Anda di halaman 1dari 9

KONSEP MEDIS

TRAUMA CAPITIS

1. DEFINISI
Trauma capitis adalah bentuk trauma yan dapat mengubah kemampuan otak dalam
menghasilkan keseimbangan aktitas fisik, intelektual, emosi, social atau sebagai gangguan
traumatik yang dapa menimbulkan perubahan pada fungsi otak. (Black, 1997) cedera
kepala adalah trauma yangmengenai daerah kulit kepala,tulang tenggkorak, atau otak yang
terjadi akibat injury baik secara langsung maupn tiak langsung pada kelapa. (Suriadi, 2003)
cedera kepala adalah cedera yang meimbulkan kerusakan atau perlukaan pada kulit kepala,
tulang tenggkorak, dan jaringan otak yang disertai atautana disertai perdarahan. (Lukman,
1993) Cedera kepala yaitu adanya deformasi berupa penyimpangan bentuk atau
penyimpangan garis pada tulang tenggkorak, percepatandan perlambatan (accelerasi-
decelerasi) yang merupakan perubahan bentuk. Dipengaruhi oleh perubahan peningkatan
pada percepaan factor dan penurunan kecepatan,serta notasi yaitu pergerakan pada kepala
dirasakan juga oleh otak sebagai akibat perputaran pada tindakan pencengahan.

2. ETIOLOGI
Penyebab yang tersering adalah kecelakaan lalu lintas dan terjatuh. Seiring dengan
kemajuan teknologi, frekuensi cedera kepala cenderung meningkat. Cedera kepala
melibatkan kelompok usia produktif yanitu antara 15-44 tahun dengan usia rata-rata 30
tahun lebih di dominasi oleh kaum laki-laki

Cedera kepala dapat disebabkan oleh dua hal antara lain:


1. Benda tajam, dapat menyebabkan cedera setempat
2. Benda tumpul, dapat menyebabkan cedera seluruh kerusakan terjadi ketika energi/
kekuatan diteruskan kepada otak

Kerusakan jaringan otak kerena benda tumpul tergantung pada :

1. Lokasi
2. Kekuatan
3. Fraktur infeksi/ kompresi
4. Delarasi dan deselarasi

Mekanisme ceder kepala

1. Akselerasi, ketika benda yang sedang bergerak membentur kepala yang diam. Contoh
: akibat pukulan lemparan
2. Deseslarasi. Contoh : kepala membentur aspal
3. Deformitas. Dihubungkan dengan perubahan bentuk atau gangguan integritas bagan
tubuh yang dipengaruhi oleh kekuatan pada tenggkorak

3. PATOFISIOLOGI
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan oksigen dan glukosa dapat
terpenuhi. Energy yang dihasilkan di dalam sel-sel saraf hamper seluruhnya melalui proses
oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak
walaupun sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
aksigen sebagai bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena
akan menimbulkan koma, kebutuhan glukosa sebanyak 25% dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala-
gejala permulssn disfungsi celebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha memenuhi kebutuhan oksigen
melalui proses metabolic an aerob yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada
kontusio berat, hipoksia atau kerusakan otak akan terjadi penimpunan asam laktat akibat
metabolisme an aerob. Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal celebral blood flow (CBF) adalah 50-60 ml/menit/100 gr
jaringan otak, yang merupakan 15% dari cardiac output.
Trauma kepala menyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup aktivitas
atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem paru. Perubahan otonom pada
fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P dan distritmia, fibrilasi atrium dan
ventrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan vaskuler, dimana
penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembulu darah arteiol akan berkontraksi.
Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh darah arteri dan arteriol
otak tidak begitu besar.

4. MEKANISME KLINIS
Tanda dan gejala cedera kepala dapat dikelompokkan dalam 3 kategori utama (Hoffman,
dkk, 1996)
1. Tanda dan gejala fisik/ somatik : nyeri kepala, dizziness, nausea, vomitus
2. Tanda dan gejala kognitif : gangguan memori, gangguan perhatian dan berfikir
kompleks
3. Tanda dan gejala emosional/ kepribadiaan : kecemasan, iritabilitas

Gambaran klinis secara umum pada trauma kepala kapitis :

 Pada kontusio segera terjadi kehilangan kesadaran


 Pola pernafasan secara progresif menjadi abnormal
 Respon pupil mungkin lenyap
 Nyeri kepala dapat muncul segera/ bertahap seiring dengn peningkatan TIK
 Dapat timbul mual- muntah akibat peningkatan tekanan intrakranial
 Perubahan perilaku kognitif dan perubahan fisik pada berbicara dan gerakan motorik
dapat timbul segera atau secara lambat.

5. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. CT Scan (tanpa/dengan kontras)
Mengidentifikasi adanya sol, hemoragik, menentukan ukuran ventikuler, pergeseran
jaringan otak
2. MRI
Sama dengan CT Scan dengan atau tanpa kontras
3. Angiografi
Menunjukan kelainan sirkulasi serebral, seperti pergeseran jaringan otak akibat edema,
perdarahan dan trauma
4. EEG
Untuk memperlihatkan keberadaan atau berkembangnya gelombang patologis
5. Sinar X
Mendeteksi adanya perubahan struktur tulang (faktur), pergeseran struktur dari garis
tengah (karena perdarahan, edema), aanay fragmen tulang
6. BAER ( Brain Auditory Evoked Respon)
Menentukan fungsi korteks dan batang otak
7. PET (Positron Emmision Tomography)
Menunjukan perubahan aktivitas metabolisme pada otak
8. Fungsi lumbal, CCS
Dapat menduga kemungkinan adanya perdarahan subarachnoid
9. GDA (Gas Darah Artery)
Mengetahui adanya masalah ventilasi atau oksigenasi yang akan dapat meningkatan TIK
10. Kimia / elektrolit darah
Mengetahui keridak seimbangan yang berperan dalam penningkatan TIK/ perubahan
mental
11. Pemeriksaan toksikologi
Mendeteksi obat yang mungkin bertanggung jawab terhadap penurunan kesadaran
12. Kadar antikonvulsan darah
Dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat terapi yang cukup efektif untuk mengatasi
kejang.
Menurut (Doenges, 1999)
6. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medik cedera kepala yang utama adalah mencengah terjadinya cedera otak
sekunder. Cedera otak sekunder disebabkan oleh factor sistemik seperti hipotesis atau
hipoksia atau oleh karena kompresi jaringan otak (Turner, 2000). Pengatasan nyeri yang
adekuat juga direkomendasikan pada penderita cedera kepala (Turner, 2000).

Penatalaksanaan umum adalah sebagai berikut:


 A = Airway (Jalan nafas)
Bebaskan jalan nafas dengan memeriksa mulut dan mengeluarkan darah, gigi yang
patah, muntahan, dsb. Bila perlu dilakukan intubasi (waspadai kemungkinan adanya
fraktur tulang leher)
 B = Breathing (Pernafasan)
Pastikan pernapasan adekuat perhatikan frekuensi, pola nfas dan pernafasan dada
kanan dan kiri (simetris). Bila ada gangguan pernafasan, cari penyebab apakah
terdapat gangguan pada sentral (otak dan batang otak) atau perifer (otot pernafasan
atau paru-paru). Bila perlu, berikan oksigen sesuai dengan kebutuhan dengan target
saturasi O2>92%.
 C = Circulation (Sirkulasi)
Pertahankan tenakan darah sistolik K > 90 mmHg. Pasang sulur intarvena . berikan
cairan intravena drip NaCl 0,9% atau Ringer laktat. Hindari cairan hipotonus. Bila
perlu berikan vasopresor dan inotropic.
 D = Disability (yaitu untuk mengetahui laterisasi dan kondisi umum dengan
pemeriksaan cepat status umum neurologi) TTV, GCS, pupil, pemeriksaan
neurologis cepat, luka-luka anamnesa.

7. KOMPLIKASI
1. Kebocoran Cairan Serebrospinalis
2. Kejang
3. Diabetes Insipidus
4. Infeksi
5. Edema Pulmonal
6. Peningkatan TIK (Tekanan Intrakranial)
8. PATHWAY

Cedera Kepala
TIK - oedem
Respon biologi Hypoxemia
Kelainan
metabolisme
Cidera otak primer Cidera otak sekunder
Kontusio
Celebri
Kerusakan cel otak

Gangguan autorelasi Rangsangan simpatis Stress

Aliran darah keotak Tahanan vaskuler Katekolamin


Sistemik & TD Kekresi asam lambung

O2 gangguan metabolisme Tek. Pembuluh darah Mual, muntah


Pulmunal

Asam laktat tek. Hidrostatistik Asupan nutrisi kurang

Oedem otak kebocoran cairan kapiler

Gangguan perfusi jaringan Oedema paru cardiac output


Celebral
Difusi O2 terhambat organ perfusi jaringan

Gangguan pola nafas hipoksemia, hiperkapnea


ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
Nama : A.R
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Pengelompokan Data

DS DO

 Klien mengeluh pusing  Klien nampak ada memar di


 Klien mengeluh nyeri kepala bawah mata
(Headache)  Pemeriksaan fisik
 Klien mengeluh muntah - TTV : 130/80 mmHg
 Klien mengeluh berat saat - RR : 24 x/ menit
bernafas - N : 96 x/ menit
- S : 36,5 ˚c

3. Analisa Data

Analisa Data Masalah Keperawatan


Ds :
 Klien mengeluh berat saat bernafas
 Klien mengeluh nyeri kepala
(Headache)
Ketidakefektifan pola nafas b/d gangguan
Do : neurologis 00032
 Pemeriksaan fisik
- TTV : 130/80 mmHg
- RR : 24 x/ menit
- N : 96 x/ menit
- S : 36,5 ˚c
Ds:
 Klien mengeluh pusing
 Klien mengeluh muntah
Do :
 Pemeriksaan fisik Kekurangan volume cairan b/d
- TTV : 130/80 mmHg kehilangan cairan aktif 00027
- RR : 24 x/ menit
- N : 96 x/ menit
- S : 36,5 ˚c
Ds :
 Klien mengeluh pusing
 Klien mengeluh nyeri kapala
(Headache)
 Klien mengeluh berat saat
bernafas
Do : Risiko jatuh 00015

 Klien nampak ada memar di


bawah mata
 Pemeriksaan fisik
- TTV : 130/80 mmHg
- RR : 24 x/ menit
- N : 96 x/ menit
- S : 36,5 ˚c

Anda mungkin juga menyukai