BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
PEMBAHASAN
ASUHAN KEPERAWATAN RETENSI URIN
2.3 ETIOLOGI
Adapun penyebab dari penyakit retensio urine adalah sebagai berikut:
a.Supra vesikal berupa kerusakan pada pusat miksi di medulla spinallis S2 S4 setinggi T12L1.Kerusakan saraf
simpatis dan parasimpatis baik sebagian ataupun seluruhnya, misalnya pada operasi miles dan mesenterasi
pelvis, kelainan medulla spinalis, misalnya miningokel,tabes doraslis, atau spasmus sfinkter yang ditandai dengan rasa
sakit yang hebat.
b.Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang, atoni pada pasien DM atau penyakit neurologist,
divertikel yang besar.
c.Intravesikal berupa pembesaran prostate, kekakuan leher vesika, striktur, batu kecil,tumor pada leher vesika, atau
fimosis.
d.Dapat disebabkan oleh kecemasan, pembesaran porstat, kelainan patologi urethra(infeksi, tumor, kalkulus),
trauma, disfungsi neurogenik kandung kemih.
e.Beberapa obat mencakup preparat antikolinergik antispasmotik (atropine), preparatantidepressant antipsikotik
(Fenotiazin), preparat antihistamin (Pseudoefedrin hidroklorida= Sudafed), preparat penyekat β adrenergic
(Propanolol), preparat antihipertensi(hidralasin)
Etiologo dari retensi urin juga dapat di kelompokan berdasarkan bentuk- bentuknya :
no Bentuk-bentukretensi Penyebab
1 ObstruksiMekanis · Struktururetha
· malformasisalurankemih
· Malformasi sum-sum belakang
2 Kongenital · Kalkulus
· Inflamasi
· Trauma
· Tumor
· Hyperplasia
· kehamilan
3 Yang di dapat · disfungsi neurologic
· refluksureteroversikalis
· berkurangnyaaktifitas peristaltic ureter
4 Obstruksifungsional · Atrofiobat detrusor
· Cemas, sepertitakutnyerisetelahoperasi
· Obat-obatan, seperti anesthesia,
narkotikasedatifadanantihistamin
2.4 KLASIFIKASI RETENSI URINE
RETENSI URIN dapat dikelompokan menjadi 2 :
Retensi urin yang akut adalah ketidakmampuan berkemih tiba-tiba dan disertai rasa sakit meskipun buli-buli
terisi penuh. Berbeda dengan kronis, tidak ada rasa sakit karena urin sedikit demi sedikit tertimbun. Kondisi yang
terkait adalah tidak dapat berkemih sama sekali, kandung kemih penuh, terjadi tiba-tiba, disertai rasa nyeri, dan
keadaan ini termasuk kedaruratan dalam urologi. Kalau tidak dapat berkemih sama sekali segera dipasang kateter
2.6 FATOFISIOLOGI
Secara garis besar penyebab retensi dapat dapat diklasifikasi menjadi 5 jenis yaitu :
akibat :
1.obstruksi,
2.infeksi
3.farmakologi
4.neurologi
5. faktor trauma.
Obstruksi pada saluran kemih bawah dapat terjadi akibat faktor intrinsik, atau faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik
berasal dari sistem saluran kemih dan bagian yang mengelilinginya seperti pembesaran prostat jinak, tumor buli-buli,
striktur uretra, phimosis, paraphimosis, dan lainnya. Sedangkan faktor ekstrinsik, sumbatan berasal dari sistem organ
lain, contohnya jika terdapat massa di saluran cerna yang menekan leher buli-buli, sehingga membuat retensi urine. Dari
semua penyebab, yang terbanyak adalah akibat pembesaran prostat jinak. Penyebab kedua akibat infeksi yang
menghasilkan peradangan, kemudian terjadilah edema yang menutup lumen saluran uretra. Reaksi radang paling sering
terjadi adalah prostatitis akut, yaitu peradangan pada kelenjar prostat dan menimbulkan pembengkakan pada kelenjar
tersebut. Penyebab lainnya adalah uretritis, infeksi herpes genitalia, vulvovaginitis, dan lain-lain. 3 Medikasi yang
menggunakan bahan anti kolinergik, seperti trisiklik antidepresan, dapat membuat retensi urine dengan cara
menurunkan kontraksi otot detrusor pada bulibuli.
Obat-obat simpatomimetik, seperti dekongestan oral, juga dapat menyebabkan retensi urine dengan meningkatkan
tonus alpha-adrenergik pada prostat dan leher bulibuli. Dalam studi terbaru obat anti radang non steroid ternyata
berperan dalam pengurangan kontraksi otot detrusor lewat inhibisi mediator prostaglandin. Banyak obat lain yang dapat
menyebabkan retensi urine.
Secara neurologi retensi urine dapat terjadi karena adanya lesi pada saraf perifer, otak, atau sumsum tulang
belakang. Lesi ini bisa menyebabkan kelemahan otot detrusor dan inkoordinasi otot detrusor dengan sfingter pada uretra.
Penyebab terakhir adalah akibat 5 trauma atau komplikasi pasca bedah. Trauma langsung yang paling sering adalah
straddle injury, yaitu cedera dengan kaki mengangkang, biasanya pada anak-anak yang naik sepeda dan kakinya
terpeleset dari pedalnya, sehingga jatuh dengan uretra pada bingkai sepeda.
2.7 KOMPLIKASI
a. Urolitiasis atau nefrolitiasis
Nefrolitiasis adalah adanya batu pada atau kalkulus dalam velvis renal, sedangkan urolitiasis adalah adanya
batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Urolithiasis mengacu pada adanya batu (kalkuli) ditraktus urinarius.
Batu terbentuk dari traktus urinarius ketika konsentrasi subtansi tertentu seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat,
dan asam urat meningkat.
b. Pielonefritis
Pielonefritis adalah radang pada ginjal dan saluran kemih bagian atas. Sebagian besar kasus pielonefritis adalah
komplikasi dari infeksi kandung kemih (sistitis). Bakteri masuk ke dalam tubuh dari kulit di sekitar uretra,
kemudian bergerak dari uretra ke kandung kemih. Kadang-kadang, penyebaran bakteri berlanjut dari kandung
kemih dan uretra sampai ke ureter dan salah satu atau kedua ginjal. Infeksi ginjal yang dihasilkan disebut
pielonefritis.
c. Hydronefrosis
d. Pendarahan
e. Ekstravasasi urine
2.8 PEMERIKSAAN PENUNJANG
Adapun pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan pada retensio
urine adalah sebagai berikut :
· Pemeriksaan specimen urine.
· Pengambilan: steril, random, midstream.
· Penagmbilan umum: pH, BJ, Kultur, Protein, Glukosa, Hb, KEton, Nitrit.
· Sistoskopy, IVP
Table urinalitis
no Pemeriksaan Normal Abnormal
Warna Kekuning- Merah: menunjukanhematuri(
kuningan kemungikanobstruksiurunkalkulus, renalis tumor,
kegagalanginjal )
1. Kateterisasi
2. Sistostomi suprapubik
- trokar
- terbuka
3. Pungsi suprapubik
1.) Kateterisasi
Syarat-syarat
- dilakukan dengan prinsip aseptik
- digunakan kateter nelaton/sejenis yang tidak terlalu besar, jenis Foley
- diusahakan tidak nyeri agar tidak terjadi spasme dari sfingter.
- diusahakan dengan sistem tertutup bila dipasang kateter tetap.
- diberikan antibiotika profilaksis sebelum pemasangan kateter 1 X saja (biasanya
tidak diperlukan antibiotika sama sekali). Kateter tetap dipertahankan sesingkat
mungkin, hanya sepanjang masih dibutuhkan.
Teknik kateterisasi
- Kateter Foley steril, untuk orang dewasa ukuran 16-18 F.
- Desinfeksi dengan desinfektans yang efektif, tidak mengiritasi kulit genitalia (tidak
Mengandung alkohol)
- Anestesi topikal pada penderita yang peka dengan jelly xylocaine 2-4% yang dimasukkan dengan semperit 20cc
serta "nipple uretra" diujungnya. Jelly tersebut sekaligus berperan sebagai pelicin. (Pada batu atau striktura uretra,
akan dirasakan hambatan pada saat memasukkan jelly tersebut)
- Kateter yang diolesi jelly K-Y steril dimasukkan kedalam uretra. Pada penderita
wanita biasanya tidak ada masalah. Pada penderita pria, kateter dimasukkan dengan halus sampai urin mengalir
(selalu dicatat jumlah dan warna / aspek urin), kemudian balon dikembangkan sebesar 5-10 ml. .
- Bila diputuskan untuk menetap, kateter dihubungkan dengan kantong penampung steril dan dipertahankan
sebagai sistem tertutup.
- Kateter di fiksasi dengan plester pada kulit paha proksimal atau didaerah inguinal dan diusahakan agar penis
mengarah kelateral, hal ini untuk mencegah terjadinya nekrosis akibat tekanan pada bagian ventral uretra di
daerah penoskrotal Perawatan Kateter tetap Penderita dengan kateter tetap harus
- Minum banyak untuk menjamin diuresis
- Melaksanakan kegiatan sehari-hari secepatnya bila keadaan mengijinkan Membersihkan ujung uretra dari sekrit
dan darah yang mengering agar pengaliran sekrit dan lumen uretra terjamin.
- Mengusahakan kantong penampung urin tidak melampaui ketinggian buli-buli agar urin tidak mengalir kembali
kedalamnya
- Mengganti kateter (nelaton) setiap dua minggu bila memang masih diperlukan untuk mencegah pembentukan
batu (kateter silikon : penggantian setiap 6-8 minggu sekali)
2). Sistostomi suprapubik
ü Sistostomin Trokar
Indikasi
1. Kateterisasi gagal : striktura, batu uretra yang menancap (impacted).
2. Kateterisasi tidak dibenarkan : kerobekan uretra path trauma.
Syarat-syarat:
- Retensi urin dan bull-buli penuh, kutub atas lebih tinggi pertengahan jarak antara simfisis -umbilikus
- Ukuran kateter Foley lebih kecil daripada celah dalam trokar (< - > 20F)dorongan
kelewatan sehingga trokar menembus dinding belakang buli-buli.
ü Sistostomi Terbuka
Indikasi
- lihat sistostomi trokar
- bila sistostomi trokar gagal
- bila akan melakukan tindakan tambahan seperti mengambil batu di dalam bull-buli, evaluasigumpalan darah,
memasang "drain" di rongga Retzii, dan sebagainya.
- Perawatan kateter sistostomi jauh lebih sederhana daripada kateter tetap melalui uretra. Demikianpula
penggantian kateter sistostomi setiap dua minggu, lebih mudah dan tidak menimbulkan nyeriyang berarti.
Kadang-kadang saja urin merembes di sekitar kateter.
3). Pungsi Buli-Buli
Merupakan tindakan darurat sementara bila keteterisasi tidak berhasil dan fasilitas / sarana untuksistostomi
baik trokar maupun terbuka tidak tersedia. Digunakan jarum pungsi dan penderitasegera dirujuk ke pusat pelayanan
dimana dapat dilakukan sistostomi. Penderita dan keluarga harus diberi informasi yang jelas tentang prosedur ini
karena tanpatindakan susulan sistostomi, buli-buli akan terisi penuh kembali dan sebagian urin merembesmelalui
lubang bekas pungsi.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Identitas
Nama, Umur, Jenis kelamin, agama, suku, bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat, tanggal masuk
Rumah Sakit.
Keluhan utama
Biasnaya klienmerasakanrasa tidak enak pada uretra kemudian di ikuti nyeri ketika berkemihatau nyeri saat kencing.
Riwayat penyakit sekarang
Tanyakan penyebab terjadinya infeksi, bagaimana gambaran rasa nyeri, daerah mana yang sakit, apakah menjalar atau
tidak, ukur skala nyeri, dan kapan keluhan dirasakan.
Riwayat penyakit dulu
Tanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit parah sebelumnya
Riwayat kesehatan keluarga
Tanyakan apakah keluarga klien ada yang menderita penyaki yang sama dengan klien
Merangsang
pengeluaran
bradikinin,serotinin,
postaglandin
Impuls nyeri di
sampaikan ke
thalamus
Nyeri di persepsikan
Menurunnya
relaksasi otot spinkter
Obstruksi uretra
Dilatasi
bladder/distensi
abdomen
Retensi urin
3. Ds :
-
BAB IV
PENUTUP
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dan hasil analisa dari bab I sampai pada bab III dapat disimpulkan bahwa : Retensio urine
adalah ketidakmampuan melakukan urinasi meskipun terdapat keinginan atau dorongan terhadap hal tersebut atau
tertahanya urine didalam kandung kemih.
Klien dengan retensio urine dapat terjadi karena berbagai factor seperti:
· Vesikal berupa kelemahan otot detrusor karena lama teregang,
· pembesaran porstat
· kelainan patologi urethra.
Oleh karena itu perlu dilakukan perawatan dan Penatalaksanaan pada kasus retensio urine dengan cara :
a Kateterisasi urethra.
b. Dilatasi urethra dengan boudy.
c. Drainage suprapubik.
4.2 SARAN
Sebagai seorang perawat, sudah menjadi kewajiban untuk memberikan tindakan perawatan dalam asuhan
keperawatan yang diarahkan kepada pembentukan tingkat kenyamanan pasien, manajemen rasa sakit dan keamanan.
Perawat harus mampu mamahami faktor psikologis dan emosional yang berhubungan dengan diagnosa penyakit, dan
perawat juga harus terus mendukung pasien dan keluarga dalam menjalani proses penyakitnya.
Share
No comments:
Post a Comment
‹ Home ›
View web version
About Me
Powered by Blogger.