Anda di halaman 1dari 28

Diare Cair Akut

1. Identitas pasien
Nama : An. MRS Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir : 17 Mei 2014 Umur : 1 tahun
Nama Ayah : Tn. N Umur : 27 tahun
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta Pendidikan Ayah : S1
Nama Ibu : Ny. R Umur : 27 tahun
Pekerjaan Ibu : Ibu rumah tangga Pendidikan Ibu : SMA
Alamat : Senjuru Tengah RT 05/02 Bayan Purworejo
Masuk RS Tanggal : 26-05- 2015 Jam : 02.18 WIB
Diagnosis Masuk : Diare cair akut dengan dehidrasi ringan sedang, Febris
Ruang : Tulip
2. Anamnesis

Tanggal 26 – 05 - 2015, Allo-anamnesis dengan ibu pasien

Keluhan Utama : BAB cair 3x dalam 1 hari

Keluhan Tambahan : Panas 1 hari

a. Riwayat Penyakit Sekarang:


o 1 hari sebelum masuk RS
Pasien mengalami BAB cair sebanyak 3x, tanpa lendir dan darah. Sebelum BAB
cair, pasien mengeluh badan sempat panas. Pasien tidak muntah. BAK (+) normal.
Pasien dapat minum dengan kuat.
o Masuk RS
Pasien datang dengan keluhan BAB cair 1x tanpa lendir dan darah. BAB cair
banyak. Panas (+). Muntah (-). BAK (+).
b. Riwayat Penyakit Dahulu Anak:
- Riwayat mengalami kejang karena panas 1x selama kurang dari 5 menit pada usia 7
bulan
- Riwayat memiliki penyakit jantung bawaan disangkal
- Anak tidak memiliki penyakit alergi terhadap obat dan makanan tertentu.
- Anak sebelumnya belum pernah dirawat dirumah
c. Riwayat penyakit Keluarga
- Ibu tidak memiliki riwayat penyakit asma
- Ibu tidak memiliki riwayat alergi
- Ibu tidak memiiki riwayat penyakit tekanan darah tinggi, riwayat penyakit jantung
disangkal
- Ayah tidak memiliki riwayat penyakit asma, darah tinggi, dan penyakit jantung
- Ayah memiliki riwayat perokok berat.

Ikhtisar Keturunan

80 56
78 60

DM
PJ
jantu jant
u

PB
45

jan
tu
AS

Keterangan:

- ` = keluarga laki-laki meninggal


- = keluarga perempuan meninggal
PB = Perokok berat
- = laki –laki = tinggal dalam 1 rumah
- = perempuan AS = Anak sakit
d. Riwayat Personal Sosial
o Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan Sosial
Anak tinggal bersama ayah, ibu dan kakek dan nenek dari ayah dalam satu rumah.

• Ekonomi
Penghasilan pokok keluarga berasal dari ayah yang bekerja sebagai wiraswasta, dan
ibu anak bekerja sebagai ibu rumah tangga. Penghasilan yang didapatkan dirasakan
sudah cukup memenuhi kebutuhan sehari-hari.

• Lingkungan
Anak tinggal dirumah dan lingkungan yang bersih, ventilasi dan jendela ruangan di
rasa cukup. Lingkungan sekitar ibu ada yang merokok dan tak ada kontak dengan
binatang, ayah merokok (+).

Kesan : keadaan sosial, ekonomi dan lingkungan belum cukup baik

e. Riwayat Pribadi
o Riwayat Kehamilan
Ibu G2P0A1. Pernah mengalami keguguran pada kehamilan pertama. Kehamilan
kedua ibu kontrol teratur setiap bulan ke bidan dan mendapat tablet tambah darah
dan vitamin. Selama hamil dinyatakan sehat, mual muntah (+), bengkak pada
tungkai (-), perdarahan pervaginam (+) pada usia 12 minggu. Ibu tidak pernah
mengkosumsi jamu-jamuan, tidak merokok, maupun mengkosumsi obat-obatan
terlarang. Ibu menyangkal adanya penyakit asma, hipertensi, DM pada saat hamil.

o Riwayat Persalinan
Anak lahir dengan usia kehamilan 38 minggu dengan berat badan 2400 gram,
panjang badan lahir 48 cm,anak dilahirkan secara spontan di bidan. Anak lahir
menangis kuat, tidak kuning, air ketuban jernih, lilitan tali pusat (-).

o Riwayat Pasca Persalinan


Setelah lahir anak tidak langsung menyusui oleh karena air susu ibu tidak keluar,
tidak kuning, tidak biru, tidak kejang, dan tidak sesak nafas.
o Vaksinasi
Vaksinasi Diberikan pada usia ke
Hepatitis B Pada saat lahir – dosis I
Usia 1 bulan – dosis II
Usia 6 bulan – dosis III
BCG Usia 2 bulan – dosis I
DTP Usia 2 bulan – dosis I
Polio Usia 2 bulan – dosis I
Campak Usia 9 bulan – dosis I
MMR Tidak dilakukan
Hib Tidak dilakukan
Hepatitis A Tidak dilakukan

Kesan : Riwayat kehamilan belum cukup baik, riwayat persalinan cukup baik, riwayat
pasca persalinan belum cukup baik dan riwayat vaksinasi tepat waktu.

f. Riwayat perkembangan anak


o Motorik halus
Bereaksi terhadap bel usia 1 bulan
Memegang benda pada usia 8 bulan
o Motorik kasar
Tengkurap kepala diangkat usia 1 bulan
Duduk sendiri usia 9 bulan
Berdiri sebentar usia 12 bulan
o Bahasa
Teriak dan tertawa usia 2 bulan
Mengoceh usia 7 bulan
Memanggil bapak-ibu usia 12 bulan
o Personal sosial
Menatap muka usia 1 bulan
Bermain cilukba pada usia 6 bulan
Kesan : status perkembangan anak cukup baik

g. Riwayat nutrisi
- Usia 0-12 bulan: PASI dengan jumlah sekenyang anak. Selama ini tidak pernah
ganti susu dan tidak pernah mengeluh diare atau muntah setelah minum susu.
- Anak tidak pernah minum ASI.
- Anak tidak dapat makan apa saja, kecuali makanan yang amis seperti hati ayam.
- Anak suka sekali makan pisang.
Kesan : riwayat nutrisi anak belum cukup baik

h. Anamnesis Sistemik
a) Sistem saraf pusat : Demam (-) kejang (-)
b) Sistem kulit : Kulit pucat (-), turgor melambat (-)
c) Sistem otot dan alat gerak : Gerakan (+), lumpuh (-)
d) Sistem pencernaan : BAB cair (+), kembung (-), benjolan (-)
e) Sistem saluran kemih : Nyeri pinggang (-), warna kuning, frekuensi 4x
f) Sistem pernapasan : Batuk (-), sesak nafas (-), nyeri dada(-),
pernafasan cuping hidung (-), pilek (-)
g) Sistem jantung dan pembuluh darah : Nyeri dada (-), sesak nafas (-)

3. Pemeriksaan Jasmani
Kesan umum : anak tampak tenang dan minum dengan kuat
Kesadaran : compos mentis
Berat badan : 6,8 kg, gizi cukup
Vital Sign
o Nadi : 167x/menit
o Suhu badan : 38,4o C
o Pernapasan : 50x/menit
Pemeriksaan Kulit

o Turgor kulit dan elastisitas cukup < 2 detik


o Sianosis (-) pucat (-)
o Infeksi kulit (-)
Pemeriksaan Leher

o Kelenjar tiroid : Tidak membesar


o Kelenjar Limfonodi : tidak membesar (-/-) nyeri (-/-)
o Kaku kuduk (-)
o JVP tidak meningkat
Pemeriksaan jantung

Bentuk dada : simetris +/+, puting susu kecil

Jantung

Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat.

Palpasi : ictus cordis teraba pada sela iga ke 5 line midclaviclaris.

Perkusi : Batas jantung

Kanan atas : SIC II linea para sternalis kanan

Kiri atas : SIC II linea para sternalis kiri

Kanan bawah : SIV IV linea para sternalis kanan

Kiri bawah : SIC V linea midclavicularis kiri

Auskultasi : bunyi jantung I-II murni, murmur (-), gallop (-),irama derap(-).

Paru-paru

Kanan Kiri
Inspeksi Tampak simetris, Tampak simetris,
retraksi subcostalis (-), retraksi subcostalis (-),
retraksi supraclavicularis (-), retraksi supraclavicularis (-),
retraksi intercostalis (-), retraksi intercostalis (-),
ketinggalan gerak (-) ketinggalan gerak (-)
Palpasi Ketinggalan gerak (-), Ketinggalan gerak (-),
deformitas (-) deformitas (-)
Perkusi Sonor pada seluruh lapangan paru, Sonor pada seluruh lapangan paru,
Auskultasi Suara dasar vesicular, Suara dasar vesicular,
Ronkhi basah kasar(-), ronkhi basah kasar(-),
rhonki basah halus(-), rhonki basah halus(-),
rhonki kering(-), rhonki kering(-),
wheezing ekpiratory (-), wheezing ekpiratory (-),
wheezing inspirator (-), wheezing inspirator (-),
stridor inspiratory(-), stridor inspiratory(-),
ekspiratory diperpanjang(-) ekspiratory diperpanjang(-)

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : supel (+), sikatrik (-), ascites (-)

Auskultasi : peristaltik meningkat

Perkusi : thympani, pekak beralih (-)

Palpasi : supel, defans muskular (-), massa (-), nyeri tekan epigastrium (-),

turgor cukup, hepar dan lien tidak teraba.

Pemeriksaan Genital

Perempuan

Tidak ada keluhan ( tidak dilakukan pemeriksaan genital)

Pemeriksaan Ekstremitas

Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Edema - - - -

Pemeriksaan Kepala

o Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut dan distribusi merata


Pemeriksaan Mata

o Palpebra : Edema (-/-)


o Konjungtiva : Anemis (-/-)
o Sklera : Ikterik (-/-)
o Pupil : Isokor (+/+)
Pemeriksaan telinga

o Nyeri tekan (-/-)


o Serumen (-/-)
Pemeriksaan Hidung

o Secret (-/-)
o Epitaksis (-/-)
Pemeriksaan Mulut

o Faring hiperemis (-)

STATUS NUTRISI

o PB : 68 cm
o BB : 6,8 kg
o BMI : 6,8/0,682 =14,71 (Kurang gizi)

Kesan : status nutrisi anak belum cukup baik

Kesimpulan Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik


- Riwayat BAB cair 3x dalam 1 hari, 1 HSMRS. Panas (+) 1 hari, muntah (-), BAK (+)
normal.
- Riwayat kejang demam 1x kurang dari 5 menit pada usia 7 bulan.
- KU : Compos mentis, anak tampak tenang dan minum kuat
- VS : HR= 167 x/menit RR= 50x/menit,suhu=38,40C
- Abdomen : peristaltik meningkat
-
4. Diagnosis dan Rencana Terapi

DIAGNOSIS BANDING

1. Diare cair akut


2. Alergi susu sapi
3. Kolera
4. Disentri

1. Tanpa dehidrasi
2. Dehidrasi ringan/sedang

RENCANA PEMERIKSAAN

1. Pemeriksaan darah rutin


Tes dilakukan untuk mengetahui apakah ada infeksi yang terjadi pada
2. Pemeriksaan feses
Tes dilakukan dengan menilai feses secara makroskopis, mikroskopis, kimia, dan kultur
mikroorganisme.
3. Analisis gas darah dan elektrolit
Tes dilakukan jika ada kecurigaan gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit,
seperti kejang, penurunan kesadaran.

Pemeriksaan Penunjang

Hasil Pemeriksaan Laboratorium Darah


Parameter Hasil Satuan Nilai Normal
Tanggal 26 Mei 2015
HB 10,7 gr % 10,7 – 12,1
AL (Angka Leukosit) 9,4 ribu/ul 6,0 – 17,0
AE (Angka Eritrosit) 4,5 juta/ul 3,60 – 5,20
AT (Angka Trombosit) 309 ribu/ul 150 – 400
HMT (Hematokrit) 32 % 35 – 43
Hitung Jenis Leukosit
Eosinofil 0,10 % 2-4
Basofil 0,20 % 0-1
Neutrofil 54,20 % 50-70
Lymposit 29,00 % 25-40
Monosit 6,50 % 4-8

DIAGNOSIS KERJA

Diare cair akut


Riwayat kejang demam sederhana

PENATAKLAKSANAAN

Farmakologi

1. Cairan

2. Zinc

3. Antibiotik

Non Farmakologi

1. Nutrisi

2. Edukasi

Minta orang tua untuk kembali membawa anak ke pusat pelayanan kesehatan jika
ditemukan : demam, tinja berdarah, makan atau minum sedikit, anak sangat haus, atau
diare tidak membaik dalam waktu 3 hari. Hindari makanan berlemak, laktosa dan
berserat tinggi, mengajarkan bagaimana cara menyiapkan oralit yang benar.

FOLLOW UP

Selasa, 26 Mei 2015

BAB cair 3x 1 hari SMRS , lendir (-), darah (-), panas (+), muntah (-),
S batuk (-) pilek (-). Pagi ini BAB cair 1x lagi.
Pernah kejang karena panas 1x < 5 menit pada usia 7 bulan
KU Compos Mentis, minum kuat
BB 6,8 kg
VS T 38,4 °C; HR 167 x/menit; RR 50 x/menit
Leher Limfonodi tidak teraba (+)
Thorax Simetris (+), vesikular (+/+), suara tambahan Ronki
Basah Kasar (-/-), wheezing (-/-). cor S1 S2 regular
Abdomen Supel (+), peristaltik meningkat, turgor kulit baik
O
Ekstremitas Akral hangat (+), sianosis (-)
Kepala Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
sekret mata (-/-)
Hidung : rinorhea(-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), stomatitis (-), candidiasis oral (-),
faring hiperemis (-)
Telinga : Sekret telinga (-/-)
Diare cair akut
A
Riwayat Kejang demam sederhana
Infus RL 30 tpm (mikro)
Zirkumkid syr 1 x 1 cth
P
Paracetamol syr 3 x ¾ cth
Diazepam 5 mg 3 x ¼ tab (Kp)  jika panas diulang tiap 5 jam
Rabu, 27 Mei 2015

Sejak siang s.d malam BAB 3X, kental, sedikit-sedikit.


Malam s.d subuh tidak BAB
S
Pagi ini BAB 1x kental.
Anak bisa tidur dan minum dengan kuat.
KU Compos Mentis, minum kuat, anak tampak tenang
BB 6,8 kg
VS T 36,9 °C; HR 128 x/menit; RR 28 x/menit
Leher Limfonodi tidak teraba (+)
Thorax Simetris (+), vesikular (+/+), suara tambahan Ronki
Basah Kasar (-/-), wheezing (-/-). cor S1 S2 regular
Abdomen Supel (+), peristaltik meningkat, turgor kulit baik
O
Ekstremitas Akral hangat (+), sianosis (-)
Kepala Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
sekret mata (-/-)
Hidung : rinorhea(-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), stomatitis (-), candidiasis oral (-),
faring hiperemis (-)
Telinga : Sekret telinga (-/-)
Diare cair akut
A
Riwayat Kejang demam sederhana
Infus RL 30 tpm (mikro)
Zirkumkid syr 1 x 1 cth
P
Paracetamol syr 3 x ¾ cth
Diazepam 5 mg 3 x ¼ tab (Kp)  jika panas diulang tiap 5 jam

Kamis, 28 Mei 2015

Siang tidak BAB.


S
Malam BAB 2x, kental. Lendir (-), darah (-)
Pagi ini BAB 1x lagi, kental. Panas (-)
KU Compos Mentis, minum kuat, anak tampak tenang
BB 6,8 kg
VS T 36,5 °C; HR 158 x/menit; RR 38 x/menit
Leher Limfonodi tidak teraba (+)
Thorax Simetris (+), vesikular (+/+), suara tambahan Ronki
Basah Kasar (-/-), wheezing (-/-). cor S1 S2 regular
Abdomen Supel (+), peristaltik normal, turgor kulit baik
O
Ekstremitas Akral hangat (+), sianosis (-)
Kepala Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
sekret mata (-/-)
Hidung : rinorhea(-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), stomatitis (-), candidiasis oral (-),
faring hiperemis (-)
Telinga : Sekret telinga (-/-)
Diare cair akut
A
Riwayat Kejang demam sederhana
Infus RL 30 tpm (mikro)
Zirkumkid syr 1 x 1 cth
P
Paracetamol syr 3 x ¾ cth
Diazepam 5 mg 3 x ¼ tab (Kp)  jika panas diulang tiap 5 jam

Jum’at, 29 Mei 2015

Siang s.d malam BAB 2x, kental


S
Pagi ini BAB 1x, kental. Panas (-), anak bisa tidur.
KU Compos Mentis, minum kuat, anak tampak tenang
BB 6,8 kg
O VS T 36,6 °C; HR 148 x/menit; RR 38 x/menit
Leher Limfonodi tidak teraba (+)
Thorax Simetris (+), vesikular (+/+), suara tambahan Ronki
Basah Kasar (-/-), wheezing (-/-). cor S1 S2 regular
Abdomen Supel (+), peristaltik normal, turgor kulit baik
Ekstremitas Akral hangat (+), sianosis (-)
Kepala Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
sekret mata (-/-)
Hidung : rinorhea(-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), stomatitis (-), candidiasis oral (-),
faring hiperemis (-)
Telinga : Sekret telinga (-/-)
Diare cair akut
A
Riwayat Kejang demam sederhana
Infus RL 30 tpm (mikro)
Zirkumkid syr 1 x 1 cth
P
Paracetamol syr 3 x ¾ cth
Diazepam 5 mg 3 x ¼ tab (Kp)  jika panas diulang tiap 5 jam

Sabtu, 30 Mei 2015

Siang s.d malam BAB 1x, kental


S Malam s.d subuh tidak BAB.
Pagi ini BAB 1x, kental. Warna coklat. Panas (-), anak tampak tenang.
KU Compos Mentis, minum kuat, anak tampak tenang
BB 6,8 kg
VS T 36,6 °C; HR 138 x/menit; RR 34 x/menit
Leher Limfonodi tidak teraba (+)
Thorax Simetris (+), vesikular (+/+), suara tambahan Ronki
O
Basah Kasar (-/-), wheezing (-/-). cor S1 S2 regular
Abdomen Supel (+), peristaltik normal, turgor kulit baik
Ekstremitas Akral hangat (+), sianosis (-)
Kulit Tampak ruam-ruam merah pada daerah lengan atas,
paha, punggung dan dada anak.
Kepala Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
sekret mata (-/-)
Hidung : rinorhea(-), napas cuping hidung (-)
Mulut : Sianosis (-), stomatitis (-), candidiasis oral (-),
faring hiperemis (-)
Telinga : Sekret telinga (-/-)
Diare cair akut
A Riwayat Kejang demam sederhana
Dermatitis kontak iritan
Infus RL 30 tpm (mikro)
Zirkumkid syr 1 x 1 cth
P Paracetamol syr 3 x ¾ cth
Diazepam 5 mg 3 x ¼ tab (Kp)  jika panas diulang tiap 5 jam
Salep elox 3 x oles

MASALAH YANG DIKAJI

1. Mengetahui dan memahami tentang diare cair akut dan etiologi


2. Penanganan diare cair akut pada anak

Dasar Teori
Diare adalah buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja lebih
encer dari biasanya. Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara
cepat. Pada saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan
elektrolit yang diberikan kepadanya. Pada kasus yang ringan dimana proses penyerapan
belum terganggu, berbagai cairan yang diberikan kepadanya dapat mencegah dehidrasi. Lebih
kurang 10% episode diare disertai dehidrasi /kekurangan cairan secara berlebihan. Bayi dan
anak yang lebih kecil lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar dan
dewasa. Oleh karena itu, mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam
penanganan diare pada anak.
Diare cair akut merupakan buang air besar lebih dari 3x dalam 24 jam dengan konsistensi
cair yang berlangsung kurang dari 2 minggu. Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi 6
golongan besar, yaitu infeksi (oleh bakteri, virus, parasit), malabsorbsi, alergi, keracunan,
imunodefisiensi, dan sebab lainnya. Yang paling sering ditemui adalah diare yang disebabkan
oleh infeksi dan keracunan. Virus, terutama Rotavirus merupakan penyebab utama (60-70%)
diare infeksi pada anak, sedangkan sekitar 10-20% adalah bakteri dan kurang dari 10% adalah
parasit. Pada anak dengan diare, sangat penting menilai derajat dehidrasi yang terjadi, apakah
diare tanpa dehidrasi, diare dengan dehidrasi ringan/sedang, atau diare dengan dehidrasi berat.

a. Diagnosis
 Anamnesis
 Berapa lama anak mengalami diare?
 Berapa kali anak buang air dalam satu hari?
 Apakah tinjanya ada darahnya?
 Apakah ada muntah? Berapa kali dalam sehari dan berapa banyak sekali
muntah?
 Apakah ada gejala lain seperti demam, batuk, pilek?
 Bagaimana pola makan anak sebelum diare?
 Apakah sudah minum obat?
 Apakah anak dapat minum? Apakah dia lebih haus dari sebelumnya dan
minum dengan rakus?

 Pemeriksaan fisik
 Lihat bagaimana keadaan umum anak, apakah sadar atau tidak sadar?
 Lemas atau terlihat sangat mengantuk?
 Bila diberi minum, apakah anak yampak sangat haus atau malas minum?
 Apakah matanya cekung atau tidak?
 Cek turgor kulit dengan mencubit bagian kulit perut anak, apakah segera,
melambat atau sangat lambat?
 Pemeriksaan penunjang
 Pemeriksaan darah rutin
Dapat kita temukan leukositosis, terkadang dapat juga ditemukan
keukopenia.
 Pemeriksaan tinja
Makroskopis
Mikroskopis
Benzidin tes
 Kultur tinja
Dengan menggunakan media McConkey......

 Tata laksana
Tata laksana diare disesuaikan dengan derajat dehidrasi yang dialami oleh
anak.
 Diare tanpa dehidrasi
Bila terdapat dua tanda atau lebih :
Keadaan umum baik, sadar
Mata tidak cekung
Minum biasa, tidak haus
Turgor kulit baik (kembali dengan segera)
1. Beri cairan lebih banyak dari biasanya, teruskan ASI lebih sering dan
lebih lama. Pada anak yang mendapat ASI ekslusif beri oralit atau air
matang sebagai tambahan. Pada anak yang tidak mendapatkan ASI
eksklusif, beri susu yang biasa diminum dan oralit. Berikan oralit
sampai diare berhenti, bila muntah tunggu 10 menit dan dilanjutkan
sedikit demi sedikit.
2. Beri zinc selama 10 hari berturut-turut walaupun diare sudah berhenti.
Dapat diberikan dengan cara dikunyah atau dilarutkan dalam 1 sendok
air matang atau ASI.
3. Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi
4. Antibiotik hanya diberikan sesuai indikasi seperti diare karena disentri,
kolera, dll.
5. Beri nasihat pada ibu atau pengasuh untuk membawa anak ke pusat
pelayanan kesehatan apabila BAB cair masih sering, muntah berulang,
anak tampak sangat haus, timbul demam, berak berdarah, atau tidak
membaik dalam waktu 3 hari.
 Diare dengan dehidrasi ringan/sedang
Bila terdapat dua tanda atau lebih :

1. Berikan oralit dalam 3 jam pertamadengan dosis 75 ml x BB anak.


LINTAS DIARE
Pemberian oralit
- Gagal mempertahankan saturasi oksigen >92% dengan terapi oksigen
- Perburukan status pernafasan, ditandai dengan pernafasan distress nafas
dan/atau kelelahan
- Apnea berulang
Pemberian Zinc tablet selama 10 hari berturut-turut
- Usia
- Bayi usia muda dengan bronkiolitis mempunyai risiko lebih tinggi untuk
mendapat perawatan di rumah sakit
- Prematuritas

Teruskan ASI dan makanan


Berikan antibiotik selektif
Edukasi ibu

Preventif
Tetap berikan ASI, ajari cuci tangan yang baik (kebersihan perorangan),
perhatikan kebersihan lingkungan seperti buang air besar di jamban, sediakan air
minum yang bersih, selalu memasak makanan sampai matang.
Diperiksa dan disahkan oleh:

Dokter Pembimbing, Co-Assisten,

(dr. Rr. Sri Wijayanti, Sp.A) (Rizki Hafidzah Baswedan)


PRESENTASI KASUS

DIARE CAIR AKUT

Diajukan kepada Yth:

Dr. Sri Wijayanti Sp.A

Disusun Oleh:

Rizki Hafidzah Baswedan

20100310066

SMF BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK

RSUD SARAS HUSADA PURWOREJO

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

2015
Dari web IDAI
Diare adalah buang air besar yang frekuesinya lebih sering dan konsistensi tinja lebh encer dari
biasanya. Selama terjadi diare, tubuh akan kehilangan cairan dan elektrolit secara cepat. Pada
saat yang bersamaan, usus kehilangan kemampuannya untuk menyerap cairan dan elektrolit yang
diberikan kepadanya. Pada kasus yang ringan dimana proses penyerapan belum terganggu,
berbagai cairan yang diberikan kepadanya dapat mencegah dehidrasi. Lebih kurang 10% episode
diare disertai dehidrasi /kekurangan cairan secara berlebihan. Bayi dan anak yang lebih kecil
lebih mudah mengalami dehidrasi dibanding anak yang lebih besar dan dewasa. Oleh karena itu,
mencegah atau mengatasi dehidrasi merupakan hal penting dalam penanganan diare pada anak

Etiologi

Cairan rehidrasi oral

Cairan rehidrasi oral (CRO) atau yang dikenal dengan nama ORALIT adalah cairan yang
dikemas khusus, mengandung air dan elektrolit digunakan untuk mencegah dan mengatasi
dehidrasi saat diare.

Tata laksana

Pengamatan klinis merupakan langkah awal yang penting dalam serangkaian penanganan diare
pada anak, terutama dalam hal menemukan derajat dehidrasi. Adanya darah di dalam tinja harus
dipikirkan adanya infeksi usus oleh bakteri patogen. Peningkatan jumlah leukosit dalam tinja
merupakan petanda adanya infeksi bakteri.

Terapi rehidrasi

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam mencegah atau mengatasi dehidrasi pada anak yang
mengalami diare, yaitu (1) mengganti kehilangan cairan yang telah terjadi, (2) mengganti
kehilangan cairan yang sedang berlangsung, dan (3) pemberian cairan rumatan.

Tanpa dehidrasi

Pada keadaan ini, buang air kecil masih seperti biasa. ASI diteruskan, tidak perlu membatasi atau
mengganti makanan, termasuk susu formula. Dapat diberikan CRO 5-10 ml setiap buang air
besar cair.

Dehidrasi ringan-sedang

Anak terlihat haus dan buang air kecil mulai berkurang. Mata terlihat agak cekung, kekenyalan
kulit menurun, dan bibir kering. Pada keadaan ini, anak harus diberikan cairan rehidrasi dibawah
pengawsan tenaga medis, sehingga anak perlu dibawah ke rumah sakit. CRO diberikan sebanyak
15-20 ml/kgBB/jam. Setelah tercapai rehidrasi, anak segera diberi makan dan minum. ASI
diteruskan. Pemberian minuman seperti cola, gingerale, aple juice, dan minuman olah raga
(sports drink) umumnya mengandung kadar karbohidrat dan osmolaritas yang tinggi. Minuman
tersebut dapat menyebabkan diare osmotik yang lebih berat disamping mengandung kadar Na
yang rendah sehingga sering menyebabkan hiponatremia. Teh sebaiknya tidak digunakan sebagai
cairan rehidrasi karena juga mengandung kadar Na yang rendah. Makanan tidak perlu dibatasi
karena pemberian makanan akan mempercepat penyembuhan. Pemberian terapi CRO cukup
dilaksanakan pada ruang observasi di UGD atau Ruang Rawat Sehari.

Muntah bukan larangan untuk pemberian CRO. CRO harus diberikan secara perlahan-lahan dan
konstan untuk mengurangi muntah. Keadaan anak harus sesering mungkin direevaluasi

Dehidrasi Berat

Selain gejala klinis yang terlihat pada dehidrasi ringan-sedang, pada keadaan ini juga terlihat
napas yang cepat dan dalam, sangat lemas, keasadaran menurun, denyut nadi cepat, dan
kekenayalan kulit sangat menurun. Anak harus dibawa segera ke Rumah Sakit untuk mendapat
cairan rehidrasi melalui infus.

Dietetik

Memuasakan anak yang menderita diare akut hanya akan memperpanjang durasi diarenya. Air
susu ibu harus diteruskan pemberiannya. Pada bayi yang telah mendapat susu formula, susu
formula bebas laktosa hanya diberikan kepada bayi yang mengalami dehidrasi berat dan bayi
yang secara klinis memperlihatkan intoleransi laktosa berat dan diarenya bertambah pada saat
diberikan susu. Susu tersebut dapat diberikan selama 1 minggu. Intoleransi laktosa umumnya
bersifat sementara akibat adanya kerusakkan mukosa usus. Aktivitas laktase akan kembali
normal begitu epitel mukosa usus mengalami regenerasi. Gejala intoleransi laktosa mencakup
diare cair profus, kembung, sering flatus, sakit perut, kemerahan di sekitar anus dan tinja berbau
asam.

Antibiotika

Antibiotika tidak diberikan secara rutin pada diare akut, meskipun dicurigai adanya bakteri
sebagai penyebab keadaan tersebut, karena sebagian besar kasus diare akut merupakan self
limiting. Pemberian antibiotika yang tidak tepat akan memperpanjang keadaan diare akibat
disregulasi mikroflora usus.

Lintas diare

Berikan oralit

Berikan tablet Zinc selama 10 hari berturut-turut

Teruskan ASI-makan

Berikan antibiotik secara selektif

Berikan nasihat pada ibu/keluarga


Kurva pertumbuhan anak

Pada tahun 2006, WHO mengeluarkan sebuah kurva pertumbuhan “standar” yang
menggambarkan pertumbuhan anak umur 0-59 bulan di lingkungan yang diyakini dapat
mendukung pertumbuhan optimal anak. Untuk membuat kurva pertumbuhan ini, WHO
melakukan penelitian multisenter pada tahun 1997 sampai 2003 dengan tujuan untuk
menggambarkan pertumbuhan anak yang hidup di lingkungan yang tidak memiliki faktor
penghambat pertumbuhan. Data dikumpulkan dari 6 negara yaitu Brazil, Ghana, India,
Norwegia, Oman dan Amerika. Penelitian ini terdiri atas dua bagian; pertama adalah penelitian
longitudinal (subyek diikuti dari lahir sampai usia 2 tahun); dan kedua adalah penelitian cross-
sectional (pada anak usia 1,5 sampai 5 tahun). Panjang badan diukur pada posisi tidur telentang
untuk anak usia 0-2 tahun dan setelah usia 2 tahun tinggi badan diukur sebagai tinggi berdiri.

a. Penelitian longitudinal
Pada awal penelitian terdapat 1737 subyek yang memenuhi kriteria penelitian, namun data yang
digunakan adalah data 882 subyek yang menyelesaikan penelitian ini. Subyek diberi makan
sesuai dengan rekomendasi WHO yaitu mendapat ASI sampai usia 12 bulan dan mendapat
makanan tambahan setelah berumur 6 bulan. Ibu subyek penelitian tidak merokok.

b. Penelitian cross-sectional
Subyek diambil dari strata demografik yang sama dengan subyek penelitian longitudinal.
Terdapat 6669 subyek usia 18-71 bulan yang masing-masing dinilai dalam satu kali pengukuran.

IDAI telah menetapkan untuk skrining pertumbuhan anak dengan umur sampai 5 tahun dapat
menggunakan kurva pertumbuhan WHO.

CARA MENGGUNAKAN GRAFIK PERTUMBUHAN WHO

Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak di atas 2 tahun), berat
badan.

Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis horisontal pada
beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan panjang / tinggi badan.

Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal pada kurva
pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat badan, umur, dan IMT.

Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal hingga mendapat titik
temu (plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva
pertumbuhan WHO.

CARA MENGINTERPRETASIKAN KURVA PERTUMBUHAN WHO


Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau rata-rata

Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini diberi angka
positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh dari garis median
menggambarkan masalah pertumbuhan.

Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah -2.

Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.

Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan WHO dapat
menggunakan tabel berikut ini.

Catatan :

Anak dalam kelompok ini berperawakan tubuh tinggi. Hal ini tidak masih normal. Singkirkan
kelainan hormonal sebagai penyebab perawakan tinggi.

Anak dalam kelompok ini mungkin memiliki masalah pertumbuhan tapi lebih baik jika diukur
menggunakan perbandingan beratbadan terhadap panjang / tinggi atau IMT terhadap umur.

Titik plot yang berada di atas angka 1 menunjukan berisiko gizi lebih. Jika makin mengarah ke
garis Z-skor 2 resiko gizi lebih makin meningkat.

Mungkin untuk anak dengan perawakan pendek atau sangat pendek memiliki gizi lebih.

Hal ini merujuk pada gizi sangat kurang dalam modul pelatihan IMCI (Integrated Management
of Childhood Illness in-service training. WHO, Geneva, 1997).

Anda mungkin juga menyukai