Anda di halaman 1dari 9

1

JAMINAN KESEHATAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL


DI INDONESIA
H. Kurniawan Arianto, SKM
NIM : 11/323232/PMU/7100, Email: arieanto_165@yahoo.com
Mahasiswa Kelas Bappenas Program Magister Administrasi Publik Universitas Gadjah Mada
________________________________________________________________________________
Berdasarkan catatan sejarah, tidak bisa dihindari kenyataannya bahwa sistem jaminan sosial
nasional bidang jaminan kesehatan di Indonesia baru mulai serius di urusi pemerintah seiring
dengan disahkannya UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional dan UU
tentang badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) yang baru saja disahkan oleh Dewan
Perwakilan Rakyat Republik Indonesia pada tanggal 28 Oktober 2011. Jaminan kesehatan sebagai
salah satu komponen sistem jaminan sosial nasional merupakan aplikasi dari penerapan sistem
jaminan sosial nasional. Tetapi hingga saat ini belum seluruh warga negara memiliki jaminan
kesehatan dalam hidupnya. Berdasarkan data dari kementerian Kesehatan tahun 2010, dari 237,5
juta jiwa penduduk Indonesia, masih tedapat 116,9 juta jiwa penduduk Indonesia (49,2%) yang
belum memiliki jaminan kesehatan (Kementerian Kesehatan RI : 2011).

Sebagai salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang, kesehatan sangat menunjang
dalam setiap aktivitas manusia. Pembangunan kesehatan dalam kehidupan berbangsa sangat besar
nilai investasinya terutama terhadap sumber daya manusia. Dengan adanya penduduk suatu bangsa
yang terjaga kesehatannya dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki sumber daya yang manusia
yang lebih optimal dalam pembangunan. Kesehatan juga merupakan salah satu indikator dalam
penentuan nilai Indeks pembangunan manusia suatu bangsa. Nilai Indeks Pembangunan Manusia
( Human Development Indeks ) tahun 2010 berada pada peringkat 108 dari 169 negara dan kembali
menurun menjadi peringkat 124 dari 183 negara di tahun 2011 versi UNDP 1. HDI adalah ukuran
keberhasilan suatu negara yang dinilai dari parameter pembangunan ekonomi, kesehatan dan
pendidikan (Bappenas ; 2011).

Rendahnya komitmen pemerintah untuk memberikan jaminan kesehatan bagi seluruh warga negara
dapat dinilai sebagai bentuk rendahnya penghargaan pemerintah akan pentingnya sektor kesehatan
sebagai salah satu elemen pendukung dalam proses pembangunan manusia Indonesia. Bila hal ini
terus diabaikan akan menimbulkan banyak masalah baru yang justru akan menguras keuangan
negara yang lebih besar lagi. Belum diaplikasikannya sistem jaminan kesehatan secara nasional
seperti yang diamanatkan dalam sistem jaminan sosial nasional membuat warga negara harus lebih
bersabar dan menunggu lebih lama lagi untuk bisa menikmati jaminan kesehatan seperti yang
dijanjikan pemerintah. Persoalan tidak hanya berhenti sampai disini saja karena sesungguhnya
menurut pasal 19 ayat 1 UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang SJSN menyebutkan bahwa jaminan
kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas.
Maksud dari kalimat ini adalah secara fundamental kewajiban negara dalam memberikan jaminan
kesehatan dialihkan menjadi kewajiban rakyat karena setiap warga negara yang menjadi peserta
jaminan sosial diharuskan membayar iuran sesuai dengan tingkat penghasilan yang mereka
dapatkan, sedangkan pemerintah hanya menanggung iuran orang miskin dan tidak mampu. Hal ini
tentu saja menjadi masalah besar yang perlu dicarikan solusi bersama untuk mengatasinya.
1
United Nation Development Programme, Lembaga Internasional yang bernaung di Bawah Perserikatan Bangsa-
Bangsa yang mengatur masalah pembangunan manusia

2011 Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Indonesia


Written By H. Kurniawan Arianto, SKM
2

Oleh karena itu, masalah jaminan kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional di Indonesia
sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut dan bagaimana praktiknya dimasa sekarang dan mendatang
serta faktor apa saja yang mempengaruhinya. Tulisan ini mencoba menjelaskan masalah tersebut
mengingat ke depan masalah kesehatan cenderung akan menjadi prioritas dimasa yang akan datang.
Setidaknya ada beberapa alasan terkait dengan pentingnya masalah jaminan kesehatan : (1) sektor
Kesehatan merupakan salah satu indikator penilaian Indeks Pembangunan Manusia atau HDI
( Human Development Indeks ) ; (2) semakin bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang ikut
berkontribusi pada semakin meningkatnya dana yang diperlukan dalam pembiayaan sektor
kesehatan dalam pembangunan ; (3) adanya tuntutan demokratisasi dan bertambahnya jumlah
penduduk miskin dari waktu ke waktu mengharuskan negara membuat kebijakan pembiayaan
kesehatan melalui jaminan kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional yang bisa dinikmati
oleh seluruh warga negara tanpa terkecuali ; (4) kesehatan adalah salah satu unsur utama dalam
setiap kehidupan seseorang karena sangat menunjang dalam aktivitas setiap manusia.

Untuk membahas masalah sistem jaminan sosial nasional bidang jaminan kesehatan dalam paper
ini, bagian berikut ini akan membahas tentang sistem jaminan sosial nasional di Indonesia ; konsep
dan pendekatan, selanjutnya praktik jaminan kesehatan dalam sistem jaminan sosial nasional di
Indonesia, bagian berikutnya menjelaskan tentang jaminan kesehatan dimasa sekarang dan faktor
yang mempengaruhinya. Bagian akhir akan didiskusikan tentang jaminan kesehatan dalam sistem
jaminan sosial nasional Indonesia di masa mendatang.

SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DI INDONESIA : KONSEP DAN PENDEKATAN


Sebagai salah satu unsur utama dalam setiap kehidupan seseorang, kesehatan sangat menunjang
dalam setiap aktivitas manusia. Pembangunan kesehatan dalam kehidupan berbangsa sangat besar
nilai investasinya terutama terhadap sumber daya manusia. Dengan adanya penduduk suatu bangsa
yang terjaga kesehatannya dengan baik, bangsa tersebut akan memiliki sumber daya yang manusia
yang lebih optimal dalam pembangunan. Dalam Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan menjelaskan bawa pemerintah Indonesia bertanggungjawab penuh dalam pemenuhan hak
hidup sehat setiap warga negara termasuk penduduk miskin dan tidak mampu. Tanggung jawab
pemerintah termasuk didalamnya memberikan jaminan kesehatan bagi setiap warga negara dan
penyediaan layanan kesehatan yang mudah, murah dan dapat diakses oleh seluruh masyarakat yang
membutuhkan. Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 sesungguhnya telah menjamin hak setiap
warga negara atas jaminan sosial dalam pemunuhan kebutuhan dasar hidup yang layak untuk
meningkatkan martabatnya menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur.

Jaminan sosial adalah salah satu bentuk perlindungan sosial untuk menjamin seluruh rakyat agar
dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak (UU Nomor 40 tahun 2004 pasal 1).
Menurut Yaumil Agus Achir dalam jurnal ekonomi rakyat (www.ekonomirakyat.org) jaminan sosial
nasional adalah program pemerintah dan masyarakat yang bertujuan member kepastian jumlah
perlindungan kesejahteraan sosial agar setiap penduduk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya
menuju terwujudnya kesejahteraan sosial bagi seluruh masyarakat Indonesia. Tarik ulur yang
dilakukan oleh pemerintah dalam penerapan sistem jaminan sosial nasional telah berlangsung lebih
dari enam tahun sejak disahkannya UU SJSN pada bulan Oktober 2004. Keterlambatan penerapan
SJSN terutama kali disebabkan karena besarnya anggaran yang harus disiapkan oleh pemerintah
untuk menanggung jaminan sosial bagi seluruh warga negara.

2011 Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Indonesia


Written By H. Kurniawan Arianto, SKM
3

Di Indonesia jaminan sosial diamanatkan dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 dan juga dijamin dalam
Deklarasi Hak Universal Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 pasal 22 dan 25 yang
memberikan jaminan sosial secara universal (Ali Ghufron Mukti ; 2007 ; 5). Terdapat banyak cara
atau pendekatan yang biasa digunakan oleh suatu negara dalam memberikan perlindungan jaminan
sosial bagi warga negaranya yaitu ; (1) pendekatan asuransi sosial (compulsory social insurance)
yang pembiayaan nya diambil dari premi yang dibayarkan oleh setiap tenaga kerja dan atau
pemberi kerja yang besaranya selalu dikaitkan dengan besarnya upah atau penghasilan yang
dibayarkan oleh pemberi kerja ; (2) pendekatan bantuan sosial ( social assistance ) baik dalam
bentuk pemberian bantuan uang tunai maupun pelayanan dengan sumber pembiayaan dari negara
dan bantuan sosial masyarakat lainnya (Ali Ghufron Mukti ; 2007 ; 5).

Indonesia sebagai salah satu negara yang sistem perekonomiannya mengarah ke sistem negara
kesejahteraan telah memberikan jaminan sosial dalam beberapa bentuk seperti jaminan sosial
tenaga kerja (Jamsostek). Pada masa ini seiring dengan mulai diberlakukannya UU SJSN,
Indonesia mulai mengarah ke prinsip asuransi sosial karena dalam UU SJSN terdapat aturan yang
mengatur bahwa semua warga wajib menjadi peserta dan harus berkontribusi membayar iuran
setiap bulannya yang besaranya ditetapkan berdasarkan besarnya upah atau penghasilan dari setiap
warga negara, negara hanya menanggung iuran bagi warga miskin dan tidak mampu. Hal ini
dilakukan karena kemampuan keuangan negara yang berdasarkan perhitungan ahli ekonomi tidak
mampu menanggung beban anggaran jika harus membiayai iuran jaminan sosial seluruh warga
negara. Oleh karena itu kewajiban pembiayaan jaminan sosial yang seharusnya menjadi kewajiban
konstitusional pemerintah dialihkan menjadi kewajiban warga negara.

PRAKTIK JAMINAN KESEHATAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL DI


INDONESIA
Salah satu komponen dalam sistem jaminan sosial nasional adalah jaminan kesehatan, jaminan
kesehatan diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan prinsip ekuitas
(UU SJSN pasal 19). Dalam UU SJSN juga diatur bahwa kepesertaan jaminan kesehatan hanya
diberikan bagi setiap warga negara yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh
pemerintah terutama bagi warga miksin dan tidak mampu. Hal ini menjadi masalah karena kategori
warga negara yang dikatakan miskin yakni mereka yang pengelurannya dibawah Rp. 233.000,- per
bulan (Harian Pikiran Rakyat ; 14 Juli 2011). Badan Pusat Statistik juga telah menetapkan standar
kemiskinan baru untuk wilayah perkotaan yaitu pengeluaran sebesar Rp. 217.000,- per bulan atau
sebesar Rp. 7.000,- setiap harinya (www.hizbuttahrir.com). Pengkategorian ini membuat setiap
orang baik itu petani, pedagang, pengusaha kecil yang berpenghasilan melebihi batas ketentuan
tersebut tidak masuk dalam kategori miskin dan diwajibkan membayar sendiri premi asuransi
sosialnya. Bahkan berdasarkan peraturan perundang-undangan, negara mempunyai hak untuk
memaksa setiap warga negara untuk membayar iuran asuransi sosial yang diselenggarakan oleh
negara. Padahal, tingginya biaya hidup pada saat ini dan komersialisasi berbagai aktivitas
pelayanan publik yang seharusnya menjadi tanggung jawab pemerintah membuat banyak warga
negara mengalami kesulitan dalam masalah ekonomi keluarga ditambah lagi dengan beban untuk
membayar iuran asuransi sosial seperti yang diamanatkan dalam SJSN.

Indonesia sesungguhnya sudah mengenal jaminan sosial bidang jaminan kesehatan sejak jaman
orde baru. Pada masa ini kita mengenal 3 macam asuransi kesehatan yaitu ; (1) Perum Husada

2011 Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Indonesia


Written By H. Kurniawan Arianto, SKM
4

Bakti, sekarang PT. Askes, yang menangggung pembiayaan kesehatan bagi pegawai negeri sipil,
pensiunan , veteran dan anggota keluarganya : (2) PT. ASTEK, yang didirikan pada tahun 1977
berdasarkan PP Nomor 33 Tahun 1977 ( yang kemudian berubah menjadi PT. Jamsostek pada
tahun 1995 berdasarkan PP Nomor 36 Tahun 1995 ) yang menanggung pembiayaan kesehatan bagi
tenaga kerja sektor swasta dan BUMN : (3) PT. Asabri, yang menanggung pembiayaan kesehatan
bagi anggota TNI, Kepolisian RI, PNS Departemen Pertahanan beserta anggota keluarganya
( dibentuk berdasarkan PP Nomor 44 Tahun 1971 yang disempurnakan lagi dengan PP Nomr 67
Tahun 1991 ) (Kementerian Kesehatan RI ; 2011).

Pada masa reformasi dimana kondisi negara yang mengalami krisis ekonomi besar dimana terjadi
kenaikan harga berbagai komponen barang termasuk bahan bakar minyak (BBM) yang meningkat
membuat pemerintah mengambil kebijakan untuk mengurangi dampak tersebut terhadap kehidupan
warga negara. Dalam bidang jaminan kesehatan, kebijakan yang diambil adalah program
kompensasi pengurangan subsidi bahan bakar minyak - jaring pengaman sosial bidang kesehatan
(PKPS BBM – JPS BK) yang dimulai sejak tahun 1998 dengan tujuan memberikan pelayanan
kesehatan gratis bagi masyarakat tidak mampu disemua fasilitas pelayanan kesehatan milik
pemerintah. Program ini dilakukan untuk meminimalisir dampak yang dirasakan oleh masyarakat
kecil dan tidak mampu terutama dalam bidang kesehatan terhadap dampak krisis ekonomi, ini
adalah salah satu bentuk jaminan kesehatan yang diberikan oleh pemerintah terutama bagi
masyarakat miskin dan tidak mampu.

Jaminan kesehatan sebagai bagian dari sistem jaminan sosial nasional diberikan pemerintah untuk
mejamin setiap warga negara terjamin dalam pembiayaan kesehatan dirinya dan anggota
keluarganya. Tingginya biaya kesehatan yang harus ditanggung oleh warga negara pada saat ini
merupakan salah satu alasan kuat mengapa negara harus memberikan jaminan kesehatan bagi setiap
warga negara. Menurut Azrul Azwar (2004 : 125) biaya kesehatan adalah besarnya dana yang
harus disediakan untuk menyelenggarakan dan / atau memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang
diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Dari pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa terdapat dua pihak yang terlibat yaitu pelaksana pelayanan kesehatan ( provider
) dan pengguna jasa pelayanan kesehatan yaitu masyarakat. Bagi pelaksana upaya kesehatan terkait
dengan besarnya dana penyelenggaraan upaya kesehatan, sedangkan dari sisi pengguna jasa
layanan berhubungan dengan besarnya dana yang diperlukan untuk mendapatkan manfaat suatu
pelayanan kesehatan.

Dalam pembiayaan kesehatan warga negaranya suatu negara selalu mempertimbangkan


keikutsertaan sektor swasta yang ikut berperan dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi
masyarakat. Dari sisi pemerintah, pembiayaan kesehatan dihitung pada besarnya dana yang
dikeluarkan oleh pemerintah dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan bagi semua warga
negaranya, pengeluaran dana oleh pengguna jasa pelayanan kesehatan tidak diperhitungkan
sehingga total pembiayaan kesehatan Indonesia adalah jumlah biaya yang dikeluarkan oleh
pemerintah ditambah dengan jumlah dana yang dikeluarkan oleh pengguna jasa pelayanan
kesehatan untuk sektor swasta. Di berbagai negara, terdapat tiga model sistem jaminan kesehatan
atau pembiayaan kesehatan bagi warganya yang diberlakukan secara nasional yaitu model asuransi
kesehatan sosial (Social Health Insurance , model asuransi kesehatan komersial / privat

2011 Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Indonesia


Written By H. Kurniawan Arianto, SKM
5

(Commercial / Private Health Insurance) dan model terakhir yaitu Pelayanan Kesehatan Nasional
(National Health Services) (Azrul Azwar (2004;126)

Model asuransi kesehatan berkembang pertama kali di beberapa negara benua Eropa pada tahun
1882 dan kemudian menyebar ke benua Asia. Kelebihan model ini adalah kemungkinan cakupan
yang mencapai 100 persen jumlah penduduk dan tarif yang relatif rendah dalam pembiayaan
kesehatan. Model asuransi komersial mulai berkembang di Amerika Serikat. Sistem ini tidak
berhasil mencapai cakupan 100 persen penduduk sehingga Bank Dunia merekomendasikan
pembaruan sistem asuransi kesehatan. Berdasarkan data Bank Dunia, Amerika Serikat merupakan
negara dengan pembiayaan kesehatan paling tinggi di dunia yang mencapai 13,7% dari GNP pada
tahun 1997, sementara negara Jepang yang pembiayaan kesehatannya hanya 7 % dari GNP tetapi
memiliki derajat kesehatan penduduk yang lebih tinggi yang dibuktikan dengan tingginya usia
harapan hidup penduduk Jepang yang mencapai 77,6 yahun untuk pria dan 84,3 tahun untuk wanita
(Fatmah Arianty : 2011).

JAMINAN KESEHATAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL INDONESIA


DI MASA SEKARANG DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA
Dalam Koran Kompas terbitan tanggal 1 Mei 2010 terdapat berita tentang Purwoto (37 tahun) yang
semestinya hadir dalam pertemuan Komite Aksi Jaminan Sosial di Jakarta pada tanggal 29 April
2010, batal hadir karena sedang menjalani pengobatan di RSU Karyadi, Semarang, Jawa Tengah.
Purwoto menderita penyakit yang memerlukan tindakan operasi oleh dokter demi kesembuhannya
dan semua itu dengan biaya mencapai 60 juta rupiah. Meskipun sudah bekerja selama 15 tahun
sebagai pekerja pabrik terpal dikawasan industri EJIP di daerah Bekasi, Jawa Barat, ia hanya
bergaji Rp 1,2 Juta per bulan. Kondisi tersebut membuat Purwoto tidak mampu menanggung biaya
operasi karena penghasilannya hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Meskipun
sudah terdaftar sebagai peserta jaminan sosial tenaga kerja (Jamsostek) di perusahaan tempatnya
bekerja, Purwoto harus menanggung biaya sekitar 50 juta rupiah karena klaim yang dibayarkan
oleh pihak Jamsostek hanya 10 juta rupiah (Koran Kompas ; 1 Mei 2010). Kekurangan biaya
tersebut seharusnya tidak dialami oleh Purwoto jika Indonesia sudah menerapkan sistem jaminan
sosial nasional terutama bidang jaminan kesehatan. Tanpa disadari dengan baik oleh pemerintah,
masih banyak warga negara lain yang mengalami masalah serupa dengan Purwoto namun tidak
diekspos ke muka publik.

Sejak disahkannya Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN, hingga sekarang
pemerintah belum juga melengkapinya dengan 10 peraturan pemerintah dan 9 peraturan presiden
seperti yang diamanatkan dalam UU tesebut. Kelambanan pemerintah ini menurut pengamatan ahli
ekonomi dikarenakan jika SJSN jadi terapkan di Indonesia diperkirakan akan menguras anggaran
negara dalam APBN sedikitnya Rp 98 triliun dan merupakan objek subsidi baru yang harus
ditanggung oleh pemerintah (www.kompas.com). Rendahnya kemampuan keuangan negara
membuat pemerintah terus menunda aplikasi sistem jaminan sosial nasional yang pada intinya
merupakan penerapan sila kelima dari pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Akibat dari kelambanan pemerintah tersebut, warga negara yang harus menanggung akibatnya
karena masih harus memikirkan biaya kesehatannya, hal ini sungguh memberatkan terutama bagi
warga miskin dan tidak mampu.

2011 Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Indonesia


Written By H. Kurniawan Arianto, SKM
6

Pada tanggal 28 Oktober 2011 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia telah mengesahkan
UU baru tentang Badan Pelaksana Jaminan Sosial (BPJS) yang di bagi menjadi ; (1) UU BPJS 1
yang diasumsikan akan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014 dengan tujuan
penyelenggaraan program jaminan kesehatan bagi seluruh rakyat Indonesia, termasuk menampung
pengalihan program Jamkesmas, Askes, Jaminan Pemeliharaan Kesehatan PT. Jamsostek dan PT.
Asabri ; (2) UU BPJS 2 yang diasumsikan mulai beroperasi pada tanggal 1 Januari 2014 atau
selambat-lambatnya 1 Juli 2015 dengan tujuan pengelolaan jaminan kecelakaan kerja, jaminan
kematian, jaminan hari tua dan jaminan pension yang merupakan transformasi dari PT. Jamsostek.
Dengan disahkannya UU tentang BPJS, diharapkan dimasa mendatang semua warga negara baik
kaya ataupun miskin sudah memiliki jaminan sosial yang terdiri dari jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pensiun dan jaminan hari tua.

Namun, tidak semua warga negara mendapatkan jaminan sosial seperti yang sudah diamanatkan
baik dalam UU Nomor 40 tahun 2004 tentang SJSN maupun UU BPJS I dan II yang barus saja
disahkan. Didalamnya terdapat beberapa kelamahan antara lain ; (1) pasal 17 ayat 5 yang
menjelaskan bahwa negara hanya menanggung jaminan kesehatan hanya bagi warga miskin dan
tidak mampu, sedangkan orang tua, anak-anak terlantar dan pengangguran tidak dijelaskan masuk
ke golongan mana ; (2) pada tahap pertama iuran atau premi jaminan kesehatan bagi warga miskin
dan tidak mampu dibayarkan oleh pemerintah tetapi untuk selanjutnya tidak disebutkan siapa yang
akan menanggungnya ; (3) jaminan kesehatan hanya diberikan bagi peserta yang sudah membayar
iuran kepesertaan jaminan sosial, sedangkan mereka yang tidak mampu membayar tidak
mendapatkan jaminan kesehatan ; (4) besarnya iuran kepesertaan ditentukan berdasarkan besarnya
upah atau penghasilan para pekerja dan bagi pekerja yang mempunyai anggota keluarga lebih dari 5
orang harus menambah iuran kepesertaan jaminan kesehatan ; (5) prinsip jaminan kesehatan dalam
sistem jaminan sosial nasional lebih mengarah ke prinsip asuransi sosial dimana setiap warga
negara untuk menjadi peserta harus dibebani dengan iuran.

Saat ini, Indonesia dengan jumlah penduduk tahun 2010 berjumlah 237,5 juta jiwa berdasarkan
data dari Kementerian Kesehatan RI (2011) masih terdapat 116,9 juta jiwa (49,22%) warga negara
yang belum memiliki jaminan kesehatan. Sementara itu jumlah masyarakat yang menjadi peserta
Askes 95,2 juta jiwa, Jamsostek 4,4 juta jiwa, Asabri 2 juta jiwa, asuransi komersial 8,8 juta jiwa
dan badan pelaksana asuransi sebanyak 5 juta jiwa. Pemerintah juga mengalokasikan dalam APBN
sebesar 6,3 triliun Rupiah untuk program jaminan kesehatan masyarakat yang diperuntukkan bagi
warga miskin dan tidak mampu dan juga untuk program jaminan persalinan (jampersal) yang
diperuntukkan bagi pembiayaan persalinan bagi seluruh ibu di Indonesia yang belum memiliki
jaminan kesehatan. Program jampersal ini merupakan program jaminan kesehatan baru yang
diluncurkan sejak bula Januari tahun 2011 yang ditujukan untuk percepatan pencapaian target
Millenium Development Goals (MDGs) bidang kesehatan dan peningkatan Indeks Pembangunan
Manusia (Human Development Index / HDI) di Indonesia. Jaminan kesehatan masyarakat
diperuntukkan bagi 76,5 juta warga miskin yang telah memiliki kartu jamkesmas sesuai dengan
hasil pendataan terakhir dari Badan Pusat Statistik tahun 2009 ( Kementerian Kesehatan RI ; 2011)

Keanggotaan warga negara dalam berbagi jenis asuransi atau jaminan kesehatan tersebut tentu saja
tidak didapatkan secara gratis atau cuma-cuma, bagi seorang pegawai negeri sipil (PNS) harus
merelakan 2 % dari gaji pokoknya dipotong setiap bulan sebagi iuran kepesertaan dalam asuransi

2011 Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Indonesia


Written By H. Kurniawan Arianto, SKM
7

kesehatan (ASKES), begitupun dengan para pekerja yang menjadai peserta Jamsostek harus rela
membayar iuran kepesertaan setiap bulannya yang besarannya ditentukan berdasarkan besarnya
penghasilan yang diterima setiap bulannya. Hal ini berarti tanggung jawab negara masih sangat
minim dalam penyediaan jaminan kesehatan bagi setiap warga negara karena warga negara masih
harus membayar atau menanggung sendiri iuran kepesertaan dalam jaminan kesehatan yang
seharusnya domain tersebut menjadi tanggung jawab negara sesuai dengan amanat UUD 1945
pasal 27 ayat 2. Mengingat masih banyaknya jumlah warga negara yang belum memiliki jaminan
kesehatan, membuat pemerintah harus lebih cepat mengambil kebijakan untuk mengatasi masalah
tersebut salah satunya melalui kebijakan sistem jaminan sosial nasional bidang jaminan kesehatan.

JAMINAN KESEHATAN DALAM SISTEM JAMINAN SOSIAL NASIONAL INDONESIA


DI MASA MENDATANG
Seiring dengan akan mulai diberlakukanya sistem jaminan sosial nasional (SJSN) mulai 1 Januari
2014 mendatang, banyak hal yang harus menjadi perhatian banyak pihak baik pemerintah sebagai
penyedia jaminan kesehatan maupun warga negara sebagai penerima manfaat jaminan kesehatan.
Konsekuensinya antara lain jangka waktu pemberlakuan sistem jaminan sosial nasional yang
terhitung masih 3 tahun lagi, adanya peleburan perusahaan asuransi seperti ASKES, JAMSOSTEK,
ASABRI dan TASPEN menjadi badan publik yaitu Badan Penyelenggaran Jaminan Sosial (BPJS) 1
dan BPJS 2. Proses peralihan yang memakan waktu lama ini tentu saja memberikan dampak bagi
warga negara yang sudah lebih dulu menjadi peserta jaminan sosial dari perusahaan tersebut.

Besarnya jumlah dana yang dihimpun dalam BPJS saat penggabungan 4 BUMN asuransi nasional
menurut ahli ekonomi seperti yang dimuat dalam situs www.hizbuttharir.com bisa mencapai 190
triliun Rupiah. Besarnya jumlah dana tersebut tentulah sangat menggiurkan banyak pihak yang
terlibat didalamnya, padahal dalam RUU BPJS pasal 8 menyebutkan bahwa BPJS diberi
kewenangan untuk menempatkan dana jaminan sosial untuk investasi jangka pendek dan jangka
panjang dengan mempertimbangkan aspek likuiditas, solvabilitas, kehati-hatian, keamanan dana
dan hasil yang memadai (www.dprri.go.id). Besarnya kewenangan yang diberikan oleh pemerintah
kepada BPJS dalam pengelolaan dana yang notabene adalah uang peserta asuransi tersebut
mengandung resiko jika ditempatkan dalam bentuk investasi di pasar saham ataupun obligasi
karena jika hal tersebut mengalami permasalahan maka warga negara lagi yang akan menanggung
resiko tersebut karena terancam tidak terpenuhi haknya dalam jaminan sosial.

Masalah lain yang perlu menjadi perhatian bersama dalam pemberlakuan sistem jaminan sosial
nasional adalah kemampuan warga negara dalam membayar iuran kepesertaan dalam jaminan
sosial, padahal dalam penjelasan pasal 4 UU Nomor 40 tahun 2004 menyebutkan bahwa sistem
jaminan sosial nasional menganut prinsip kepesertaan wajib dimana prinsip ini mengharuskan
seluruh penduduk menjadi peserta jaminan sosial yang dilaksanakan secara bertahap. Dalam bab 1
tentang ketentuan umum UU tersebut juga terdapat pasal 8 yang menyebutkan bahwa peserta
jaminan sosial adalah setiap orang termasuk orang asing yang telah bekerja selama minimal
6 bulan di Indonesia dan telah membayar iuran kepesertaan. Padahal tidak semua warga negara
mampu membayar iuran kepesertaan sebagai syarat utama menjadi peserta jaminan sosial.
Kebijakan pemerintah yang hanya membayar iuran kepesertaan bagi warga miskin dan tidak
mampu yang tidak jelas pengkategoriannya membuat sistem jaminan sosial berpotensi
menimbulkan permasalah dimasa mendatang.

2011 Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Indonesia


Written By H. Kurniawan Arianto, SKM
8

Harapan masyarakat dimasa mendatang sistem jaminan sosial baik jaminan kesehatan, jaminan
kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan hari tua dan jaminan pensiun sepenuhnya menjadi
tanggung jawab negara dan sepenuhnya dibiayai oleh negara dari APBN yang sumber utamanya
adalah pajak yang notabene berasal dari pajak yang dibayar oleh rakyat. Namun sepertinya harapan
masyarakat tersebut sulit terkabul karena kemampuan keuangan negara yang sangat kurang untuk
membiayai seluruh iuran kepesertaan warga negara dalam sistem jaminan sosial nasional. Indonesia
yang sistem perekonomiannya pada masa mendatang mengarah ke tipe negara kesejahteraan
diharapkan bisa lebih mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan negara yang bisa digunakan
untuk pembiayaan jaminan sosial seluruh warga negara.

Daftar Pustaka

Buku Sumber
Arum Atmawikarta, 2004 “ Investasi Kesehatan Untuk Pembangunan Ekonomi “ Direktorat
Kesehatan dan Gizi Masyarakat, BAPPENAS RI, Jakarta
Azwar, Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan , Edisi ketiga, Penerbit Binarupa Aksara,
Jakarta
BAPPENAS RI, 2009, “ Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium
Indonesia “, Penerbit BAPPENAS RI, Jakarta

2011 Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Indonesia


Written By H. Kurniawan Arianto, SKM
9

Ghufron, Ali Mukti, 2007. “ Sistem Jaminan Kesehatan : Konsep Desentralisasi Terintegrasi”
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Ghufron, Ali Mukti, 2001. “ Sistem Jaminan Sosial Dalam Otonomi Daerahi” Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
Kementerian Kesehatan RI, 2011 “ Alokasi Anggaran Kesehatan 2011 “ Jakarta
Notoatmodjo, Soekidjo, 2005, Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi, Penerbit Rineka Cipta
Jakarta
Prijono Tjiptoherijanto, 1994 “ Ekonomi Kesehatan “ , Penerbit PT. Rineka Cipta Jakarta
PT. Jamsostek ( Persero ) “ Laporan Tahunan 2010 “ Jakarta
Ramli, Lenny, 1996. “ Jaminan Sosial Tenaga Kerja Di Indonesia “ Penerbit Unair Surabaya
Retnandari, Nunuk Dwi, 2011. “ Mengenal Ilmu Ekonomi, Sebagai Dasar Pengambilan Kebijakan
Publik, Yogyakarta

Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
Undang-undang Nomor 40 tahun 2004 tentang sistem jaminan sosial nasional
Website
www.astaqauliyah.wordpress.com, diakses tanggal 11 Nopember 2011
www.depkes.go.id , diakses tanggal 11 Nopember 2011
www.dprri.go.id, diakses tanggal 23 Nopember 2011
www.ekonomirakyat.org, diakses tanggal 23 Nopember 2011
www.fatmaharianty.blogspot.com, diakses tanggal 23 Nopember 2011
www.hizbuttharir.com, diakses tanggal 23 Nopember 2011
www.kompas.com, diakses tanggal 4 Nopember 2011
www.ph_gmu.ac.id, diakses tanggal 11 Nopember 2011
www.radarbanten.com, diakses tanggal 23 Nopember 2011

2011 Jaminan Kesehatan Dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional Di Indonesia


Written By H. Kurniawan Arianto, SKM

Anda mungkin juga menyukai