Anda di halaman 1dari 5

CHAPTER I

INTRODUCTION

Hepatitis virus akut merupakan penyakit infeksi yang penyebarannya luas dalam
tubuh walaupun efek yang menyolok terjadi pada hepar. Telah ditemukan 5 kategori virus
yang menjadi agen penyebab yaitu Virus Hepatitis A (HAV), Virus Hepatitis B (HBV),
Virus Hepatitis C (HVC), Virus Hepatitis D (HDV), Virus Hepatitis E (HEV).
Walaupun kelima agen ini dapat dibedakan melalui petanda antigeniknya, tetapi
kesemuanya memberikan gambaran klinis yang mirip, yang dapat bervariasi dari keadaan
sub klinis tanpa gejala hingga keadaan infeksi akut yang total.
Bentuk hepatitis yang dikenal adalah HAV ( Hepatitis A ) dan HBV (Hepatitis B).
kedua istilah ini lebih disukai daripada istilah lama yaitu hepatitis infeksiosa dan hepatitis
serum, sebab kedua penyakit ini dapat ditularkan secara parenteral dan non parenteral.
Hepatitis virus yang tidak dapat digolongkan sebagai Hepatitita A atau B melalui
pemeriksaan serologi disebut sebagai Hepatitis non-A dan non-B (NANBH) dan saat ini
disebut Hepatitis C (Dienstag, 1990). Selanjutnya ditemukan bahwa jenis hepatitis ini ada
2 macam, yang pertama dapat ditularkan secara parenteral (Parenterally Transmitted) atau
disebut PT-NANBH dan yang kedua dapat ditularkan secara enteral (Enterically
Transmitted) disebut ET-NANBH (Bradley, 1990; Centers for Disease Control, 1990).
Tata nama terbaru menyebutkan PT-NANBH sebagai Hepatitis C dan ET-NANBH
sebagai Hepatitia E (Bradley,1990; Purcell, 1990).
Virus delta atau virus Hepatitis D (HDV) merupakan suatu partikel virus yang
menyebabkan infeksi hanya bila sebelumnya telah ada infeksi Hepatitis B, HDV dapat
timbul sebagai infeksi pada seseorang pembawa HBV.
Hepatitis menjadi masalah kesehatan masyarakat yang penting tidak hanya di
Amerika tetapi juga diseluruh Dunia. Penyakit ini menduduki peringkat ketiga diantara
semua penyakit menular yang dapat dilaporkan di Amerika Serikat (hanya dibawah
penyakit kelamin dan cacar air dan merupakan penyakit epidemi di kebanyakan negara-
negara dunia ketiga. Sekitar 60.000 kasus telah dilaporkan ke Center for Disease Control
di Amerika Serikat setiap tahun, tetapi jumlah yang sebenarnya dari penyakit ini diduga
beberapa kali lebih banyak. Walaupun mortalitas akibat hepatitis virus ini rendah, tetapi
penyakit ini sering dikaitkan dengan angka morbiditas dan kerugian ekonomi yang besar.
CHAPTER II

METHODS
Penatalaksanaan Medis
Tidak ada terapi spesifik untuk hepatitis virus. Aktivitas fisik biasanya perlu
dibatasi hingga gejala-gejala mereda dan tes fungsi hati kembali normal. Pengobatan yang
dilakukan terutama bersifat dukungan dan mencakup istirahat, hidrasi, dan asupan
makanan yang adekuat. Hospitalisasi diindikasikan bila terdapat muntah, dehidrasi, faktor
pembekuan abnormal, atau tanda-tanda gagal hati, yang membahayakan (gelisah,
perubahan kepribadian, letargi, penurunan tingkat kesadaran, dan perdarahan). Terapi IV,
studi laboratorium yang berulangkali, dan pemeriksaan fisik terhadap perkembangan
penyakit adalah tujuan utama penatalaksanaan di rumah sakit.
1. Berikut ini adalah obat-obat yang dapta digunakan :
Globulin imun (Ig) – digunakan sebagai profilaksis sebelum dan sesudah terpajan
hepatitis A (diberikan dalam waktu 2 minggu setelah pemajanan).
2. HBIG – diberikan sebagai profilaksis setelah pemajanan (tidak divaksinasi : diberikan
per IM dan mulai dengan vaksin HB. Divaksinasi : diberikan per IM ditambah dosis
booster. Perinatal : 0,5 ml per IM dalam 12 jam setelah kelahiran).
3. Vaksin Hepatitis B (Hevtavax B) – digunakan untuk mencegah munculnya hepatitis B
(Perinatal : diberikan per IM dalam 12 jam setelah kelahiran, diulangi pada usia 1 dan
6 bulan. Anak-anak yang berusia kurang dari 10 tahun. Tiga dosis IM (paha
anterolateral / deltoid), dua dosis pertama diberikan berselang 1 bulan, dan booster
diberikan 6 bulan setelah dosis pertama. Anak-anak yang berusia lebih dari 10 tahun.
Diberikan tiga dosis ke dalam otot deltoid. Perhatikan bahwa anak yang menjalankan
hemodialisis jangka panjang dan anak dengan sindrom Down harus divaksinasi secara
rutin karena tingginya resiko memperoleh infeksi Hepatitis B ini.

Diet untuk Pasien Hepatitis


Beberapa pantangan yang harus dihindari antara lain :
 Semua makanan yang mengandung lemak tinggi seperti daging kambing dan babi,
jerohan, otak, es krim, susu full cream, keju, mentega/ margarine, minyak serta
makanan bersantan seperti gulai, kare, atau gudeg.
 Makanan kaleng seperti sarden dan korned.
 Kue atau camilan berlemak, seperti kue tart, gorengan, fast food.
 Bahan makanan yang menimbulkan gas, seperti ubi, kacang merah, kool, sawi, lobak,
mentimun, durian, nangka.
 Bumbu yang merangsang, seperti cabe, bawang, merica, cuka, jahe.
 Minuman yang mengandung alkohol dan soda.
Sedangkan bahan makanan yang baik dikonsumsi penderita hepatitis :
 Sumber hidrat arang seperti nasi, havermout, roti putih, umbi-umbian.
 Sumber protein antara lain telur, ikan, daging, ayam, tempe, tahu, kacang hijau,
sayuran dan buah-buahan yang tidak menimbulkan gas.
 Makanan yang mengandung hidrat arang tinggi dan mudah dicerna seperti gula-gula,
sari buah, selai, sirup, manisan, dan madu.

RESULT
1. Menunjukkan peningkatan berat badan mencapai tujuan dengan nilai laboratorium
normal dan bebas dari tanda-tanda mal nutrisi.
2. Menunjukkan tanda-tanda nyeri fisik dan perilaku dalam nyeri (tidak meringis
kesakitan, menangis intensitas dan lokasinya).
3. Tidak terjadi peningkatan suhu.
4. Tidak terjadi keletihan.
5. Jaringan kulit utuh, penurunan pruritus.
6. Pola nafas adekuat.
7. Tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi.

DISCUSSION

Hati adalah organ intestinal terbesar dengan berat antara 1,2-1,8 kg atau lebih
25% berat badan orang dewasa dan merupakan pusat metabolisme tubuh dengan fungsi
sangat kompleks yang menempati sebagian besar kuadran kanan atas abdomen. Batas
atas hati berada sejajar dengan ruangan interkostal V kanan dan batas bawah menyerong
ke atas dari iga IX kanan ke iga VIII kiri. Permukaan posterior hati berbentuk cekung
dan terdapat celah transversal sepanjang 5 cm dari sistem porta hepatis. Omentum minor
terdapat mulai dari sistem porta yang mengandung arteri hepatica, vena porta dan duktus
koledokus. Sistem porta terletak di depan vena kava dan dibalik kandung empedu.
Permukaan anterior yang cembung dibagi menjadi 2 lobus oleh adanya perlekatan
ligamentum falsiform yaitu lobus kiri dan lobus kanan yang berukuran kira-kira 2 kali
lobus kiri. Hati terbagi 8 segmen dengan fungsi yang berbeda. Pada dasarnya, garis
cantlie yang terdapat mulai dari vena cava sampai kandung empedu telah membagi hati
menjadi 2 lobus fungsional, dan dengan adanya daerah dengan vaskularisasi relatif
sedikit, kadang-kadang dijadikan batas reseksi. Secara mikroskopis didalam hati manusia
terdapat 50.000-100.000 lobuli, setiap lobulus berbentuk heksagonal yang terdiri atas sel
hati berbentuk kubus yang tersusun radialmengelilingi vena sentralis.
Hati adalah organ terbesar dan terpenting di dalam tubuh. Organ ini penting untuk
sekresi empedu, namun juga memiliki fungi lain antara lain :
1. Metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein setelah penyerapan dari saluran
pencernaan.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa asing
lainya.
3. Sintesis berbagai macam protein plasma mencakup untuk pembekuan darah dan
untuk mengangkut hormon tiroid, steroid, dan kolesterol.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati dan ginjal
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang sudah rusak
7. Ekskresi kolesterol dan bilirubin.

CHAPTER III
CONCLUSION

Hepatitis merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus menyebakan


peradangan pada hati. Hepatitis selain disebakan oleh virus disebabkan juga alcohol dan
juga obat-obatan dan bahan-bahan kimia. Hepatitis pada anak-anak sebagian besar
disebabkan oleh bahan-bahan kimia yang terkandung dalam snack. Selain itu juga anak-
anak kurang memperhatikan akan kebersihan sehingga memudahkan virus untuk masuk
ke dalam tubuh.
REFERENCES

Carpenito Lynda Jual, 1999, Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, EGC,
Jakarta.
Gallo, Hudak, 1995, Keperawatan Kritis, EGC, Jakarta.
Hadim Sujono, 1999, Gastroenterologi, Alumni Bandung.
Moectyi, Sjahmien, 1997, Pengaturan Makanan dan Diit untuk Pertumbuhan Penyakit,
Gramedia Pustaka Utama Jakarta.
Price, Sylvia Anderson, Wilson, Lorraine Mc Carty, 1995, Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.
Smeltzer, suzanna C, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner dan Suddart. Alih
bahasa Agung Waluyo, Edisi 8, jakarta, EGC, 2001.
Susan, Martyn Tucker et al, Standar Perawatan Pasien, jakarta, EGC, 1998.
Reeves, Charlene, et al,Keperawatan Medikal Bedah, Alih bahasa Joko Setiyono, Edisi I,
jakarta, Salemba Medika.
Sjaifoellah Noer,H.M, 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, jilid I, edisi ketiga, Balai
Penerbit FKUI, jakarta.\

Anda mungkin juga menyukai