Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

FRAKTUR

Oleh :
Dian Melasari S.Kep
4012180035

DEPARTEMEN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH


PROGRAM PROFESI NERS ANGKATAN XIII
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
BINA PUTERA BANJAR
2017
1. Pengertian

fraktur atau patah tulang adalah suatu kondisi dimana kontinuitas jaringan tulang

dan/atau tulang rawan terputus secara sempurna atau sebagian yang pada disebabkan

oleh rudapaksa atau osteoporosis (smeltzer & bare, 2013; american academy

orthopaedic surgeons,2013).

2. Jenis Fraktur

a. Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami

pergeseran.

b. Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang

c. Fraktur tertutup: fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit

d. Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke

patahan tulang.

e. Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya

membengkak.

f. Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang

g. Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen

h. Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam

i. Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)

j. Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang oleh ligamen atau tendo pada

daerah perlekatannnya.

3. Etiologi

a. Trauma

b. Gerakan pintir mendadak

c. Kontraksi otot ekstem

d. Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma


4. Manifestasi Klinis

a. Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi,

hematoma, dan edema

b. Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah

c. Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat

diatas dan dibawah tempat fraktur

d. Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya

Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit


5. Patofisiologi (patways)

Trauma langsung trauma tidak langsung kondisi patologis

FRAKTUR

Diskontinuitas tulang pergeseran frakmen tulang nyeri

Perub jaringan sekitar kerusakan frakmen tulang

Pergeseran frag Tlg laserasi kulit: spasme otot tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler

Kerusakan putus vena/arteri peningk tek kapiler reaksi stres


integritas
klien kulit
deformitas
perdarahan pelepasan histamin melepaskan katekolamin
gg. fungsi
protein plasma hilang memobilisasi asam lemak
kehilangan volume cairan
Gangguan edema bergab dg trombosit
mobilitas
Shock
fisik emboli
hipivolemik
penekan pembuluh darah
menyumbat pembuluh darah
penurunan perfusi jar

Gangguan perfusi
jaringan

6. Pemeriksaan Penunjang

a. Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya

b. Pemeriksaan jumlah darah lengkap


c. Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai

d. Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal

7. Penatalaksanaan

a. Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang

yang patah sedapat mungkin untuk kembali seperti letak semula.

b. Imobilisasi fraktur

Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna

Mempertahankan dan mengembalikan fungsi

c. Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan

Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri

d. Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau

e. Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse

dan meningkatkan peredaran darah.

8. Komplikasi

a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.

b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan

yang lebih lambat dari keadaan normal.

c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali.


9. Pengkajian

a. Pengkajian primer

1) Airway

Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat

kelemahan reflek batuk.

2) Breathing

Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang

sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi

3) Circulation

TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjutan takikardi,

bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa

pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut.

b. Pengkajian sekunder

1) Aktivitas/istirahat

kehilangan fungsi pada bagian yangterkena

Keterbatasan mobilitas

2) Sirkulasi

a) Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas).

b) Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)

c) Tachikardi

d) Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera

e) Cailary refil melambat

f) Pucat pada bagian yang terkena

g) Masa hematoma pada sisi cedera

3) Neurosensori
a) Kesemutan

b) Deformitas, krepitasi, pemendekan

c) Kelemahan

4) Kenyamanan

a) nyeri tiba-tiba saat cidera

b) spasme/ kram otot

c) Keamanan

d) laserasi kulit

e) perdarahan

f) perubahan warna

g) pembengkakan lokal

10. Perioritas Keperawatan

a. Mencegah cidera tulang/ jaringan lanjut

b. Menghilangkan nyeri

c. Mencegah komplikasi

d. Memberikan informasitentnag kondisi/ prognosis dan kebutuhan pengobatan

11. Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri berhubungan dengan kompresi saraf, kerusakan neuromuskuloskeletal,

pergerakan fragmen tulang

b. Resiko infeksi berhubungan dengan port de entry luka pasca bedah, pemasangan

alat fiksasi invasive

c. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal,

pergerakan fragmen tulang


No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi Implementasi

1 Nyeri berhubungan Tujuan : dalam waktu 1. Kaji nyeri dengan skala 0-4 1. Nyeri merupakan respons subyektif

dengan kompresi saraf, 2x24 jam nyeri yang dapat dikaji dengan

kerusakan berkurang atau menggunakan skala nyeri. Klien

neuromuskuloskeletal, teradaptasi melaporkan nyeri biasanya di atas

pergerakan fragmen 1. Kriteria Hasil : tingkat cedera.

tulang Pasien menyatakan


2. Lakukan manajemen nyeri 2. Melakukan manajemen nyeri
nyeri berkurang
keperawatan
2. Skala nyeri 0-1 (0-5)
a. atur posisi immobilisasi pada
3. Dapat a. Imobilisasi yang adekuat dapat
paha.
mengidentifikasikan mengarungi pergerakan prgmen
aktifitas yang dapat tulang yang menjadi unsur utama
menurunkan nyeri penyebab nyeri pada paha.
b. Management lingkungan:
4. Pasien tidak gelisah b. Lingkungan tenang akan
lingkungan tenang, batasi
menurunkan stimulus nyeri
pengunjung, dan istirhatkan
eksternal dan pembatasan
klien. pengujung akan membantu

meningkatkan kondisi oksigen

ruangan.

c. Ajarkan teknik relaksasi c. Meningkatkan asupan oksigen

pernafasan dalam ketika nyeri sehingga akan menurunkan nyeri

muncul. sekunder akibat iskemia

d. Ajarkan teknik distraksi pada d. Distraksi (pengalihan perhatian)

saat nyeri. dapat menurunkan stimulus

internal dengan mekanisme

peningkatan produksi endorfin

dan enkefalin yang dapat mmblok

reseptor nyeri agar tidak

dikirimkan ke korteks serebri

sehingga menurunkan presepsi

nyeri
e. Lakukan managemen sentuhan
e. Menejemen senthan pada saat
nyeri berupa sentuhan dukungan

psikologis dapat membantu

menurunkan nyeri. Masase ringan

dapat meningkatkan aliran darah

dan membantu suplai darah dan

oksigen ke area nyeri.

f. Istirahat akan merelaksasikan

f. Berikan kesempatan semua jaringan sehinggga

waktuistirahat jika terasa nyeri meningkatkna kenyamanan.

dan berikan posisi yang

nyaman, misalnya waktu tidur,

bagian belakangnya dipasang

bantal kecil

Kolaborasi:
Kolaborasi:
a. Analgesik memblok lintasan nyeri
a. Pemberian analgesik
sehingga nyeri akan berkuran
b. Pemasangan traksi tulang b. Traksi yang efektif akan

memebrikan dampak pada

penurunann pergeseran fragmen

tulangdan memberikan posisi yang

baik untuk menyatukan tulang.

c. Fiksasi interna dapat membantu


c. Operasi untuk pemasangan
imobilisasi fraktur femur sehingga
fiksasi internal
pergerakan fragmen berkurang.

2 Resiko infeksi Dalam waktu 12x24 1. Kaji faktor-faktor yang 1. Faktor port de entree fraktur femur

berhubungan jam terjadi perbaikan memungkinkan terjadinya infeksi adalahluka terbuka dari fraktur, luka

dengan port de entry pada intregitas yang masuk ke port de entree. pasca-bedah, sisi luka dari traksi

luka pasca bedah, jaringan lunak dan tualng, setiap sisi besi pada fiksasi

pemasangan alat fiksasi tidak terjadi infeksi eksterna. Faktor-faktor ini ini harus

invasive Kriteria hasil: dipantau oleh perawat dan dilakukan

a. Pada hari ke-12 perawatan luka steril


tidak ada tanda- 2. Lakukan pembersihan luka secara 2. Teknik perawatan secara steril dapat

tanda infeksi dan steril mengurangi kontaminasi kuman.

peradangan pada 3. Pantau/ batasi kunjungan 3. Mengurangi resiko kontak insfeksi

area luka dari orang lain.

pembedahan. 4. Tingkatkan asupan nutrisi tinggi 4. Meningkatkan imunitas tubuh secara

b. Leukosit dalam kalori dan protein umum dan membantu menurunkan

batas normal resiko infeksi.

c. TTV dalam batas 5. Menunjukan kemampuan secara


5. Bantu perwatan diri dan
normal umum dan kekuatan otot dan
keterbatasan aktivitas sesuai
merangsang pengembalian sistem
tolerensi. Bantu program latihan
imun

Kolaborasi:
Kolaborasi: Satu atau beberapa agens diberikan
Beri antibiotik sesuai indikasi yang bergantung pada sifat patogen

dan insfeksi yang terjadi


3 Hambatan mobilitas Dalam 2 x 24 jam 1. Kaji mobilitas yang ada dan 1. Mengetahui tingkat kemampuan klien

fisik berhubungan pasien akan observasi peningkatan kerusakan . dalam melakukan aktivitas

dengan kerusakan menunjukkan tingkat kaji secara teraur fungsi motorik.

muskuloskeletal, mobilitas optimal 2. Atur poisis imobilisasi pada paha


2. Imobilisasi yang kuat adekuat dapat
pergerakan fragmen meski degan bantuan.
mengurangi pergerakan fragmen
tulang Kriteria hasil :
tulang yang menjadi unsur utama
1. penampilan yang
penyebab nyeri pada paha
seimbang.
3. Ajarkan klien untuk melakukan 3. Gerakan aktif memberikan massa,
2. melakukan
gerak aktif pada ekstremitas yang tonus, dan kekuatan otot serta
pergerakkan dan
tidak sakit memperbaiki fungsi jantung dan
perpindahan.
pernafasan
3. mempertahankan
4. Bantu klien melakukan latihan rom, 4. Untuk memenuhi fleksibilitas sendi
mobilitas optimal
perawatan diri sesuai toleransi sesuai kemampuan
yang dapat di
5. Kolaborasi dengan ahli fisioterafi 5. Peningkatan kemampuan dalam
toleransi, dengan
untuk latihan fisik klien mobilisasi ekstermitas dapat dicapai
karakteristik :
0 = mandiri penuh dengan latihan dari tim ahli

1 = memerlukan fisioterapi.

alat Bantu.

2= memerlukan

bantuan dari

orang lain untuk

bantuan,

pengawasan,

dan pengajaran.

3 = membutuhkan

bantuan dari

orang lain dan

alat Bantu.

4 =

ketergantungan;

tidak
berpartisipasi

dalam aktivitas.
Daftar Pustaka

Smeltzer & Bare (2013), Buku Ajar Keperawtan Medikal Bedah Bruner & Suddarth Edisi 8.
Jakarta : EGC.

American Academy of Orthopaedic Surgeons. 2007.Frozen Shoulder.Diakses tanggal 17


Oktober 2017, dari http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a0007

http://www.lpkeperawatanku.cf/2017/03/laporan-pendahuluan-fraktur-cruris_62.html

http://www. laporan-pendahuluan-fraktur-radius.html

Anda mungkin juga menyukai