PICO : Challenges in diagnosing paediatric malariain Dar es Salaam, Tanzania
1. Patient and Clinical Problem (P) :
Penelitian ini dilakukan pada Anak berumur umur satu bulan hingga tujuh tahun yang direkrut secara berurutan dari Januari-Juni 2009 di bangsal pediatric A dan B di Muhimbili National Hospital (MNH), Dar es Salaam, Tanzania. Pasien yang direkrut memiliki Kriteria inklusi meliputi yang memiliki keluhan utama demam (suhu ≥ 37.5 °C axilla). 2. Intervention (I) : Membandingkan pemeriksaan apusan darah mikroskopik, Rapid Diagnostics Tests (RDT) dan Polymerase Chain Reaction (PCR) untuk diagnostic malaria pada anak aumur satu bulan hingga tujuh tahun di Muhimbili National Hospital (MNH), Dar es Salaam, Tanzania 3. Comparator (C) : Pemeriksaan apusan darah mikroskopik telah lama menjadi gold standard untuk diagnostic malaria, namun saat ini perannya semakin tergantikan oleh pemeriksaan Rapid Diagnostic Tests (RDTs). Beberapa faktor yang memicu tergesernya gold standar pemeriksaan apusan darah mikroskopik diantaranya yaitu personil yang kurang terlatih dan kurang berpengalaman, mikroskop yang kurang memadai, serta kurangnya reagen pewarnaan dan peralatan lainnya yang dapat menyebabkan hasil mikroskop tidak dapat diandalkan untuk menjadi dasar diagnostik. Studi yang telah dilakukan oleh d’Acremont V (2010) et al , yang berjudul Withholding Antimalarials In Febrile Children Who Have A Negative Result For A Rapid Diagnostic Test melaporkan bahwa metode diagnostic menggunakan Rapid Diagnostic Tests (RDTs) telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dan dapat berkontribusi untuk mengurangi overtreatment malaria sehingga dapat untuk menurunkan resiko resistensi obat anti-malaria. Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah teknik yang dapat diandalkan untuk mengidentifikasi kasus malaria. Beberapa negara telah mengmbangkan teknik tersebut dan digunakan sebagai metode diagnostik rutin, tetapi umumnya metode tersebut hanya digunakan dalam penelitian dan untuk mengkonfirmasi temuan laboratorium. Dengan jumlah kasus dan angka kematian yang semakin berkurang WHO merekomendasikan terapi malaria berdasarkan hasil laboratorium. Penelitian ini dilakukan untuk menilai morbiditas dan mortalitas disebabka nmalaria pada kalangan anak-anak dengan keluhan demam di Rumah Sakit Muhimbili Nasional (MNH), dan untuk membandingkan diagnostik malaria dengan apusan darah mikroskopik, RDT dan PCR. 4. Outcome Metode diagnostik Rapid Diagnostik Test (RDTs) memliki potensi sebagai metode diagnostik rutine malaria. Dengan harapan dapat mengurangi overtreatment malaria sehingga dapat menurunkan resiko resistensi obat anti-malaria dan hasil positif palsu.