Anda di halaman 1dari 4

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada kasus ini Pasien laki-laki, usia 5 bulan, dengan berat badan 7 kg, status gizi
baik, datang dengan keluhan sesak nafas sejak 2 hari SMRS. Sesak yang dialami pasien
tidak dipengaruhi oleh perubahan posisi, tidak dipengaruhi oleh perubahan cuaca maupun
debu. Sesak yang dialami pasien tanpa bunyi ngik. Keluhan sesak yang dialami pasien
diawali dengan batuk berdahak, namun dahak tersebut dikeluhkan sulit untuk
dikeluarkan, sehingga pasien dikeluhkan sering terdengar bunyi “grok” ketika bernafas.
Saat sesak, ibu pasien menyangkal bahwa pasien tidak pernah terlihat biru pada
wajahnya. Batuk yang dialami pasien sejak 3 hari yang lalu, pasien juga dikeluhkan pilek
sejak saat itu. Pasien juga mengeluh demam. Demam dirasakan terus-menerus dan turun
ketika diberi obat penurun panas, demam tidak disertai dengan kejang, mimisan dan gusi
berdarah, maupun tidak muncul bintik kemerahan pada kulit

Pasien juga dikeluhkan mencret sejak ± 1 hari SMRS, BAB cair, ampas (+), lendir
(+), darah (-), warna kekuningan degan frekuensi > 6 kali perhari. Selain itu, pasien juga
dikeluhkan muntah sejak ± 1 hari SMRS, muntah dengan frekuensi 4 kali perhari, warna
muntahan putih, berisi cairan susu yang diminum pasien. Buang air kecil lancar dan
normal, frekuensi 3-4 kali sehari, warna kuning jernih, darah (-).

Didapatkan keadaan umum sedang, kesadaran: compos mentis, nadi


140x/menit,pernapasan 60 x/menit, suhu aksila 38,5oC, SPO2 98% dengan O2 1 lpm,
status gizi baik. Pada pemeriksaan fisik, didapatkan mata : konjungtiva anemis -/-,
mukosa bibir : tampak kering. Inspeksi dan palpasi thorax : pergerakan dinding dada
simetris, tampak retraksi subcostal (+) minimal. Perkusi: sonor pada kedua lapang paru.
Pada auskultasi : Suara bronkovesikuler +/+, terdapat rhonki basah sedang di kedua
lapang paru, tidak terdapat wheezing di kedua lapang paru,. Cor dalam batas normal.
Abdomen : Bising usus meningkat, ekstremitas ; hangat (+/+), edema (-/-). Pada
pemeriksaan penunjang DL (21/10/2015) didapatkan : kadar HB : 10.2 g/dl, MCV:
73.4fL, MCH : 24.1 pg, dan MCHC : 32.8 g/dl.

41
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang pasien dapat
didiagnosis dengan pneumonia berat, karena di dapatkan keadaan klinis seperti sesak
(RR: 60x/menit), demam, batuk dan pilek merupakan gejala ISPA yang dapat
mendahului terjadinya pneumonia pada pasien. Selain itu dari pemeriksaan fisik
didapatkan retraksi subcostal, serta pada auskultasi didapatkan suara rhonki basah sedang
pada kedua lapang paru. Selain itu, diagnosis pneumonia diperkuat dengan dilakukannya
pemeriksaan penunjang berupa rontgen thoraks AP, perselubungan inhomogen dengan
gambaran airbronchogram sign didalamnya pada kedua lapangan paru.

Karena pasien dikategorikan pneumonia berat, maka sudah ada indikasi untuk
dilakukan rawat inap di RS. Adapun terapi yang diberikan pada pasien berupa terapi
oksigenasi dengan O2 nasal canul 1 lpm, kebutuhan cairan dipenuhi dengan memberikan
infus kaen3B NS 10 tpm mikro. Terapi alternative antibiotic yang diberikan pada pasien
yakni golongan aminoglikosida dan penisilin berupa injeksi gentamicin 1x50mg dan
ampicillin 4x200mg. Untuk demamnya, diberikan Paracetamol infuse 7ml (IV) (k/p).

Pada pasien juga didiagnosis adanya diare akut yakni BAB cair dengan frekuensi
>6 kali/ hari, dialami pasien 1 hari yang lalu, serta untuk klasifikasi berdasarkan derajat
dehidrasi, pasien dapat dikatagorikan diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang. Terapi
untuk diare pada pasien diberikan terapi L-Bio 1x1/2 sch, serta anak dianjurkan untuk
tetap minum ASI. Sirup zink 1 x ½ cth diberikan selama 10 hari, yang berfungsi sebagai
antioksidan serta untuk memperbaiki mikrovilli usus sehingga memperbaiki fungsi
absorpsi usus.

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Said Mardjanis. Pneumonia dalam Buku Ajar Respirologi Anak. Badan Penerbit IDAI,
Jakarta. 2013
2. WHO. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Badan Penerbit WHO:
Jakarta. 2013
3. Robert M, et al. Nelson Textbook of Pediatrics ed 18. Elsevier Health Sciences. 2007
4. Ganong, F. William. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Ed. 22. Jakarta: EGC. 2008
5. Correa AG. Starke JR. Bacterial pneumonia. Dalam; Chernick V, Boat F, penyunting
Kendig’s Disorders of the Respiratory Tract in Children. Edisi ke 6 Philadelphia: WB
Saunders. 1998: 485-503
6. Lichenstein R, Suggs AH, Campbell J. Pediatric Pneumonia. Emerg Med Clin Nam 2003:
21:437-51
7. Glezen WP. Viral Pneumonia. Dalam Chernick V, Boat F. Penyunting Kendig’s Disorders
of Respiratory Tract in Children. Edisi ke 6. Philadelphia: WB Saunders,2000; 518-26
8. Miller MA, Ben-Ami T Daum RS. Bacterial Pneumonia in Neonatus and olders childrens.
Dalam Tausig LM, Landau Li.Penyunting Pediatric Respiratory Medicine. St Louis: Mosby
Inc, 1999:595-664
9. Lang F, Respiration. Acid Base Balance. Dalam Silbernagl S. Lang F. penyunting Color
Atlas of Pathophysiology. Sturgart: Thieme Flexibox. 2000: 66-91
10. Yusuf, Sulaiman. Profil Diare di Ruang Rawat Inap. Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Fakultas Kedokteran Universitas Syiah/Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Zainoel Abidin.
Sari Pediatri Volume 13 No. 4. 2011. P 265-70.
11. Subagyo B dan Santoso NB. Diare akut dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi
Jilid 1, Edisi 1. Jakarta: Badan penerbit UKK Gastroenterologi-Hepatologi IDAI. 2010:87-
110.
12. Suraatmaja Sudaryat. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung
Seto. 2007:1-24.
13. Pudjiadi Antonius dkk. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia Jilid 1.
IDAI:2009. Jakarta.

43
14. Pernomo B dkk. Buku Ajar Hematologi Onkologi. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2010:
Jakarta.
15. K. Ramakrishnan and P.S. Harish Hemoglobin level as a risk factor for lower respiratory
tract infections. The Indian Journal of Pediatrics : 2006, Volume 73, Issue 10, pp 881-883
16. Harris A, et al. Air Pollution and Anemia as Risk Factors for Pneumonia in Ecuadorian
Children: A Retrospective Cohort Analysis. BioMed Central:2011.

44

Anda mungkin juga menyukai