Anda di halaman 1dari 15

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI

PADA PASIEN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN

DI RUANG SADEWA RSUD BANYUMAS

DI SUSUN OLEH :

1. Poppy Siska Permatasari (P1337420216041)


2. Hepri Dwi Handayani (P1337420216042)
3. Fanni Feby Kurniawan (P1337420216043)
4. Irsah Wijayani (P1337420216070)
5. Azizah Ngarofiyatun M (P1337420216071)
6. Rini Lastyaningsih (P1337420216072)
7. Adita Setiawati (P1337420216073)
8. Ceria Septi Pradana (P1337420216074)
9. Sari Febriarti (P1337420216075)

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI D III KEPERAWATAN PURWOKERTO
2018
PROPOSAL
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK STIMULASI PERSEPSI
PADA PASIEN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI PENDENGARAN

DI RUANG SADEWA RSUD BANYUMAS

A. Topik
Terapi Aktivitas Kelompok dengan Stimulasi Persepsi: Menebak Gambar.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok diharpakan Klien mampu
untuk mengontrol/mengendalikan halusinasinya secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
a. Klien mampu mengenali bahwa dirinya mengalami halusinasi
b. Klien mampu mempersepsikan stimulus yang dipaparkan kepadanya dengan
tepat
c. Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang dihadapi
d. Klien mampu berespons terhadap gambar yang dilihat
e. Klien mampu mendeskripsikan gambar

C. Landasan Teori
1. Halusinasi
a. Definisi Halusinasi
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (
Stuart, 2007)
Halusinasi merupakan gangguan akan perubahan persepsi sensori
dimana klien mempersiapkan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi . Suatu
penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan
yang mengalami suatu persepsi melalui panca indra tanpa stimulus atau
persepsi palsu ( Maramis, 2005)
Halusinasi adalah salah persepsi indrawi yang tidak berhubungan
dengan stimulus eksternal yang nyata,mungkin melibatkan salah satu dari lima
indra (Townsend,2002)

b. Faktor predisposisi dan faktor presipitasi


1) Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
a) Biologis : Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
b) Psikologis : Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat
mempengaruhi respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap
atau keadaan yang dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas
adalah penolakan atau tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
c) Sosial Budaya : Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan
orientasi realita seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang,
kerusuhan, bencana alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
2) Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan
halusinasi adalah:
a) Biologis : Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang
mengatur proses informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus yang diterima oleh otak untuk
diinterpretasikan.
b) Stress lingkungan : Ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi terhadap stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
c) Sumber koping : Sumber koping mempengaruhi respon individu
dalam menanggapi stressor.
c. Fase,Tanda dan gejala halusinasi
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan
duduk terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah,
melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari
pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar
atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
(Budi Anna Keliat, 1999) :
1) Fase 1: halusinasi bersifat menyenangkan
Gejala klinis:
a) Menyeriangai / tertawa tidak sesuai
b) Menggerakkan bibir tanpa bicara
c) Gerakan mata cepat
d) Bicara lambat
e) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
2) Fase 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
a) Cemas
b) Konsentrasi menurun
c) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
3) Fase 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
a) Cenderung mengikuti halusinasi
b) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
c) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
d) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
4) Fase 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
a) Pasien mengikuti halusinasi
b) Tidak mampu mengendalikan diri
c) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
d) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan
d. Jenis-jenis halusinasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
1) Halusinasi pendengaran (auditorik)
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara –
suara orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang
membicarakan apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk
melakukan sesuatu.
2) Halusinasi penglihatan (Visual)
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk
pancaran cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau
panorama yang luas dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau
menakutkan.
3) Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan
dementia.
4) Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
5) Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
6) Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
7) Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
2. Terapi Aktivitas Kelompok
a. Pengertian Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan
sekelompok klien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang
dipimpin atau diarahkan oleh seorang therapist (Yosep, 2009).
Pengertian Terapi aktivitas Kelompok stimulasi
persepsimenurut Purwaningsih dan Karlina (2009) adalah terapi yang
bertujuan untuk membantu klien yang mengalami kemunduruan orientasi,
menstimulasi persepsi dalam upaya memotivasi proses berpikir dan afektif
serta mengurangi perilaku maladaftif.
Menurut Keliat dan Akemat (2005), Terapi Aktivitas
Kelompok stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulus dan terkait dengan pengalaman dan/atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok.

b. Manfaat Terapi Aktivitas Kelompok


Menurut Purwaningsih dan Karlina (2009), Terapi Aktivitas Kelompok
mempunyai manfaat terapeutik, yaitu manfaat umum, khusus dan
rehabilitasi. Selengkapnya seperti pada uraian berikut:
1) Manfaat umum
a) Meningkatkan kemampuan uji realitas (reality testing) melalui
komunikasi dan umpan balik dengan atau dari orang lain.
b) Melakukan sosialisasi.
c) Membangkitkan motivasi untuk kemajuan fungsi kognitif dan
afektif.
2) Manfaat khusus
a) Meningkatkan identitas diri.
b) Menyalurkan emosi secara konstruktif.
c) Meningkatkan keterampilan hubungan interpersonal atau sosial.
3) Manfaat rehabilitasi
a) Meningkatkan keterampilan ekspresi diri.
b) Meningkatkan keterampilan sosial.
c) Meningkatkan kemampuan empati.
d) Meningkatkan kemampuan atau pengetahuan pemecahan masalah.
c. Tujuan Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi
Menurut Keliat dan Akemat (2005) tujuan umum Terapi Aktivitas
Kelompok stimulasi persepsi adalah klien mempunyai kemampuan untuk
menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan stimulus
kepadanya dan tujuan khususnya adalah:
1) Klien dapat mempersepsikan stimulus ysng dipaparkan kepadanya
dengan tepat.
2) Klien dapat menyelesaikan masalah yang timbul dari stimulus yang
dialami.
d. Macam- macam Terapi Aktivitas Kelompok
1) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulus Kognitif/Persepsi, yaitu terapi yang
menggunakan stimulus sebagai alatnya.
2) Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi, yaitu terapi pada klien dimana
terapinya dibantu untuk dapat bersosialisasi dengan orang lain
3) Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Sensori
Untuk Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi sensori, aktivitas
digunakan sebagai stimulus pada sensori klien
4) Terapi Aktivitas Kelompok Orientasi Realita
Klien diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitarnya
seperti diri sendiri,orang lain yang ada di sekeliling klien,atau orang
yang dekat dengan klien dan lingkungan yang pernah memiliki
hubungan dengan klien

D. Kareakteristik Pasien
1. Karakteristik/ kriteria
- Klien dengan masalah riwayat halusinasi pendengaran
- Klien sudah kooperatif
- Batas usia 25-35 tahun
- Klien yang bersedia mengikuti Terapi Aktifitas Kelompok
2. Proses
Klien yang dapat mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok didapatkan :
a. Berdasarkan wawancara dan seleksi kelompok
b. Berdasarkan rekomendasi dari perawat ruangan
3. Peserta
Adapun nama nama klien yang akan mengikuti Terapi Aktivitas Kelompok
adalah:
a.
b.
c.
d.
e.
f.
E. Pengorganisasian
1. Pelaksanaan
Hari, Tanggal : Senin,30 Juli 2018
Lama kegiatan : 50 menit
Jam kegiatan : 09.30-10.20 WIB
Tempat kegiatan : Ruang Sadewa RSUD Banyumas
2. Terapis
a. Leader : Fanni Feby Kurniawan
Tugas :
- Memimpin jalannya terapi aktivitas kelompok
- Mengarahkan kelompok untuk mencapai tujuan
- Membuka acara dan memperkenalkan diri dan anggota tim terapi
- Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
b. Co Leader : Poppy Siska Permatasari
Tugas :
- Membantu leader mengarahkan dan mengontrol jalannya TAK
- Menggantikan apabila leader jika bloking
- Mengingatkan waktu agar sesuai rencana
c. Fasilitator : 1). Hepri Dwi Handayani
2) Irsah Wijayani
3) Azizah Ngarofiyatun
4) Adita Setiawati
5) Ceria Septi Pradana
6) Sari Febriarti
Tugas:
- Membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan
memotivasi
- Mempertahankan kehadiran anggota
- Mempersiapkan alat,tempat,dan klien
3. Observer : Rini Lastyaningsih
Tugas:
- Mengobservasi respon klien
- Mengamati dan mencatat semua proses yang terjadi dan semua perubahan
perilaku klien
- Memberi umpan balik pada kelompok
- Mengidentifikasi strategi yang digunakan leader
- Memantau dan mengevaluasi hasil selama TAK berlangsung, dari awal
kegiatan sampai proses TAK selesai
4. Metode
- Berkenalan dengan cara bermain
- Diskusi dan tanya jawab
5. Alat dan bahan
- Bola
- Gambar
- Kertas Asturo
6. Setting tempat
Keterangan :

: Leader

: Co Leader

: Observer

: Fasilitator

: Pasien

7. Program antisipasi
a. Apabila ada klien yang telah bersedia untuk mengikuti Terapi Aktivitas
Kelompok namun pada saat pelaksanaanya tidak bersedia maka langkah yang
diambil adalah mengembalikan klien ke ruangan
b. Apabila ada anggota kelompok yang melakukan kekerasan,Leader
memberitahukan kepada anggota Terapi Aktivitas Kelompok bahwa perilaku
kekerasan tidak boleh dilakukan
c. Apabila dalam pelaksanaan ada anggota kelompok yang tidak mentaati tata
tertib yang telah disepakati maka berdasarkan kesepakatan ditegur terlebih
dahulu dn bil masih tidak kooperatifmaka dikeluarkan dari kegiatan

F. Pelaksanaan
1. Persiapan
d. Membuat kontrak dengan klien tentang Terapi Aktivitas Kelompok
e. Mempesiapkan alat dan tempat terapi aktivitas kelompok
2. Orientasi ( 15 menit )
a. Salam terapeutik
Salam dari terapis kepada klien : leader mengucapkan salam dan membuka
acara terapi aktivitas kelompok
“ Assalamualaikum teman-teman selamat pagi.”
b. Berkenalan
Klien memperkenalkan diri dengan permainan sederhana ( menggunakan bola
dan diiringi musik )
“ Sebelum memulai kegiatan pada hari ini kita akan berkenalan terlebih dahulu
ya, saya fanni feby kurniawan sebagai leader, dan di samping saya ada teman
saya sebagai co leader silahkan memperkenalkan diri, kemudian dibelakang
kalian ada observer silahkan memperkenalkan diri”
“ Nah sekarang tinggal teman-teman ya yang memperkenalkan diri, nanti
perkenalanya sambil bermain ya.”
“caranya akan saya jelaskan terlebih dahulu. Nanti akan diputarkan musik dan
saya akan memberikan bola, nanti bolanya diberikan kepada teman sebelahnya
sesuai arah jarum jam, apabila musik berhenti maka orang terakhir yang
memegang bola harus memperkenalkan diri , menyebutkan nama, hobby, dan
alamatnya.”
“ Bagaimana apakah ada yang ingin ditanyakan sebelum kita mulai?”
c. Validasi perasaan
- Menanyakan perasaan klien saat ini
“Bagaimana perasaan hari ini?”
- Menanyakan masalah yang dirasakan
“ Bagaimana keadaan teman-teman saat ini? Apakah masih mendengar
suara-suara aneh yang tidak nyata?”
d. Tujuan
Setelah dilakukan terapi aktivitas kelompok diharapakan Klien mampu
untuk mengontrol/mengendalikan halusinasinya secara mandiri.
“ Tujuan diadakanya kegiatan ini diharapkan teman teman dapat mengontrol
atau mengendalikan halusinasinya secara mandiri”
e. Tata tertib
- Kegiatan ini dilakukan selama 50 menit
- Selama kegiatan peserta dilarang membuat kegaduhan
- Selama kegiatan tidak boleh makan dan minum
- Peserta berpakaian rapih, bersih dan sudah mandi
- Jika ingin mengajukan atau menjawab pertanyaan peerta mengangkat
tangan kanan dan berbicara setelah dipersilahkan oleh pemimpin
- Peserta dilarang keluar sebelum acara Terapi Aktivitas Kelompok selesai
3. Kerja (20 menit)
a) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
“Sebelum dimulai saya akan menjelaskan cara permainanya, nanti saya
akan memberikan beberapa contoh gambar ,nah nanti teman teman
menjawab gambar yang saya tunjukan dan jelaskan apa fungsinya. Selain itu
teman- teman juga bisa menentukan pasangan gambar tersebut sesuai dengan
fungsinya, nah contoh ( leader megambil gambar menunjukan nama dan
fungsi gambar tersebut ).”
“Bagaimana apakah bisa dimengerti teman-teman?”
b) Beri kesempatan pasien untuk bertanya
“Sebelum TAK ini dimulai apakah teman-teman ada yang ingin ditanyakan?”
“Baik,langsung saja kita mulai ya.”
4. Terminasi
a. Evaluasi
S:

O:

b. Rencana Tindak Lanjut


Menjelaskan salah satu Strategi Pelaksanaan Halusinasi
Strategi Pelaksanaan 1 :
“Bagaiman kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara itu muncul???”
“Teman-teman, ada 4 cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan cara menghardik suara itu. Kedua, dengan cara bercakap-cakap
dengan orang lain. Ketiga, dengan cara melakukan kegiatan yang sudah
terjadwal. Dan yang Keempat, dengan cara minum obat yang teratur”.
“Bagaiman kalau kita belajar satu cara dulu yaitu dengan menghardik”.
“Caranya sebagai berikut : saat suara itu muncul teman-teman langsung saja
bilang di dalam hati…Pergi saya tidak mau mendengar…….saya tidak mau
dengar…..kamu suara palsu. Kamu tidak nyata. Begitu…..diulangi-ulang
sampai suara itu tidak mendengar lagi????”.
“Apakah sudah mengerti?”
‘Bagus sekali!”

c. Akhiri dengan baik


“Terimakasih, teman-teman sudah mau mengikuti TAK hari ini dengan
baik. Teman – teman juga mengerti cara menghardik ketika mendengar suara
yang aneh sehingga mengganggu ketenangan teman-teman. Semoga TAK ini
bermanfaat untuk teman-teman sekalian. Kalian bisa kembali ke kamar
masing-masing dengan didampingi fasilitator sehingga teman-teman dapat
melanjutkan aktivitasnya. Wassalamualaikum wr.wb. Selamat Siang”
G. Evaluasi
1. Proses
No Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6
1 Menjawab salam
2. Berkenalan
3. Menyebutkan gambar dan fungsinya
4. Melaksanakan SP halusinasi
pendengaran: menghardik
5. Mengikuti kegiatan dari awal sampai
akhir

2. Hasil
No Aspek yang dinilai P1 P2 P3 P4 P5 P6
1. Klien dapat mempersepsikan stimulus
yang dipaparkan kepadanya dengan tepat
2. Klien dapat menyelesaikan masalah yang
timbul dari stimulus yang dihadapi
3. Klien mampu berespons terhadap gambar
yang dilihat
4. Klien mampu mengekspresikan perasaan
melalui gambar
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat, 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa,edisi 1. Jakarta:EGC


Keliat, B.A & Pawirowiyono, Akemat. 2005. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas
Kelompok. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya:Airlangga


University Press.

Purwaningsih dan Karlina.(2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Mitra

Stuart, G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan


Jiwa(Terjemahan). Jakarta: EGC.

Townsend,C,Mary.2002. Psychyiatric Mental Health Nursing Consepts Of Care,ed.4.


davis company. Philadelphia

Yosep,I. 2009. Keperawtan Jiwa. Bandung: Refita Aditama.

Anda mungkin juga menyukai