Anda di halaman 1dari 6

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu proses yang dilakukan oleh lembaga


pendidikan dengan proses di mana seseorang mempelajari orientasi, sikap dan perilaku
politik, sehingga yang bersangkutan memiliki political knowledge, awareness, attitude,
political efficacy dan political participation, serta kemampuan mengambil keputusan politik
secara rasional, sehingga tidak saja menguntungkan bagi diri sendiri tetapi juga bagi
masyarakat” (Zamroni,2007:p.137).

Karena dinilai penting, pendidikan ini sudah di terapkan sejak usia dini di setiap
jenjang pendidikan mulai dari yang paling dini hingga pada perguruan tinggi agar
menghasilkan penerus-penerus bangsa yang berkompeten dan siap menjalankan hidup
berbangsa dan bernegara.

Tujuan utama pendidikan kewarganegaraan adalah untuk menumbuhkan wawasan dan


kesadaran bernegara, sikap serta perilaku yang cinta tanah air dan bersendikan kebudayaan
bangsa, wawasan nusantara, serta ketahanan nasional dalam diri para calon-calon penerus
bangsa yang sedang dan mengkaji dan akan menguasai imu pengetahuaan dan teknologi serta
seni. Selain itu juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia indonesia yang berbudi
luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, profesional, bertanggung jawab, dan
produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil akan membuahkan sikap mental yang


cerdas, penuh rasa tanggung jawab dari peserta didik. Sikap ini disertai perilaku yang:

1. Beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa serta menghayati nilai-
nilai falsafah bangsa.
2. Berbudi pekerti luhur, berdisiplin dalam masnyarakat berbangsa.
3. Rasional, dinamis, dan sabar akan hak dan kewajiban warga negara.
4. Bersifat profesional yang dijiwai oleh kesadaran bela negara.
5. Aktif memanfaatkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kepentingan
kemanusiaan, bangsa dan negara.
Melalui pendidikan kewarganegaraan, warga negara republik indonesia diharapkan
mampu memahami, menganalisa, dan menjawab masalah-masalah yang di hadapi oleh
masyarakat,bangsa dan negaranya secara konsisten dan berkesinambungan dalam cita-cita
dan tujuan nasional seperti yang di gariskan dalam pembukaan UUD 1945.

B. Pengertian Pendidikan Politik

Pendidikan politik pada hakekatnya merupakan bagian dari pendidikan orang


dewasa sebagai upaya edukatif yang intensional,disengaja dan sistematis untuk
membentuk individu sadar politik dan mampu menjadi pelaku politik yang bertanggung
jawab secara etis/moril dalam mencapai tujuan-tujuan politik (KartiniK,2009:64).
Pendidikan politik merupakan aktivitas pendidikan diri (mendidik dengan sengaja
diri sendiri) yang terus menerus berproses di dalam person, sehingga orang yang
bersangkutan lebih mampu memahami dirinya sendiri dan situasi-kondisi lingkungan
sekitarnya (Kartini K, 2009: 65).

Dapat diartikan bahwa pada dasarnya pendidikan politik memiliki tujuan mendidik
dan mengatur diri sendiri untuk dapat berproses menjadi manusia dewasa
dalam mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu demi mencapai tujuan-tujuan
politik dan telah memikirkan resiko yang akan didapat dari apa yang telah dilakukan.
Di sekolah anak banyak belajar pengetahuan, nilai, sikap, dan perilaku politik secara
eksplisit, terutama melalui mata pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn). Melalui mata pelajaran PKn, anak diajarkan mengenai
hak dan kewajiban sebagai warga negara, sistem politik, otonomi daerah, partai
politik,budaya politik, dsb. Melalui pelajaran ini, anak diharapkan pada gilirannya dapat
berpartisipasi aktif dalam kehidupan berbangsa dan negaranya.

Pengertian pendidikan politik yang dikemukakan oleh Alfian,1986:235 (dalam


Sumantri,2003:3),adalah “Pendidikan politik dapat diartikan sebagai usaha yang sadar
untuk mengubah proses sosialisasi politik masyarakat sehingga mereka memahami dan
menghayati betul nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sistem politik yang ideal yang
hendak dibangun”. Sedangkan menurut Inpres No.12 Tahun 1982, “Pendidikan politik
merupakan rangkaian usaha untuk meningkatkan dan memantapkan kesadaran politik dan
kenegaraan guna menunjang kelestarian Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945 sebagai budaya
politik bangsa.

Dengan demikian, pendidikan politik adalah proses penurunan nilai-nilai dan norma-
norma dasar dari ideologi suatu negara yang dilakukan dengan sadar, terorganisir, berencana,
dan berlangsung kontinyu dari satu generasi ke generasi berikutnya sesuai dengan
perkembangan sistem politik dalam rangka membangun watak kewarganegaraan (national
character building).

C. Hakikat pkn sebagai pendidikan politik

Hakikat mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang utama adalah


sebagai pendidikan politik. Sebagai pendidikan politik, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
akan membantu siswa memperoleh pengetahuan dan pemahaman serta keterampilan di
bidang politik. Ini berarti siswa harus melek politik. Kata politik secara umum memiliki
banyak makna yaitu berarti:
(a) kekuatan atau force;
(b) kekuasaan/pemerintahan atau governance;
(c) kekuatan atau power;
(d) kebijaksanaan atau polecy;
(e) pengaruh atau influence.

Pendidikan politik menekankan pada upaya untuk mempengaruhi orang lain agar
bersedia memberikan dukungan atau partisipasinya kepada suatu obyek tertentu dan dalam
hal ini adalah kepada nusa, bangsa dan negara atau pemimpin. Dalam sistem politik dikenal
ada dua dimensi yang dilakukan warga negara terhadap suatu obyek yang dapat berupa
seorang tokoh, partai politik atau pemerintah yaitu dukungandan tuntutan.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai pendidikan politik mempunyai tugas
memperkenalkan nilai-nilai kaitannya dengan politik dan selanjutnya menumbuhkan
partisipasi peserta didik terhadap pelaksanaan suatu nilai.
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) sebagai pendidikan politik berupaya menumbuhkan
dukungan murid terhadap keluarga, guru, sekolah, masyarakat, nusa, bangsa dan negara.
Tumbuhkan rasa cinta terhadap Tanah Air dan bangsanya. Siap berkorban bagi bangsa dan
negaranya. Ada tiga aspek sikap yang harus ditumbuhkan yaitu : (a) Sense of belonging yaitu
sikap memiliki suatu nilai; (b) Sense of responsibility yaitu sikap untuk bertanggung jawab
terhadap suatu nilai, dan (c) Sense of participation yaitu sikap untuk berpartisipasi langsung
dalam perjuangan membela nilai-nilai kebenaran dan keadilan.

D. Bentuk Pendidikan Politik


Keberhasilan pendidikan politik tidak akan dapat tercapai jika tidak dibarengi dengan
usaha yang nyata di lapangan. Penyelenggaraan pendidikan politik akan erat kaitannya
dengan bentuk pendidikan politik yang akan diterapkan di masyarakat nantinya. Oleh karena
itu, bentuk pendidikan politik yang dipilih dapat menentukan keberhasilan dari adanya
penyelenggaraan pendidikan politik ini.

Bentuk pendidikan politik menurut Rusadi Kartaprawira (2004:56) dapat


diselenggarakan antara lain melalui:

1) bahan bacaan seperti surat kabar, majalah, dan lain-lain bentuk publikasi massa yang
biasa membentuk pendapat umum.

2) siaran radio dan televisi serta film (audio visual media).

3) lembaga atau asosiasi dalam masyarakat seperti masjid atau gereja tempat
menyampaikan khotbah, dan juga lembaga pendidikan formal ataupun iniformal.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat kita lihat bahwa pendidikan politik dapat
diberikan melalui berbagai jalur. Pemberian pendidikan politik tidak hanya dibatasi oleh
lembaga seperti persekolahan atau organisasi saja, namun dapat diberikan melalui media,
misalnya media cetak dalam bentuk artikel. Apapun bentuk pendidikan politik yang akan
digunakan dan semua bentuk yang disuguhkan di atas sesungghnya tidak menjadi persoalan.
Aspek yang terpenting adalah bahwa bentuk pendidikan politik tersebut mampu untuk
memobilisasi simbol-simbol nasional sehingga pendidikan politik mampu menuju pada arah
yang tepat yaitu meningkatkan daya pikir dan daya tanggap rakyat terhadap masalah politik.
Selain itu, bentuk pendidikan politik yang dipilih harus mampu meningkatkan rasa
keterikatan diri (senseof belonging) yang tinggi terhadap tanah air, bangsa dan
negara. Apabila diasosiasikan dengan bentuk politik yang tertera di atas, maka menurut
penulis yang menjadi tolak ukur utama keberhasilan pendidikan politik terletak pada
penyelengaraan bentuk pendidikan politik yang terakhir yaitu melalui jalur lembaga atau
asosiasi dalam masyarakat. Dalam hal ini penulis sangat sependapat bila pendidikan politik
lebih ditekankan melalui jalur pendidikan formal. Pendidikan politik formal yaitu pendidikan
pulitik yang diselenggrakan melalui lembaga resmi (sekolah).

E. Landasan Hukum Pendidikan Politik

Landasan Hukum Pendidikan Politik Pendidikan politik merupakan suatu sarana untuk
meningkatkan kesadaran berbangsa dan hernegara yang dilaksanakan secara
berkesinambungan dan terencana. Pelaksanaan pendidikan politik, harus berpegang teguh
pada falsafah dan kepribadian bangsa Indonesia. Secara tidak langsung pendidikan politik
merupakan bagian integral dari keseluruhan pembangunan bangsa yang dilaksanakan sesuai
dengan landasan yang telah mendasari kehidupan bangsa Indonesia. Berdasarkan Inpres No.
12 tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generasi Muda (1982:13), maka yang menjadi
landasan hukum pendidikan politik adalah sebagai berikut:

Landasan pendidikan politik di Indonesia terdiri dari:

a. landasanideologis, yaituPancasila

b. landasan konstitusi, yaitu UUD 1945

c. landasan operasional, yaitu GBHN

d. landasan historis, yaitu Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi 17 Auustus
1945".

Landasan yang tersebut di atas merupakan landasan pokok pendidikan politik yang
disertai landasan kesejarahan. Hal ini penting karena warga negara terutama siswa harus
mengetahui sejarah perjuangan bangsa agar memiliki jiwa, semangat, dan nilai-nilai
kejuangan 1945.

F. Pokok-pokok materi pendidikan poitik


Pokok-pokok materi pendidikan politik sepenuhnya tertuang sebagai muatan
yang terkandung dalam kurikulum pendidikan politik. Kurikulum pendidikan politik adalah
jarak yang harus ditempuh oleh seorang siswa dalam mencapai target yaitu melek politik
yang ditandai dengan menguatnya daya nalar terhadap berbagai aktifitas politik dalam
infrastruktur maupun suprastruktur politik

Hal-hal yang mengenai kurikulum pendidikan politik diatur dalam Instruksi Presiden
No. 12 Tahun 1982 tentang Pendidikan Politik bagi Generasi Muda yang menyebutkan bahwa
bahan pendidikan politik antara lain:

a. penanaman kesadaran berideologi, berbangsa, dan bernegara,

b. kehidupan dan kerukunan hidup beragama;

c. motivasi berprestasi;

d. pengamalan kesamaan hak dan kewajiban, keadilan sosial, dan penghormatan atas
harkat dan martabat manusia;

e. pengembangan kemampuan politik dan kemampuan pribadi untuk mewujudkan


kebutuhan dankeinginan ikut serta dalam politik;

f. disiplin pribadi, sosial, dan nasional;

g. kepercayaan pada pcmcrintah;

h. kepercayaan pada pembangunan yang berkesinambungan.

Dalam kurikulum pendidikan politik di Indonesia, telah memasukkan unsur materi


agama yang merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam bahan pendidikan politik.

Bahan pendidikan politik di Indonesia harus bersumber pada Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945, dan berbagai makna yang dipetik dari perjuangan bangsa Indonesia. Semua
bahan ajar pendidikan politik tersebut telah tercakup dalam mata pelajaran PKn.

Anda mungkin juga menyukai