WAWASAN KEBANGSAAN
“OPINI TENTANG PENGHANCURAN PENJARINGAN
JAKARTA UTARA OLEH PEMPROV DKI”
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagai seorang mahasiswi jurusan sistem informasi yang mengikuti mata kuliah
wawasan kebangsaan, saya akan mencoba memapaparkan sedikit mengenai opini serta
pandangan saya tentang tindakan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok yang
menghancurkan Pasar Ikan Penjaringan di Jakarta Utara. Wilayah Penjaringan tersebut telah
digusur pada Senin pagi, 11 April 2016 pukul 07.00 waktu setempat.
polwan berusaha mengamankan kaum ibu-ibu tersebut sebelum terjadi bentrok antar warga dan
aparat kala itu.
NI WAYAN MARIANI - 3215015
WAWASAN KEBANGSAAN – TUGAS 2
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Situs Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta bahwa Pasar Ikan yang dulunya
disebut Vishmarkt, dibangun tahun 1631 di sebelah timur sungai Ciliwung. Karena pelebaran
taman di depan benteng, pasar itu dipindahkan ke sebelah barat sungai Ciliwung tahun 1636.
Dengan demikian, Pasar Ikan yang kini terletak di Kampung Bahari, Penjaringan Jakarta
Utara, mempunyai sejarah yang sangat panjang, yang menurut saya harus dilestarikan sebagai
obyek wisata.
Sejarah yang amat panjang tentang Pasar Ikan yang sebut Belanda “Vishmarkt”, sudah
tentu warga Pasar Ikan sudah turun-temurun menempati kawasan yang amat bersejarah itu.
Maka kalau Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengatakan bahwa mereka adalah warga
yang “liar” yang menempati kawasan milik pemerintah DKI, merupakan kesalahan besar, sebab
mustahil ada pasar tanpa ada warga masyarakat.
Bisa dikatakan sebelum ada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, warga masyarakat sudah
berada dikawasan itu. Oleh karena itu, sangat bisa diterima oleh logika sehat jika masyarakat
yang menempati kawasan itu menolak keras untuk pindah dari kawasan itu.
Hanya rakyat jelata dikawasan itu tidak berdaya menghadapi kekuasaan yang didukung
oleh TNI, POLRI, Satpol PP dan lain sebagainya. Pada saat penggusuran di kawasan yang
mereka tempati, sebagian masyarakat yang bertahan, hanya bisa memasang spanduk dan berorasi
menolak penggusuran.
NI WAYAN MARIANI - 3215015
WAWASAN KEBANGSAAN – TUGAS 2
BAB III
KESIMPULAN
Sejatinya warga dikawasan itu tidak digusur, tetapi lokasi tempat mereka tinggal yang
amat bersejarah di “revitalisasi”, dibangun apartemen sederhana seperti “apartemen” yang sudah
dibangun disekitar tempat mereka tinggal.
Terasa sangat tidak adil, rakyat jelata yang sudah turun-temurun menempati kawasan itu
diratakan tempat tinggal dan tempat usaha mereka, dan mereka “digusur” dan dipindahkan di
tempat yang amat jauh yaitu di “Rumah Susun Marunda”, Jakarta Utara, dan lebih miris lagi
sebagian dipindahkan ke “Rumah Susun Rawa Bebek”, Jakarta Timur. Sebagian lain belum
memperoleh Rusun, dan harus mencari tempat berlindung.
Sementara “apartemen mewah dua tower” yang dibangun tidak jauh dari kawasan mereka
tinggal, tetap berdiri kokoh dan menjadi saksi sejarah ketidakadilan dalam penggusuran. Mulai
hari ini, mereka yang digusur, memulai hidup baru yang pasti lebih susah dari sebelum mereka
digusur.
Pertama, mereka tercerabut dari akar budaya, sebagai nelayan dan pedagang kecil yang
sejak kecil tinggal di kawasan Pasar Ikan. Mereka harus beradaptasi tinggal di rumah susun, dan
setiap bulan harus membayar seway yang tidak pernah mereka lakukan sejak lahir.
Kedua, kehilangan lapangan pekerjaan. Mereka menganggur setelah digusur, dan entah
siapa yang bisa menolong mereka untuk mendapat tempat berusaha sebagai sarana untuk
mendapat uang. Padahal setiap hari harus makan dan menghidupi keluarga, sementara sewaktu
digusur tidak mendapat uang kerohiman, ganti rugi apalagi ganti untung, sehingga tidak ada
uang untuk menghidupi keluarga selama masa transisi pasca penggusuran.
Ketiga, kehilangan mata pencaharian utama sebagai nelayan. Mereka mau melaut, tetapi
tempat tinggal mereka cukup jauh dari tempat kapal atau perahu mereka bersandar, sehingga
NI WAYAN MARIANI - 3215015
WAWASAN KEBANGSAAN – TUGAS 2
memerlukan biaya transportasi. Belum lagi mereka memikirkan, keselamatan perahu atau kapal
mereka, karena ketika mereka pindah tempat tinggal, siapa akan menjaga keselamatan kapal atau
perahu mereka.
Dengan demikian, penggusuran yang dilakukan hari ini dan berbagai penggusuran
lainnya yang dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, kerugiannya bagi rakyat jelata jauh
lebih besar, ketimbang manfaatnya.