasi atau jangkauan yang
tidak dapat diprediksi.
2) Kekurangan anestesi umum meliputi:
1. Membutuhkan peningkatan kompleksitas perawatan dan biaya yang terkait
2. Membutuhkan beberapa tingkat persiapan pasien pra operasi
3. Dapat menyebabkan fluktuasi fisiologis yang memerlukan intervensi aktif
4. Berhubungan dengan komplikasi yang kurang serius seperti mual atau muntah,
sakit tenggorokan, sakit kepala, menggigil, dan tertunda kembali ke fungsi
mental normal.
5. Berhubungan dengan hipertermia ganas, kondisi otot bawaan yang jarang
diwariskan dimana paparan beberapa (tapi tidak semua) agen anestesi umum
menghasilkan kenaikan suhu akut dan berpotensi mematikan, hiperkarbia,
asidosis metabolik, dan hiperkalemia.
Dengan kemajuan modern dalam pengobatan, teknologi pemantauan, dan sistem
keamanan, serta penyedia anestesi terdidik tinggi, risiko yang disebabkan oleh anestesi
pada pasien yang menjalani operasi rutin sangat kecil. Kematian akibat anestesi umum
dikatakan terjadi pada tingkat di bawah 1: 100.000. Komplikasi minor terjadi pada
tingkat predikabel, bahkan pada pasien yang sebelumnya sehat.2
4
2.1.5 Komponen Anestesia2
Komponen anestesia yang ideal (trias anestesi) terdiri dari :
(1) Hipnotik, Hipnotik didapat dari sedatif, anestesi inhalasi (halotan, enfluran,
isofluran, sevofluran).
(2) Analgesia, Analgesia didapat dari N2O, analgetika narkotik, NSAID tertentu
(3) Relaksasi otot, Relaksasi otot diperlukan untuk mengurangi tegangnya tonus
otot sehingga akan mempermudah tindakan pembedahan.
5
Plana 4 : pernapasan tidak teratur oleh perut karena otot interkostal paralisis
total, pupil sangat midriasis, refleks cahaya hilang, refleks sfingterani dan
kelenjar air mata tidak ada, relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat
menurun).
d) Stadium IV (paralisis medulla oblongata) dimulai dengan melemahnya
pernapasan perut dibanding stadium III plana 4. Pada stadium ini tekanan darah
tidak dapat diukur, denyut jantung berhenti dan akhirnya terjadi kematian.
Kelumpuhan pernapasan pada stadium ini tidak dapat diatasi dengan pernapasan
buatan.
6
Abdomen untuk melihat adanya distensi, massa, asites yang dapat
membuat tekanan intra abdominal meningkat sehingga dapat menyebabkan
regurgitasi.
3. Pemeriksaan laboratorium
Darah : Hb, leukosit, golongan darah, hematokrit, masa pembekuan, masa
perdarahan, hitung jenis leukosit
Urine : protein, reduksi, sedimen
Foto thoraks
EKG : terutama pada pasien diatas 40 tahun karena ditakutkan adanya
iskemia miokard
Spirometri dan bronkospirometri pada pasien tumor paru
Fungsi hati pada pasien ikterus
Fungsi ginjal pada pasien hipertensi
Analisa gas darah, elektrolit pada ileus obstruktif
II. Perencanaan anastesia
Pembedahan elektif boleh ditunda tanpa batas waktu untuk menyiapkan agar pasien
dalam keadaan bugar, sedangkan pada operasi cito penundaan yang tidak perlu harus
dihindari.
7
ASA 5 : pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi
mungkin saja dapat menyelamatkan tapi resiko kematian tetap jauh lebih besar.
Misalnya operasi pada pasien koma berat
ASA 6 : pasien yang telah dinyatakan telah mati batang otaknya yang mana
organnya akan diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi
yang membutuhkan
Pada bedah cito atau emergency biasanya dicantumkan huruf E.
2.1.8 Premedikasi1,2
Premedikasi adalah pemberian obat 1-2 jam sebelum induksi anesthesia dengan
tujuan untuk melancarkan induksi, rumatan dan bangun dari anestesi diantaranya:
Meredakan kecemasan dan ketakutan, misalnya diazepam
Memperlancar induksi anestesia, misalnya pethidin
Mengurangi sekresi kelenjar ludah dan bronkus, misalnya sulfas atropindan
hiosin
Meminimalkan jumlah obat anestetik, misalnya pethidin
Mengurangi mual-muntah pasca bedah, misalnya ondansetron
Menciptakan amnesia, misalnya diazepam,midazolam
Mengurangi isi cairan lambung
Mengurangi refleks yang membahayakan, misalnya tracurium, sulfas atropine
Obat-obat premedikasi dapat digolongkan seperti di bawah ini :
1. Narkotik analgetika, misalnya:
8
Morfin: Dosis dewasa biasa 8-10 mg i.m. obat ini digunakan untuk
mengurangi kecemasan dan ketegangan pasien menjelang pembedahan.
Morfin adalah depresan susunan saraf pusat.
Pethidin: Dosis dewasa 1mg/kgBB sering digunakan untuk menekan
tekanan darah dan pernafasan dan juga merangsang otot polos.
2. Transqualizer yaitu dari golongan benzodiazepine, misalnya diazepam dan
midazolam. Diazepam dapat dberikan peroral 10-15 mg beberapa jam sebelum
induksi anesthesia
3. Barbiturat, misalnya phenobarbital dan sekobarbital sering digunakan untuk
sedasi dan menghilangkan kekhawatiran sebelum operasi. Dapat diberikan
secara oral ataupun i.m. dengan dosis dewasa 100-200 mg dan pada bayi serta
anak 2 mg/kgBB.
4. Antikolinergik, misalnya atropin dan hiosin sebagai anti mual dan muntah.
10
Sungkup muka (face mask) berguna untuk mengantarkan udara atau gas
anastesi dari alat resusitasi atau system anestesi ke jalan nafas pasien.
T (Tape), Plaster untuk fiksasi pipa supaya tidak terdorong atau tercabut
I (Introducer),Mandrin atau stilet dari kawat dibungkus kabel yang mudah
dibengkokkan untuk pemandu supaya [i[a trakea mudah dimasukkan.
C (Connector), Penyambung antara pipa dan peralatan anestesia
S (Suction),Penyedot lendir, ludah dan lain-lainnya.
13
1. Morfin
Dosis anjuran untuk menghilangkan nyeri sedang ialah 0,1-0,2 mg/kgBB dan dapat
diulang tiap 4 jam. Untuk nyeri hebat dapat diberi 1-2 mg intravena dan diulang sesuai
keperluan.
2. Petidin
Dosis petidin intramuskular 1-2 mg/kgBB dapat diulang tiap 3-4 jam. Dosis
intravena 0,2-0,5 mg/kgBB. petidin menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan
pandangan dan takikardi.
3. Fentanil
Pada fentanil efek depresi napasnya lebih lama dibanding efek analgesianya. Dosis
1-3 µg/kgBB efek analgesianya hanya berlangsung 30 menit.
4. Nalokson
Nalokson ialah antagonis murni opioid. Nalokson biasanya digunakan untuk
melawan depresi nafas pada akhir pembedahan dengan dosisi 1-2 µg/kgBB intravena
dan dapat diulang tiap 3-5 menit.
15
5. Halotan dapat dihentikan sesudah lapisan fasi kulit terjahit. N2O dihentikan
kalau lapisan kulit mulai dijahit.
6. Ekstubasi dapat dilakukan setelah nafas spontan normal kembali. O2 diberi
terus selama 2-3 menit untuk mencegah hipoksia difusi.
17
2.2 Hernia Inkarserata
2.2.1 Definisi
Hernia disebut hernia inkarserata bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga
isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya
terjadi gangguan passase atau vaskularisasi. Secara klinis, istilah hernia inkaserata lebih
dimaksudkan untuk hernia ireponible yang disertai gangguan passase.3
2.2.2 Epidemologi
`Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu
2:1, dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.2,3
Hernia sisi kanan lebih sering terjadi daripada di sisi kiri. Perbandingan
pria:wanita pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy
dilakukan tiap tahunnay di amerika serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia
femoralis, 166000 hernia umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia
abdomen lainya.3
Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40%
dari itu muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia
femoralis lebih sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi
hernia inguinal.. meskipun kasus hernia femoralis pada pira dan wanita adalah sama,
insiden hernia femoralis dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalagan
pria, karena secara keseluruhan sedikit insiden hernia inguinalis pada wanita. 2,3
2.2.3 Etiologi
Penyebab terjadinya hernia:5
1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian
dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia congenital sempurna
Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat – tempat
tertentu.
b. Hernia congenital tidak sempurna
18
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai
defek pada tempat – tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 – 1
tahun) setelah lahir akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena
dipengaruhi oleh kenaikan tekanan intraabdominal (mengejan, batuk,
menangis).
4. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan
tetapi disebabkan oleh fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya,
antara lain:
a. Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien
yang sering mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.
b. Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan
ikatnya yang sedikit. Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena
hernia karena banyaknya jaaringan lemak pada tubuhnya yang
menambah beban kerja jaringan ikat penyokong pada LMR.
c. Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
d. Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan
intraabdominal.
e. Sikatrik.
f. Penyakit yang melemahkan dinding perut.
g. Merokok
h. Diabetes mellitus
20
Hernia inguinalis medialis disebabkan faktor peninggian tekanan
intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum
Hesselbach, berbentuk bulat. Hernia inguinalis lateralis karena menonjol
dari perut di lateral pembuluh darah epigastrika inferior. Disebut indirek
karena melalui dua pintu saluran yaitu anulus dan kanalis inguinalis
berbentuk lonjong.
2). Hernia femoralis
Peninggian tekanan intra abdomen akan mendorong lemak
preperitonial ke dalam kanalis femoralis yang akan menjadi pembuka
jalan terjadinya hernia. Wanita lebih banyak menderita hernia ini karena
faktor penyebab kehamilan multipara, obesitas, dan degenerasi jaringan
ikat karena usia lanjut. Pintu masuk hernia adalah anulus femoralis
selanjutnya isi hernia akan masuk di kanalis femoralis.
3). Hernia epigastrica
Hernia yang keluar melalui defek di linea alba antara umbilicus
dan prosesus xiphoideus.
4). Hernia obturatoria
Adalah hernia yang melalui canalis obturatoria. Canalis
obturatoria adalah saluran yang terbentuk akibat membran obturatoria
tidak menutupi foramen obturatoria, secara keseluruhan adalah defek
pada sulcus obturatorius.
5). Hernia semilunaris
Hernia yang terjadi di sepanjang linea semilunaris abdomen.
Linea semilunaris adalah gambaran garis yang terdapat di lateral. Rectus
abdominis, linea ini terbentuk karena penyatuan 3 aponeurosis muskulus
abdominalis yaitu m.obliqus eksternus, m.obliqus internus,
m.transversus abdominis.
6). Hernia perinealis
Hernia perinealis merupakan penonjolan hernia pada perineum
melalui defek pada dasar panggul yang dapat terjadi secara primer.
7). Hernia ischiadica
Meruupakan hernia yang melalui foramen ischiadikum major dan
foramen ischiadikum minus.5
21
b. Hernia interna
Disebut hernia eksterna karena isi hernia masuk ke dalam rongga
lain misalnya cavum thorax atau bursa omentalis atau masuk ke dalam
recessus di cavum abdomen.
1). Pada cavum abdomen
a. hernia epiploika winslowi
Hernia viscera abdomen melalui foramen epiploika winslowi.
b. Hernia bursa omentalis
Lanjutan dari hernia epiploika dimana viscera tidak hanya di foramen
epiploika tetapi sudah masuk ke dalam bursa omentalis.
c. Hernia mesenterica
Herniasi jaringan ataupun organ retroperitoneal ke dalam
mesenterium.
d. Hernia retroperitoneal
Hernia ini disebut retroperitoneal karena viscera abdomen masuk ke
dalam kantung-kantung yang terbentuk akibat lipatan peritoneum
parietal yang menutupi organ-organ retroperitoneal 5
2). Pada cavum thorax
Herniasi yang terjadi dari cavum abdomen menuju cavum thorax
karena melewati struktur diafragmatika maka dikenal sebagai hernia
diafragmatika. Hernia diafragmatika terjadi karena adanya lubang
maupun defek abnormal pada diafragma yang menyebabkan viscera
abdomen dapat melalui lubang tersebut menuju cavum thorax.
a. Hernia diafragmatica traumatica
Defek timbul karena tembakan, pukulan, tusukan, atau proses
pengerusakan diafragma.
b. Hernia diafragmatica non traumaticum
1). Kongenital
Karena adanya proses pertumbuhan diafragma
2). Aquisital
Hernia ini akan melewati lubang pada diafragmatica yang memang
sudah ada seperti hiatus esofagus.1,6
22
2.2.5 DIAGNOSA
PEMERIKSAAN FISIK
* Inspeksi 4,5,6
Hernia reponibel terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk, bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.
Hernia inguinal
- Lateralis : uncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.
Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.
Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal.
Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.
Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.
Hernia perineum : benjolan di perineum.
* Palpasi 1,2,4,5,6
Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat
diasumsikan bahwa itu hernia inguinalis medialis.
Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.
Titik tengah antara kedua titik tersebut di atas (pertengahan canalis inguinalis)
ditekan lalu pasien disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateralnya berarti
hernia inguinalis lateralis jika di medialnya hernia inguinalis medialis.
Hernia inguinalis : kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut sarung tanda
sarung tangan sutera. Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum
(seperti karet), atau ovarium. Dalam hal hernia dapat direposisi pada waktu jari
masih berada dalam annulus eksternus, pasien mulai mengedan kalau hernia
menyentuh ujung jari berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang
23
menyentuh menandakan hernia inguinalis medialis. lipat paha dibawah ligamentum
inguina dan lateral tuberkulum pubikum.
Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal
Hernia inkarserata : nyeri tekan.
* Perkusi 1,2
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulata. Hipertimpani, terdengar pekak.
* Auskultasi 1,2,4
Colok dubur
Tonjolan hernia yang nyeri yang merupakan tanda Howship – romberg (hernia
obtutaratoria). 5,
Tanda – tanda vital : temperatur meningkat, pernapasan meningkat, nadi
meningkat, tekanan darah meningkat. 1,2,3
Tiga teknik pemeriksaan sederhana yaitu finger test, Ziemen test dan Tumb test.
24
Gambar 7. Finger Test
25
Gambar 8. Ziement Test
2.2.6 Komplikasi
Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia. Hal ini dapat terjadi kalau isi hernia
terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal atau merupakan
hernia akreta. Di sini tidak timbul gejala klinis kecuali berupa benjolan.5
Isi hernia dapat pula tercekik oleh cincin hernia yang menimbulkan hernia
inkarserata dengan adanya gejala pasase usus. Sumbatan dapat terjadi total atau
partial seperti pada hernia richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih
kaku seperti pada hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan
partial. Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan, terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
26
peredaran darah jaringan terganggu (strangulasi). Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.5
Kalau isi hernia terdiri dari usus, dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat
menimbulkan abses lokal, fistel, atau peritonitis jika terjadi hubungan dengan rongga
perut.
Bila terjadi strangulasi karena gangguan vaskularisasi, akan terjadi ganggren
sehingga gambaran klinis menjadi toksik, suhu tubuh meninggi, dan terdapat
leukositosis. Penderita mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan
menetap karena rangsangan peritoneal.5
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukkan
kembali disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda
peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan kegawata daruratan yang
perlu mendapat pertolongan segera. 5
2.2.7 PENATALAKSANAAN
Teknik operasi
o Kelompok 1:
27
Teknik Bassini 7,8
· Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect
sekaligus menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia
direct.
Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan
membelah lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk
ke properitoneal space. Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis
inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan teknik open anterior adakah
rekonrtuksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering digunakan
pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari
operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional
atau anastesi umum.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Latief SA, Suryadi KA, Dachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2002; p.1, 29-35, 66-69, 74-83, 90-95,
147-149.
2. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R, Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan terapi Intensif FKUI. 2004; p.1, 45, 49-58, 59-62, 63, 65-71, 81-
86, 93-109, 146-156.
3. Jong De, Sjamsuhidajat. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 3.2013. Jakarta :EGC
4. Boulton TB, Blog CE. Anestesiologi FK UI. Edisi 10. Jakarta : EGC. 1994; p. 89-
100.
5. Scrib.(2015, Maret). Refrat Hernia Inkarserata. Diperoleh 22 Agustus 2018.
https://www.scribd.com/document/267469913/Refrat-Hernia-Inkarserata
31
STATUS PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Fadlin Arka
Umur : 6 bulan
Tanggal masuk : 11 /07/2018
No RM : 01.06.03.36
Agama : Islam
Alamat : Jl. Dusun V Tebasan Kelurahan Tunai Kiri Kec. Secanggang
Kab.Langkat.
II. ANAMNESA
Keluhan Utama : Benjolan pada lipat paha kiri
Telaah : Hal ini dialami os ± 3 hari SMRS. Awalnya ibu os. mendapati
ada benjolan merah dipunggung os, dan semakin hari os lebih sering menangis kuat.
Dan sewaktu ibu os mengganti popok, ibu os mendapati ada benjolan pada lipat
paha kiri os. Selain itu ibu os juga mengaku bahwa perut os semakin lama semakin
membesar dalam 2 hari belakangan ini.Konsumsi ASI (+) tanpa makanan tambahan,
mual dan muntah (-), BAB (+) sedikit-sedikit, BAK (+) normal.
RPT : -
RPO :-
32
Telinga : Dbn
Mulut : Dbn
Leher : Dbn
2. Thorax
Suara pernafasan : Vesikuler
Suara tambahan :-
RR : 30 x/menit, reguler
3. Abdomen : Status lokalisata
4. Extremitas : Dbn
5. Genitalia : Dbn
STATUS LOKALIS
Abdomen :
• Inspeksi : simetris membesar (+), distensi (+)
• Palpasi : nyeri tekan abdomen (+)
• Perkusi : Timpani
• Auskultasi : Peristaltik (+) lemah
V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Parameters (10/07/2018) Nilai Normal
Hb : 9,9 gr/dl 12-16 gr/dl
Ht : 30,9 % 36-48 %
WBC : 15,3 (10³/ul) 4.0- 11.0 (10³/ul)
PLT : 826 (10³/ul) 150-400 (10³/ul)
SGOT : 22,00 U/L 0.00-40.0 U/L
SGPT : 10,00 U/L 0.00-40.0 U/L
Ureum : 19,00 mg/dl 10.0-50.0 mg/dl
Creatinin : 0,32 mg/dl 0.00-1.20 mg/dl
Glukosa Adrandom : 78,00 mg/dl 0.00 – 140.00 mg/dl
Natrium : 143 136-155 mmol/dl
Kalium : 4.3 3.5-5.5 mmol/dl
Chlorida : 108 95-103 mmol/dl
Foto Thorax (06/07/2018) : cor dan pulmo dbn, sugestif ileus obstruktif
EKG : Tidak dilakukan pemeriksaan
33
VI. DIAGNOSA
Hernia Inkarserata Sinistra
VII. Terapi
Puasa
IVFD RL 40 gtt/menit (mikro)
Pasang NGT
Antibiotik Inj. Ceftriaxone 250 mg (1 jam sebelum operasi)
VIII. Rencana
Herniotomi
34
CATATAN PRE OPERASI
I. ANAMNESIS
A : Tidak ada alergi makanan, obat-obatan dan penyakit
M:-
P : Riwayat DM (-), HT (-), Asma (-)
L : Puasa mulai pukul 00.00, 6-8 jam sebelum operasi
E : Dalam ruangan terbuka
B2
Akral : Hangat
TD : 90/60 mmHg
HR : 118 x/ menit, reguler, desah (-)
T/V : Cukup
35
T : 36,8 ◦C
Conjungtiva : Pucat (-/-), Ikterik (-/-)
B3
Sensorium : Compos mentis
GCS : 15
Eye :4
Verbal :5
Movement :6
Refleks cahaya : +/+
Pupil : Isokor
Refleks fisiologis :+
Refleks patologis :-
B4
Urin :+
Volume : cukup
Warna : kuning
Kateter : tidak terpasang
B5
Abdomen : Distensi (+)
Peristaltik : (+) lemah
Mual/muntah : -/-
BAB/ Flatus : (+) sedikit / -
NGT : (+)
B6
Fraktur/ luka /oedem : -/-/-
IV. DIAGNOSIS
Hernia Inkarserata sinistra
36
V. RENCANA TINDAKAN
Herniotomi
37
PERSIAPAN PASIEN
I. Sebelum Operasi
1. Pasien di konsultasikan ke spesialis anestesi dan spesialis anak, apakah pasien
dalam kondisi fisik yang layak untuk dilakukan tindakan operasi.
2. Setelah mendapatkan persetujuan dari spesialis anestesi, pasien di periksa 1 hari
sebelum operasi (kunjungan pre-operatif), hasil dari kunjungan pre-operatif ini telah
dijabarkan sebelumnya.
38
4. Pendataan kembali identitas pasien di ruang operasi. Anamnesa singkat kepada
keluarga yang meliputi BB, umur, riwayat penyakit, riwayat alergi, riwayat
kebiasaan, dan lainnya.
5. Pasien masuk kamar operasi dan dibaringkan di meja operasi kemudian
dilakukan pemasangan EKG, manset, infus, oksimeter dan kateter.
6. Pemeriksaan tanda-tanda vital.
40
09.19
Induksi dengan Propofol10 mg iv.
Memastikan pasien sudah tidak sadar dengan cara memeriksa refleks bulu mata,
kemudian diberikan muscle relaksan roculax 5 mg.
Dilakukan preoksigenasi dengan sungkup muka menggunakan O2 sebanyak 6
liter/menit, kalau perlu nafas dibantu dengan menekan balon nafas secara periodik ±
3 menit.
Tutup mata pasien dengan plester.
ETT dihubungkan dengan konektor ke sirkuit nafas alat anestesi, kemudian N2O
dibuka 2 liter/menit dan O2 2 liter/menit kemudian isofluran dibuka 2 vol%.
Nafas pasien dikendalikan dengan respirator. Inspirasi 600 ml dengan frekuensi 15
kali per menit. (Bila menggunakan respirator setiap inspirasi (volume tidal)
diusahakan kurang lebih 6-8 ml/kgBB dengan frekuensi 24-40x/menit).
Perhatikan apakah gerakan nafas pasien simetris antara yang kanan dan kiri.
TD: 90/70 mmHg, Nadi : 96 x/m, SPO2 : 100%.
Memindahkan pasien ke meja operasi dalam posisi supinasi.
09.15 tindakan dimulai TD : 110/70 mmHg, nadi : 97x/menit SPO2 : 99%
09.30 TD : 90/60 mmHg, nadi : 96 x/menit SPO2 : 99%
09.45 TD :90/60 mmHg, nadi : 98x/menit SPO2 : 99%
10.00 TD :90/60 mmHg, nadi : 92x/menit SPO2 : 99%
10.15 TD : 90/60 mmHg, nadi :90x/menit SPO2 : 99%
10.30 TD : 90/60 mmHg, nadi :102x/menit SPO2 : 99%
2.2 TD : 90/60 mmHg, nadi : 102x/menit SPO2 : 99%
a. Operasi selesai
b. Pemberian obat anastesi dihentikan, pemberian O2 dipertahankan
c. Nadi 92x/menit, TD 90/60 mmHg, SPO2 99 %, ETT dicabut setelah pasien dapat
dibangunkan. Lendir dikeluarkan dengan suction lalu pasien diberi oksigen murni
selama 5 menit.
d. Setelah semua peralatan dilepaskan (EKG, manset tensimeter, oksimeter) pasien
dibawa ke ruang pemulihan (Recovery room)
41
Monitoring perdarahan
EBV : 80 x 9.5 kg = 760
EBL : 10% x 760 = 76
20% x 760 = 152
30% x 760 = 228
Perdarahan :
Kassa ½ basah : 5 x 5 cc = 25 cc
Total : 25 cc
2. Post Operasi
Di Ruang Pemulihan
Setelah operasi selesai pukul 10.45 wib,sekitar pukul 11.55 pasien dibawa ke ruang
pulih sadar/recovery room, lalu diberikan oksigen via nasal canul sebesar 1½
liter/menit, kemudian dilakukan penilaian terhadap tingkat kesadaran, pada pasien
kesadarannya adalah compos mentis. Dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
ditemukan tekanan darah 90/70 mmHg, nadi 98x/menit, respirasi 28 x/menit dan
saturasi O2 99%.
Pasien di observasi di Recovery Room selama 2 jam.
Instruksi Pasca Bedah :
Bed rest, head up 300
O21½ liter/menit via nasal kanul
IVFD paracetamol drip 100 cc
Antibiotik dan terapi lain sesuai terapi bagian bedah
Pantau vital sign per 15 menit selama 2 jam di RR
42