Anda di halaman 1dari 4

MANAJEMEN TAMBANG » MANAJEMEN TAMBANG MANAJEMEN TAMBANG 1.

PENGERTIAN DASAR MANAJEMEN 1.1 Pengantar Pada bab pertama ini akan diterangkan
pengertian dasar manajemen serta sejarah perkembangan keilmuannya dengan tujuan untuk
memberikan pemahaman mengenai manajemen sebagai suatu ilmu serta latar belakang
perkembangannya. 1.2 Pengertian Manajemen Banyak ahli telah mengemukakan pendapatnya
mengenai definisi atau pengertian manajemen. Beberapa di antaranya merumuskan manajemen
sebagai berikut : 1. Stoner & Wankel : Manajemen adalah proses merencanakan,
mengorganisasikan, memimpin, mengendalikan usaha-usaha anggota organisasi dan proses
penggunaan sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi yang sudah
ditetapkan. 2. Terry : Manajemen adalah proses tertentu yang terdiri dari kegiatan merencanakan,
mengorganisasikan, menggerakkan sumberdaya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Masih banyak lagi definisi atau pengertian yang diberikan oleh para
ahli mengenai manajemen, namun demikian dari sekian banyak definisi tersebut dapat dikatakan
bahwa permasalahan manajemen berkaitan dengan usaha untuk memelihara kerjasama
sekelompok orang dalam satu kesatuan serta usaha memanfaatkan sumber daya yang lain untuk
mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan demikian sebenarnya
kegiatan manajemen itu hampir selalu ada pada setiap kegiatan manusia, sebab sebagai makhluk
sosial manusia akan selalu berusaha berkumpul dan bekerja sama. Jika dilihat dari pengertian
paling mendasar dari organisasi, maka dapat dikatakan bahwa untuk menjalankan suatu organisasi,
apapun bentuk organisasi tersebut, dibutuhkan manajemen. 1.3 Unsur-unsur Manajemen Dari
pengertian manajemen di atas dikemukakan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk
memanfaatkan sumber daya manusia dan sumber daya lain untuk mencapai tujuan tertentu.
Sumber daya manusia dan sumber daya yang lain yang diperlukan tersebut disebut sebagai unsur-
unsur manajemen. Lebih lengkapnya, unsur-unsur manajemen ini dapat dikelompokkan menjadi:
1. Manusia (man). 2. Bahan (materials). 3. Mesin (machines). 4. Metode/cara kerja (methods). 5.
Modal uang (money). Unsur-unsur ini dikenal pula sebagai 5 m, bila dinyatakan dalam bahasa
Inggris. Bahan (materials) tidak harus diartikan sebagai logam seperti dalam industri manufaktur
logam misalnya. Ia juga bisa berarti informasi yang diolah misalkan dalam manajemen
perkantoran. Berkenaan dengan unsur-unsur atau sumber daya ini harus diingat bahwa semua itu
tidak tersedia secara berlimpah. Ada keterbatasan yang mengakibatkan pemanfaatannya harus
dilakukan sehemat dan secermat mungkin. Dengan demikian proses manajemen yang baik harus
bisa memanfaatkan keterbatasan tersebut untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. 1.4
Tingkat Manajemen Suatu organisasi mempunyai tingkatan-tingkatan tertentu yang berbeda satu
sama lain. Ada tingkatan organisasi yang bersifat operasional atau pelaksanaan misalkan dalam
suatu kegiatan industri adalah operator-operator mesin, ada tingkatan yang bersifat strategis
misalkan direksi. Berdasarkan tingkatan-tingkatan organisasi inilah dapat dibedakan pula
tingkatan manajemen. Pada dasarnya terdapat tiga tingkatan manajemen, yaitu : 1. Manajemen
tingkat terbawah (first line management) yaitu tingkatan manajemen pada tingkat bawah dari suatu
organisasi. Pada tingkatan ini manajemen berfungsi mengarahkan pekerja-pekerja operasional.
Jika dilihat dari segi perencanaan yang dibuat pada tingkatan ini maka jangkauan perencanaan
yang dibuat biasanya hanya melingkupi jangka waktu harian. Mandor-mandor berada dalam
tingkatan manajemen ini. 2. Manajemen tingkat menengah (middle management) adalah tingkatan
manajemen yang berfungsi mengarahkan kegiatan dari manajemen terbawah. Perencanaan yang
dibuat di sini jangkauan waktunya bersifat menengah. 3. Manajemen tingkat atas (top
management) adalah tingkatan paling tinggi dari manajemen yang biasanya terdiri atas beberapa
orang saja. Jangkauan perencanaan yang dibuat di sini bersifat strategis dan meliputi kurun waktu
rencana jangka panjang. 1.5 Perkembangan Ilmu Manajemen Jika dilihat hakekatnya, sebenarnya
proses manajemen atau kegiatan bermanajemen sudah dilakukan orang sejak dahulu, yaitu sejak
manusia mulai merasa perlu untuk membentuk kelompok untuk bekerja sama dalam mencapai
tujuan yang diinginkan. Namun sebagai disiplin ilmu, manajemen belum cukup lama berkembang.
Dapat dikatakan revolusi industri merupakan tonggak awal perkembangan ilmu manajemen.
Perubahan cara berproduksi menjadi produksi masal menimbulkan pemikiran untuk mengelola
usaha produksi tidak dengan cara 'coba-coba' lagi. Dan masa-masa selanjutnya muncul banyak hal
yang mendorong perkembangan ilmu manajemen hingga mencapai kondisi seperti saat ini. Secara
kronologis, perkembangan ilmu manajemen dan sebab-sebab yang melatar belakanginya dapat
dikemukakan sebagai berikut : 1.5.1 Menajemen Ilmiah (Scientific Management) Manajemen
Ilmiah dipelopori oleh seorang Amerika bernama F.W. Taylor. Setelah revolusi industri yang
mengakibatkan perubahan struktur industri di Amerika timbul masalah peningkatan produktivitas.
Pada saat itu banyak orang melihat bahwa peningkatan produktivitas suatu sistem produksi dapat
dilakukan melalui peningkatan efisiensi tenaga kerjanya. Pendapat Taylor bahwa persoalan
manajemen dapat dipecahkan secara ilmiah dimulai dengan penelitian yang dilakukan pada sebuah
pabrik baja tempat Taylor bekerja. Taylor mengembangkan teknik-teknik pengukuran waktu kerja
untuk menganalisis suatu pekerjaan. Dalam penelitian waktu kerja tersebut, Taylor memecah
pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan seorang pekerja menjadi elemen-elemen kerja tertentu.
Taylor kemudian menetapkan kecepatan kerja yang terbaik yang harus dilakukan dan menetapkan
juga metode kerja yang terbaik yang harus dilakukan dan menetapkan juga metode yang terbaik
berdasarkan elemen-elemen kerja tersebut. Waktu pengerjaan yang menjadi standar tersebut
akhirnya membawa Taylor pada konsep pemberian upah kerja perangsang. Bonus akan diberikan
bagi pekerja yang bisa kerja melebihi standar kerja yang telah ditentukan. Dengan cara ini Taylor
mengharapkan produktivitas pekerja meningkat. Selain konsep upah perangsang tersebut, Taylor
juga mengemukakan pemikiran tentang pengaturan jam dan frekuensi istirahat pekerja. Secara
garis besar pendekatan Taylor dalam pemecahan masalah-masalah manajemen berorientasi pada
pendekatan ilmiah yang memiliki pola sebagai berikut : a. Identifikasi persoalan. b. Pengumpulan
informasi persoalan melalui pengamatan. c. Perumusan hipotesis awal. d. Pembuktian hipotesis.
e. Pemecahan persoalan. Taylor-lah yang memulai prinsip pemecahan masalah manajemen secara
ilmiah sehingga aliran manajemennya disebut manajemen ilmiah (scientific management).
Pendapat-pendapat Taylor ini banyak diikuti orang pada masa itu, terlebih-lebih setelah ia
membukukan hasil penelitiannya dalam buku Shop Management and The Principles of Scientific
Management. Pada dasarnya prinsip-prinsip dalam manajemen ilmiah yang dikembangkan Taylor
adalah : a. Pemakaian cara-cara ilmiah dalam pemecahan masalah-masalah manajemen sebagai
ganti cara coba-coba. b. Pemilihan pekerja secara ilmiah dengan tujuan penyesuaian kemampuan
pekerja & spesifikasi jabatan/pekerjaan. c. Pengembangan kerja sama yang baik antara manajer
dengan pekerja. Pemikiran-pemikiran mengenai manajemen ilmiah ini diperkaya dengan
pendapat-pendapat para ahli lainnya. Salah satu yang terkenal adalah pasangan suami-istri Frank
B. dan Lilian M. Gilbreth yang mengembangkan studi gerakan (motion study) untuk perbaikan
metode kerja. Dengan demikian dapat dilihat bahwa perkembangan manajemen secara formal
dimulai dari dunia industri. Namun demikian prinsip-prinsip yang dikembangkan di sini dapat pula
dipakai dalam bidang-bidang lain selain industri. Banyak sumbangan positif yang diberikan oleh
aliran manajemen ini, seperti pengukuran waktu kerja dan konsep-konsep penetapan efisiensi,
yang sampai saat ini masih digunakan. Selain sumbangan positif yang diberikan aliran ini
mempunyai beberapa kelemahan. Kelemahan paling menonjol yang dirasakan adalah dalam
masalah "memanusiakan pekerja". Manajemen ilmiah dinilai memandang pekerja semata-mata
hanya sebagai obyek kerja saja. Pendapat yang menyatakan bahwa bonus untuk kelebihan kerja
akan dapat mendorong produktivitas kerja, ternyata tidak selamanya benar. Walaupun sudah
diberikan bonus ternyata perbaikan produktivitas yang dihasilkankan kurang memadai. Kenyataan
inilah yang kemudian mendorong pemikiran-pemikiran baru di kalangan ilmuwan manajemen.

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Anda mungkin juga menyukai