Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH TUMBUH KEMBANG ANAK

Disusun Oleh :

NAMA : DELVIRA MIFTAHUL JANNAH


NIM : PO.71.31.1.15.006

Dosen Pembimbing :
1. Dahliana, SKM, M.Kes
2. Eprila SST, M.Keb

DIV GIZI

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG


TAHUN AJARAN 2016-2017
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur hanya untuk Allah SWT yang telah begitu
banyak melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga Kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Tugas ini berisikan materi-materi
pengantar ilmu sejarah dimana dalam setiap tulisannya mengandung motivasi
yang dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi mereka yang
membacanya. Selesainya tugas ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
oleh karena itu pada kesempatan ini Kami ingin mengucapkan terima kasih
kepada semua pihak yang telah membantu dalam penulisan tugas kelompok
ini. Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan-
kekurangan baik dari segi penulisan maupun isi. Hal ini dikarenakan
kebatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Untuk itu Kami
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari semua pihak
guna perbaikan dalam pembuatan tugas-tugas selanjutnya. Akhir kata,
semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua. Amin…

Palembang , Januari 2018

Penyusun
BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang
Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan perkembangan
(development) adalah bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat
diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Pengukuran ialah suatu tindakan untuk mengidentifikasi besar kecilnya
gejala (Hadi, 1997). Hasil pengukuran dapat berupa angka (kuantitatif) dan
atau uraian tentang kenyataan yang menggambarkan derajat kualitas
(kualitatif) (Sugihartono dkk., 2007). Sebagai contoh, hasil pengukuran
terhadap panjang bayi yang baru dilahirkan ialah 57 cm, hasil pengukuran
berat badan seorang anak berusia 10 tahun ialah 20 kg, dan hasil pengukuran
terhadap kondisi seorang anak 2 tahun yang belum dapat berjalan, belum
dapat berbicara, dan sebagainya. Hasil pengukuran ini tidak ada maknanya
apabila tidak ditafsirkan dengan cara membandingkan hasil pengukuran
dengan norma, patokan, atau criteria tertentu. 2 Penilaian ialah suatu tindakan
untuk menginterpretasikan hasil pengukuran berdasarkan norma tertentu
dengan tujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya sesuatu, berat ringannya
suatu benda, atau baik buruknya suatu kondisi (Sugihartono dkk., 2007).

Anak Prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun menurut
Biechler dan Snowman (melalui Patmonodewo, 2003: 19). Biasanya anak-
anak tersebut mengikuti program Pendidikan Prasekolah. Di Indonesia yang
termasuk dalam Pendidikan Prasekolah antara lain Tempat Penitipan Anak
(Day Care), Kelompok Bermain, dan Taman Kanak-Kanak (Patmonodewo,
2003: 52). Pendidikan prasekolah termasuk dalam lingkup pendidikan
nonformal. Dalam tulisan ini, akan dibahas mengenai program Bina Keluarga
Balita (BKB).

Pada salah satu acara sosialisasi tumbuh kembang anak, dr. Radix
Hadriyanto, Sp.A menekankan bahwa umur tiga tahun awal pada anak
merupakan periode emas pertumbuhan. Salah satu pertumbuhan penting
adalah perkembangan otak anak yang mencapai 80-90% di tiga tahun
pertama. Pada masa itu pula otak Balita lebih plastis jika dibandingkan
dengan otak orang dewasa. Otak Balita sangat terbuka dalam menerima
berbagai macam pembelajaran dan pengkayaan, baik bersifat positif maupun
negative.

II. Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penulisan makalah
ini adalah :
1. Apakah pengertian dari tumbuh kembang?
2. Apasaja faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak ?
3. Apasaja ciri-ciri tumbu kembang anak ?
4. Apasaja tahap-tahap tumbuh kembang anak ?
5. Bagaimana prinsip penilaian tumbuh kembang anak ?
6. Apakah fungsi dari penilaian tumbuh kembang anak?
7. Apasaja metode penilaian tumbuh kembang anak ?
8. Apakah pengertian dari bina keluarga balita?
9. Apa tujuah dari bina keluarga balita ?
10. Siapa saja sasaran bina keluarga balita ?
11. Siapa kader yag bertugas dalam bina keluarga balita ?
12. Apasaja peran bina keluarga balita ?
13. Bagaimana peningkatan kualitas tumbuh kembang ?
14. Bagaimana upaya untuk meningkatkan tumbuh kembang ?
III. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu untuk
1. Mengetahui pengertian dari tumbuh kembang
2. Mengetahui faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
3. Mengetahui ciri-ciri tumbu kembang anak
4. Mengetahui tahap-tahap tumbuh kembang anak
5. Mengetahui prinsip penilaian tumbuh kembang anak
6. Mengetahui fungsi dari penilaian tumbuh kembang anak
7. Mengetahui metode penilaian tumbuh kembang anak
8. Mengetahui pengertian dari bina keluarga balita
9. Mengetahui tujuah dari bina keluarga balita
10. Mengetahui sasaran bina keluarga balita
11. Mengetahui kader yag bertugas dalam bina keluarga balita
12. Mengetahui peran bina keluarga balita
13. Mengetahui peningkatan kualitas tumbuh kembang
14. Mengetahui upaya untuk meningkatkan tumbuh kembang
BAB II

PEMBAHASAN

A. CIRI-CIRI TUMBUH KEMBANG ANAK


a. Pengertian tumbuh kembang
Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan
masalah perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel,
organ maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram,
pound, kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan
keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh); sedangkan
perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Menurut Depkes RI, pertumbuhan adalah bertambah banyak dan
besarnya sel seluruh bagian tubuh yang bersifat kuantitatif dan dapat
diukur; sedangkan perkembangan adalah bertambah sempurnanya fungsi
dari alat tubuh
Menurut Markum dkk, pertumbuhan berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar, jumlah ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu; perkembangan lebih menitikberatkan aspek perubahan
bentuk atau fungsi pematangan organ atau individu, termasuk perubahan
aspek sosial atau emosional akibat pengaruh lingkungan

b. Faktor-faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak


Secara umum terdapat dua faktor utama yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang anak, yaitu :
a. Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai hasil
akhir proses tumbuh kembang anak. Faktor ini juga merupakan faktor
bawaan anak, yaitu potensi anak yang menjadi ciri khasnya. Melalui
genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi, dapat
ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai dengan intensitas
dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, umur pubertas dan berhentinya pertumbuhan tulang.
b. Faktor Lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau
tidaknya potensi bawaan. Faktor ini disebut juga milieu merupakan tempat
anak tersebut hidup, dan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak.
Lingkungan yang cukup baik akan memungkinkan tercapainya potensi
bawaan, sedangkan yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan
merupakan lingkungan ”bio-fisiko-psiko-sosial” yang memepengaruhi
individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi :
 Faktor yang memepengaruhi anak pada waktu masih di dalam
kandungan (faktor pranatal). Faktor lingkungan pranatal yang
berpengaruh terhadap tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi
sampai lahir, antara lain :
1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan maupun pada
waktu sedang hamil, lebih sering menghasilkan bayi BBLR/lahir mati,
menyebabkan cacat bawaan, hambatan pertumbuhan otak, anemia
pada bayi baru lahir,bayi baru lahir mudah terkena infeksi, abortus dan
sebagainya.
2) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang, posisi janin dalam uterus
dapat kelainan bawaan, talipes, dislokasi panggul, tortikolis
kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.
3) Toksin/zat kimia
Zat-zat kimia yang dapat menyebabkan kelainan bawaan pada bayi
antara lain obat anti kanker, rokok, alkohol beserta logam berat
lainnya.
4) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada pertumbuhan janin,
adalah somatotropin, tiroid, insulin, hormon plasenta, peptida-peptida
lainnya dengan aktivitas mirip insulin. Apabila salah satu dari hormon
tersebut mengalami defisiensi maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat sehingga terjadi
retardasi mental, cacat bawaan dan lain-lain.
5) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18 minggu dapat
menyebabkan kematian janin, kerusakan otak, mikrosefali, atau cacat
bawaan lainnya, sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki dapat
menyebabkan cacat bawaan pada anaknya.
6) Infeksi
Setiap hiperpirexia pada ibu hamil dapat merusak janin. Infeksi
intrauterin yang sering menyebabkan cacat bawaan adalah TORCH,
sedangkan infeksi lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit
pada janin adalah varisela, malaria, polio, influenza dan lain-lain.
7) Stres
Stres yang dialami oleh ibu pada waktu hamil dapat mempengaruhi
tumbuh kembang janin, antara lain cacat bawaan, kelainan kejiwaan
dan lain-lain.
8) Imunitas
Rhesus atau ABO inkomtabilitas sering menyebabkan abortus,
hidrops fetalis, kern ikterus, atau lahir mati.
9) Anoksia embrio
Menurunnya oksigenisasi janin melalui gangguan pada plasenta
atau tali pusat, menyebabkan BBLR.

 Faktor lingkungan yang mempengaruhi tumbuh kembang anak


setelah lahir (faktor postnatal)
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi, dari suatu
sistem yang teratur yang sebagian besar tergantung pada organ-organ
ibunya,ke suatu sistem yang tergantung pada kemempuan genetik dan
mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Lingkungan postnatal yang mempengaruhi tumbuh kembang anak
secara umum dapat digolongkan menjadi :

1) Lingkungan biologis
Lingkungan biologis yang dimaksud adalah ras/suku bangsa, jenis
kelamin, umur, gizi,, perawatan kesehatan, kepekaan terhadap
penyakit, penyakit kronis, fungsi metabolisme, dan hormon.
2) Faktor fisik
Yang termasuk dalam faktor fisik itu antara lain yaitu cuaca,
musim, keadaan geografis suatu daerah, sanitasi, keadaan rumah baik
dari struktur bangunan, ventilasi, cahaya dan kepadatan hunian, serta
radiasi.
3) Faktor psikososial
Stimulasi merupakan hal penting dalam tumbuh kembang anak,
selain itu motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan
memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar, ganjaran atau
hukuman yang wajar merupakan hal yang dapat menimbulkan
motivasi yang kuat dalam perkembangan kepribadian anak kelak di
kemudian hari,
Dalam proses sosialisasi dengan lingkungannya anak memerlukan
teman sebaya, stres juga sangat berpengaruh terhadap anak, selain
sekolah, cinta dan kasih sayang, kualitas interaksi anak orangtua dapat
mempengaruhi proses tumbuh kembang anak.
4) Faktor keluarga dan adat istiadat
Faktor keluarga yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak
yaitu pekerjaan/pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak karena orang tua dapat menyediakan semua
kebutuhan anak baik yang primer maupun sekunder, pendidikan
ayah/ibu yang baik dapat menerima informasi dari luar terutama
tentang cara pengasuhan anak yang baik, menjaga kesehatan, dan
pendidikan yang baik pula, jumlah saudara yang banyak pada keluarga
yang keadaan sosial ekonominya cukup akan mengakibatkan
berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, jenis
kelamin dalam keluarga seperti pada masyarakat tradisonal masih
banyak wanita yang mengalami malnutrisi sehingga dapat
menyebabkan angka kematian bayi meningkat, stabilitas rumah
tangga, kepribadian ayah/ibu, adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu,
agama, urbanisasi yang banyak menyebabkan kemiskinan dengan
segala permasalahannya, serta kehidupan politik dalam masyarakat
yang mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran dan lain-
lain.

c. Ciri-ciri tumbuh kembang anak


Tumbuh kembang anak yang sudah dimulai sejak konsepsi sampai dewasa
itu mempunyai ciri-ciri tersendiri, yaitu :
1. Tumbuh kembang adalah proses yang kontinu sejak dari konsepsi
sampai maturitas/dewasa, yang dipengaruhi oleh faktor bawaan dan
lingkungan.
2. Terdapat masa percepatan dan masa perlambatan, serta laju tumbuh
kembang yang berlainan organ-organ.
3. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak,tetapi
kecepatannya berbeda antara anak satu dengan lainnya.
4. Perkembangan erat hubungannya dengan maturasi sistem susunan
saraf.
5. Aktifitas seluruh tubuh diganti respon individu yang khas.
6. Arah perkembangan anak adalah sefalokaudal.
7. Refleks primitif seperti refleks memegang dan berjalan akan
menghilang sebelum gerakan volunter tercapai.

d. Tahap-tahap tumbuh kembang anak


Tumbuh kembang anak berlangsung secara teratur, saling berkaitan
dan berkesinambungan dimulai sejak konsepsi sampai dewasa. Walaupun
terdapat variasi akan tetapi setiap anak akan melewati suatu pola tertentu
yang merupakan tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan sebagai
berikut :
1. Masa prenatal atau masa intrauterin ( masa janin dalam kandungan )
Masa mudigah/embrio ialah sejak konsepsi sampai umur kehamilan 8
minggu. Ovum yang telah dibuahi dengan cepat menjadi suatu
organisme, terjadi diferensiasi yang berlangsung cepat, terbentuk
suatu sistem oragan dalam tubuh.
masa janin/fetus ialah sejak umur 9 minggu sampai kelahiran. Masa
ini terdiri dari 2 periode yaitu :
a. Masa fetus dini, sejak usia 9 minggu sampai dengan TM II
kehidupan intrauterin, terjadi percepatan pertumbuhan,
pembentukan jasad manusia sempurna dan alat tubuh telah
terbentuk dan mulai berfungsi.
b. Masa fetus lanjut, pada akhir TM pertumbuhan berlangsung
pesat dan adanya perkembangan fungsi. Pada masa ini terjadi
transferimunoglobin G(IgG) dari ibu melalui plasenta.
Akumulasi asam lemak esesnsial seri omega 3(Docosa Hexanicc
Acid) omega 6(Arachidonic Acid) pada otak dari retina.
2. Masa bayi : usia 0 – 1 tahun
a. Masa neonatal (0-28 hari), terjadi adaptasi lingkungan dan
terjadi perubahan sirkulasi darah, serta mulainya berfungsi
orgaan-oragan tubuh lainnya.
 masa neonatal dini : 0-7 hari.
 masa neonatal lanjut : 8-28 hari
b. Masa pasca neonatal , proses yang pesat dan proses pematangan
berlangsung secara kontinu terutama meningkatnya fungsi
sistem saraf (29 hari – 1 tahun).
c. Masa prasekolah
Pada saat ini pertumbuhan berlangsung dengan stabil, terjadi
perkembangaan dengan aktifitas jasmani yang bertambah dan
meningkaatnya keterampilan dan proses berpikir.
d. Masa sekolah,
Pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan masa prasekolah,
keterampilan, dan intelektual makin berkembang, senang bermain
berkelompok dengan jenis kelamin yang sama ( usia 6 – 18/20 tahun).

B. PENILAIAN PERKEMBANGAN ANAK


Dalam pendidikan, hasil yang dicapai biasanya dinilai dengan metode-
metode tertentu, sehingga pencapaian tujuan yang diharapkan dapat
diketahui dengan baik. Dalam rentang kehidupan seseorang, hasil belajar
yang dicapai umumnya disebut perkembangan. Untuk menilai apakah
perkembangan yang dicapai seorang anak sudah memadai, sesuai dengan
norma pada umumnya, ataukah ada hambatan-hambatan tertentu dalam
proses perkembangannya, semuanya dapat diperoleh datanya dengan
metode-metode tertentu.
Berikut ini akan diuraikan tentang pengertian pengukuran dan
penilaian, prinsip-prinsip penilaian, fungsi penilaian dan metode-metode
penilaian perkembangan yang umum digunakan, disertai dengan contoh-
contoh dari masing-masing metode. Pengukuran dan Penilaian Masyarakat
sering menggunakan istilah pengukuran dan penilaian sebagai pengertian
yang sama, padahal keduanya memang saling berhubungan erta, tetapi
berbeda satu dengan yang lain.
Pengukuran ialah suatu tindakan untuk mengidentifikasi besar
kecilnya gejala (Hadi, 1997). Hasil pengukuran dapat berupa angka
(kuantitatif) dan atau uraian tentang kenyataan yang menggambarkan
derajat kualitas (kualitatif) (Sugihartono dkk., 2007). Sebagai contoh, hasil
pengukuran terhadap panjang bayi yang baru dilahirkan ialah 57 cm, hasil
pengukuran berat badan seorang anak berusia 10 tahun ialah 20 kg, dan
hasil pengukuran terhadap kondisi seorang anak 2 tahun yang belum dapat
berjalan, belum dapat berbicara, dan sebagainya. Hasil pengukuran ini
tidak ada maknanya apabila tidak ditafsirkan dengan cara membandingkan
hasil pengukuran dengan norma, patokan, atau criteria tertentu. 2 Penilaian
ialah suatu tindakan untuk menginterpretasikan hasil pengukuran
berdasarkan norma tertentu dengan tujuan untuk mengetahui tinggi
rendahnya sesuatu, berat ringannya suatu benda, atau baik buruknya suatu
kondisi (Sugihartono dkk., 2007).
Dengan demikian, apabila bayi yang baru lahir memiliki panjang
badan 57 cm dapat dinilai panjang atau tinggi menurut rata-rata panjang
badan bayi Indonesia. Demikian pula kondisi anak 2 tahun yang belum
dapat berjalan, belum dapat berbicara dapat dinilai terlambat
perkembangannya menurut norma perkembangan anak yang normal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengukuran adalah
pengidentifikasian suatu gejala, sedang penilaian adalah peinterpresian
terhadap data hasil pengukuran berdasarkan norma tertentu.

a. Prinsip-prinsip Penilaian
Agar penilaian yang dilakukan mencapai hasil yang memadai, dan
bermanfaat bagi anak yang dinilai maupun bagi program yang
dilaksanakan, maka penilaian harus memenuhi beberapa persyaratan:
1. Komprehensif (menyeluruh),
Penilaian yang dilakukan harus meliputui seluruh aspek dari tujuan
pendidikan, dalam hal ini ialah aspek perkembangan yang menjadi
sasaran penilaian, meliputi aspek :
a. Perkembangan moral dan nilai-nilai agama,
b. Perkembangan fisik,
c. Perkembangan bahasa,
d. Perkembangan kognitif
e. Perkembangan social emosional,
f. Perkembangan seni.
Dengan gambaran yang komprehensif, akan memberikan gambaran
yang lebih bermakna tentang perkembangan anak, baik bagi pendidik
maupun orangtua (Depdiknas, 2002; Sugihartono dkk., 2007; Waseso,
2005).
2. Berkesinambungan,
Penilaian dilakukan secara berencana, bertahap, dan terus menerus
untuk mendapatkan gambaran perkembangan yang akurat, dan
menyangkut tentang perkembangan anak yang bersangkutan
(epdiknas, 2002; Sugihartono dkk., 2007; Waseso, 2005).
3. Obyektif,
Penilaian terhadap suatu gejala harus apa adanya, dan menghindari
subyektivitas. Contoh, apabila yang dinilai anaknya sendiri, hasilnya
cenderung baik (Depdiknas, 2002; Sugihartono dkk., 2007; Waseso,
2005). Penilaian yang subyektif justru akan merugikan bagi usaha
pengembangan anak.
4. Penilaian atas dasar penggunaan alat ukur yang baik, yaitu:
a. Valid (sahih)
mengukur apa yang hendak diukur. Misalnya mengukur tinggi
badan dengan alat ukur meteran, bukan dengan timbangan.
b. Reliable (handal)
hasil penilaian memiliki taraf kepercayaan yang tinggi, terlepas
dari siapa orang yang menilai, serta kapan penilaian dilaksanakan.
Contoh, apabila anak 5 tahun yang tingginya 120 cm dinilai tinggi
oleh siapapun yang menilai, dan kapanpun orang menilainya hasil
penilaiannya tetap ajeg (Sugihatono dkk., 2007; Waseso, 2005).
5. Bermakna,
Hasil penilaian memiliki arti bagi pendidk, orangtua, anak yang
bersangkutan, serta pihak-pihak yang memerlukan (Depdiknas, 2002;
Waseso, 2005).

b. Fungsi Penilaian Perkembangan


Penilaian memiliki beberapa fungsi, namun khusus berkaitan dengan
perkembangan, Palmer (1983) menyatakan bahwa fungsi utama penilaian
pada anak pra sekolah adalah:
 Fungsi diskriptif: penilaian yang digunakan untuk menggambarkan
pertumbuhan dan perkembangan anak.
 Fungsi prediktif: penilaian yang digunakan untuk mengetahui
kemampuan anak dimasa depan.

Dengan demikian fungsi penilaian perkembangan pada anak pra


sekolah adalah untuk menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan
anak dan memprediksikan atau mengetahui kemampuan anak dimasa
depan berdasar gambaran pertumbuhan dan perkembangannya tersebut.

c. Metode-metode Penilaian
Perkembangan Penilaian yang dilakukan pada anak usia dini tentu
lebih sulit daripada penilaian yang dilakukan pada anak yang lebih besar
atau orang dewasa. Permasalahan pokok yang membedakan ialah anak
usia dini belum dapat membaca dan menulis, di samping itu mereka sulit
mempertahankan konsentrasi dalam jangka waktu yang cukup lama untuk
suatu kegiatan yang formal. Oleh karena itu, menurut Waseso (2005) ada
beberapa metode yang dapat diterapkan untuk penilaian terhadap
perkembangan anak usia dini, yaitu:
1. Observasi atau Pengamatan
merupakan bagian kesatuan dari kegiatan pembelajaran.
Sesungguhnya untuk mengerti anak-anak didik, cara yang lazim
digunakan ialah mengamati perilaku mereka, antara lain
perilakuperilaku khusus anak didik, misalnya, anak suka melakukan
tindakan agresif, baik secara verbal maupun fisik. Selain itu juga
mengamati interaksi kelompok kecil anak didik untuk mengungkap
apa yang mereka lakukan.
Agar dapat merekam data observasi secara sistematis, maka dapat
digunakan format-format tertentu yang dipersiapkan terlebih dahulu,
antara lain:
 Catatan anecdotal
adalah suatu tulisan singkat mengenai suatu peristiwa yang
penting, bermakna dalam kehidupan sehari-hari anak. Biasanya
ditulis secara factual, dan pencatatan dilakukan secepat mungkin
setelah ada waktu. Untuk menghindari kelupaan, maka dapat
dibuat catatan singkat di kartu catatan anecdotal seukuran kartu
pos. Begitu ada waktu segera ditulis secara lengkap dengan
menggunakan format catatan 5 anecdotal. Disarankan setiap
minggu ada satu catatan anecdotal untuk setiap anak. Dengan
demikian kumpulan informasi itu akan membantu pendidik
memahami perubahan perilaku anak yang terkait dengan
perkembangan.
 Ceklis
adalah daftar catatan tentang sesuatu hal yang menjadi rujukan
untuk mengecek apakah sesuatu terjadi atau tidak. Ceklis dapat
digunakan untuk menilai pencapaian perkembangan anak. Ceklis
hendaknya dirancang untuk memotret criteria yang sudah baik
rumusannya. Sebagai contoh ceklis tentang perkembangan bahasa
untuk anak 1-2 tahun, criteria yang digunakan ialah “Menu
Pembelajaran Generik” dari Depdiknas tahun 2002,
 Skala jenjang (Rating scale)
Hasil dari observasi dapat dituangkan dalam format skala
jenjang, dengan syarat pengamatnya memahami benar kategori
“sesuatu” yang sedang diamati; bisa dinyatakan dengan angka
(misalnya: 1, 2, 3), bisa juga dengan naratif (Tidak pernah,
Kadangkadang, Selalu).
 Sampling waktu
ialah cara mengambil contoh sebagian dari keseluruhan waktu
yang ada. Yang dicatat dalam kurun waktu tertentu, apakah suatu
perilaku tertentu muncul atau tidak , dan berapa kali munculnya
perilaku itu. Pengamat menentukan sendiri kapan waktu
dilaksanakannya observasi, berapa interval waktunya, dan
bagaimana perilaku akan dicatat. Contoh sampling waktu tentang
frekuensi perilaku konsentrasi
 Sampling peristiwa
Pengamat merekam data tentang contoh peristiwa atau kategori
peristiwa yang terjadi. Pertama pengamat menentukan dahulu
peristiwa apa yang ingin dicata, kemudian merekam setiap
peristiwa itu apabila teramati.
2. Wawancara
Wawancara bukanlah “interogasi”, melainkan interaksi dialogis
yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan anak. Apabila
wawancara dilaksanakan dengan pendekatan yang baik dan alami,
misalnya sambil bermain, maka metode ini dapat membantu menambah
pengetahuan yang mendalam mengenai pengalaman masa lalunya,
minatnya, motivasinya, dan perilaku lainnya yang berkaitan dengan
aspek-aspek perkembangannya.

3. Portofolio
ialah penilaian yang mendasarkan pada kumpulan catatan dan hasil
kerja anak. Kumpulan informasi ini dapat memberi gambaran pada
penilai tentang sejauh mana perilaku dan keterampilan anak
berkembang. Catatan yang dilihat dapat berupa catatan-catatan
anecdotal, ceklis, skala jenjang, serta format-format lain yang
menggambarkan perkembangan keterampilan atau perilaku anak.
Sementara hasil karya anak yang dapat dilihat secara nyata ialah karya-
karya melipat, menggambar, menempel, meronce dan karya-karya
lainnya.
Manfaat portofolio: Portofolio dapat mengungkapkan dan
mendokumenkan hasil belajar dan perkembangan anak dalam aspek
perkembangan yang berbeda-beda dan dalam kurun waktu tertentu.
Kumpulan dokumen dapat disimpan dalam map yang berlipat-lipat,
diberi daftar isi per aspek sehingga memudahkan melihatnya.

C. BINA KELUARGA DAN BALITA

Anak Prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun


menurut Biechler dan Snowman (melalui Patmonodewo, 2003: 19).
Biasanya anak-anak tersebut mengikuti program Pendidikan Prasekolah.
Di Indonesia yang termasuk dalam Pendidikan Prasekolah antara lain
Tempat Penitipan Anak (Day Care), Kelompok Bermain, dan Taman
Kanak-Kanak (Patmonodewo, 2003: 52). Pendidikan prasekolah termasuk
dalam lingkup pendidikan nonformal. Dalam tulisan ini, akan dibahas
mengenai program Bina Keluarga Balita (BKB).

Orangtua terkadang kurang pengetahuannya, pengalaman yang


mereka miliki masih kurang. Apalagi mereka yang tidak selesai dalam
mengenyam pendidikan di bangku sekolah, banyak dari mereka yang
belum paham tentang pola asuh untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangan yang optimal bagi anak-anaknya. Anak cenderung lebih
dekat dengan Ibu, sehingga orang yang paling mengerti perkembangan
anak-anaknya adalah Ibu. Penting bagi para Ibu untuk memahami pola
asuh yang baik bagi anaknya agar anak tersebut menjadi pribadi yang baik
dan terjaga kondisi kesehatannya

a. Pengertian bina keluarga balita

Program Bina Keluarga Balita merupakan sebuah program dari


pemerintah dalam rangka pembinaan keluarga untuk mewujudkan tumbuh
kembang anak balita secara optimal. Program BKB merupakan bagian
integral dari upaya nasional dalam rangka mewujudkan manusia Indonesia
seutuhnya. “Program ini di koordinasikan oleh Kantor Menteri Urusan
Peranan Wanita, penanggungjawab di lapangannya adalah Badan
Koordonasi Keluarga Berencana Nasional serta memperoleh bantuan dari
UNICEF (menurut Patmonodewo, 2003: 84)”. Program BKB masih ada
kaitannya dengan Posyandu yang pendekatannya adalah pendidikan
orangtua (ibu), yaitu pendidikan yang ditujukan bagi para ibu untuk lebih
mengenal tentang perilaku dan etika dalam mendidik anaknya.

b. Tujun bina keluarga balita

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan,


keterampilan, dan sikap orangtua serta anggota keluarga untuk
mempersiapkan pendidikan anak usia nol (0) sampai dengan usia dibawah
lima tahun dalam mengasuh dan mendidik anak balitanya. BKB
merupakan upaya untuk mewujudkan keluarga bahagia dan sejahtera.

Program ini merupakan upaya peningkatan kesadaran para Ibu serta


anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang anak balita.
Seperti melalui kegiatan rangsangan fisik, mental, emosional, intelektual,
dan sebagainya. Kegiatan tersebut dapat berupa pelatihan cara mengenal
lingkungan sekitar dalam lingkup yang sederhana sesuai dengan
kebutuhan setiap usia anak, belajar untuk mengenal permainan yang dapat
merangsang perkembangan otak, dan sebagainya.

c. Sasaran BKB

Program BKB ditujukan pada keluarga atau orangtua yang memiliki


anak balita usia 0-5 tahun. “Perkembangan anak dimulai sejak dalam
kandungan dan dilanjutkan pada usia dini. Oleh karena itu, penting bagi
para ibu yang memiliki anak usia dini mendapatkan intervensi (parent
intervention), seperti pemberian wawasan tentang kehamilan, gizi, dan
cara merawat dan mendidik anak (menurut Suyanto, 2005)”.

Usia dini (0-8 tahun) sering dikenal dengan istilah golden age atau
tahun emas, disinilah anak sedang dalam tahap pertumbuhan baik fisik
maupun mental yang paling pesat. Usia dini dianggap penting karena
dimasa ini mudah untuk menanamkan dasar-dasar kepribadian yang baik
bagi anak-anak. “Erikson yang melakukan penelitian terhadap
perkembangan anak dari bayi hingga dewasa menyimpulkan bahwa masa
kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia sebagai seorang
manusia. Para ahli psikologi berpendapat bahwa tahun-tahun prasekolah
pada usia 2-5 tahun adalah tahap yang paling penting dari seluruh tahapan
perkembangan.

Menurut hasil penelitian ahli syaraf (neuroscience) dinyatakan bahwa


perkembangan otak manusia yang paling pesat terjadi pada tahun-tahun
pertama kehidupannya. Hingga usia 4 tahun, perkembangan kecerdasan
anak 50% hingga usia 8 tahun menjadi 90%. Oleh karena itu usia dini
dianggap sebagai usia emas (golden age), sebab pada uisa inilah sebagian
besar jaringan sel-sel otak yang berfungsi sebagai pengendali setiap
aktifitas manusia dibentuk. Perkembangan otak yang optimal
dimungkinkan jika anak diberi rangsangan yaitu pemberian gizi yang
memadai, perawatan kesehatan, dan pelayanan pendidikan yang
merangsang tumbuhnya kreativitas (menurut Latif, 2007: 89).”

d. Kader BKB

BKB sendiri memiliki kader-kader yang mampu membimbing dan


mengarahkan Ibu-Ibu dalam mendidik anak mereka. Kader BKB adalah
anggota dari masyarakat yang telah mendapatkan pendidikan dibidang
BKB. Untuk pelatihannya, ibu-ibu biasanya dikelompokkan sesuai dengan
usia anaknya, yaitu:

 Kelompok 1: ibu yang memiliki anak berusia 0-1 tahun

 Kelompok 2: ibu yang memiliki anak berusia 1-2 tahun

 Kelompok 3: ibu yang memiliki anak berusia 2-3 tahun

 Kelompok 4: ibu yang memiliki anak berusia 3-4 tahun

 Kelompok 5: ibu yang memiliki anak berusia 4-5 tahun

Setiap kelompok, ibu dipandu oleh kurang lebih 2 petugas kader


yang telah memperoleh pendidikan secara khusus tentang BKB.

e. Peran BKB

BKB memberikan penyuluhan kepada para Ibu agar menyadari


pentingnya fungsi mereka dalam membina dan mendidik anaknya,
khususnya Ibu yang berperan sebagai pendidik pertama dan utama. Anak
yang memiliki kecenderungan untuk lebih dekat dengan Ibu, menjadikan
Ibu berperan penting dalam mendidik dan menjaga anak-anaknya

f. Materi BKB

Dalam kegiatannya, para ibu hamil maupun yang mereka memiliki


anak balita, mengikuti kegiatan pertemuan penyuluhan yang biasanya
diadakan bersamaan dengan kegiatan posyandu yang rutin setiap bulan.
Seperti pemberian pengertian kepada mereka tentang pola asuh yang baik
agar pertumbuhan anaknya dapat berkembang ideal. Ada juga materi yang
berkaitan dengan pola hidup sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat perlu
diajarkan kepada para ibu agar mereka mampu menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.

Kesehatan merupakan hal yang paling berharga dalam hidup kita, jika
kondisi badan sehat, kegiatan sehari-hari kita dapat terlaksana dengan
baik. Ada pepatah yang mengatakan bahwa “sehat itu tak perlu mahal
harganya”. Jadi pemberian makanan sehat kepada anak dan keluarga itu
tak perlu dengan makanan-makanan yang mahal harganya. Makanan yang
memenuhi kriteria empat sehat lima sempurna dapat kita peroleh di
lingkungan sekitar kita, sederhana tetapi bisa mencukupi kebutuhan gizi
kita.

Dalam kegiatannya, program BKB menggunakan berbagai perangkat


sebagai media interaksi antara ibu dan anak baik berupa perangkat keras
maupun perangkat lunak. Jenis perangkat lunak seperti Alat Permainan
Edukatif (APE), cerita anak-anak dan lainnya yang digunakan sebagai
perangsang daya tumbuh kembang anak dalam proses tumbuh
kembangnya.
D. PENINGKATAN KUALITAS TUMBUH KEMBANG
Pada usia dini atau dalam hal ini pada masa gold period, umumnya 0-
3 tahun, seorang anak memiliki masa tumbuh kembang yang paling pesat
pada otak manusia, dalam hal ini menerima masukan dari lingkungan
sekitar. Namun, tetap saja proses tumbuh kembang tersebut perlu
diperhatikan dan “ditelateni” oleh para orang tua, karena penyimpangan
tumbuh kembang yang ditemukan sejak dini, terutama sebelum anak
berumur 3 tahun, dapat segera di intervensi (diperbaiki). Berikut ulasan
singkat mengenai Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) pada anak.
Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor
genetik dan faktor lingkungan, baik lingkungan sebelum anak dilahirkan
maupun lingkungan setelah anak itu lahir. Gizi merupakan salah satu
faktor lingkungan fisik yang berpengaruh terhadap proses tumbuh
kembang fisik, sistem, syaraf dan otak serta tingkat kecerdasan yang
bersangkutan.
Pada salah satu acara sosialisasi tumbuh kembang anak, dr. Radix
Hadriyanto, Sp.A menekankan bahwa umur tiga tahun awal pada anak
merupakan periode emas pertumbuhan. Salah satu pertumbuhan penting
adalah perkembangan otak anak yang mencapai 80-90% di tiga tahun
pertama. Pada masa itu pula otak Balita lebih plastis jika dibandingkan
dengan otak orang dewasa. Otak Balita sangat terbuka dalam menerima
berbagai macam pembelajaran dan pengkayaan, baik bersifat positif
maupun negative.
Namun di sisi lain, otak Balita lebih peka terhadap asupan yang
kurang mendukung pertumbuhan otaknya, seperti asupan gizi yang tidak
adekuat, kurang stimulasi dan kurang mendapatkan pelayanan kesehatan
yang memadai. Sehingga pemantauan menyeluruh baik dari segi
pertumbuhan, perkembangan termasuk juga asupan sangat dibutuhkan
demi kehidupan sang buah hati. Hal tersebut dapat dilakukan secara
sederhana melalui beberapa langkah sebelum akhirnya dikonsultasikan
kepada dokter kepercayaan Anda. Namun ada baiknya Anda mengetahui
terlebih dahulu pengertian dasar mengenai DDTK.
Tumbuh kembang anak merupakan hasil interaksi antara faktor
genetik dan faktor lingkungan. Beberapa upaya yang dapat dilakukan guna
meningkatkan kualitas tumbuh kembang anak antara lain:
1. Faktor Pra Lahir
Perlu adanya asupan gizi yang baik selama kehamilan
berlangsung. Selain gizi yang baik, pemeriksaan yang cukup dan
teratur juga penting. Beberapa hal yang penting diperhatikan adalah
gizi ibu hamil. Tujuan dari penataan gizi ibu hamil adalah menyiapkan
 cukup kalori, protein yang bernilai tinggi, vitamin, mineral
dan cairan untuk memenuhi kebutuhan zat gizi ibu, janin
serta plasenta
 makanan padat kalori
 cukup kalori dan zat gizi
 perencanaan perwatan gizi
 perawatan gizi yang dapat mengurangi atau menghilangkan
reaksi yang tidak diinginkan
 perawatan gizi yang dapat membantu pengobatan penyulitan
yang terjadi dan
 mengembangkan kehidupan ibu hamil agar ssenantiasa
kebiasaan hidup sehat (Arisman, 2008:13)
2. Faktor Pada Saat Lahir
Persalinan yang berjalan mulus tanpa ada kendala atau komplikasi
pada bayi akan memberi dampak yang baik bagi tumbuh kembang
anak di kemudian hari. Komplikais persalinan dapat menyebabkan
kelainan tumbuh kembang. Oleh sebab itu perawatan pra lahir sangat
penting, dengan perawatan yang baik maka akan mendapatkan
tindakan sejak awal sehingga bayi dapat terlahir dengan selata.
3. Faktor Setelah Lahir
Beberapa faktor yang perlu diupayakan untuk meningkatkan
kualitas tumbuh kembang anak antara lain:
a. Gizi anak
Makanan memegang peranan yang sangat penting dalam
tumbuh kembang anak karena anak sedang tumbuh sehingga
membutuhkan banyak asupan makanan yang bergizi. ASI
diberikan kepada bayi secara ekslusif sangat baik, sebab nilai gizi
pada ASI sangat tinggi serta terdapat zat-zat kekebalan tubuh
yang melindungi anak dari berbagai macam infeksi. Pengaturan
makanan yang baik juga perlu diperhatikan. Dalam hal ini
makanan harus disesuaikan dengan usia anak. Makanan juga
harus mengandung energi dansemua zat gizi yang dibutuhkan
pada tingkat usianya. Pemberian makanan pendamping harus
bertahap dan bervariasi.
b. Kesehatan anak
Kesehatan anak menjadi bagian penting pengawasan
orangtua. Apabila orangtua menemukan gejala yang tidak lazim
dalam diri anak, maka orangtua perlu mawas diri dan segera
membawa anak untuk berobat. Anak yang sehat pada umumnya
akan tumbuh dan berkembang dengan baik. Monitoring
pertumbuhan anak dengan KMS, merupakan salah satu usaha
untuk mencegah terjadinya gangguan pertumbuhan pada anak.
Melalui KMS orangtua dapat mengetahui status kesehatan anak.
c. Imunisasi
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh agar anak tidak
mudah terserang atau tertular suatu penyakit. Pemberian
imunisasi ini harus diberikan sedini mungkin secara lengkap.
Imunisasi yang wajib diberikan adalah BCG, hepatitis B, polio,
DPT dan campak.
d. Stimulasi (Perangsangan)
Anak yang mendapatkan stimulasi secara terarah akan lebih
cepat berkembang dibandingkan anak yang kurang bahkan tidak
mendapatkan stimulasi. Perhatian dan kasih sayang merupakan
stimulasi yang penting dalam awal perkembangan anak.
e. Perumahan
Pemilihan perumahan atau rumah huni yang layak, baik dari
segi ventilasi dan pencahayaan yang cukup serta tidak sesak dan
menjamin kesehatan serta keselamatan penghuninya. Memilih
perumahan tidak sekedar bagus saja, melainkan juga
memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan dalam keluarga.
f. Sanitasi Lingkungan
Kebersihan lingkungan baik secara pribadi maupun
masyarakat memegang peran yang penting dalam tumbuh
kembang anak. Lingkungan dengan tingkat kebersihan yang baik
dapat mencegah atau mengurang terjadinya penyakit bagi anak-
anak.
g. Keluarga
Keluarga yang senantiasa menajga hubungan harmnois
dengan penuh kasih sayang maka dapat membuat anak menjadi
tumbuh dan berkembang lebih baik dibandingkan dengan anak
yang tumbuh dan berkembang di lingkungan keluarga yang
kurang baik.
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN
Menurut Soetjiningsih, pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah
perubahan dalam besar jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ
maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound,
kilogram), ukuran panjang (cm,meter), umur tulang dan keseimbangan
metabolik (retensi kalsium dan nitrogen tubuh)
perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan (skill)
dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur
dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Pengukuran ialah suatu tindakan untuk mengidentifikasi besar kecilnya
gejala (Hadi, 1997).
Hasil pengukuran dapat berupa angka (kuantitatif) dan atau uraian
tentang kenyataan yang menggambarkan derajat kualitas (kualitatif)
(Sugihartono dkk., 2007).
Penilaian ialah suatu tindakan untuk menginterpretasikan hasil
pengukuran berdasarkan norma tertentu dengan tujuan untuk mengetahui
tinggi rendahnya sesuatu, berat ringannya suatu benda, atau baik buruknya
suatu kondisi (Sugihartono dkk., 2007).
Pada salah satu acara sosialisasi tumbuh kembang anak, dr. Radix
Hadriyanto, Sp.A menekankan bahwa umur tiga tahun awal pada anak
merupakan periode emas pertumbuhan.
Salah satu pertumbuhan penting adalah perkembangan otak anak yang
mencapai 80-90% di tiga tahun pertama. Pada masa itu pula otak Balita lebih
plastis jika dibandingkan dengan otak orang dewasa. Otak Balita sangat
terbuka dalam menerima berbagai macam pembelajaran dan pengkayaan,
baik bersifat positif maupun negative.
DAFTAR PUSTAKA

1. Depkes Ri. Asuhan Kesehatan Anak Dalam Konteks Keluarga . Depkes Ri.
Jakarta. 192 : 6 – 18
2. Markum. A.H. Dkk. Ilmu Kesehatan Anak. Fkui. Jakarta. 1991 : 9 -21.
3. Mirriamstoppard. Complete Baby And Child Care. 1997.
4. Soetjiningsih. Tumbuh Kembang Anak. Egc. Jakarta. 1998 : 1 – 63.
5. Behrman. Kliegman. Arvin. Ilmu Kesehatan Anak ( Nelson Textbook Of
Pediatrics ). Egc. Jakarta. 2000 : 37 – 45.
6. Http://Tentangkb.Wordpress.Com/2009/11/18/Bina-Keluarga-Balita-2/ ,
Diakses Tanggal 19 Maret 201
7. Latif, Abdul, 2007, Pendidikan Berbasis Nilai Kemasyarakatan, Bandung:
Refika Aditama
8. Patmonodewo, Soemiarti, 2003, Pendidikan Anak Prasekolah, Jakarta:
Rineka Cipta
9. Suyanto, Slamet, 2005, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
10. Arisman, 2010. Gizi Dalam Daur Kehidupan: Buku Ajar Gizi Ed 2. Jakarta:
Buku Kedokteran Egc.
11. Efendi, Muhammad. 2011. Pengantar Kesehatan Dan Gizi Anak. Malang:
Fakultas Ilmu Pendidikan.

Anda mungkin juga menyukai