Anda di halaman 1dari 17

Presentasi Kasus dan Portofolio

ORCHITIS

Oleh:
dr. Elsa Prima Putri

Pendamping:
dr. Sherly Monalisa

Wahana:
RSUD PARIAMAN

KOMITE INTERNSHIP DOKTER INDONESIA


PUSAT PERENCANAAN DAN PENDAYAGUNAAN SDM KESEHATAN
BADAN PPSDM KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
2018
PORTOFOLIO ORCHITIS

Topik : Orchitis
Tanggal (Kasus) : 21 Februari 2018 Presenter : dr. Elsa Prima Putri
Tanggal Presentasi : 21 Maret 2018 Pendamping : dr. Sherly Monalisa
Tempat Presentasi : RSUD Pariaman
Objektif Presentasi :
Keilmuan Keterampilan Penyegaran Tinjauan
ѵ
Pustaka
Diagnostik Manajemen Masalah Istimewa
Neonatus Bayi Anak Remaja Dewasa Lansia Bumil
Deskripsi : Pria, 42 th, bengkak pada buah zakar kiri
Tujuan : Diagnosis dan tatalaksana Orchitis
Bahan Bahasan Tinjauan Riset Kasus Audit
Pustaka
Cara membahas Diskusi Presentasi dan Diskusi Email Pos

Data Nama: Tn I No. Reg : 09 81 97


Umur: 42 tahun
Pasien:
Pekerjaan: Supir
Alamat: Pariaman
Agama: Islam
Bangsa: Indonesia
Nama Rumah Sakit: RSUD Pariaman Telp : Terdaftar sejak :
Data utama untuk bahan diskusi :
1. Diagnosis/Gambaran Klinis:
Laki-laki, 42 tahun datang dengan keluhan bengkak pada buah zakar kiri sejak 1
bulan yang lalu. Nyeri pada buah zakar dirasakan bila pasien duduk. Demam sejak 1
minggu yang lalu. Mual ada, muntah tidak ada.
2. Riwayat Pengobatan :
Pasien belum berobat ke dokter mengenai penyakitnya sebelumnya.
3. Riwayat Kesehatan/Penyakit :
Riwayat hipertensi tidak ada.
Riwayat diabetes mellitus (+) sejak 2 tahun yang lalu.
4. Riwayat Keluarga :
Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit keturunan, menular, dan kejiwaan.
5. Riwayat Pekerjaan : swasta
6. Lain-lain :
Pasien rutin kontrol ke Puskesmas untuk DM dan mendapatkan terapi Metformin 3x
500mg
Daftar Pustaka:
1. R. Sjamsuhidajat. Jong, W. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2. Jakarta : EGC.
2. Snell, R. A. 2000. Anatomi Klinik. Edisi 6. Jakarta : EGC.
3. Benninghoff. 2003. Testis Gross Anatomy. http://www.urology-
textbook.com/testis-anatomy.html.
4. Mark, B. 2010. Orchitis- Department of Emergency Medicine.
http://emedicine.medscape.com/article/777456.

Hasil Pembelajaran
1. Diagnosis Orchitis.
2. Tatalaksanana Orchitis
3. Edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai Orchitis.

1. Subjektif :
- Bengkak pada buah zakar kiri sejak 1 bulan yang lalu, bengkak dirasakan
semakin bertambah besar setiap hari. Bengkak pada buah zakar tidak hilang
timbul saat tidur, berdiri maupun mengedan.
- Nyeri pada buah zakar dirasakan terutama saat pasien duduk. Nyeri dirasakan
menjalar ke bagian perut.
- Demam (+) sejak 1 minggu yang lalu, demam tidak tinggi ,tidak berkeringat,
tidak menggigil
- Mual (+) muntah (-)
- BAK normal tidak ada darah, tidak ada nanah, nyeri saat BAK disangkal.
- BAB dalam batas normal.
- Riwayat trauma dan penyakit menular seksual disangkal.
- Riwayat diabetes mellitus dikenal sejak 2 tahun yang lalu, pasien rutin kontrol ke
Puskesmas dan mendapatkan terapi Metformin 3x500mg.
- Riwayat bengkak pada bagian tubuh lain namun pecah sendiri ada.

2. Objektif :

Status Generalis:

 Keadaan Umum : Sedang


 Kesadaran : Komposmentis kooperatif
 Tekanan Darah : 130/90 mmHg
 Nadi : 81 x/menit
 Nafas : 18 x/menit
 Suhu : 37 oC

Status Internus:

Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor ϕ 2 mm = 2 mm,
refleks cahaya +/+ normal

Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah

Paru
 Inspeksi : simetris dalam keadaan statis dan dinamis
 Palpasi : fremitus kiri = kanan
 Perkusi : sonor di kedua lapangan paru
 Auskultasi : vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

Jantung
 Inspeksi : iktus tidak terlihat
 Palpasi : iktus teraba 1 jari lateral LMCS RIC V
 Perkusi : batas jantung kiri 1 jari lateral LMCS RIC V,
o batas jantung kanan LSD, batas atas RIC II
 Auskultasi : bunyi jantung murni, irama teratur, HR 94 x/menit, gallop (-)

Abdomen
 Inspeksi : tidak tampak membuncit
 Palpasi : nyeri tekan pada regio lumbal sinistra, nyeri ketok CVA (+)
 Perkusi : timpani
 Auskultasi : bising usus (+) normal
Genitalia : transluminasi (-), hematoma (+), eritema (+) nyeri (+)

Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler < 2 detik

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan darah lengkap: pada tanggal 21 Februari 2018
- RBC 4,73 x106/mm3 (4,5-5,5x106 mm3)
- MCV 80,8 fl
- HCT 38,2% (40-48%)
- PLT 383 x103/mm3 (150-400x103/mm3)
- WBC 13,86 x103/mm3 (5-10,0x103/mm3)
- HGB 13,1 gr/dl (13-16 gr/dl)
- MCH 27,7 pq (25,0-35,0 pq)
- MCHC 34,3 gr/dl (31,0-38,0 gr/dl)
- SGOT: 8 mg/dl SGPT: 10 mg/dl
- Ureum: 31 mg/dl Kreatinin: 0,7 mg/dl
- Gula darah sewaktu: 334 mg/dl

3. Assessment :
 Penegakan diagnosis Orchitis dapat dilakukan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis didapatkan
keluhan berupa bengkak dan nyeri pada testis kiri. Nyeri dirasakan terus-menerus
terutama saat duduk seperti ditusuk-tusuk, mual ada dan muntah tidak ada. BAB
(+) dalam batas normal, demam ada.
Pada pemeriksaan fisik, didapatkan pasien dalam kondisi baik, tampak sakit
sedang. Pemeriksaan tanda vital didapatkan: TD 130/90 mmHg, nadi 81x/menit,
RR:18x/menit, suhu: 37,0oC. Pada pemeriksan status lokalis regio testis
ditemukan tampak testis kiri membesar dengan posisi lebih tinggi dibanding
testis kanan. Terlihat adanya tanda radang pada skrotum, tidak terlihat adanya
massa abnormal. Testis teraba hangat, konsistensi lunak, nyeri tekan pada testis
kiri, tidak ada masa abnormal pada penis dan scrotum, tidak teraba funikulus
spermatikus.
Phren’s sign (+)
Iluminasi test (-/-)
 Pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah didapatkan peningkatan nilai
leukosit pada pada pemeriksaan darah rutin. Maka dapat disimpulkan bahwa
diagnosa orchitis pada kasus ini disebabkan oleh infeksi bakteri. Dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang tersebut dapat ditegakkan
diagnosis Orchitis Sinistra.
Penatalaksanaan Orchitis dengan penanganan secara konservatif untuk
eliminasi sumber infeksi, reduksi jumlah bakteri kontaminan dan mencegah
terjadinya infeksi yang persisten dan rekuren.
4. Plan :
Diagnosis : Orchitis + DM tipe 2 tidak terkontrol

Penatalaksanaan
- Pasien rawat inap
- IVFD RL 12j/ kolf
- IVFD Moxifloxacin 2x1
- Inj Ranitidin 2x1
- Inj Ketorolac 2x1

Follow up
22 Februari 2018
S/ bengkak pada buah zakar kiri (+)
Nyeri terasa saat duduk (+)
Demam (+)
O/ Keadaan Umum: Sedang
Kesadaran : CMC
TD : 140/ 80 mmHg
Nadi : 92x/menit
Nafas : 22x/menit
Suhu : 37
St. Lokalis :
Inspeksi: Tampak testis kiri membesar dengan posisi lebih tinggi dibanding testis

kanan. Terlihat adanya tanda radang pada skrotum, tidak terlihat adanya massa

abnormal.

Palpasi: Testis teraba hangat, konsistensi lunak, nyeri tekan pada testis kiri, tidak
ada masa abnormal pada penis dan scrotum
A/ Orchitis + DM tipe 2 tidak terkontrol
P/ IVFD RL/12jam
Inf. Moxifloxacin 2x 500mg
Inj. Ranitidin 2x1 amp
Inj. Ketorolac 2x1 amp
Konsul penyakit dalam dengan DM

23 Februari 2018
S/ bengkak pada buah zakar kiri pecah (+)
Nanah tampak keluar dari buah zakar.
Demam (+)
O/ Keadaan Umum: Sedang
Kesadaran : CMC
TD : 140/ 77 mmHg
Nadi : 93x/menit
Nafas : 20x/menit
Suhu : 36,5
St. Lokalis :
Inspeksi: Tampak darah dan nanah pada testis kiri

Palpasi: Testis teraba hangat, konsistensi lunak, nyeri tekan pada testis kiri,
A/ Orchitis
P/ pasien PAPS dengan obat pulang
Asam Mefenamat 3x500mg
Cefixime 2x200mg
TINJAUAN PUSTAKA

A. Anatomi testis

Testis merupakan sepasang struktur organ yang berbentuk oval dengan ukuran

4x2,5x2,5 cm dan berat kurang lebih 20 gr. Terletak di dalam scrotum dengan axis

panjang pada sumbu vertical dan biasanya testis kiri lebih rendah diabnding kanan,

Letak anatomis testis adalah caudolateral dan craniomedial. Testis diliputi oleh tunica

albuginea pada 2/3 anterior kecuali pada sisi dorsal dimana terdapat epidiymis dan

pedikel vaskuler. Sedangkan epididymis merupakan organ yang berbentuk kurva yang

terletak di sekeliling bagian dorsal dari testis. Suplai darah arteri pada testis dan

epididimis berasal dari arteri renalis.

Fungsi utama dari testis adalah memproduksi sperma dan hormone androgen

terutama testoteron. Sperma dibentuk di dalam tubulus seminiferus yang memiliki 2

jenis sel yaitu sel sertoli dan sel spermatogenik. Diantar tubulus seminiferus inilah

terdapat jaringan stroma tempat dimana sel leydig berada.


Pada perkembangannya, testis mengalami desensus dari posisi asalnya di

dekat ginjal menuju scrotum. Terdapat beberapa mekanisme yang menjelaskan

mengenai proses ini antara lain adanya tarikan gubernakulum dan tekanan

intraabdominal. Factor endocrine dan axis hypothalamus-ptuitary-testis juga berperan

dalam proses desensus testis. Antara minggu ke 12 dan 17 kehamilan, testis

mengalami migrasi transabdominal menuju lokasi di dekat cincin inguinal interna.

Jaringan ikat testis dibagi menjadi 250 lobus pada bagian anterior dan lateral

testis dibungkus oleh suatu lapisan serosa yang disebut tunica vaginalis yang

meneruskan diri menjadi lapisan parietal. Lapisan ini langsung berhubngan dengan

kulit terutam skrotum. Di sebelah posterolateral testis berhubungan dengan

epididimis, terutama pada pool atas dan bawahnya.

Peredaran darah testis memiliki keterkaitan dengan peredaran darah di ginjal

karena asal embriologi ke dua organ tersebut. Pembuluh darah arteri ke testis berasal

dari aorta yang beranastomosis di funikulus spermatikus dengan arteri dan vasa

deferensia yang merupakan cabang dari arteri iliaca interna. Aliran darah dari testis

kembali ke pleksus pampiniformis di funikulus spermatikus. Pleksus ini di annulus

inguinalis interna akan membentuk vena spermatika. Vena spermatika kanan akan

masuk ke dalam vena cava inferior sedangkan vena spermatika kiri akan masuk ke

vena renalis sinistra.

B. Definisi Orchitis

Orchitis merupakan reaksi inflamasi akut dari testis sekunder terhadap infeksi.

Sebagian besar kasus berhubungan dengan infeksi virus gondong, namun virus lain

dan bakteri dapat menyebabkan orchitis. Orkitis (inflamasi pada testis) dapat
disebabkan oleh bakteri atau akibat septicemia. Biasanya kedua testis terkena, dan

jika terjadi bilateral kemandulan sering diakibatkannya, steril tidak terjadi bila

bersifat unilateral.

C. Etiologi

Orkitis bisa disebabkan oleh sejumlah bakteri dan virus. Virus yang paling

sering menyebabkan orkitis adalah virus gondongan (mumps). Virus lainnya meliputi

Coxsackie virus, varicella, dan echovirus. Bakteri yang biasanya menyebabkan orkitis

antara lain Neisseria gonorhoeae, Chlamydia trachomatis, E. coli, Klebsiella

pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus sp., dan Streptococcus sp.

Pasien immunocompromised (memiliki respon imun yang diperlemah dengan

imunosupresif) dilaporkan terkena orkitis dengan agen penyebab Mycobacterium

avium complex, Crytococcus neoformas, Toxoplasma gondii, Haemophilus

parainfluenzae, dan Candida albicans.

D. Epidemiologi
 Kejadian orchitis diperkirakan 1 diantara 1000 laki-laki.
 4 dari 5 laki-laki prepubertal (lebih muda dari 10 tahun).
 Sebagian besar kasus berhubungan dengan epididimitis

(epidiymoorchitis), dan terjadi pada laki-laki yang aktif secara seksual lebih tua dari

15 tahun atau pada pria lebih tua dari 50 tahun dengan hipertrofi prostat jinak (BPH).
E. Faktor resiko
Instrumentasi dan pemasangan kateter merupakan factor resiko yang umum

untuk epididimis akut. Urethritis atau prostatitis juga bisa menjadi factor resiko.

Refluks urin terinfeksi dari urethra prostatic ke epidiymis melalui saluran sperma dan

vas deferens bisa dipicu melalui valsava atau pendesakan kuat.


Uretritis gonore (gonnorheae) merupakan penyakit hubungan seksual yang

disebabkan oleh kuman neiserria gonorrheae yang menyerang uretra pada laki-laki

dan endocervix pada wanita.


F. Patofisiologi
Peradangan pada testis bisa disebabkan oleh berbagai virus ataupun bakteri.

Hal ini akan menimbulkan proses inflamasi pada testis yang meliputi kalor, rubor,

dolor, tumor, dan function laesa. Orchitis paling umum disebabkan oleh infeksi

bakteri. Virus maupun trauma. Infeksi virus (mumps) bisa menginfeksi secara

hematogen, sedangkan infeksi bakteri biasanya melalui infeksi saluran kencing atau

melalui penyakit menular seksual.

G. Manifestasi klinis

Tanda dan gejala orkitis dapat berupa demam, semen mengandung darah,

keluar nanah dari penis, pembengkakan skrotum, testis yang terkena terasa berat,

membengkak, dan teraba lunak, serta nyeri ketika berkemih, buang air

besar(mengedan), melakukan hubungan seksual. Selangkangan pasien juga dapat

membengkak pada sisi testis yang terkena (Mycyk,2004). Sedangkan menurut

Lemone (2004 : 1533) manifestasi orkitis termasuk demam tinggi, peningkatan

WBCs, kemerahan skrotum secara unilateral atau bilateral, pembengkakan, dan nyeri.
H. Pemeriksaan penunjang

 Pemeriksaan urin kultur

 Urethral smear (tes penyaringan untuk klamidia dan gonorhoe)

 Pemeriksaan darah CBC (complete blood count)

 Dopller ultrasound, untuk mengetahui kondisi testis, menentukan

diagnosa dan mendeteksi adanya abses pada skrotum

 Testicular scan

 Analisa air kemih

 Pemeriksaan kimia darah

I. Penegakan Diagnosis
Anamnesis

Sebagian besar pasien dengan orchitis datang dengan keluhan nyeri dan

bengkak pada testis. Nyeri berkisar dari ketidaknyamanan ringan sampai nyeri yang

hebat. Keluhan biasanya disertai dengan demam Kelelahan / mialgia, kadang-kadang

pasien sebelumnya mengeluh gondongan, mual, sakit kepala. Keluhan tambahan

berupa nyeri dan panas saat berkemih. Kadang disertai pembesaran getah bening.

Pemeriksaan fisik
Pada inspeksi ditemukan tanda-tanda radang pada testis yaitu: testis berwarna

kemerahan, suhu raba terasa hangat, bengkak dan nyeri saat dipalpasi. Pembengkakan

KGB inguinal. Pembesaran epididimis yang terkait dengan epididymo-orchitis

Laboratorium
Pada orchitis yang disebebabkan oleh bakteri dan virus terjadi peningkatan

leukosit.
Ultrasonografi
USG dapat digunakan untuk menyingkirkan kemungkinan torsio testis.
J. Diagnosis Banding
a. Torsio Testis
Torsio testis adalah terpuntirnya funikulus spermatikus, sehingga terjadi

hambatan aliran darah ke testis, sehingga apabila 5-6 jam (golden period) tidak

mendapatkan terapi akan terjadi atrofi testis. Karena perfusi oleh vasa spermatika
interna menurun. Torsio paling sering terjadi pada usia pubertas. Torsi dimulai dari

kontraksi testis sebelah kiri, dimana testis kiri berputar berlawanan dari arah jarum

jam sehingga terjadi oedem testis dan funikulus spermatikus akibatnya terjadi

iskemia.
Gambaran klinis torsio testis, biasanya pasien mengeluh nyeri hebat di daerah

skrotum, yang sifatnya mendadak dan diikuti pembengkakan pada testis. Nyeri dapat

menjalar ke daerah inguinal.


Pada pemeriksaan fisik tampak testis membengkak, letaknya lebih tinggi dan

lebih horizontal daripada testis kontralateral. Kadang-kadang pada torsio yang baru

aja terjadi. Dapat diraba adanya lilitan atau penebalan funikulus spermatikus.

Keadaan ini biasanya tidak disertai dengan demam. Pemeriksaan sedimen urine tidak

menunjukkan adanya leukosit dalam urine dan pemeriksaan darah tidak menunjukkan

tanda inflamasi. Pada torsio testis tidak didapatkan adanya aliran darah ke testis

sedangkan pada keradangan akut testis lainnya terjadi peningkatan aliran darah ke

testis.
Terapi torsi testis: (1) detorsi manual, yaitu dengan mengembalikan posisi

testis ke asalnya dengan memutar testis kea rah berlawanan dengan arah torsio,

dengan local anastesi (lidokain 1%) pada funikulus spermatikus di annulus 10-20

ccbila gagal dilakukan operasi. (2) operasi, tujuannya adalah untuk mengembalikan

testis kea rah yang benar. Bila testis viabeldilakukan orkidopeksi pada tunica

dartos, dilanjutkan orkidopeksi sisi kontralateral pada 3 tempat. Bila testis

nekrosisdilakukan orkidektomi disusul orkidopeksi sisi kontralateral.


b. Epididimitis
Epididimitis adalah reaksi inflamasi yang terjadi pada epididimis. Reaksi

inflamasi ini dapat terjadi secara akut atau kronis. Diduga reaksi inflamasi ini berasal

dari bakteri yang berada di dalam buli-buli, prostat atau uretra yang secara ascending

menjalar ke epididimis. Dapat pula terjadi refluks urine melalui duktus ejakulatorius
atau penyebaran bakteri secara hematogen atau langsung ke epididimis. Mikroba

penyebab infeksi pada pria dewasa muda (<35 tahun) yang tersering adalah chlamidia

trachomatis atau neisseria gonorhoika, sedangkan pada anak-anak dan orang tua yang

tersering adalah E.coli atau ureoplasma ureolitikum. Biasanya pasien datang dengan

keluhan nyeri mendadak pada daerah skrotum diikuti dengan bengkak pada kauda

hingga caput epididimis. Tidak jarang disertai demam, malese, dan nyeri dirasakan

hingga ke pinggang. Pada pemeriksaan menunjukkan pembengkakan pada

hemiskrotum dan kadang kala pada palpasi sulit memisahkan antara epididimis

dengan testis. Reaksi inflamasi dan pembengkakan dapat menjalar ke funikulus

spermatikus pada daerah inguinal. Gejala klinis epididimitis akut sulit dibedakan

dengan torsio testis. Pada epididimitis akut jika dilakukan elevasi (pengangkatan)

testis, nyeri akan berkurang; hal ini berbeda dengan torsio testis.

c. Hidrokel
Hidrokel adalah penumpukkan cairan yang berlebihan di antara lapisan

parietalis dan visceralis tunica vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berbeda

di dalam rongga itu memang ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi

dan reabsorbsi oleh system limfatik disekitarnya. Hidrokel bisa disebabkan oleh (1)

belum sempurnanya penutupan processus vaginalis atau (2) belum sempurnanya

system limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.

Keluhan utama pada hidrokel adanya benjolan yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan

fisik didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan

pada pemeriksaan penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi.


K. Penatalaksanaan

Terapi suportif; bed rest, analgetik, elevasi skrotum. Yang paling penting

adalah membedakan orchitis dengan torsio testis karena gejala klinisnya hampir

mirip. Tidak ada obat yang diindikasikan untuk pengobatan orchitis karena virus.

Terapi spesifik dengan pemberian antibiotic.


Contoh antibiotic yang dapat diberikan pada orchitis diantaranya:
1.Ceftriaxone
Sefalosporin generasi ketiga dengan spektrum luas, aktivitas gram-negatif;

efikasi lebih rendah terhadap organisme gram-positif. Menghambat pertumbuhan

bakteri dengan cara mengikat satu atau lebih penicillin-binding proteins. Dewasa IM

125-250 mg sekali, anak : 25-50 mg / kg / hari IV; tidak melebihi 125 mg / d


2. Doxycycline
Menghambat sintesis protein dan pertumbuhan bakteri dengan cara mengikat

30S dan kemungkinan 50S subunit ribosom bakteri. Digunakan dalam kombinasi

dengan ceftriaxone untuk pengobatan gonore. Dewasa cap 100 mg selama 7 hari,

Anak: 2-5 mg / kg / hari PO dalam 1-2 dosis terbagi, tidak melebihi 200 mg / hari.
3.Azitromisin
Mengobati infeksi ringan sampai sedang yang disebabkan oleh strain rentan

mikroorganisme. Diindikasikan untuk klamidia dan infeksi gonorrheal pada saluran

kelamin. Dewasa 1 g sekali untuk infeksi klamidia, 2 g sekali untuk infeksi klamidia

dan gonokokus. Anak: 10 mg / kg PO sekali, tidak melebihi 250 mg / hari


4.Trimetoprim-sulfametoksazol
Menghambat pertumbuhan bakteri dengan menghambat sintesis asam

dihydrofolic. Umumnya digunakan pada pasien > 35 tahun dengan orchitis.

Dewasa 960 mg q12h untuk 14 hari. Anak 15-20 mg / kg / hari, berdasarkan TMP, PO

tid / qid selama 14 hari


5.Ciprofloxacin
Fluorokuinolon dengan aktivitas terhadap pseudomonas, streptococci, MRSA,

S epidermidis, dan gram negatif sebagian besar organisme, namun tidak ada aktivitas
terhadap anaerob. Menghambat sintesis DNA bakteri dan akibatnya pertumbuhan

bakteri terhambat. Dewasa tab 500 mg PO selama 14 hari. Anak tidak dianjurkan

L. Komplikasi

McCance & Hueter, 2002 dalam Lemone (2004 : 1533) menyatakan bahwa

kurang lebih 30% kasus orkitis terjadi atrofi testis dengan kerusakan irreversibel

terhadap spermatogenesis. Disamping hal tersebut potensial komplikasi lainnya yaitu

abses skrotum, infark testis, fistula kulit skrotum, dan epididimitis kronik.

 Sampai dengan 60% dari testis yang terkena menunjukkan beberapa

derajat atrofi testis.

 Gangguan kesuburan dilaporkan 7-13%.

 Kemandulan jarang dalam kasus-kasus orchitis unilateral.

 Hidrokel communican atau pyocele mungkin memerlukan drainase bedah

untuk mengurangi tekanan dari tunika.

 Abscess scrotalis

 Infark testis

 Rekurensi

 Epididymitis kronis

 Impotensi tidak umum setelah epididymitis akut, walaupun kejadian

sebenarnya yang didokumentsikan tidak diketahui. Gangguan dalam kualitas sperma

biasanya hanya sementara.

 Yang lebih penting adalah azoospermia yang jauh lebih tidak umum, yang

disebabkan oleh gangguan saluran epididymal yang diamati pada laki-laki penderita
epididymitis yang tidak diobati dan yang diobati tidak tepat. Kejadian kondisi ini

masih belum diketahui.

M. Prognosis
Prognosis pada penderita orchitis secara umum adalah baik. Pada penyakit

orchitis dengan pemberian antibiotik yang tepat sebagian besar kasus orchitis bakteri

dapat sembuh tanpa komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai