Spondilitis TB PDF
Spondilitis TB PDF
MODUL
SPONDILITIS TUBERKULOSA
1. Definisi
Spondilitis tuberkulosa (TB) adalah infeksi granulomatosis dan bersifat kronis
destruktif yang di sebabkan oleh Mycobacterium tuberculosa yang mengenai
tulang vertebra. Dikenal juga dengan istilah Vertebral Osteomyelitis.
2. Waktu Pendidikan
TAHAP I TAHAP II TAHAP III
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11
PROGRAM MAGISTER (beban dihitung dengan SKS) >=40SKS
Program Magister Neurologi
Tesis
Program Profesi Bedah Saraf
Pogram Bedah Dasar
Program Bedah Saraf
Dasar
PROGRAM KEPROFESIAN (beban dihitung berdasarkan kompetensi)
GOLONGAN PENYAKIT & LOKALISASI
KONGENITAL Kranial
ICD 10 - Bab XVII Spinal
INFEKSI
ICD 10 - Bab I
Kranium
Supratentorial
NEOPLASMA
ICD 10 - Bab II Infratentorial
Spinal
Saraf Tepi
Kranial
TRAUMA
ICD 10 - Bab XIX
Spinal
Saraf Tepi
DEGENERASI Spinal
ICD 10 - Bab VI & XIII Saraf Tepi
VASKULER Intrakranial
ICD 10 - Bab IX
Spinal
FUNGSIONAL
ICD 10 - Bab VI & XXI
1
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
ICD TAHA IK IK IK IK
JENIS PENYAKIT 10 TAHAP II TAHAP III 1 2 3 4
PI
S1 S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8 S9 S10 S11 G M G M G P
Infeksi . . .
Cacing B 65-B 83
1 1
2
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
ICD TAHA IK IK IK IK
JENIS PENYAKIT 10 TAHAP II TAHAP III 1 2 3 4
PI
Jamur B 35- B 49
1 1
Spondilitis Tbc A 23
3 1
Morbus Hansen A 30.9
1 1
KETERANGAN
Tingkat Pengayaan, dalam periode ini Tingkat Kognitif harus dapat mencapai 6 (K6)
Tingkap Magang, dalam periode ini disamping K6, Psikhomotor harus mencapai 2 (P2) dan Afektif mencapai 3
(A3)
Tingkat Mandiri semua Kategori Bloom harus mencapai maksimal, K6, P5, A5
S : Semester G : Magang M : Mandiri K : Kognitif : A : Afektif P : Psikhomotor
3. Tujuan Umum
Setelah menyelesaikan sub-modul spondilitis tuberkulosa (TB), peserta didik
diharapkan mampu mengenali, mengobati, serta mampu mengatasi
kegawatan akut dari penyakit spondilitis TB.
4. Tujuan Khusus
1. Mampu menerangkan insidensi, patogenesis, dan mikrobiologi dari
spondilitis TB.
2. Mengetahui neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan
pembungkusnya.
3. Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan
tambahan (neuroradiologi, patologi dan mikrobiologi) dalam menegakkan
diagnosa spondilitis TB.
4. Mengetahui pengobatan pada berbagai jenis spondilitis TB.
5. Mampu menentukan perubahan neurofisiologi yang diakibatkan oleh
spondilitis TB.
6. Mampu menentukan lokasi spondilitis TB.
7. Mampu melakukan pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan
diagnosa spondilitis TB.
8. Mampu menegakkan diagnosa banding dari spondilitis TB.
9. Mampu melakukan pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam
menegakkan diagnosa spondilitis TB.
10. Mampu melakukan pengobatan medikamentosa pada spondilitis TB.
11. Mampu melakukan tindakan operasi pada spondilitis TB.
12. Mampu melakukan tindakan pertolongan pertama pada kasus spondilitis
TB.
13. Mengenali penyulit tindakan bedah pada kasus spondilitis TB
14. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan
15. Mampu memberi informed consent
3
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
5. Strategi Pembelajaran
a Pengajaran dan kuliah pengantar 50 menit
b Tinjauan pustaka
Presentasi ilmu dasar 1x telaah kepustakaan
Presentasi kasus 1x
Diskusi menyangkut diagnosis,
b Diskusi kelompok
operasi dan penyulit
d Bedside teaching 6x ronde
e Bimbingan operasi
Minimal 3 kasus untuk selanjutnya
Operasi magang
instruksi/evaluasi post operasi
Minimal 3 kasus sebelum dapat
Operasi mandiri maju ke ujian kompetensi akhir
tingkat nasional
6. Persiapan Sesi
1. Materi kuliah pengantar berupa kisi-kisi materi yang harus dipelajari dalam
mencapai kompetensi, mencakup:
a. Insidensi, patogenesis, dan mikrobiologi spondilitis TB
b. Neuroanatomi, dan neurofisiologi susunan saraf dan pembungkusnya.
c. Dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun pemeriksaan tambahan
(neuroradiologi, patologi dan mikrobiologi) dalam menegakkan diagnosa
spondilitis TB.
d. Pengobatan berbagai jenis spondilitis TB.
e. Perubahan neurofisiologi yang diakibatkan oleh spondilitis TB.
f. Lokasi spondilitis TB.
g. Pemeriksaan klinis neurologik untuk menegakkan diagnosa spondilitis
TB.
h. Diagnosa banding spondilitis TB.
i. Pemeriksaan tambahan (neuroradiologi) dalam menegakkan diagnosa
spondilitis TB.
j. Pengobatan medikamentosa spondilitis TB.
k. Tindakan operasi pada spondilitis TB.
l. Tindakan pertolongan pertama pada spondilitis TB.
m. Penyulit tindakan bedah pada kasus spondilitis TB.
n. Tindak lanjut yang diperlukan
o. informed consent
4
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
2. Audio visual
3. Lampu baca x ray
7. Referensi
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Castillo
M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier. 1st ed.
2004
2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd
Ed. 1996
3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London : Mos-
by. 1994
4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders. 1994
8. Kompetensi
Tingkat
Jenis Kompetensi Kompetensi TAHAP
K P A
Mampu menerangkan patologi dan pondylitis P
a. 6
pondylitis TB E
Mengetahui dasar-dasar pemeriksaan klinis maupun N
b. tambahan ( pondylitis gy)untuk menegakkan diagno- 6 G
sis pondylitis TB A
Y
A
c. Mengetahui pemngobatan pondylitis TB 6 A
N
Mampu melakukan pemeriksaan klinis pondyliti untuk M
d. 6 2 3
menegakkan diagnosis pondylitis TB A
Mampu melakukan pemeriksaan tambahan dalam G
e. 6 2 3
menegakkan diagnosis spondilitis TB A
Mampu melakukan pengobatan medikamentosa N
f. 6 2 3 G
pondylitis TB
Mampu melakukan tindakan operasi pada kasus M
g. 6 5 5
spondilitis TB A
Mengetahui penyulit tindakan bedah pada kasus N
h. 6 5 5 D
pondylitis TB
I
i. Mengetahui tindak lanjut yang diperlukan 6 5 5 R
j. Mampu memberi informed consent 6 5 5 I
5
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
9. Ganmbaran Umum
Spondilitis tuberkulosa (TB) merupakan infeksi granulomatosis dan bersifat
kronis destruktif yang di sebabkan oleh kuman spesifik yaitu Mycobacterium
tuberculosa yang mengenai tulang vertebra.
Di beberapa negara berkembang, TB spinal masih menjadi manifestasi pada
kasus TB anak maupun dewasa, dan merupakan perhatian cukup serius
karena dapat menimbulkan komplikasi yang berat berupa gangguan
neurologis berupa paraplegi. Hal ini disebabkan karena penderita spondilitis
TB biasanya datang terlambat untuk mendapatkan pengobatan dan pada
pemeriksaan klinis serta radiologis sudah ditemukan adanya kerusakan tulang
belakang yang sudah lanjut dan disertai gangguan neurologis.
Tuberkulosa sebagai suatu penyakit sistemik dapat menyerang berbagai organ
termasuk tulang dan sendi. Lesi pada tulang dan sendi disebabkan oleh
penyebaran hematogen dari lesi primer pada bagian tubuh yang lain.
Pada spondilitis TB, vertebra torakalis bagian bawah lebih sering terkena dan
biasanya akan melibatkan struktur diskus intervertebralis dan menyebar ke
korpus vertebra. Manifestasi klinis yang terjadi merupakan gejala dan tanda
TB secara umum, disertai dengan gejala dan tanda neurologis sesuai dengan
level radiks spinal yang terkena.
12. Metoda
Metoda Pembelajaran
1. Tinjauan Pustaka
2. Diskusi Kelompok
3. Bed side teaching
4. Tindakan Operasi Mandiri
a. Peserta didik harus terlebih dahulu melakukan asistensi operasi
(magang) sampai mencapai jumlah yang ditentukan, dan kemudian
melakukan instruksi pada spesialis pembimbing. Setelah dinyatakan
lulus instruksi, baru diijinkan melakukan operasi mandiri.
b. Operasi mandiri oleh asisten harus selalu ada spesialis supervisor
yang akan menilai keseluruhan aspek yang harus dilakukan oleh
asisten terhadap pasien secara mandiri.
6
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
Metoda Diagnostik
1. Pemeriksaan klinis neurologik
2. Alat bantu diagnostik
a. Pemeriksaan X ray,
b. EMG / EEG
c. Alat neuroradiologi lain.
3. Metoda diagnostik yang diajarkan mencakup metode diagnostik
konvensional sesuai ketersediaannya di daerah perifer, tidak semata-
mata berorientasi pada alat-alat dianostik canggih.
13. Rangkuman
Spondilitis tuberkulosa (TB) infeksi granulomatosis yang di sebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosa pada tulang vertebra.
Di beberapa negara berkembang, TB spinal masih menjadi manifestasi pada
kasus TB anak maupun dewasa. Abses pada vertebra yang terbentuk dapat
merupakan fokus primer atau penyebaran hematogen dari paru/organ lain.
Vertebra torakalis bagian bawah lebih sering terkena. Manifestasi klinis yang
terjadi merupakan gejala dan tanda TB secara umum, disertai gejala dan
tanda neurologis sesuai level radiks spinal yang terkena.
14. Evaluasi
Organisasi Evaluasi
1. Evaluasi dilaksanakan di IPDS Bedah Saraf
2. Evaluasi dilakukan minimal oleh Pembimbing di IPDS Bedah Saraf
3. Evaluasi untuk peserta PPDS Bedah Saraf dilakukan sbb
a. Untuk penguasaan ilmu dasar (pengayaan) dilakukan pada akhir
setiap semester
b. Kemampuan menegakkan diagnosa
c. Untuk penguasaan kasus dan teknis operasi dilakukan pada setiap
akan dilakukan tindakan / operasi.
4. Untuk dokter spesialis bedah lain yang akan mengambil modul-modul
bedah saraf tertentu untuk kepentingan penigkatan kompetensi dalam
program CPD, waktu disesuaikan pada kodisi yang ada dari modul ini,
dengan evaluasi dan tahap penguasaan materi yang dievaluasi sama
ketentuan yang berlaku.
7
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
Tahap Evaluasi
1. Evaluasi tahap pengayaan dilakukan setelah peseta didik
menyelesaikan aspek kognitif di tahap pengayaan.
2. Evaluasi tahap magang dilakukan setelah peserta didik melakukan
sejumlah tindakan operasi Sebagai Asisten I sebagai prasyarat evaluasi
sesuai dengan jenis penyakit pada submodul
3. Evaluasi tahap mandiri dilakukan setelah peserta didik melakukan
sejumlah tindakan operasi mandiri sebagai prasyarat evaluasi sesuai
dengan jenis penyakit pada submodul
2 Penilaian Ilmiah
a. Teori & Penyakit Diskusi dan Ujian
b. Instrument & Penyakit Diskusi dan Ujian
8
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
9
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
Admission
1 Kelengkapan administrasi
2 Kelengkapan dokumen sesuai daftar tilik poliklinik
Status poliklinik
Hasil pemeriksaan neuroradiology
Hasil pemeriksaan laboratorium
Hasil konsultasi persiapan operasi
3 Buat status Medical Record
4 Cek ulang hasil pemeriksaan di poliklinik
Deskripsi keadaan kulit
Hasil pemeriksaan klinis neurologis
Status gizi
5 Buat rencana perawatan
Instruksi perawatan dan pengobatan
Persiapan operasi
1 Assesment rencana tindakan, operator dan asisten
2 Persiapan alat
3 Konsul toleransi operasi
4 Buat daftar operasi
10
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
Pra Bedah
1 Konsul anestesi
2 Asisten lapor pada operator
3 Persiapan menjelang operasi
Pasang infuse
Cukur rambut kepala
Cuci daerah yang akan dioperasi dengan sabun
Puasa
Klisma menjelang ke kamar operasi
Cek kelengkapan status
Cek dokumen pendukung
Sediakan alat
Kamar operasi
1 Dokumen yang disertakan bersama pasien
2 Keadaan pasien
Cukur gundul
Terpasang infuse
3 Persiapan pasien
4 Dilakukan narkose umum
5 Dipasang kateter
6 Posisi pasien diatur sesuai standar
7 Dipasang blanket pemanas
8 Persiapan daerah operasi
Cuci ulang dengan sabun
Dibuat marking
Tindakan a/antiseptic
Dilakukan infiltrasi kulit kepala dengan NaCi steril
Dilakukan penyuntikan anestesi local
Tindakan operasi
Pasca Bedah
1 Dokumentasi
Status dan hasil pemeriksaan penunjang dari OK dite-
rima lengkap
Laporan operasi
11
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
Laporan anestesi
2 Catatan perawatan
Pemantauan luka operasi
Pemantauan efek samping
Pemantauan KU rutin
Catatan pengobatan
Pemulangan
1 Catatan keadaan pasien
2 Inform consent pada yang merawat
3 Jadwal kontrol dan konsultasi
4 Kelengkapan status dan diagnose
5 Catatan administrasi & keuangan
Epidemiologi
Insidensi spondilitis tuberkulosa bervariasi di seluruh dunia dan biasanya
berhubungan dengan kualitas fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat yang
tersedia serta kondisi sosial di negara tersebut. Di Amerika Utara, Eropa dan
Saudi Arabia, penyakit ini terutama mengenai dewasa, dengan usia rata-rata
40-50 tahun sementara di Asia dan Afrika sebagian besar mengenai anak-
anak (50% kasus terjadi antara usia 1-20 tahun). Dengan lokasi yang sering
terkena adalah vertebra thoracalis bawah (40-50%) dan vertebra lumbalis
bagian atas (35-45%) dan hanya sekitar 10% terjadi pada vetebra cervical.
Etiologi
12
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang terjadi merupakan gejala dan tanda TB secara umum,
disertai gejala dan tanda neurologis sesuai level radiks spinal yang terkena.
Vertebra torakalis bagian bawah lebih sering terkena.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain adalah pemeriksaan darah,
seperti misalnya pemeriksaan darah tepi, kultur darah, ESR dan CRP,
Tuberculin skin test / Mantoux test / Tuberculine Purified Protein Derivative
(PPD), pemeriksaan pungsi lumbal dan radiologi, seperti misalnya dengan
menggunakan CT Scan dan atau MRI.
Tatalaksana
Penatalaksanaan spondilitis tuberkulosis antara lain dengan tuberkulostatik
dan terapi konservatif; penyaliran abses; dan bedah fusi kostotransvektomi.
Terapi konservatif berupa istirahat dan pemberian tuberkulostatik. Bila
gangguan neurologik berubah menjadi lebih baik, penderita dapat dimobilisasi
dengan alat penguat tulang belakang. Pada awal paraplegia dianjurkan
dilakukan pembedahan.
Bedah kostotransvektomi yang dilakukan berupa devrideman dan penggantian
korpus vertebra yang rusak dengan spongiosa atau kortikospongiosa. Pada
paraplegia terapi ini dilakukan untuk dekompresi medula spinalis.
13
Bedah Saraf : Infeksi Susunan Saraf
19. Algoritme
20. Kepustakan
1. Osborn AG, Blasser SI, Salzman KL, Katzman GL, Provenzale J, Cas-
tillo M, et all. Osborn Diagnostic Imaging. Canada : Amirsys/Elsevier.
1st ed. 2004
2. Wilkins RH, Rengachary SS. Neurosurgery. USA : Mc Graw-Hill. 2nd
Ed. 1996
3. Rengachary SS, Wilkins RH. Principles of Neurosurgery. London :
Mosby. 1994
4. Winn HR. Youman’s Neurological Surgery. 5th ed. USA : Saunders.
1994
21. Presentasi
Materi presentasi menggunakan materi dalam bentuk power point sesuai
dengan materi modul spondilitis tuberkulosa (TB).
22. Model
Model pembelajaran dapat menggunakan diseksi kadaver.
14