Anda di halaman 1dari 9

KEMAS 11 (1) (2015) 135-143

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas

PENGARUH EDUKASI TERHADAP PENGETAHUAN DAN SKILL GURU SERTA


PERSONAL HYGIENE SISWA SD

Tetti Solehati1, Sri Susilawati2, Mamat Lukman1, Cecep Eli Kosasih1

Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran


1

Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran


2

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Banjir sering menimbulkan masalah kesehatan terutama pada anak. Hal ini diperparah
Diterima 15 Juni 2015 dengan buruknya pola Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada masyarakat. Tu-
Disetujui 30 Juni 2015 juan penelitian untuk mengetahui Pengetahuan Dan Skill Guru dan personal hygiene
Dipublikasikan Juli 2015
siswa setelah diberikan edukasi. Penelitian dilkukan pada tahun 2014. Desain peneli-
Keywords: tian quasi eksperimen dengan rancangan pre test dan post test. Penelitian dilakukan di
Knowledge; Skill; SDN VII dan X Dayeuhkolot Bandung. Sampelnya adalah 24 guru dan 288 siswa kelas
Flooding; 3-6 SDN VII dan SDN X Dayeuhkolot. Instrumen menggunakan quesioner, lembar ob-
Hygiene; Education servasi, dan lembar cek list. Analisis data menggunakan analisis univariat dan bivariat.
Hasil menunjukan rerata personal hygiene siswa 77,78 sebelum intervensi meningkat
DOI jadi 89,54 (pv= 0.001). Rerata tingkat pengetahuan guru sebelum intervensi 52, rerata
http://dx.doi.org/10.15294/ skill CTPS 64,17. Setelah intervensi mengalami peningkatan rerata tingkat pengetahuan
kemas.v11i1.3678
menjadi 97, rerata skill CTPS 97,92 (pv= 0.001). Simpulan penelitian, ada perbedaan
bermakna rerata pengetahuan dan skill guru serta personal hygiene siswa sebelum dan
setelah periode intervensi.

EFFECT OF THE EDUCATION ON KNOWLEDGE AND SKILL OF TEACHER


AND PERSONAL HYGIENE ELEMENTARY SCHOOL STUDENTS

Abstract
Floods often cause health problems especially in children. This is aggravated by poor pattern
Clean and Healthy Lifestyle/ PHBS in the community. The aim is to determine the effect of
education on knowledge, skill of the teachers and hygiene of the elementary school students.
The study conducted at 2014. The study was a quasi-experimental of pre-test and post-
test design. The study was conducted in elementary school VII and X Dayeuhkolot. The
sample is 24 teachers and 288 students in grades 3 to 6. The instrument used quisionare,
observation sheet, and a check list sheet. Univariate and bivariate analysis was used to
analyze the data. The mean score of personal hygiene students increased from77.78 to 89.54
(pv = 0.001). The mean score of teacher knowledge increased from 52 to 97 (pv = 0.001).
The mean score of skill in teacher increased from 64.17 to 97.92 (pv = 0.001). Conclusion:
This study found a significant differences of mean the knowledge and skill on teachers and
personal hygiene students before and after the intervention (p = 0.001).

© 2015 Universitas Negeri Semarang


Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Fakultas Keperawatan Universitas Padjajaran
Email: tsh_tetti@yahoo.com
Tetti Solehati, dkk / Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Skill Guru serta Personal Hygiene Siswa SD

Pendahuluan ISPA dan diare. Penelitian Bieri (2013) dan


Indonesia sedang giat-giatnya melakukan Umar (2008) membuktikan bahwa cuci tangan
upaya dalam meningkatkan derajat kesehatan dapat mengurangi resiko kecacingan. Pada
masyarakatnya. Tiga pilar utama kebijakan dan penelitian Biran (2014), menemukan bahwa
Visi Indonesia Sehat 2010, yaitu: lingkungan mencuci tangan terbukti dapat mencegah
sehat, perilaku sehat, dan pelayanan kesehatan penularan penyakit pernafasan. Kurang
bermutu adil dan merata ditetapkan untuk sadarnya masyarakat akan pentingnya mencuci
mencapai tujuan tersebut. Faktor perilaku tangan akan meningkatkan penyakit akibat
dan lingkungan merupakan faktor dominan buruknya pola PHBS.
dalam mewujudkan derajat kesehatan. Untuk Banyak faktor yang mempengaruhi
mendukung upaya peningkatan perilaku perilaku ber-PHBS, salah satunya adalah
sehat maka ditetapkan visi nasional promosi institusi pendidikan sekolah dasar. PHBS
kesehatan “Perilaku Hidup Bersih dan Sehat sekolah menurut Dinas Kesehatan Kota
(PHBS)”. Malang (2013), adalah suatu upaya untuk
Catatan Riset Kesehatan Dasar memberdayakan siswa, guru, serta masyarakat
(Riskesdas) Tahun 2007 mengungkapkan di lingkungan sekolah agar menjadi tahu, mau,
bahwa di Indonesia rumah tangga yang serta mampu mempraktekkan PHBS dan aktif
mempraktekan PHBS baru mencapai 38,7%. mewujudkan sekolah sehat, sehingga dengan
Hal ini jauh dari target Rencana Strategis demikian tercipta sekolah yang bersih dan
Kementerian Kesehatan menargetkan 70% sehat, yang berdampak pada siswa, guru, dan
rumah tangga yang mempraktekan PHBS. masyarakat lingkungan sekolah terlindung dari
Kurang terpaparnya informasi serta kurang berbagai ancaman dan gangguan penyakit.
sadarnya masyarakat akan pentingnya PHBS PHBS di sekolah memiliki beberapa indikator
sering menimbulkan masalah kesehatan, seperti yaitu: cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan
Diare, ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), dengan air mengalir, mengkonsumsi jajanan
penyakit kulit, DHF (Dengue Haemmoragic sehat di sekolah, menggunakan jamban yang
Fever), dan kecacingan. Hasil Riskesdas 2007 bersih dan sehat, personal hygiene yang baik,
menunjukkan penyebab terbesar meninggalnya olahraga yang teratur dan terukur, memberantas
balita dan anak-anak Indonesia adalah penyakit jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah,
diare (prevalensi nasional 9,00%) dan ISPA menimbang berat badan dan mengukur tinggi
(prevalensi nasional 25,50%). Hal ini sejalan badan setiap bulan, dan membuang sampah
dengan penelitian Black (2009), dan Biran pada tempatnya.
(2014), yang menemukan bahwa penyebab Masyarakat pada daerah rawan banjir
terbesar kematian pada anak-anak adalah diare sering mengalami masalah kesehatan yang
dan ISPA. Kecacingan juga masih merupakan berhubungan dengan PHBS. Dayeuhklot
masalah kesehatan di Indonesia. Prevalensi Kabupaten Bandung merupakan daerah di Jawa
kecacingan anak SD di 27 provinsi sebesar Barat yang sering terkena banjir karena letak
28,4% pada tahun 2005 meningkat pada tahun dan kondisi geografis, geologis dan demografis
2006 menjadi 32,6%. wilayahnya yang rawan banjir. Kajian karakter
Menurut penelitian Curtis (2003), dan DAS Citarum (2011), mendapatkan bahwa
penelitian Luby (2005) menyatakan resiko 94% (sekitar 879,8 ha) wilayah Dayeuhkolot
penyakit diare dapat dikurangi 42%-47 % berpotensi terkena banjir yang besar setiap
dengan kebiasaan mencuci tangan secara tepat tahun akibat meluapnya hulu sungai Citarum
menggunakan sabun. Pada penelitian Luby dan sungai sungai kecil yang merupakan anak
(2011) pada anak di Bangladesh membuktikan sungai Citarum karena frekuensi curah hujan
bahwa mencuci tangan dapat menurunkan yang cukup tinggi di wilayah tersebut, sistem
resiko diare pada anak, serta mencuci tangan drainase yang tidak memadai, serta letak
pakai sabun lebih efektif dibandingkan dengan geografis yang sejajar/lebih rendah dari aliran
yang menggunakan air saja. Hal yang sama sungai.
pada penelitian Aiello (2008), ditemukan Menurut data dari Puskesmas
bahwa Cuci tangan dapat mengurangi resiko Dayeuhkolot, dari 73 RW ada 15 RW yang

136
KEMAS 11 (1) (2015) 135-143

terkena banjir, yaitu 6 RW di Desa Citeureup daya manusia yang diharapakan.Anak pada
Dayeuhkolot dan 9 RW di Desa Dayeuhkolot. masa usia sekolah juga sangat peka untuk
Kecamatan Dayeuhkolot memiliki 9 SD yang menanamkan pengertian dan kebiasaan hidup
sering kebanjiran, dua diantaranya adalah SDN sehat. Anak sekolah merupakan kelompok
Dayeuhkolot VII dan SDN Dayeuhkolot X yang terbesar dari kelompok usia anak-anak
merupakan SD paling parah jika banjir datang, yang menerapkan wajib belajar. Sedangkan
karena letaknya yang berada di bantaran sungai sekolah merupakan institusi masyarakat yang
Citarum. Banjir di area sekolah seringkali terorganisasi dengan baik, dimana memiliki
menimbulkan berbagai penyakit dikarenakan wadah SDM yang dapat merubah perilaku
area banjir digunakan oleh anak-anak sekolah anak menjadi sehat. Penerapan PHBS pada
tersebut untuk bermain dan berenang. Selain tingkat Sekolah Dasar dapat dilakukan melalui
itu lingkungan sekolah menjadi kotor dan pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS).
banyak sampah. Pendidikan kesehatan melalui anak-
Banjir menimbulkan dampak yang tidak anak sekolah sangat efektif untuk merubah
baik. Menurut Kemenkes RI (2011), dampak perilaku dan kebiasaan hidup sehat umumnya.
tersebut seperti tidak dapat tersalurkannya air Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah
bersih dari Perusahaan Daerah Air Minum tempat yang strategis untuk mempromosikan
(PDAM), rusaknya saluran air bersih dan air kesehatan sekola. Anak usia sekolah memiliki
kotor, pengungsian, pencemaran lingkungan, potensi sebagai agen perubahan dalam
meningkatkan masalah kesehatan terutama mempromosikan PHBS baik di lingkungan
diare, penyakit kulit, dan penyakit yang sekolah, keluarga, maupun masyarakat dimana
disebarkan oleh nyamuk. Masalah kesehatan perilaku anak-anak yang ditanamkan di
tampaknya tidak berkurang seiring dengan sekolah akan dibawa oleh mereka ke rumah
menyurutnya banjir, justru pada saat banjir dan diharapkan dapat mempengaruhi perilaku
mulai surut, jumlah masyarakat yang terjangkit keluarga mereka.
penyakit semakin bertambah. Hal ini terjadi Hasil wawancara dengan pihak UPDT
karena upaya dalam penanggulangan banjir Puskesmas Dayeuhkolot diperoleh data bahwa
yang selama ini dilakukan lebih difokuskan banyak penyakit yang muncul pada masyarakat
pada penyediaan bangunan fisik pengendali setelah banjir usai, seperti penyakit kulit
banjir untuk mengurangi dampak bencana (scabies), diare, dan ISPA. Penyakit tersebut
saja, tetapi kurang untuk memperhatikan meningkat terutama setelah daerah mereka
masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan terserang banjir.
oleh banjir itu sendiri, terutama masalah PHBS Hasil wawancara dengan kepala sekolah
pada anak sekolah, dimana kelompok anak dan guru penanggung jawab UKS SDN VII
merupakan kelompok yang rawan terserang Dayeuhkolot dan SDN X Dayeuhkolot diperoleh
penyakit seperti ISPA, penyakit kulit, dan diare. bahwa data ketidakhadiran siwa akibat banjir
Meskipun ada kebijakan yang melibatkan di SDN VII Dayeuhkolot sebanyak 20% dan
partisipasi sekolah dalam PHBS namun masih di SDN X Dayeuhkolot 30% disebabkan sakit
belum diimplementasikan secara baik, sehingga akibat banjir (kulit, diare, ISPA). Pada kedua
efektifitasnya masih dipertanyakan. SDN ini pelatihan PHBS untuk guru belum
PHBS di tingkat SD sangatlah penting, pernah dilakukan.
mengingat anak pada usia sekolah ini sedang Hasil wawancara pada 20 orang siswa
dalam masa tumbuh kembang, serta usia di kedua SDN tersebut diperoleh bahwa 95%
harapan hidup mereka yang masih panjang. tidak mengetahui apa yang dimaksud PHBS,
Tetapi, kelompok anak usia sekolah merupakan 95 % anak mengatakan bahwa tidak mencuci
kelompok yang rawan terserang berbagai tangan saat makan makanan/jajanan,100 %
penyakit. Keadaan kesehatan anak sekolah anak mengatakan tidah tahu tentang CTPS, 50
akan sangat berpengaruh terhadap prestasi % siswa memiliki kuku panjang dan hitam, 65%
belajar yang dicapainya. Jika anak sakit, maka mengatakan senang bermain dan berenang di
akan terjadi gangguan terhadap prestasi belajar, area banjir baik yang melanda sekolah ataupun
sehingga akan menurunkan kualitas sumber rumahnya. Hasil observasi ditemukan banyak

137
Tetti Solehati, dkk / Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Skill Guru serta Personal Hygiene Siswa SD

air yang tergenang akibat sisa banjir. Tetapi ada siswa diambil data mengenai pola personal
pola hygiene siswa yang menunjang seperti hygine mereka di sekolah sebelum dilakukan
kebiasaan olahraga yang rutin dilakukan setiap edukasi. Setelah itu mereka diberikan edukasi
satu minggu sekali, yaitu pada waktu pelajaran tentang PHBS sekolah mengenai personal
olah raga dan kebiasaan memeberantas jentik hygiene (kebersihan rambut, kebersihan gigi,
nyamuk dilakukan setiap hari sabtu. gigi karies, kebersihan pakaian, kebersihan
Berdasarkan hasil wawancara dan kuku tangan dan kaki, kebersihan kaos kaki,
observasi tersebut diatas mengindikasikan kebersihan sepatu, kebiasaan olah raga, dan
bahwa para guru serta siswa-siswi pada kebiasaan melakukan CTPS), serta diberikan
kedua sekolah tersebut masih belum terpapar simulasi tentang melakukan CTPS metoda 7
tentang pentingnya PHBS.Masalah kesehatan langkah dari WHO yang dilakukan berulang
akibat banjir memang tidak sepenuhnya sampai 5x. Kemudian setelah 3 bulan, diambil
dapat dihindari, namun dapat ditekan dan data kembali untuk mengetahui pola personal
dikendalikan apabila masyarakat sekolah hyginene siswa setelah dilakukan edukasi.
tahu, mau, dan mampu menerapkan PHBS. Tempat yang digunakan pada penelitian
Sehubungan dengan permasalahan tersebut ini adalah sekolah dasar yang mengalami rawan
diatas, maka peneliti merasa tertarik untuk banjir, yaitu di SDN VII Dayeuhkolot dan
meneliti mengenai pengaruh edukasi terhadap SDN X Dayeuhkolot Kecamatan Dayeuhkolot
pengetahuan dan skill guru dan personal Kabupaten Bandung. Sekolah tersebut
higiene siswa sekolah dasar. merupakan sekolah dasar yang tiap tahunnya
mengalami bencana banjir dari sungai Citarum.
Metode Populasi pada penelitian ini adalah
Desain penelitian quasi eksperimen seluruh siswa kelas tiga sampai kelas enam di
dengan rancangan pre test dan post test untuk SDN VII dan SDN X Kecamatan Dayeuhkolot
mengetahui pengetahuan dan skill guru serta yang berjumlah 288 orang serta seluruh
personal hygiene siswa sebelum dilakukan guru di kedua SDN tersebut berjumlah 24
edukasi dan setelah diberikan edukasi. Pada orang. Pengambilan siswa ini berdasarkan
penelitian ini sebelum intervensi dilakukan pertimbangan bahwa siswa tersebut sudah bisa
maka siswa dan guru diambil datanya terlebih memahami pertanyaan angket yang diberikan
dahulu kemudian diberikan intervensi dan juga sudah bisa membaca dan menulis
edukasi, setelah itu diambil data kembali dengan baik. Untuk guru pengambilan sampel
untuk mengetahui pengaruh edukasi tersebut yang digunakan adalah total sampling dengan
terhadap siswa dan guru tersebut. pertimbangan bahwa seluruh guru berperan
Prosedur intervensi, pada guru diambil aktif dalam pembentukan perilaku PHBS ini.
data tentang pengetahuan mengenai PHBS Instrumentasi untuk mengukur pola
sekolah serta skill Cuci Tangan Pakai Sabun personal hygiene siswa pada penelitian ini
(CTPS) menggunakan metode 7 langkah dari intrumen yang digunakan adalah lembar cek
WHO dimana para guru dianjurkan untuk list yang berisi tentang peilaku hidup bersih dan
mempraktekan CTPS metode 7 langkah sehat. Sedangkan untuk tingkat pengetahuan
sebelum diberikan edukasi. Setelah itu guru instrumen yang digunakan adalah lembar
diberikan edukasi tentang PHBS sekolah dan quesioner tentang PHBS sekolah dan lembar
diukur kembali tingkat pengetahuan mereka observasi untuk mengukur keterampilan/skill
menggunakan kuisioner. Para guru juga CTPS metoda 7 langkah.
diberikan simulasi tentang skill Cuci Tangan Pengumpulan data, baik siswa
Pakai Sabun (CTPS) menggunakan metode maupun guru diambil datanya. Untuk siswa,
7 langkah dari WHO serta dianjurkan untuk pengumpulan data dilakukan sebelum
mendemonstrasikan CTPS kembali diukur intervensi edukasi dan sesudah intervensi
dengan lembar observasi untuk mengetahui edukasi. Begitu pula dengan guru, pengumpulan
tingkat skill. CTPS didemonstrasikan sambil data tingkat pengetahuan dilakukan sebelum
dianjurkan untuk menyanyikan lagu CTPS intervensi edukasi dan sesudah intervensi
metode 7 langkah dari WHO. Sedangkan pada edukasi, kemudian untuk keterampilan semua

138
KEMAS 11 (1) (2015) 135-143

Tabel 1. Distribusi frekuensi personal hygiene siswa sebelum dan Setelah intervensi di SDN VII
dan SDN XDayeuhkolot Kecamatan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung tahun 2014 (n:288)
Sebelum Setelah
Aspek Personal
Tidak Hygiene Hygiene Tidak Hygiene Hygiene
Hygiene
f % f % f % f %
Rambut 12 4,2 276 95,8 0 0 288 100
Kebersihan Gigi 89 30,9 199 69,1 35 12,2 253 87,8
Gigi Berkaries 175 60,8 113 39,2 166 57,6 122 42,4
Pakaian 28 9,7 260 90,3 2 7,0 286 99,3
Kuku Tangan dan Kaki 93 32,3 195 67,7 0 0 288 100
Kebersihan Kaos Kaki 37 12,8 251 87,2 13 4,5 275 95,5
Sepatu 78 27,1 210 72,9 25 8,7 263 91,3
Kebiasaan Olah Raga 0 0 100 100 0 0 100 100
Kebiasaan Cuci Tangan 280 97,2 8 2,8 87 30,2 201 69,8
Sumber : Data Primer
guru diambil datanya sebelum pelatihan rata pola personal hygiene sebelum dan setelah
dan diukur kembali keterampilannya setelah periode intervensi. Berikut ini akan dijelaskan
diberikan pelatihan PHBS Sekolah. mengenai perbedaan tersebut, yaitu:
Data analisis, pada penelitian ini teknik
analisis data untuk mengetahui hasil penelitian Tabel 2. Perbedaan rata-rata personal hygiene
digunakan analisis data univariat (persentase) siswa sebelum dan setelah intervensi di SDN
dan bivariat (t test). Untuk analisis univariat VII dan SDN X Dayeuhkolot Kabupaten
teknik yang digunakan adalah dengan Bandung tahun 2014 (n:288).
mengidentifikasi frekuensi (f), prosentase (%), Personal hygiene Mean SD Pv
mean (rata-rata), serta simpangan deviasi (SD). Sebelum intervensi 77,78 17.48
Untuk analisis bivariat, karena penelitian ini Setelah intervensi 89,54 9,65 0.001
ingin mengetahui perbedaanaan antara dua
mean (rata-rata) maka teknik analysis yang Tabel 2. Menunjukan bahwa terdapat
digunakan adalah menggunakan t test. perbedaan rata rata frekuensi personal hygiene
sebelum dan setelah intervensi pada siswa
Hasil dan Pembahasan (pv=0,001).
Dari tabel 1 terlihat bahwa setelah Langkah kegiatan yang telah dilakukan
dilakukan bimbingan dan evaluasi selama 3 berupa pretest pada guru dan kepala sekolah,
bulan diperoleh hasil personal hygiene siswa kemudian pemberian penyuluhan terkait
mengalami peningkatan personal hygiene dengan PHBS kemudian diakhiri dengan post-
walaupun masih ada sebagain yang berperilaku test. Hasil yang didapatkan dari evaluasi pretest
buruk yaitu karies (57,6%). Sebagian besar dapat dilihat pada tabel 3.
siswa memiliki penurunan perilaku yang Hasil evaluasi diperolah bahwa hampir
buruk dalam kebersihan gigi dari 30,9% semua guru dari kedua SDN tersebut tidak
menjadi 12,2%, pakaian dari 9,7% menjadi ada yang mengetahui bagaimana cara mencuci
7,0%, kebersihan kaos kaki dari 12,8% menjadi tangan pake sabun menggunakan metode 7
4,5 %, dan kebersihan sepatu dari 27,1% langkah. Setelah didemonstrasikan oleh tim
menjadi 8,7%. Sebagian besar siswa memiliki PKM, semua guru dapat mengulang kembali
peningkatan dalam kebiasaan mencuci tangan cara CTPS metode 7 langkah dengan baik dan
dari 8% menjadi 69,8%. Seluruh siswa memiliki benar. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 3
aspek kebersihan rambut dan kuku yang dibawah ini:
baik (100%). Pada aspek kebiasaan olah raga, Pada tabel 3 dapat diketahui bahwa dari
seluruh siswa memiliki kebiasaan olah raga 24 guru, ternyata setengah dari guru memiliki
yang baik (100%) masih tetap dipertahankan. pengetahuan yang baik tentang PHBS yakni
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan sebanyak 12 orang (50%) sebelum dilakukan
tentang PHBS terhadap pola personal hygiene intervensi. Setelah dilakukan intervensi,
siswa, maka perlu diketahui perbedaan rata- seluruh guru memiliki pengetahuan yang baik

139
Tetti Solehati, dkk / Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Skill Guru serta Personal Hygiene Siswa SD

Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan dan skill guru tentang PHBS sebelum dan
setelah intervensi di SDN VII dan SDN X Dayeuhkolot tahun 2014 (n: 24)
Sebelum Setelah
f % f %
Tingkat pengetahuan Kurang 12 50 0 0
baik 12 50 24 100
Total 24 24 100 100
Buruk 22 91,7 0 0
Skill Baik 2 8,3 24 100
Total 24 100 24 100
Sumber : Data Primer

tentang PHBS yakni sebanyak 24 orang (100%). peningkatan. Hal ini sejalan dengan penelitian
Dari tabel 3 diatas dapat diketahui bahwa Salaudeen (2011) yang menemukan bahwa
hampir sebagian besar guru memiliki skill pendidikan kesehatan secara statistik
buruk tentang cuci tangan pakai sabun metode berpengaruh pada peningkatan pengetahuan.
7 langkah yakni sebanyak 22 orang (91,7%) Para guru mengatakan memahami PHBS
sebelum dilakukan intervensi. Dari tabel diatas sekolah dan mampu mendemonstrasikan cara
juga dapat diketahui bahwa seluruh guru melakukan CTPS metode 7 langkah. Para
memiliki skill yang baik tentang cuci tangan Guru berantusias untuk mendemonstrasikan
pakai sabun metode 7 langkah,yakni sebanyak kepada para siswa mereka. Selain itu para guru
24 orang (100%) setelah dilakukan intervensi. termotivasi untuk melakukan pemeriksaan
Untuk mengetahui pengaruh penyuluhan kebersihan diri/personal hygiene kepada siswa
tentang PHBS terhadap pengetahuan guru dan dengan benar dan berkelanjutan. Para siswa
skill tentang cuci tangan, maka perlu diketahui mengalami perubahan pola personal hygiene
perbedaan rata-rata tingkat pengetahuan serta kearah yang lebih baik setelah dilakukan
skill sebelum dan setelah periode intervensi. evaluasi selama 3 bulan berturut turut.
Berikut ini akan dijelaskan mengenai perbedaan Kondisi tingkat pengetahuan guru dan
tersebut, yaitu: siswa seperti itu menunjukan bahwa secara
umum pengetahuan mereka cukup baik,
Tabel 4. Pebedaan rata-rata tingkat pengetahuan hal ini dikarenakan baik guru, dokter kecil,
guru dan skill cuci tangan sebelum dan setelah maupun para siswa mau bekerjasama terlibat
intervensi di SDN VII dan SDN X Dayeuhkolot dalam program PHBS dengan aktif. Dari segi
Kabupaten Bandung tahun 2014 (n:288). usia, peserta guru sebagian besar masih usia
Sebelum Setelah Pv muda (produktif) dan memiliki motivasi
Tingkat untuk meningkatkan diri baik ilmu maupun
mean 52 97
pengetahuan
SD 13 7 prestasi kerja hal ini yang mendorong mereka
64,17 untuk tetap belajar. Motivasi yang tinggi akan
mean 97,92
Skill mendorong seseorang untuk aktif melakukan
SD 6,53 4,14 suatu kegiatan. Hal ini sejalan dengan penelitian
Sumber : Data Primer Wijaya (2013), pada kader kesehatan yang
menemukan bahwa kader kesehatan dengan
Tabel 4. Menunjukan bahwa terdapat motivasi tinggi memiliki kemungkinan untuk
perbedaan tingkat pengetahuan dan skill aktif 15 kali lebih besar daripada motivasi
sebelum dan setelah intervensi pada guru rendah.
(pv=0,001) Sementara itu peserta siswa adalah anak
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan dengan usia sekolah dimana keingintahuannya
hasil bahwa tingkat pengetahuan tentang cukup tinggi. Metode penyuluhan yang
PHBS serta skill CTPS para guru di SDN VII dilakukan dua arah dan menggunakan gambar-
dan SDN X Dayeuhkolot Bandung mengalami gambar menarik, merupakan hal yang penting

140
KEMAS 11 (1) (2015) 135-143

dalam menyampaikan informasi. Hal ini tersebut. Pengetahuan merupakan salah satu
sejalan dengan penelitian Hamida (2012), yang domain yang sangat penting dalam membentuk
menyatakan bahwa media yang digunakan tindakan seseorang. Pemberian penyuluhan
dalam proses pembelaja­ran akan menyebabkan yang menarik dan disertai demonstrasi akan
proses pembelajaran menjadi lebih menarik mudah diingat serta di praktekan oleh peserta
perhatian sehingga dapat mudah dipahami dibanding hanya diberikan secara tanya jawab
dan menyebabkan sasaran tidak menjadi cepat saja. Hal ini sejalan denganpenelitian Fitri
bosan. Guru dan siswa menjadi tidak bosan (2011), yang menemukan bahwa pelatihan
dan mudah mengerti tentang materi apa yang memiliki pengaruh terhadap keterampilan
kita sampaikan. Hasil penelitian menunjukan seseorang.
bahwa penyuluhan yang dilakukan secara Pada penelitian ini ditemukan juga
signifikan berbeda antara pretest dan post bahwa pola siswa dalam personal hygiene
test tentang PHBS (p<0.05). Hal ini sejalan mengalami peningkatan kearah yang lebih
dengan hasil penelitian Rufiati (2011), Hamida baik setelah diberikan penyuluhan PHBS.
(2012), dan Zulaekah (2012), yang menemukan Penyuluhan membuat siswa paham dan sadar
bahwa penggunaan media penyuluhan dapat akan pentingnya menjaga kebersihan diri dalam
mempengaruhi peningkatan pengetahuan. Hal menangkal penyakit dan mempertahankan
ini menujukan bahwa pelatihan, penyuluhan keadaan sehat sehingga termotivasi untuk
atau bentuk penyegaran lain sangatlah melakukan perbaikan pola personal hygiene
diperlukan bagi para guru sekolah dan siswa yang diharapakan menjadi perilaku mereka
untuk updating pengetahuan mereka yang dalam kesehariannya. Penelitian ini sesuai
selama ini belum pernah terpapar dengan apa dengan hasil penelitian Solehati (2014),
yang namanya PHBS. Pelatihan ini tentunya yang menunjukan bahwa penyuluhan efektif
tidak hanya terbatas pada materi PHBS saja akan dalam meningkatkan pengetahuan PHBS
tetapi untuk hal-hal lain dimana kebutuhan dan skill CTPS siswa. Dengan meningkatnya
peningkatan pengetahuan diperlukan pada pengetahuan dapat memotivasi seseorang
berbagai aspek karena selama ini pun mereka untuk merubah perilakunya. Hal ini sesuai
dihadapkan pada permasalahan-permasalahan dengan penelitian Wakhidiyah (2010), Widagdo
yang mereka sendiri perlu mendapatkan (2008), Nuryanti (2013), yang membuktikan
bantuan, seperti teori komunikasi dan motivasi. bahwa pengetahuan mempengaruhi perilaku.
Dengan teori teori yang mereka dapatkan Selain itu, adanya pengawasan, pemeriksaan,
diharapkan mereka dapat mengaplikasikan dan bimbingan yang dilakukan setiap bulan
perilaku PHBS dalam kehidupan sehari-hari, oleh guru kelas yang dibantu oleh dokter kecil
serta dapat mempengaruhi orang lain untuk akan merangsang para siswa untuk merubah
berperilaku PHBS. Para guru merupakan pola personal hygiene yang biasa mereka
sumber informasi yang penting bagi siswanya. lakukan selama ini.
Bila guru memiliki pengetahuan PHBS Dengan diberikan penyuluhan tentang
yang benar maka diharapkan informasi ini PHBS sekolah diharapkan dampak dari PHBS
akan disampaikan dengan baik kepada para yang buruk seperti timbulnya penyakit menular
siswanya. Menurut penelitian Gustina (2015), seperti diare, ISPA, penyakit kulit, kecacingan
membuktikan bahwa ada pengaruh antara yang dapat menggangu pada pertumbuhan
sumber informasi dengan pengetahuan dan perkembangan anak sekolah dapat
seseorang. diminimalkan bahkan dihilangkan. Dengan
Pada penelitian ini ditemukan juga anak sehat maka ketidak hadiran anak kesekolah
bahwa terjadi peningkatan skill guru dan siswa akibat sakit dapat diminimalkan/dihilangkan.
dalam melakukan CTPS metode 7 langkah. Hal Penelitian Pahlevi (2012) menunjukan bahwa
ini terjadi karena simulasi dan demonstrasi ada hubungan antara status gizi dengan penyakit
CTPS diiringi nyanyian (lagu CTPS dari menular, dimana penyakit dapat menyebabkan
WHO) yang peneliti lakukan membuat para status gizi berkurang. Pada penelitian Talaat
guru dan siswa tertarik ingin menyanyikan dan (2011), pada anak sekolah di Cairo, serta
mencoba melakukan CTPS metoda 7 langkah penelitian Bowen (2007), membuktikan bahwa

141
Tetti Solehati, dkk / Pengaruh Edukasi Terhadap Pengetahuan dan Skill Guru serta Personal Hygiene Siswa SD

pendidikan kesehatan dengan kampanye Rajaraman, D., Kumar, R., Greenland, K.,
efektif dalam menurunkan ISPA dan ketidak Gopalan, B., Aunger, R. & Curtis, V. 2014.
hadiran akibat sakit. Penelitian Curtis, et all di Effect of a behaviour-change intervention
Burkina Faso membuktikan bahwa pendidikan on handwashing with soap in India
(SuperAmma): a cluster-randomised trial.
kesehatan tentang hygiene dapat merubah
The Lancet Global Health. 2(3);e145-e154.
perilaku menjadi sehat. Hal tersebut di dukung DOI:  http://dx.doi.org/10.1016/S2214-
oleh penelitian Bieri (2013), pada anak sekolah 109X(13)70160-8
di China ditemukan bahwa paket pendidikan Bieri, F.A., Gray, D.J., Williams, G.M., Raso, G.,
kesehatan efektif mencegah penyakit cacing. Li, Y.S., Yuan,L., He, Y., Li, R.S., Guo,F.Y.,
Untuk mencapai keberhasilan program Li., S.M. & McManus, D.P. 2013. Health-
PHBS di Sekolah maka diperlukan koordinasi Education Package to Prevent Worm
dari bebagai pihak yang terkait. Pihak Infections in Chinese Schoolchildren. N
yang utama adalah puskesmas, UPTD, dan Engl J Med. 368:1603-1612. DOI: 10.1056/
pemerintahan desa. Oleh karenanya diperlukan NEJMoa1204885
Black R.E. Morris, S.S & Bryce, J. 2003. Where and
langkah yang nyata untuk mendorong para
why are 10 million children dying every
kader kesehatan (guru dan dokter kecil) di year?. The Lancet. 361: 2226–34
sekolah yang ada di kedua SDN tersebut bisa Bowen,A., Ma, M., Ou,J., billhimer,Long,T., Mintz,
berjalan dengan baik dan berkeinambungan. E., Hoekstra, M.E. & Luby, S. 2007. A cluster-
Kader sebagai ujung tombak pelayanan dasar randomized controlled trial evaluating the
di sekolah menjadi penting artinya apabila effect of a handwashing-promotion program
pelaksanaan PHBS bisa berjalan dengan baik. in chinese primary schools. Am. J. Trop. Med.
Untuk bisa berkesinambungan hal-hal yang Hyg. 76(6): 1166–1173
perlu dipertimbangkan adalah dukungan dari Curtis,V. & Cairncross, S. (2003). Effect of washing
pihak puskesmas dalam bentuk dukungan hands with soap on diarrhoea risk in the
community: a systematic review. Lancet
pengetahuan dan operasional, sedangkan dari
Infect Dis. 3(5):275-81.
pemerintah desa berupa dukungan kebijakan Curtis, Kanki,B., Cousens,S., Diallo,I.,
dan operasional juga. Kpozehouen,A., Sangare,M.´& Nikiema,M.
2001. Evidence of behaviour change
Penutup following a hygiene promotion programme
Pada penelitian ini ditemukan bahwa in Burkina Faso Valerie. Bulletin of the World
pelatihan PHBS baik berupa penyuluhan dan Health Organization. 79 (6):518-527
demonstrasi dapat meningkatkan pengetahuan Fitri M.H.&Mardiana .2011. Pelatihan Terhadap
dan skill guru, serta meningkatkan perilaku Keterampilan Kader Posyandu. Jurnal
yang mendukung pola personal hygiene yang Kemas.7 (1):(22-27)
Gustina, E. & Djanah, S.N. (2015). Sumber informasi
baik pada siswa.
dan pengetahuan tentang menstrual hygiene
pada remaja putri. Jurnal Kemas.10 (2) 147-
Ucapan Terima Kasih 152
Ucapkan terima kasih kami sampaikan Hamida,K., Zulaekah,S.,& Mutalazimah. 2012.
kepada Dirjen Dikti dan LPPM Universitas Penyuluhan Gizi Dengan Media Komik
Padjajaran yang telah membiayai penelitian ini Untuk Meningkatkan Pengetahuan Tentang
melalui skema IbM, serta kepada semua pihak Keamanan Makanan Jajanan. Jurnal Kemas.8
yang telah berpartisipasi dalam penyelesaian (1) 67-73
penelitian ini. Luby, S.P., Agboatwalla, M., Feikin, D.R., Painter,
J., Billhimer, W., Altaf, A., & Hoekstra,R.M.
2005. Effect of handwashing on child health:
Daftar Pustaka
a randomised controlled trial. Lancet.
Aiello, A.E., Coulborn,R.M., Perez, V.MS, &
366(9481):225-33.
Larson,E.L.2008. Effect of Hand Hygiene on
Luby,S.P., Halder, A.K., Huda, T., Unicomb,L.,
Infectious Disease Risk in the Community
& Johnston, R.B. 2011. The effect of
Setting: A Meta-Analysis. American Journal
handwashing at recommended times with
of Public Health. 98(8): 1372-1381
water alone and with soap on child diarrhea
Biran, A., Schmidt, W.P., Varadharajan, K.S.,
in rural Bangladesh: an observational study.

142
KEMAS 11 (1) (2015) 135-143

PLoS Med. 8(6):e1001052. doi: 10.1371/ Marfin,A., Kandeel, A., Mohareb, E.,&
journal.pmed.1001052. Sayed,N.E. 2011 Effects of Hand Hygiene
Nuryanti, E. (2013). Perilaku pemberantasan sarang Campaigns on Incidence of Laboratory-
nyamuk di masyarakat. Jurnal Kemas.9 (1) confirmed Influenza and Absenteeism in
15-23 Schoolchildren, Cairo, Egypt . Emerg Infect.
Pahlevi, A.E. & Indarjo, S. (2012). Determinan DOI: 10.3201/eid1704.101353
status gizi pada siswa sekolah dasar. Jurnal Umar, Z. Perilaku Cuci Tangan Sebelum Makan dan
Kemas. 7(2): 116-120 Kecacingan pada Murid SD di Kabupaten
Riskesdas. 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007, Pesisir Selatan Sumatera Barat. 2008. Jurnal
Laporan Nasional 2007. Jakarta: Badan Kemas. 2(6):249-254
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Wakhidiyah & Zainafree, I. 2010. Hubungan antara
Kemenkes RI. tingkat pengetahuan, sikap dan Keikutsertaan
Rufati,A.M., Raharjo, B.B., & Indrawati., F. 2011. penyuluhan gizi dengan perilaku diit. Jurnal
Pengaruh Metode Permainan Find Your Mate Kemas. 6(1): 64-70.
Terhadap Peningkatan Pengetahuan Kader Widagdo, L., Husodo, B.T. & Bhinuri. 2008.
Posyandu. Jurnal Kemas. 6(2): 113-119. Kepadatan Jentik Nyamuk Aedes Aegypti
Salaudeen, A., Musa, O., Akande, T., Bolarinwa, O. Sebagai Indikator Keberhasilan Praktek PSN
2011. Effects of Health Education on Ciga­ (3M Plus) Studi Di Kelurahan Srondol Wetan
rette Smoking Habits of Young Adults in Semarang. Makara, Kesehatan, 12(1): 13-19
Tertiary Institutions in a Northern Nigerian Wijaya, I.M.K. 2013. Pengetahuan, sikap dan
State. Health Science Journal, 5, Issue 3. motivasi terhadap keaktifan kader Dalam
Solehati,T. Susilawati,S., Lukman, M., & Kosasih, pengendalian tuberkulosis. Jurnal Kemas.
E.K. 2014. Pengaruh edukasi PHBS terhadap 8(2): 137-144.
pengetahuan dan skill siswa sekolah dasar. Zulaekah,S. 2012. Efektivitas Pendidikan Gizi Dengan
Proceeding. Media Booklet Terhadap Pengetahuan Gizi
Talaat,M., Afifi, S., Dueger, E., Ashry, N.E., Anak SD. JurnalKemas.7(2): 121-128

143

Anda mungkin juga menyukai