Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

TBC merupakan suatu infeksi pada paru-paru yang merupakan suatu penyakit
yang harus diperhatikan. Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi
di dunia setelah china dan india. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China,
Indonesia, dan india adalah 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus. Perkiraan
kejadian BTA di sputum yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998.
Berdasarkan survey kesehatan rumah tangga di 1985 dan survey kesehatan nasional
2001, TB menempati ranking nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di
Indonesia. Prevalensi nasional terakhir TB paru diperkirakan 0,24%. Sampai
sekarang angka kejadian TB di Indonesia relative terlepas dari angka pandemic
infeksi HIV Karena masih rendahnya infeksi HIV di Indonesia. Suatu survey
mengenai TB yang dilaksanakan di 15 provinsi Indonesia tahun 1979-1982 pada tabel
1 (Amin et al, 2009).

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Tuberculosis paru (TB) merupakan suatu penyakit infeksi kronik yang


disebabkan oleh trinfeksi bakteri mycobacterium tuberculosis. Infeksi pada penyakit
ini telah lama dikenal manusia faktor-faktor yang menjadi penyebab dari infeksi
bakteri ini adalah pada daerah urban, dan juga lingkungan yang padat penduduk
(Amin et al, 2009).

2.2 Epidemiologi

Indonesia adalah negeri dengan prevalensi TB ke-3 tertinggi di dunia setelah


china dan india. Pada tahun 1998 diperkirakan TB di China, Indonesia, dan india
adalah 1.828.000, 1.414.000, dan 591.000 kasus. Perkiraan kejadian BTA di sputum
yang positif di Indonesia adalah 266.000 tahun 1998. Berdasarkan survey kesehatan
rumah tangga di 1985 dan survey kesehatan nasional 2001, TB menempati ranking
nomor 3 sebagai penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Prevalensi nasional
terakhir TB paru diperkirakan 0,24%. Sampai sekarang angka kejadian TB di
Indonesia relative terlepas dari angka pandemic infeksi HIV Karena masih rendahnya
infeksi HIV di Indonesia. Suatu survey mengenai TB yang dilaksanakan di 15
provinsi Indonesia tahun 1979-1982 pada tabel 1 (Amin et al, 2009).

2
Prevalensi TB diantara Tahun 1979-1982 di 15 Provinsi di
Indonesia

Jumlah Prevalensi
Tahun penduduk positif
Provinsi
Survey th 1982 Hapusan BTA
(juta) sputum (%)

1979 Jawa Tengah 26.2 0.13

1980 Bali 2.5 0.08


2.3 Etiology
1980 DKI Jakarta 7.0 0.16
Penyebab
1980 DI Yogyakarta 2.8 0.31
palig sering pada
1980 Jawa Timur 30.0 0.34
tuberculosis paru
1980 Sumatera Utara 8.8 0.53 ini adalah
1980 Sulawesi Selatan 6.2 0.45 mycobacterium

1980 Sumatera Selatan 4.9 0.42 tuberculosis,


yang merupakan
1980 Jawa Barat 28.9 0.31
bakteri aerob.
1980 Kalimantan Barat 2.6 0.14
Bakteri ini
1980 Sumatera Barat 3.5 0.38
disebut basil
1981 Aceh 2.7 0.15 tahan asam
1981 Kalimantan Timur 1.3 0.52 karena dapat

1981 Sulawesi Utara 2.2 0.30 melawan dari


sifat asam
1982 Nusa Tenggara Timur 2.8 0.74
alcohol
(Hercheline, 2016).

3
2.4 Cara Penularan

Lingkungan hidup yang sangat padat pada daerah perkotaan kemungkinan


besar telah mempermudah proses penularan dan berperan sekali dalam peningkatan
jumlah kasus TB di Indonesia. Proses penularan TB ini biasanya melalui inhalasi.
Penularan penyakit ini sebagian besar melaluo inhalasi basil yang mengandung
droplet nuclei, khususnya yang didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdarah
atau berdahak yang mengandung BTA (Basil Tahan Asam) (Amin et al, 2009).

Penyebab TB adalah mycobacterium tuberculosis, sejenis kuman berbentuk


batang dengan ukuran panjang 1-4/um dan tebal 0.3-0.6/um. Sebagian besar dinding
kuman terdiri atas asam lemak, kemudian peptidoglikan dan arabinomannan. Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan dari asam sehingga disebut sebagai basil
tahan asam dan juga akan lebih tahan terhadap gangguan kimia dan fisis. Kuman
dapat hidup bertahun-tahun hidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
(lemari es). Hal ini terjadi Karena kuman berada dalam sifat dormant. Dari sifat
doemant inilah kuman dapat hidup kembali dan menjadi aktif kembali.

Sifat kuman ini adalah aerob, sifat ini menunjukan bahwa kuman dapat hidup
pada keadaan oksigen yang tinggi. Dalam hal ini tekanan oksigen pada bagian apical

4
paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga apekas paru merupakan predileksi dari
penyakit TB (Amin et al, 2009).

2.5 Patofisiologi dan Patogenesis

Pada TB ini biasanya ditularkan melalui inhalasi maupun droplet dalam udara
sekitar kita. Partikel infeksi ini akan menetap dalam udara bebas 1-2 jam, tergantung
pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi buruk, dan juga faktor kelembaban .
dalam suasana lembab dan gelap kuman dapat hidup berjam-jam bahkan hari. Apabila
partikel masuk maka bakteri aka menempel pada parenkim paru biasanya di apeks
paru Karena dissana merupakan predileksi dari mycobacterium tuberculosis. Partikel
ini akan masuk ke alveolar apabila memiliki ukuran <5 mikrometer. Pertama kali
bakteri akan dilawan oleh neutrophil, kemudian baru dibersihkan oleh makrofag.
Apabila bakteri tidak mampu dibersihkan oleh makrofag maka bakteri akan menetap
pada parenkim paru dan akan berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Apabila
bakteri ini telah bersarang, maka dapat masuk ke saluran gastrointestinal, saluran
limfe, orofaring, dan kulit sehingga bisa menjadi limfadenopati regional dan akan
masuk ke vana akan menjalar ke organ seluruh tubuh yaitu otak, ginjal, dan tulang.
Apabila masuk ke arteri pulmonalis maka bisa menyebabkan TB milier (Amin et al,
2009).

5
2.6 Klasifikasi Tuberkulosis

Klasifikasi tuberkulosis dibagia atas beberapa klasifikasi dantaranya adalah

 Klasifikasi berdasarkan patologis


- Tuberkulosis primer (childhood tuberkulosis)
- Tuberkulosis post-primer (adult tuberculosis)
 Klasifikasi berdasarkan radiologis tuberkulosis paru (Koch Pulmonum) aktif,
non aktif dan quiescent (bentuk aktif yang mulai menyembuh).
 Klasifikasi berdasarkan radiologis (luas lesi)
- Tuberkulosis minimal. terdapat sebagian kecil infiltrate non-kavitas pada
satu paru maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus
paru.
- Moderately advanced tuberculosis. Ada kavitas dengan diameter tidak
lebih 4 cm. jumlah infiltrat bayangan halus tidak lebih dari satu bagian
paru. Bila bayangannya kasar kasar tidak lebih dari sepertiga bagian satu
paru.
- Far advanced tuberculosis. Terdapat infiltrate dan kavitas yang melebihi
keadaan pada moderately advanced tuberkulosis.

6
Pada tahun 1974 American thoracic society memberukan klasifikasu baru
yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat.

 Kategori 0 : tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat kontak


negative, tes tuberculin negative.
 Kategori I : terpajan tuberkulosis, tetapi tidak terbukti ada infeksi. Disini
riwayat kontak positif, tes tuberculin negative.
 Kategori II : terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes tuberculin
positif, radiologis dan sputum negative
 Kategori III : terinfeksi tuberkulosis dan sakit

2.7 Manifestasi Klinis

Keluhan-keluhan yang banyak didapatkan pada pasien TB antara lain :

Demam. Biasanya demam yang didaptkan adalah subfebris menyerupai demam pada
influenza, tetapi tidak menutup kemungkinan demam bisa mencapai 40-41 celcius.
Serangan demam pertama dapat sembuh, kemudian demam dapat kambuh lagi.
Biasanya pasien tidak pernah lepas dari serangn influenza pada kasus ini. Keadaan ini
diperngaruhi oleh daya tahan tubuh serta berat dan ringannya infeksi yang didapat
pasien.

Batuk/batuk darah. Gejala ini banyak ditemukan. Batuk yang terjadi Karena adanya
iritasi dari bronkus. Batuk ini diperlukan untuk mengeluarkan hasil dari peradangan
tersebut. Batuk didapatkan apabila bakteri telah bekembang baehari-hari bahkan
berminggu-minggu. Biasanya batuk dimulai dengan batuk tidak berdahak kemudian
lama-kelamaan akan menjadi batuk yang berdahak. Batuk darah terjadi Karena
adanya batuk yang terus-menerus yang akan menyebabkan iritasi atau cedera pada
vascular.

7
Sesak nafas. Pada serangan awal ataupun baru terinfeksi biasanya sesak nafas belum
terjadi, sesak nafas terjadi apabila infeksi telah lama dan juga disebabkan Karena
infiltrasi telah menyebar keparu yang akan menyebabkan sesak nafas.

Nyeri dada. Gejala ini jarang ditemukan pada penderita TB. Nyeri yang dirasakan
biasanya disebabkan Karena infiltrasi sudah mencapai pleura sehingga menjadi
pleuritis yang menyebabkan nyeri pada dada.

Malaise. Penyakit tuberkulosis ini merupakan infeksi menahun, biasanya ditemukan


gejala malaise seperti anoreksia, penurunan berat badan, nyeri otot, berkeringat
dimalam hari, dll. Gejala ini biasanya akan semakin berat dan nantinya akan hilang
timbul (Amin et al, 2009).

2.8 Pemeriksaan fisik

Pada pemeriksaan fisik biasanya pasien datang tanpa menunjukan kelainan


pada fisik pasien terkecuali apabila sudah menyebabkan limfadenitis. Pemeriksaan
fisi yang dilakukan biasanya dilakukan pemeriksaan vital sign terlebih dahulu yaitu
untuk melihat suhu pasien, biasnaya subfebris, dan juga pemeriksaan berat badan dan
jangan lupa untuk menanyakan berat badan sebelumnya. Tempat kelainan lesi TB
paling sering dijumpai adalah pada apeks paru.

Inspeksi : malaise

Perkusi : perkusi redup pada salah satu paru

Auskultasi : rhonki basah, kasar, dan nyaring

2.9 Pemeriksaan penunjang

8
Pemeriksaan TB tidak bisa hanya ditegakkan dengan pemeriksaan fisik saja
tetapi perlu dilakukan pemeriksaan penunjang diantaranya adalah :

 PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan yang dianjurkan untuk menegakkan diagnosis TB salah satunya
adalah pemeriksaan radiologis yaitu pemeriksaan dengan menggunakan
rontgen pada paru. Hasil yang didapatkan pada suspek TB biasanya adalah
terdapat kavitas atau berbentuk awan apda salah satu lobus paru, biasanya
terdapat kavitas pada apeks paru atau lobus inferior. Apabila pada TB milier
biasanya terdapat infiltrate menyebar luas hampir pada semua lapang paru
kanan/kiri.

 PEMERIKSAAN LABORATORIUM

- Darah
Pemeriksaan darah sangat penting untuk menentukan infksi dari
tuberkulosis pada pasien tersebut, pada saat terjadi infeksi maka leucosit
akan meningkat dari kadar normal dalam tubuh,sedangkan laju endap
darah juga akan meningkat. Apabila infeksi telah sembuh maka leukosit,
dan laju endap darah akan kembli ke nilai normal. Hasil pemeriksaan lain
juga didapatkan seperti anemia ringan dengan gambaran normokrom dan

9
normositer, gama globulin akan meningkat, dan kadar natrium darah akan
menurun.

- Sputum
Pemeriksaan sputum merupakan pemeriksaan yang paling murah dan
sangat gampang untuk menemukan bakteri BTA. Diagnosis tuberkulosis
sudah dapat dipastikan pada pemeriksaan sputum ini tidaklah mudah
untuk medapatkan sputum pada pasien dengan batuk tidak berdahak.
Apabila pasien batuk tidak berdahak maka perlu dianjurkan minum air
putih sebanyak 2 liter dalam sehari untuk merangsang pengeluaran
sputum. Selain itu dapat juga diberikan obat-obatan seperti ekspektoran.
Pengambilan sputum digunakan metode SPS (sewaktu pagi sewaktu) yang
sangat mudah dilakukan di puskesmas atau layanan kesehatan terdekat.
Setelah itu maka dilakukan pewarnaan dengan menggunakan metode Tan
Thiam Hok yaitu :
+ pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop biasa
+ pemeriksaan sediaan langsung dengan mikroskop flourens (khusus)
+ pemriksaan dengan biakan (kultur)
+ pemeriksaan terhadap resistensi obat

- Tes tuberculin
Pemeriksaan ini masih banyak digunakan sebagai salah satu pemeriksaan
penunjang untuk menegakan tuberkulosis. Tes ini bertujuan untuk
menentukan apakah pasien pernah mengalami infeksi sebelumnya seperti

10
M. tuberculosae, M. Bovis, vaksinasi BCG, dan infeksi lainnya. Tubuh
akan mengeluarkan reaksi imunologi dengan membentuk antibody selular
pada permulaan dan akan diikuti antibody humoral yang akan menekan
antibody selular. Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pasien diberikan
dulu dari dosis yang terendah 1 atau 2 T.U apabila tidak bereaksi maka
diberikan 5 T.U dan apabila pada dosis yang ini tidak bereaksi juga maka
langsung diberikan 250 T.U ini merupakan dosis terakhir, apabila dalam
250 T.U ini tidak menimbulkan reaksi seperti indurasi ataupun kemerahan
pada bagian yang disuntikkan maka disgnosis tuberculosis pada pasien
tidak dapat ditegakkan atau suspected tuberculosis disingkirkan.
Pada pasien ditemukan. Biasanya pasien tuberculosis akan memberikan
reaksi mantoux positif tetapi tidak menutup kemungkinan untuk
mendapatkan hasil palsu. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain :
 Pasien yang baru 2-10 minggu terpajan tuberkulosis
 Alergi, penyakit sistemik berat (sarcoidosis, LE)
 Penyakit eksantematous dengan panas yang akut: morbili,
varicella, poliomyelitis
 Reaksi hipersensitivitas menurun pada penyakit limforetikular
(Hodgkin)
 Pemberian kortikosteroid yang lama, pemberian obat-obat
imunosupressan lain
 Usia tua, malnutrisi, uremia, penyakit keganasan (Amin et al,
2009).

2.10 Diagnosis

11
Diagnosis dapat ditegakkan menurut uraian dari manifestasi klinis yang
ditemukan, seperti batuk menahun atau batuk darah dalam waktu berminggu-minggu
serta demam subfebris. Selain itu dapat juga ditegakkan dengan hasil pemeriksaan
penunjang seperti kelainan fisik, adanya kavitas pada paru di rontgen serta
pemeriksaan radiologis. Menurut American Thoracic Society dan WHO 1964
menyatakan bahwa untuk menegakkan diagnosis pasti tuberkulosis cukup dengan
menemukan mycobacterium tuberkulosis pada sputum atau jaringan paru biakan
(Amin et al, 2009).

2.11 Pengobatan

Pengobatan tuberkulosis dibagi menjadi :

 TB paru (kasus baru), BTA positif atau lesi luas


Obat yang diberika : 2 RHZE / 4 RH
Alternatif : 2 RHZE / 4R3H3
Paduan ini dianjurkan untuk :
a. TB paru BTA (+) kasus baru
b. TB paru BTA (-) dengan gambaran radiologis lesi luas
c. TB diluar paru kasus berat

Pengobatan fase lanjutan, bila diperlukan dapat diberikan selama 7 bulan, dengan
paduan 2 RHZE / 7 RH, dan alternative 2 RHZE / 7 R3H3, seperti pada keadaan :

a. TB dengan lejsi luas


b. Disertai penyakit komorbid (diabetes militus, pemekaian obat
immunosupresan / kortikosteroid)
c. TB kasus berat (milier, dll)

 TB paru (kasus baru), BTA negative


Paduan obat yang diberikan : 2 RHZ / 4 RH
Alternative :2 RHZ / 4 R3H3 atau 6 RHE

12
 TB paru kasus kambuh
Pada kasus ini minimal menggunakan 4 macam OAT pada fase intensif
selama 3 bulan (bila ada hasil uji resistensi dapat diberikan obat sesuai hasil
uji resistensi). Lama pengobatan fase lanjutan 6 bulan atau lebih lama dari
pengobatan sebelumny, sehingga paduan obat yang diberikan 3 RHZE / 6 RH

 TB paru kasus gagal pengobatan


Pengobatan sebaiknya berdasarkan uji resistensi, dengan minimal
menggunakan 4-5 OAT dengan minimal 2 OAT yang masih sensitive. Dengan
lama pengobatan minimal selama 1-2 tahun. Menunggu hasil uji resistensi
dapat diberikan dahulu 2 RHZES, untuk kemudian dilanjutkan sesuai uji
resistensi
- Bila tidak ada / tidak dilakukan uji resistensi, maka alternative diberikan
paduan obat : 2 RHZES / 1 RHZE / 5H3R3E3.
- Dengan pula dipertimbangkan tindakan bedah untuk mendapatkan hasil
yang optimal
- Sebaiknya kasus gagal pengobatan diserahkan pada ahli paru (PDPI,
2006).

BAB III

ILUSTRASI KASUS

3.1 IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. S

Umur : 60 T

Agama : Islam

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Status Perkawinan : Menikah

13
Tanggal Masuk : 22 November 2017

Jenis kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Supir

Ruang : Pejuang, Abbas

Alamat : Jalan A. Rahman Saleh

No. RM : 12-69-77

3.2 ANAMNESIS (Autoanamnesis)

1. KELUHAN UTAMA

Pasien datang dengan keluhan sesak nafas sejak beberapa bulan yang lalu

2. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

 Pasien mengalami sesak nafas, sesak nafas dirasakan semenjak 6 bulan yang
lalu, sesak nafas dirsakan apabila pasien sedang beraktivitas kecil seperti
pergi ke WC. Sesak nafas juga dipicu oleh faktor-faktor lain seperti cuaca
yang dingin, emosi, dan juga pada saat stress. Untuk menghilangkan sesak
nafas biasanya pasien tidur dengan posisi kepala sedikit tinggi untuk
mengurangi sesak nafas tersebut.
 Batuk juga dirasakan oleh pasien semenjak beberapa bulan yang lalu. Batuk
yang dialami oleh pasien berdahak dengan dahak berwarna putih kehijauan
dan mudah dikeluarkan. Pada saat batuk pasien terkadang mengeluhkan nyeri
dada.
 Pasien juga terkadang merasakan nyeri dada, tetapi nyeri dada yang dialami
pasien tidak menjalar ke arah punggung dan lengan kiri. Nyeri dada yang
dialami pasien terkadang hanya pada saat batuk saja dengan nyeri seperti
tajam (pleuritic pain).

14
 Pasien tidak pernah mengalami batuk darah, dan juga riwayat batuk darah
disangkal oleh pasien dan keluarga.
 Pasien sekarang tidak merasakan demam, tetapi 3 bulan lalu pasien
merasakan demam badan panas dan juga menggigil. Demam dirasakan pada
siang hari dan juga malam hari.
 Pasien juga 2 minggu lalu merasakan penurberkeringat dimalam hari.
 Mual muntah dirasakan pasien sebelum dirawat dirumah sakit, pasien muntah
apabila ada masuk makanan kedalam perut. Riwayat muntah darah disangkal
oleh pasien dan keluarga. Pasien hanya memuntahkan apa yang dimakan saja
dan apa yang diminum.
 Pasien juga mengalami BAB kehitaman sejak 1 minggu yang lalu dengan
konsistensi tidak terlalu padat yaitu sedikit lunak, dan sekarang pasien belum
ada buang air besar.
 Pasien memiliki masalah dengan buang air kecil yaitu warna air kecil
berwarna kemerahan seperti teh, dan riwayat kencing berdarah disangkal oleh
keluarga dan pasien.
 Pasien juga mengeluhkan sakit pada bagian epigastrium semenjak beberapa
bulan yang lalu. Sakit dirasakan pada saat lambat makan.
 Pasien juga mengeluhkan bengkak pada kaki kanan dan kiri. Bengkak
dirasakan semenjak beberapa bulan yang lalu. Bengkak dirasakan semakin
berat apabila pasien banyk minum.
 Pasien mengaku mengalami penurunan berat badan semenjak 4 bulan
belakangan. Pasien selalu menimbang berat badan mulai dari 57 kg menjadi
43 kg.
 Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan sejak beberapa hari yang
lalu. Pasien hanya makan sedikit dan tidak memiliki nafsu makan.

RIWAYAT PENGOBATAN

 Pasien pernah mendapatkan pengobatan paru selama 6 bulan. Pasien


mendapatkan obat-obatan paru dari POLI PENYAKIT DALAM RSUD

15
BANGKINANG. Pasien mendapatkan obat dengan kategori 1. Pasien telah
menjalani pengobatan selama 5 bulan terhitung semenjak bulan mei 2017 dan
seharusnya selesai pada bulan November 2017, tetapi karena terdapat
masalah pada asuransi kesehatan (ASKES) JAMKESDA pasien maka pasien
tidak mendapatkan obat-obatan (OAT) lagi 3 minggu terhitung sejak
sekarang.

3. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

 Pasien memilki riwayat penyakit TBC semenjak 6 bulan lalu


 Pasien juga merupakan pasien TBC dengan putus obat sejak 2 minggu lalu
 Tidak ada riwayat darah tinggi
 Tidak ada riwayat kencing manis
 Pasien memiliki riwayat trauma pada lengan kiri
 Pasien tidak memiliki riwayat penyakit keganasan

4. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

 Keluarga pasien tidak memiliki riwayat penyakit yang sama dengan pasien.
 Tidak ada keluarga riwayat penyakit keganasan (kanker)
 Keluarga tidak memiliki riwayat penyakit darah tinggi
 Keluarga tidak memiliki riwayat kencing manis

5. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI / KEBIASAAN

 Pekerjaan : Pasien seorang supir mobil


 Kebiasaan : pasien mengaku merokok sudah sekitar 40 tahun yang lalu dan
menghabiskan sekitar 2 bungkus rokok setiap harinya
Index Brinkman = 40 X 2(12) :960 (>600) (PEROKOK BERAT)
- Pasien juga jarang berolahraga
- Pasien sering menkonsumsi sayur
- Pasien sering menkonsumsi buah-buahan
- Pasien sering menkonsumsi kopi
 Ekonomi : menengah kebawah

16
3.3 PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN UMUM
 Keadaan umum : Tampak sakit sedang
 Kesadaran : Kompos mentis
 Tekanan darah : 90/70 mmHg
 Nadi : 77 x/menit
 Pernafasan : 28 x/menit
 Suhu : 36,7 oC
 Berat badan : 43 kg
 Tinggi badan : 168 cm
 BMI : 15.4 (Underweight)

2. STATUS GENERALISATA
Kepala dan Leher :
Kulit dan wajah : Tidak sembab

Mata :
- Sklera ikterik (+/+)
- Konjungtiva anemis (-/-)
- Pupil isokor (+/+)
- Reflex cahaya (+/+)

Telinga :
- Tidak ada keluar secret dari telinga
- Tidak ada kelainan pada telinga
- Tidak ada massa pada telinga

Hidung :
- Deviasi septum nasi (-/-)
- Keluar secret berbau (-/-)

Mulut :

- Uvula berada ditengah


- Tidak terdapat hiperemis faring
- Tonsil (T1/T1)

Leher :

17
- Trachea berada medial
- Tidak ada deviasi trakea
- Tidak ada pembesaran KGB
- JVP ( 5+4 cmH2O)

Thoraks :

Paru :

Inspeksi :

- Statis : Simetris antara kanan dan kiri


- Dinamis : Pergerakan pengembangan dinding dada simetris antara kiri
dan kanan

Palpasi :

- Fremitus taktil kanan > kiri

Perkusi :

- Paru kanan : Hipersonor


- Paru kiri : Sonor

Auskultasi:
- Paru kanan : Suara nafas bronkial, WH (-), RH (+)
- Paru Kiri : Suara nafas vesikuler WH (-), RH (-)
Jantung :

Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

Palpasi : Iktus kordis teraba

Perkusi :

- Batas atas : Pada SIC II

- Batas kanan : Batas jantung kanan 2 jari dari linea parasternalis dekstra

18
- Batas kiri : SIC V pada linea axilaris anterior sinistra

Auskultasi: Bunyi jantung normal, teratur, bising (-), murmur (-), gallop (-)

Abdomen :

Inspeksi :Supel, warna kulit sama dengan disekitarnya, distensi (-), skar (-)
kuadran
Auskultasi: Bising usus (+)

Palpasi :
- Nyeri tekan titik Mc.Burney (-), nyeri lepas titik Mc.Burney (-), defans
muscular seluruh lapangan abdomen (-), massa (-) Shifting dullnes (+)
Ascites (+)
Perkusi : Timpani diseluruh lapang perut

Ekstremitas :
Atas : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak sianosis, edema (-)
Bawah : Akral hangat, CRT < 2 detik, tidak sianosis, edema (+)
3.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG :

1. LABORATORIUM HEMATOLOGI
 Hb : 13,1 g/dl 
 Ht : 35,5 % 
 Leukosit : 6.900 /mm3 
 Trombosit : 191.000 mm3 
 Eritrosit : Tidak Dilakukan cek lab 
 Gol. Darah :
 SGOT : 251 mg/dl 
 SGPT : 315 mg/dl 
 Ureum : 55 mg/dl 
 Kreatinin : 1,3 mg/dl 
 Gula Darah Sewaktu : 108 mg/dl 

19
KESAN : Suspek hepatitis (belum cek HBSAG), hiperuremia.

URINALISA
 Warna : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Reduksi Adran/puasa : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Protein : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Bilirubin : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Sel eritrosit : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Sel leukosit : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Sel epitel : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Berat jenis : Tidak dilakukan pemeriksaan
 pH : Tidak dilakukan pemeriksaan
 keton : Tidak dilakukan pemeriksaan
ELEKTROLIT/GAS DARAH
 Natrium : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Kalium : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Klorida : Tidak dilakukan pemeriksaan

RONTGEN THORAKS

INTERPRETASI
- Terdapat infiltrate pada paru kanan dan kiri
- Pembesaran jantung CTR 64%  >50%
- Terdapat fraktur pada clavicula sinistra
- Sinus costophrenicus lancip kanan dan kiri
- Diafragma kanan lebih tinggi disbanding kiri

3.5 DIAGNOSIS

20
- TB Paru
- Congestive Heart Failure FC II

3.6 PENANGANAN
Tatalaksana awal :
 IVFD
 Inj Furosemid 1 amp 10 ml /12 jam
 Inj OMZ 1 amp 40 mg /24 jam
 Proliver tablet 3 X 1 tablet
 Chana tablet 1 X 1 tablet
 Sucralfat sirup 3 X 1 sendok makan
Tatalaksana lanjutan :
 Dilakukan rawat inap
 Pemberian terapi OAT lanjutan oleh dokter spesialis
 Pemeriksaan BTA ulang
 USG abdomen
 Pemeriksaan HBSAG
CATATAN PERKEMBANGAN PENYAKIT / FOLLOW UP
Hari/Tanggal Rabu , 22 November 2017

Subjektif  Sesak nafas pada saat beraktivitas


 Penurunan nafsu makan
 Susah BAB
Objectif  Kesadaran: komposmentis
 KU: tampak sakit sedang
 TD = 90/77 mmHg
 Nadi = 77x/menit
 RR = 24x/menit
 Suhu = 36,1◦C
 BU (+) menurun 10x/menit
 Nyeri ketok ginjal (-)
Assesment  TB paru
 CHF FC II
Plan  Baring posisi semipolar
 Mobilisasi
 IVFD NaCl 0.9% 10 tpm
 Inj Furosemid 10mg 1 amp/12 jam

21
 Inj OMZ 1 ampul 40mg /24 jam
 Proliva tablet 3 X 1 tablet
 Chana tablet 1 X 1 tablet
 B6 tablet 10 mg 1 X 1 tablet
 INH 300 mg tablet 1 X 1 tablet
 Ethambutol 500 mg 1 X 1 tablet
 Sucralfat sirup 3 X 1 sendok makan
Hari/Tanggal Kamis, 23 November 2017

Subjektif  Sesak nafas pada saat beraktivitas


 Penurunan nafsu makan
 Susah BAB
Objectif  Kesadaran: komposmentif
 KU: tampak sakit sedang
 TD = 110/70 mmHg
 Nadi = 93x/menit
 RR = 26x/menit
 Suhu = 36,5◦C
 BU (+)
 Nyeri tekan epigastrium (+)
 Nyeri ketok ginjal (-)
Assesment  TB paru
 CHF FC II
Plan  Baring posisi semipolar
 Mobilisasi
 IVFD NaCl 0.9% 10 tpm
 Inj Furosemid 10mg 1 amp/12 jam
 Inj OMZ 1 ampul 40mg /24 jam
 Proliva tablet 3 X 1 tablet
 Chana tablet 1 X 1 tablet
 B6 tablet 10 mg 1 X 1 tablet
 INH 300 mg tablet 1 X 1 tablet
 Ethambutol 500 mg 1 X 1 tablet
 Sucralfat sirup 3 X 1 sendok makan
 Inj ODR 8mg dalam D5% 16 Tetes per menit

22
BAB IV

PEMBAHASAN

Pasien laki-laki berusia 60 tahun datang ke IGD RSUD BANGKINANG


dengan keluhan sesak nafas sejak beberapa bulan belakangan ini. Sesak nafas

23
dirasakan pada saat melakukan aktivitas kecil seperti pergi ke WC. Selain itu sesak
nafas pasien ini juga dipicu oleh faktor-faktor lain seperti udara dingin dipagi hari dan
juga perasaan emosi. Selain itu pasien ini juga merupakan pasien TB paru sejak 5
bulan yang lalu tetapi pasien ini putus obat atau tidak menggunakan obat TB lagi
selama 2 minggu belakangan ini dikarenakan karena alasan jaminan kesehatan. Dari
anamnesis didapatka bahwa pasien juga pernah batuk tetapi tidak batuk darah
disangkal oleh pasien dan keluarga. Berdasarkan hasil ronsen didapatkan infiltrate
pada paru kanan dan paru kiri. Selain itu pasien juga mengeluhkan susah BAB sejak 1
minggu yang lalu. Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan bunyi hipersonor
pada paru sebelah kanan dan terdapat cardiomegaly pada jantung sebelah kiri.

DAFTAR PUSTAKA

Amin. Z., Asril. B. 2009. Tuberkulosis Paru. Dalam :Sudoyo. A.W., Setiyohadi. B.,
Alwi. I., Simadibrata. M., Setiati. S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam (Jilid III

24
Edisi V). Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Diponegoro 71 Jakarta
Pusat. Pp:2230-2239.

Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2006. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis &


Penatalaksanaan di Indnesia. Available from
:klikpdpi.com/consensus/Xsip/tb.pdf [diakses tanggal 30 April 2017].

Herchline. T.E. 2016. Tuberculosis. Medscape. Available from: www.medscape.com


[diakses 30 April 2017].

25

Anda mungkin juga menyukai