Anda di halaman 1dari 6

II.

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Nilam

Menurut Kardiman dan Ludi (2004) tanaman nilam diklasifikasikan

sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Sub Divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Bangsa : Solanales

Suku : Labiateae

Marga : Pogostemon

Jenis : Pogostemon cablin Benth

2.2. Morfologi Tanaman Nilam

2.2.1. Akar

Tanaman nilam bibitnya memiliki akar serabut yang tumbuh menjalar di

dalam tanah. Untuk tanaman dewasa akar-akar sekunder menyebar sekitar 20-30

cm di bawah permukaan tanah. Tanaman yang berasal dari setek yang telah

disemai terlebih dahulu mempunyai akar serabut yang lebih kuat sehingga

tanaman dapat tegak dan kuat ( Maisarah, 2007).

2.2.2. Batang

Ciri khas dari tanaman nilam adalah batangnya berkayu dengan ketinggian

20-40 cm dengan diameter 10–20 mm. Sistem percabangan banyak dan bertingkat

mengelilingi batang antara (3-5 cabang pertingkat). Setelah tanaman berumur 6

bulan, tingginya dapat mencapai 1 meter dengan radius cabang selebar lebih

kurang 60 cm ( Mangun, 2006.)

5
6

2.2.3. Daun

Daun tanaman nilam berbentuk bulat telur sampai bulat panjang (lonjong)

secara visual daun mempunyai ukuran panjang 5-10 cm berwarna hijau, tipis,

tidak kaku, dan berbulu pada permukaan bagian atas daun terletak duduk

berhadap hadapan permukaan daun kasar dengan bergerigi ujung daun tumpul dan

urat daun menonjol keluar ( Agusta, 2007).

2.3. Syarat Tumbuh Tanaman Nilam

2.3.1. Ketinggian Tempat dan Iklim

Tanaman nilam tumbuh pada ketinggian 2.200 mdpl. Akan tetapi nilam

akan tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi pada ketinggian tempat 10-400

mdpl. Dan menghendaki suhu yang panas dan lembap serta memerlukan curah

hujan yang merata. Curah hujan yang diperlukan berkisar 2500-3500 mm/tahun

dan merata sepanjang tahun. Sedang suhu yang baik adalah 240C-280C dengan

kelembapan lebih dari 75%. Agar pertumbuhannya optimal tanaman nilam

memerlukan intensitas penyinaran matahari yang cukup. Pada tempat-tempat yang

agak terlindung, asalkan tidak pada tempat yang sangat terlindung ( Sudaryani et

al, 2006).

2.3.2. Tanah

Nilam dapat tumbuh dengan baik pada kisaran pH antara 5,5 – 7

(Santoso, 1997). Tanah yang subur dan gembur, kaya akan humus dan tidak

tergenang merupakan tanah yang sangat sesuai untuk tanaman nilam. Jenis

tanah yang paling sesuai adalah tanah yang subur mempunyai tekstur halus,

kaya lumut, dan dapat diolah seperti Andosol atau Latosol dengan kemiringan

kurang dari 15° (Nuryani, 2006).


7

2.4. Peran Naungan

Nilam merupakan tanaman herba yang dapat menghasilkan minyak atsiri,

baik dari daun, cabang, batang, maupun akar. Faktor lingkungan salah satunya

intensitas matahari akan mempengaruhi bagian tanaman dalam memproduksi atau

membentuk kelenjar minyak. Intensitas cahaya matahari merupakan faktor luar

yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman nilam mutu dan rendemen

minyak nilam. Hingga kini masih dianut paham bahwa tanaman nilam yang

ditanam di bawah naungan memberikan rendemen hasil yang lebih rendah

dibandingkan dengan yang ditanam di tempat terbuka (Imran, 1994).

Menurut Mansur dan Tasma (1987), tanaman nilam yang ditanam di

bawah naungan mempunyai rendemen rendah, sebaliknya untuk yang ditanam di

tempat terbuka rendemen minyaknya tinggi.

Respon terhadap intensitas cahaya tinggi dapat menguntungkan atau

merugikan. Hal ini karena tanaman memiliki ambang batas terhadap intensitas

cahaya yang harus diterima. Intensitas cahaya yang tinggi menyebabkan rusaknya

struktur kloroplas yang membantu proses metabolisme pada tanaman, sehingga

menyebabkan produktifitas tanaman menurun (Salisbury dan Ross, l992). Hal ini

juga dikatakan oleh Treshow (1970), bahwa intensitas cahaya yang terlalu tinggi

dapat mengakibatkan klorofil mengalami fotooksidasi sehingga menurunkan laju

fotosintesisi.

Pemberian naungan merupakan salah satu upaya pengurangan intensitas

matahari yang sampai ke tanaman. Dengan demikian tanaman tidak menerima

intensitas matahari yang terlalu tinggi yang dapat menyebabkan tanaman

mengalami defisit air. Intensitas matahari yang optimal akan berpengaruh positif
8

terhadap proses fotosintesis yang pada akhirnya akan menghasilkan produksi

biomassa nilam yang tinggi, yang merupakan salah satu tujuan dalam budidaya

tanaman nilam. Biomassa merupakan massa semua bagian tanaman yang berasal

dari proses fotosintesis, Biomassa merupakan salah satu indikator pertumbuhan

tanaman dan biasanya didasarkan pada berat kering tanaman (Harjadi,1984;

Sitompul dan Guritno, 1992).

Pemberian naungan juga akan mempegaruhi proses metabolisme pada

tanaman nilam salah satunya proses pembentukan minyak (patchouli) atau lebih

dikenal dengan sebutan minyak atsiri. Minyak atsiri merupakan salah satu sisa

proses metabolisme dalam tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai

persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak atsiri umumnya terjadi dari

berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari unsur karbon (C),

hidrogen (H) dan oksigen (O) serta beberapa persenyawaan kimia yang

mengandung unsur Nitrogen (N) dan Belerang (Ketaren, 1985).

Menurut Imran (1994), minyak nilam dan komponen kimianya merupakan

hasil dari metabolit sekunder yang disimpan didalam vakuola daun. Komponen

kimia yang menyusun minyak nilam terbagi dalam dua golongan, yaitu golongan

terpen dan golongan terpen-O.

2.5. Proses Fotosintesis

Fotosintesis merupakan proses pembentukan zat makanan yang dilakukan

tumbuhan dengan menggunakan zat hara, karbondioksida dan air, serta bantuan

dari energi cahaya matahari. Menurut Salibury dan Ross (1992) cahaya matahari

mempunyai peranan besar dalam proses fisiologi tanaman seperti fotosintesis,

respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, menutup membukanya stomata, dan


9

perkecambahan dan tingkat produksi tanaman. Tanaman hijau memanfaatkan

cahaya matahari melalui proses fotosintesis.

Proses fotosintesis menghasilkan metabolit primer yang dipakai untuk

metabolisme tanaman sehingga terjadi pertumbuhan dan perkembangan. Di

damping itu, metabolit primer digunakan untuk menyusun metabolit sekunder

yang mendukung pada proses adaptasi dan proteksi tanaman (Sri Haryanti.2010).

Minyak atsiri dihasilkan didalam tubuh tanaman kemudian disimpan

dalam berbagai organ. Penelitian menunjukan bahwa minyak atsiri dibuat didalam

kelenjar minyak atsiri, kelenjar minyak atsiri terdapat didalam tanaman,

pembentukan kelenjar disebut pembentukan schizolysigen. Kelenjar terbagi atas

dua bagian, kelenjar internal dan kelenjar eksternal, kelenjar internal terbentuk

oleh masuknya minyak atsiri dari luar sel, yang merusak sel-sel disekitarnya

kemudian terbentuklah organ dengan minyak atsiri didalamya. Kelenjar eksternal

berupa sel epedermis, produk dari kelenjar (minyak atsiri) tertimbun antara

kutikula (lapisan sel terluar) dan dinding sel antara satu sel dengan yang lainya

(Koensoemardiah, 2004).

2.6. Varietas

Menurut Kasno et al, (1993) varietas atau kultival adalah sekelompok

tanaman yang mempunyai ciri khas yang seragam dan stabil serta mengandung

perbedaan yang jelas dari varietas lain. Penggunaan varietas unggul merupakan

salah satu upaya dalam meningkatkan produksi nilam.

Kelebihan yang dimiliki varietas unggul dibandingkan dengan varietas

lokal antara lain berproduksi lebih tinggi, umur pendek serta tahan terhadap hama

dan penyaki. Balittro pada tahun (2005), telah melepas tiga varietas unggul nilam,
10

yaitu Tapaktuan, Sidikalang, dan Lhokseumawe yang memiliki keunggulan dalam

produktivitas dan tingkat rendemen.

Ketiga varietas unggul nilam tersebut mempunyai keunggulan masing-

masing sebagai berikut :

Varietas Tapaktuan unggul dalam produksi terna dan memiliki minyak

dengan kadar patchouli alkohol paling tinggi. Akan tetapih varietas ini memiliki

kadar minyak yang paling rendah diantara ketiga varietas unggul dan sangat

rentan terhadap nematoda Meloidogyne incognita dan Pratylenchus brachyurus

serta terhadap nematoda Radopholus similis dan bakteri Ralstonia solanacearum

penyebab penyakit layu bakteri.

Varietas Lhokseumawe memiliki kadar minyak tertinggi di antara ketiga

varietas unggul, sedangkan produksi terna dan kadar patchouli alkohol dari

minyak yang dihasilkan lebih rendah dari dibandingkan varietas Tapaktuan akan

tetapih lebih tinggi dibandingkan varietas Sidikalang. Varietas ini rentan terhadap

M. Incognita, R. Similis dan R.

Varietas Sidikalang memiliki kadar minyak lebih tinggi dibandingkan

varietas Tapaktuan, akan tetapih lebih rendah dibandinkan varietas Lhokseumawe.

Sedangkan kadar patchouli alkohol dari minyak yang dihasilkan lebih tinggi

dibandingkan varietas Lhokseumawe dan lebih rendah dibandingkan varietas

Tapaktuan. Produksi terna varietas ini paling rendah dibandingkan varietas unggul

lainya, akan tetapih varietas ini toleran terhadap R. Solanacearum dan agak rentan

terhadap M. Incognita, P. Brachyurus dan R. Similis.

Anda mungkin juga menyukai