Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN STRIKTUR URETHRA


DI RUANG BEDAH UMUM RSUD ULIN BANJARMASIN

Tanggal 2 April – 7 April 2018

Oleh:
Rusmila Ulfah, S. Kep
NIM. 1730913320011

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
2018
LEMBAR PENGESAHAN

NAMA : Rusmila Ulfah, S.Kep

NIM : 1730913320011

JUDUL LP : Asuhan Keperawatan Pasien Striktur Urethra di Ruang Bedah


Umum RSUD Ulin Banjarmasin

Banjarmasin, 2 April 2018

Mengetahui,

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

Noor Diani, S.Kep, Ns, M.Kep, Sp.Kep.MB Lola Hamika, S.Kep., Ns


NIP. 19780317 200812 2 001 NIP.19800207 200801 2 015
STRIKTUR URETHRA

Klasifikasi Striktur Urethtra, yaitu: Definisi Manifestasi Klinis


1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3
diameter lumen uretra Striktur uretra adalah berkurangnya diameter atau elastisitas 1. Voiding symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ uretra yang disebabkan karena jaringan uretra digantikan oleh akibat kegagalan buli untuk mengeluarkan sebagian
diameter lumen uretra jaringan ikat, disebabkan penyempitan lumen uretra akibat atau seluruh isi kandung kemih, antara lain: weakness
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ adanya jaringan parut dan kontraksi. of stream (pancaran kencing melemah), abdominal
diameter lumen uretra straining (mengejan), hesitancy (menunggu saat akan
Pada penyempitan derajat berat kadang kala kencing), intermittency (kencing terputus-putus),
teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang disuria (nyeri saat kencing), incomplete emptying
dikenal dengan spongiofibrosis. (kencing tidak tuntas), terminal dribble ( kencing
Etiologi menetes).
2. Storage symptom; yaitu gejala yang muncul sebagai
1. Infeksi
akibat gangguan pengisian kandung kemih, bias
2. Trauma
karena iritasi atau karena perubahan kapasitas
3. Iatrogenik
kandung kemih, antara lain : frekuensi, urgensi,
a. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital
nocturia, incontinensia (paradoxal), nyeri
seperti hipospadia, epispadia
suprasimfisis.
b. Post operasi
3. Miction post symptom; yaitu gejala yang muncul
4. Tumor
pasca miksi, antara lain tidak lampias, terminal
5. Kelainan Kongenital,misalnya kongenital meatus
dribbling, inkontinensia paradoks
stenosis, klep uretra posterior

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Penatalaksanaan 2. Uroflowmetri
1. Bougie (Dilatasi) 3. Radiologi
Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar 4. Instrumentasi
hemoglobin pasien dan periksa adanya glukosa dan 5. Uretroskopi
protein dalam urin.
Komplikasi 2. Uretrotomi interna
Tindakan ini dilakukan dengan menggunakan alat
1. Trabekulasi, sakulasi dan divertikel
endoskopi yang memotong jaringan sikatriks uretra
2. Residu urine
3. Uretrotomi eksterna
3. Refluks vesiko ureteral
Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan
4. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal
fibrosis kemudian dilakukan anastomosis end-to-end di
5. Infiltrat urine, abses dan fistulas
antara jaringan uretra yang masih sehat, cara ini tidak
dapat dilakukan bila daerah strikur lebih dari 1 cm.
4. Uretroplasty
Dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra
lebih dari 2 cm atau dengan fistel uretro-kutan
ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN STRIKTUR URETHRA
Pengkajian Diagnosa keperawatan
1. Identitas
2. Keluhan Utama 1. Nyeri Akut
3. Riwayat Penyakit 2. Gangguan Eliminasi Urine
4. Pola Fungsional Gordon 3. Retensi Urine
5. Pemeriksaan Fisik 4. Kerusakan integritas kulit
5. Ansietas
6. Risiko Infeksi

Nyeri Akut
NOC: Pain Control Gangguan Eliminasi Urine
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri dapat
NOC : Urinary elimination
tar kontrol dengan kriteria hasil :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam
1. Mampu menontrol nyeri
gangguan eliminasi urine klien teratasi dengan kriteria hasil :
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan 1. Kandung kemih kosong secara penuh
managemen nyeri. 2. Tidak ada residu urine > 100-200 cc
3. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 3. Intake cairan dalam rentang normal
4. Bebas dari ISK
NIC : Pain Management 5. Tidak ada spasme bladder
1. Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, 6. Balance cairan seimbang
durasi, frekuensi, kualitas)
2. Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan NIC: Urinary Retention Care
3. Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman 1. Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada
nyeri klien. inkontinensia (misalnya, output urin, pola berkemih kemih,
4. Ajarkan teknik non-farmakologis untuk mengatasi nyeri (distraksi, fungsi kognitif, dan masalah kencing praeksisten)
napas dalam, relaksasi) 2. Memantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik atau
5. Anjurkan pasien untuk istirahat yang adekuat properti alpha agonis
3. Memonitor efek dari obat-obatan yang diresepkan, seperti
NIC : Analgesic Administration calcium channel blockers dan antikolinergik
1. Cek instruksi dokter tentang jenis obat, dosis, dan frekuensi 4. Menyediakan penghapusan privasi
2. Cek riwayat alergi 5. Gunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan air atau disiram
3. Tentukan pilihan analgesic dari tipe dan beratnya nyeri toilet
4. Berikan obat sesuai rute pemberian 6. Masukkan kateter kemih, sesuai
7. Anjurkan pasien / keluarga untuk merekam output urin, sesuai
Retensi Urine Kerusakan Integritas Kulit

NOC : Urinary elimination NOC : Tissue Integrity : Skin and Mucous Membranes
Urinary Contiunence Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam, pasien tidak
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, retensi urine mengalami kerusakan integritas kulit, dengan kriteria hasil:
pasien teratasi dengan kriteria hasil: 1. Tidak ada luka/lesi pada kulit
1. Kandung kemih kosong secarapenuh 2. Perfusi jaringan baik
2. Tidak ada residu urine >100-200 cc 3. TTV normal
3. Intake cairan dalam rentang normal 4. Integritas kulit baik dapat dipertahankan (elastisitas, temperatur,
4. Bebas dari ISK sensasi, pigmentasi)
5. Tidak ada spasme bladder 5. Menunjukkan pemahaman dalam proses perbaikan luka
6. Balance cairan seimbang
NIC: Urinary Retention Care NIC: Pressure Management
1. Monitor intake dan output 1. Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar
2. Monitor penggunaan obat antikolinergik 2. Hindari kerutan pada tempat tidur
3. Monitor derajat distensi bladder 3. Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering
4. Instruksikan pada pasien dan keluarga untuk mencatat output urine 4. Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali
5. Sediakan privacy untuk eliminasi 5. Monitor kulit akan adanya kemerahan
6. Stimulasi reflek bladder dengan kompres dingin pada abdomen. 6. Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien
7. Kateterisaai jika perlu 7. Monitor status nutrisi pasien
8. Monitor tanda dan gejala ISK (panas, hematuria, perubahan bau dan 8. Kaji lingkungan dan peralatan yang menyebabkan tekanan
konsistensi urine) 9. Observasi luka : karakteristik, warna cairan, granulasi, jaringan
nekrotik, tanda - tanda infeksi lokal, formasi traktus
10. Berikan posisi yang mengurangi tekanan pada luka
11. Berikan obat secara oral yang sesuai.
Ansietas
Risiko Infeksi
NOC : Anxiety Level
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, kecemasan NOC: Risk Control : Infection process
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x12 jam, klien terbebas
klien teratasi dengan kriteria hasil :
dari tanda-tanda infeksi, dengan kriteria hasil :
1. Kecemasan pada klien berkurang 1. Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
2. Jumlah leukosit dalam batas normal
NIC : Anxiety Reduction 3. Menunjukkan perilaku hidup sehat
1. Mendengarkan penyebab kecemasan klien dengan penuh perhatian
2. Observasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien NIC : Infection Control (Kontrol infeksi)
Calming Technique 1. Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
1. Menganjurkan keluarga untuk tetap mendampingi klien 2. Batasi pengunjung bila perlu
2. Mengurangi atau menghilangkan rangsangan yang menyebabkan 3. Instruksikan pada pengunjung untuk mencuci tangan saat berkunjung
kecemasan pada klien dan setelah berkunjung meninggalkan pasien
Coping enhancement 4. Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
1. Meningkatkan pengetahuan klien. 5. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawatan
2. Menginstruksikan klien untuk menggunakan tekhnik relaksasi Infection Protection (proteksi terhadap infeksi)
1. Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal
2. Monitor kerentanan terhadap infeksi
3. Berikan perawatan kulit
4. Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas,
drainase
5. Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
6. Dorong masukan cairan
7. Dorong istirahat
Kongenital Didapat infeksi, spasme otot, tekanan
dari luar tumor, cedera uretra, cedera
Anomali saluran kemih yang lain peregangan, uretritis gonorhoe

Jaringan parut

Total tersumbat Penyempitan lumen uretra

Obstruksi saluran kemih yang Kekuatan pancaran dan jumlah


bermuara ke VU urine berkurang

Gangguan Eliminasi Urine

Refluk urine Peningkatan tekanan


VU

Hidroureter
Penebalan dinding Nyeri Akut
VU
Hidronefrosis

Penurunan kontraksi
Pyelonefritis otot VU

Kesulitan berkemih Ansietas


Gagal ginjal kronik

Retensi urine

Risiko Infeksi Sitostomi

Luka insisi Perubahan pola berkemih

Kerusakan Integritas Retensi urine


Kulit
DAFTAR PUSTAKA

Basuki. 2012. Dasar-dasar urologi. Malang : Sagung Seto


Bulechek, G.M., et al. 2008. Nursing Intervention Classification (NIC). 5th ed. Mosbie
Elsevier: USA.
Gale, Danielle & Charette, Jane. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan Onkologi.
EGC. Jakarta.
Moorhead, S., et al. 2008. Nursing Outcomes Classification (NOC). 4th ed. Mosbie
Rasjad,
Nursalam, 2009. Asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
perkemihan. Jakarta : Salemba Medika
Smeltzer. 2002. Buku ajar keperawatan medikal bedah. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai