Secara definitif industri bisa diartikan sebagai suatu lokasi/tempat dimana aktivitas
produksi akan diselenggarakan, sedangkan aktivitas produksi bisa dinyatakan sebagai
sekumpulan aktivitas yang diperlukan untuk mengubah satu kumpulan masukan (human
resources, materials, energy, information dan lain-lain) menjadi produk keluaran
(finished product atau service) yang memiliki nilai tambah. Proses produksi dalam sebuah
industri tidak hanya menghasilkan produk-produk nyata(benda fisik) tetapi juga
menghasilkan produk-produk tidak nyata (abstrak) seperti halnya kita jumpai dalam
industri pelayanan. Dalam bentuk diagram poses produksi untuk merubah input menjadi
output dapat digambarkan sebagai berikut :
Nilai Tambah
Material Produk
PROSES
Akhir
PRODUKSI
Informasi
Input Output
Di dalam proses produksi akan terjadi suatu proses perubahan bentuk (transformasi) dari
input yang dimasukkan baik secara phisik maupun non phisik. Disini akan terjadi
pemberian nilai tambah (value added) dari input material diolah. Penambahan nilai
tersebut bisa ditinjau ari aspek penambahan nilai fungsional maupun nilai ekonomisnya.
Proses produksi atau dikatakan sebagai proses transformasi input menjadi output tidaklah
bisa berlangsung sendirian, karena hal tersebut akan mengkibatkan proses produksi
menjadi tidak terarah dan tidak terkendali. Agar proses produksi bisa berfungsi secara
lebih efektif dan efisien, maka dalam hal ini perlu dikaitkan dengan suatu proses lain
yang akan mampu member arah, mengevaluasi performans, dan membuat penyesuaian
dengan lingkungan industri yang selalu berubah-ubah. Untuk maksud inilah diperlukan
suatu proses manajemen yang selanjutnya lebih dikenal dengan manajemen industri.
Dengan demikian maka diagram dari sistem produksi dan proses manajemen bisa
digambarkan sebagai berikut :
Kondisi Lingkungan
(Sosial, Ekonomi, Politik, dll)
Standard
Perencanaan &
Proses Manajemen Industri Performance
X
- Kuantitas
- Kualitas
- Waktu
- Biaya
Output
- Produk Akhir
Input - Jasa/Service
(Material, Manusia, Proses Produksi - Limbah
Mesin, dll) - Informasi
Secara lebih spesifik fungsi yang harus dilaksanakan oleh proses manajemen industri
akan mencakup 3 fungsi pokok yaitu berkaitan dengan fungsi pemasaran (marketing),
fungsi pendanaan (fiance) dan fungsi produksi (production). Fungsi pemasaran dalam hal
ini bertanggungjawab untuk menumbuhkan kebutuhan (demand) dari output produk yang
dihasilkan. Fungsi produksi bertanggungjawab untuk membuat dan menghasilkan produk
untuk merealisasikan kebutuhan. Sedangkan fungsi untuk pendanaan memiliki
tanggungjawab untuk menyediakan dana yang cukup dalam menunjang proses produksi
baik kebutuhan dana yang bersifat jangka pendek maupun panjang.
Pengelolaan industri tidaklah bisa hanya dijalankan berdasarkan instuisi, logika umum,
pertimbangan-pertimbangan yang lebih mengandalkan spekulasi bisnis semata, atau
modal pengalaman saja, melainkan harus diramalkan, direncanakan, diorganisir dan
dikendalikan berdasarkan analisa kuantitatif melalui perhitungan-perhitungan yang
seksama. Frederick Winslow Taylor yang merupakan pisner pengembangan ilmu Teknik
Industri memperkenalkan pendidikan manajemen ilmiah (scientific management) untuk
menyelesaikan masalah-masalah industri secara lebih pasti. Pernyataan Taylor yang
terkenal “conserving exactly what you want to do, and then seeing that they do it in the
best and cheapest way” memberi landasan filosofis baru dalam aktivitas manajemen di
kantai produksi.
Ilmu keteknikan (engineering) dan ilmu manajemen pada dasarnya memiliki filosofis
dasar yang sama. Kalau ada perbedaan maka itu hanyalah terletak pada obyek yang
dihadapi. Manusia teknik (engineer) atau manusia manajemen (manager) dalam
lingkungan yang kompleks (industri), keduanya harus mampu mengaplikasikan secara
optimal segala sumber untuk diinputkan kedalam proses produksi atau operasional yang
ada. Keduanya juga harus mempu mengidentifikasikan dan mengevaluasi
hubungan/interaksi dari komponen-komponen (sub-systems) dari sistem produksi/industri
yang ada. Ilmu keteknikan dan ilmu manajemen sedikit memiliki perbedaan dalam hal
penguasaannya terhadap sub-sistem yang dihadapi. Seorang manusia teknik lebih tertarik
pada sub-sistem material yaitu berbicara mengenai metoda atau proses pengolahan
material tersebut melalui rancangan-rancangan teknis. Ia seringkali bekerja dalam situasi
yang serba pasti dimana semua problem sudah diidentifikasi dengan jelas. Segala bentuk
ketidakpastian sudah dianalisis secara signifikan melalui informasi, baik yang diperoleh
berdasarkan ilmu yang dikembangkan melalui eksperimen atau standard-standard yang
tersedia mengenai perilaku atau sifat-sifat material yang menjadi obyek studinya.
Di lain pihak seorang manajer, ruang lingkup pengamatannya lebih ditekankan pada
pengaokasian sumber daya manusia atau sumber input lainnya. Problem yang dihadapi
cenderung bersifat tidak pasti dan tidak terdefinisikan secara jelas dibandingkan dengan
problem yang dihadapi oleh seorang engineer. Ia seringkali harus bekerja di dalam situasi
yang serba mengambang karena berhadapan dengan perilaku-perilaku manusia yang
serba sulit untuk diterka kemauannya. Demikian pula seorang manajer sering pula
dihadapkan pada kondisi-kondisi lingkungan di luar organisasi (industri) yang serba cepat
berubah, tak terkendali, sulit diramal dan sebagainya, tetapi semua itu member pengaruh
signifkan terhadap ekstensi organisasi yang diendalikannya. Perbedaan ruang lingkup
wawasan manusia teknik dan manusia manajemen tersebut dapat digambarkan sebagai
berikut :
ENGINEERING MANAGEMENT
Engineering Management
Disiplin Tekik Industri sebagai disiplin yang memiliki akr kuat pada Revolusi Industri
dua abad yang lampau baru menemukan identitas dan kematangan diri pada pertengahan
abad 20 ini. Sebagai disiplin baru, ternyata Teknik Industri telah mampu menempatkan
dirinya sejajar dengan disiplin-disiplin keteknikan lainnya guna menjawab tantangan dan
problema industri serta sistem usaha yang semakin kompleks. Pendekatan Teknik Industri
disamping mampu mengatasi masalah industri juga mampu dipraktekkan sama baiknya
guna menyelesaikan problema-problema non-industri. Pada dasarnya prinsip-prinsip dan
pendekatan Teknik Industri tepat diterapkan untuk pengambilaln keputusan dalam analisa
manajemen dengan melihat suatu problem sebagai bagian dari sistem yang integral
(konsep pendekatan sistem).
Salah satu pemanfaatan secara efektif dari disiplin Teknik Industri adalah untuk produksi
missal yang sedikit banyak masih tergantung pada SDM. Walaupun perdefinisi Teknik
Industri adalah ilmu yang mengatur sistem yang terdiri dari manusia, mesin dan material,
namun faktor sumber daya manusia justru tetap merupakan sub-sistem yang paling
menonjol. Saat sekarang ini merupakan momentum yang baik bagi pakar Teknik Industri
untuk menonjolkan peranannya dalam pembangunan industri. Seperti diketahui dunia
industri di Indonesia sekarang ini sedang menghadapi tantangan untuk meningkatkan
produktivitas efisiensi dan daya saingnya di pasaran dunia. Disiplin Teknik Industri
diharapkan mampu memberikan visi yang tajam untuk memperbaiki efisiensi dan
peningkatan produktivitas kerja, karena dalam hal ini disiplin Teknik Industri memilii
keunggulan komparatif dibandingkan dengan disipin lainnya.
BAB II
TEKNIK PRODUKSI : TINJAUAN SINGKAT TENTANG BERBAGAI MACAM
PROSES INDUSTRI
Teknik Produksi berdasarkan Production Engineering adalah salah satu disiplin yang
terkait erat dan merupakan bagian pokok dari Teknik Industri (Industrial
Engineering). Secara definisi, Teknik Produksi bisa dinyatakan sebagai “designing the
production process for a product ”. dengan demikian didalam disiplin Teknik
Produksi atau sering pula disebut sebagai Teknik Manufaktr (Manufacturing
Engineering) akan dibahas segala pertimbangan yang diperlukan dalam kaitannya
dengan proses-proses produksi. Disini akan meliputi permasalahan seperti : desain
dan pemilihan mesin (process engineering), desain peralatan-peralatan bantu (tools,
jigs dan fixures), estimasi biaya, sistem perawatan (maintenance) dan pengepakan
(packing).
Secara historis perkembangan disiplin atau profesi Teknik Industri berangkat dari
kegiatan atau proses produksi. Berangkat dari keinginan untuk bisa membuat suatu
rancangan produk tertentu, memaksa orang untuk menemukan teknik-teknik
pengerjaan maupun pengolahan material yang efektif. Kalau didalam proses
perancangan produk orang akan mempertanyakan “apa yang harus dibuat ?”; maka
dalam proses produksi pertanyaan yang pantas untuk dikemukakan adalah
“bagaimana teknik atau cara untuk membuat produk tersebut ?”.
Selanjutnya dari hasrat ingin mencari cara atau teknik untuk membuat produk yang
efektif, orang kemudian sampai pada permasalahan tentang langkah-langkah
merencanakan dan mengendalikan semua langkah produksi tersebut secara efisien.
Bertitik-tolak dari landasan inilah kemudian disiplin Teknik Industri dan Teknik &
Manajemen Industri muncul dan berkembang untuk menjawab berbagai tantangan
yang ada.
Disini ada satu hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan antara aktivitas-
aktivitas perancangan produk, pemilihan material, proses dan peralatan produksi, serta
perancangan maupun pemilihan perkakas (tools); oleh karena itu langkah-langkah ini
perlu direncanakan dan dikoordinasi dengan seksama sejak awal agar dapat diperoleh
biaya produksi yang paling ekonomis. Secara ideal seorang perancang produk
(product designer) seharusnya berkerja bersama-sama dengan seorang insinyur
produksi (production engineer) sejak awal. Hal ini dimaksudkan agar ada jaminan
bahwa suatu rancangan produk akan bisa dibuat dengan teknologi (mesin atau fasilitas
produksi lainnya)vyang tersedia pada tingkat baiaya yang minimal. Interaksi kerja
antara perancang produk dengan perancang proses produksi mutlak harus diadakan
dan hal ini dapat ditunjukkan dalam bagan sebagai berikut :
Konsep
Sketsa
Gambar Kerja
Model (Prototype)
Perencanaan dan
Pembuatan Perkakas
Penjadwalan Produksi
yang diperluksn
Pelaksanaan Kegiatan
Produksi / Manufakturing
Satu kondisi yan tidak menguntungkan yaitu sedikit sekali sarjana Teknik Industri
menguasai aspek-aspek perancangan (desain) produk dan sebaliknya sedikit pula
Perancang Produk (Produst Designer) yang mengerti seluk beluk mengenai teknologi
produksi/manufaktur. Seringkali dijumpai banyak produk dirancang sedemikian
bagusnya, tetapi secara praktis sulit untuk dibuat karena toleransi yang terlalu ketat,
bentuk-bentuk yang terlampau kompleks, dan sebagainya. Hal seperti ini bisa saja
terjadi karena sang perancang produk tersebut tidak memahami benar-benar teknologi
yang harus diaplikasikan guna membuat rancangan produknya. Keterbatasan jenis
kerja yang bisa dilaksanakan, perbedaan biaya-biaya produksi, dan sebagainya dari
satu mesin produksi lainnya harus dipahami dengan baik oleh seorang perancang
produk.
Dalam kaitannya dengan jumlah ataupun volume produksi yang dihasilkan, industri
menufakturing dapat diklasifikasikan ke dalam 3 tipe yaitu :
Job Shop Production
Batch Production
Mass Production
Klasifikasi tersebut secara normal dapat dicirikan melalui skema berikut :
Tinggi
Mass Poduction
Volume Produksi
Batch Production
Kuntitas Produksi
Laju Produksi
Spesial Tooling
Job Shops production seringkali pula disebut sebagai industri yang bekerja
berdasarkan pesanan (job order). Disini jumlah atau volume prouksi yang
dihasilkan seringkali rendah dan umumnya digunakan untuk memenuhi pesanan
yang spesifik dan oleh Karena itu disini banyak variasi pekerjaan yang harus
dilaksanakan oleh industri semacam ini. Sebagai konsekuensinya mesin ataupun
fasilitas produksi harus fleksibel dan cenderung menuju ke tipe general purpose
machine agar nanou melayani berbagai macam aktivitas produksi. Demikian
juga disini tngkat kemampuan (skill) dari operation relative harus tinggi
sehingga mereka dapat mengerjakan berbagai macam tugas yang harus
diselesaikan.
Industri kategori ini akan membuat produk dalam jumlah atau volume dengan
skala medium size. Sejumlah produk dalam hal ini bisa dibuat hanya sekali atau
bisa juga diproduksi pada interval waktu tertentu. Maksud dari batch
production seringkali untuk memuaskan kebutuhan konsumen akan suatu
produk secara continyu. Disini, pabrik memiliki kemampuan untuk
menghasilkan produk pada laju produksi dalam suatu jumlah tertentu yang
memungkinkan untuk mengadakan persediaan (investasi), dan kemudian
merubah proses produksi untuk menghasilkan macam produk yang lain.
Bilamana persediaan yang pertama habis, maka proses produksi kembali lagi
dilakukan untuk menghasilkan produk yang pertama tadi.
Mesin atau perlatan produksi yang digunakan dalam batch production masih
mengarah ke tipe general purpose machine tetapi dirancang untuk produksi
dengan laju yang tinggi. Sebagai contoh diaplikasinnya turret lathe yang kurang
produktif. Mesin perkakas yang digunakan dalam batch production juga
seringkali dikombinasikan dengan rancangan jigs dan fixtures yang khususnya
agar bisa meningkatkan laju produksi yang ada.