Anda di halaman 1dari 51

LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit menular yang masih
menjadi masalah kesehatan di Indonesia dan merupakan penyebab utama kesakitan dan kematian
anak bawah lima tahun (balita). Menurut temuan organisasi kesehatan dunia (WHO) yang
dikutip dari data DEPKES tahun 2007 diperkirakan sepuluh juta anak meninggal tiap tahun yang
disebabkan karena diare, HIV-AIDS, malaria dan ISPA. (Irawan, 2009).
Di Indonesia kasus infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) menempati urutan pertama
penyebab kematian pada balita 18,2% tahun 2010 dan 38,8% tahun 2011. Selain itu, ISPA juga
sering berada pada daftar sepuluh penyakit terbesar di Rumah Sakit. Berdasarkan data dari P2
program ISPA tahun 2009 cakupan penderita ISPA melampaui target 13,4%, hasil yang
diperoleh 18.749 kasus sementara target yang ditetapkan hanya 16.534 kasus. Survey mortalitas
yang dilakukan di subdit ISPA tahun 2010 menempatkan ISPA atau Pneumonia sebagai
penyebab kematian bayi terbesar di Indonesia dengan presentase 22,3% dari seluruh kematian
balita. (Depkes RI, 2012).
Menurut data dari survey social ekonomi nasional (SUSENAS) tahun 2002. Prevalensi
keluhan ISPA balita di Indonesia sebesar 18,7% diperkotaan 21,6% lebih tinggi dibandingkan di
pedesaan. Sebanyak 40% sampai 60% kunjungan berobat di puskesmas dan 15% sampai 30%
kunjungan berobat dibagian rawat jalan dan bagian rawat inap rumah sakit disebabkan oleh
ISPA. Penyebab ISPA paling berat disebabkan oleh infeksi Streptococcus pneumonia atau
Haemophylus influenza (Depkes, 2000). Di kabupaten Deli Serdang pada 2004 diketahui angka
morbiditas kasus ISPA sebanyak 12.871 kasus (31,7%) dengan rincian 6.638 terjadi pada
kelompok umur bayi (51,5%) dan 6.233 kasus pada usia 1-4 tahun (48,5%) (Agustama, 2005).
Selain infeksi dari bakteri tersebut diatas merokok merupakan salah satu penyebab
daripada ISPA. Dimana merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan apalagi
sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional. Hal ini menjadi sulit, karena
berkaitan dengan banyak faktor yang saling memicu, sehingga seolah-olah menjadi lingkaran

1
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

setan. Sekarang ini orang tidak lagi memikirkan bahaya merokok bagi kesehatan, baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain yang berada disekelilingnya. Terutama pada rumah
tangga yang memiliki anak kecil, dimana bahaya dari asap rokok tersebut dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan.
Hampir semua orang merokok dengan alasan yang sedikit sekali kaitannya dengan
kenikmatan. Untuk mencegah meningkatnya kasus ISPA di Indonesia, pemerintah membuat
suatu program yang dikenal dengan PHBS (Perilaku Hidup Sehat dan Bersih) dalam rumah
tangga yang memiliki 10 indikator. Adapun 10 inikator dari PHBS di rumah tangga antara lain :
1) persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan; 2) pemberian ASI eksklusif; 3) menimbang balita;
4) tersedia air bersih; 5) tersedia jamban; 6) cuci tangan dengan sabun; 7) makan makanan
bergizi seimbang (sayur dan buah); 8) memberantas jentik nyamuk; 9) olahraga; 10) tidak
merokok di dalam rumah. Pemerintah mengharapkan dengan memasukkan “tidak merokok di
dalam rumah” sebagai salah satu indicator dari program PHBS rumah tangga dapat mengurangi
jumlah kasus penyakit saluran pernafasan yang semakin meningkat di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kutalimbaru yang memiliki 14 desa,
dengan jumlah penduduk 35.982 jiwa serta kepala keluarga 8.718. Dimana ISPA merupakan
salah satu penyakit terbanyak yang ada di puskesmas ini. Tercatat ada 10.009 kasus ISPA dan
diikuti influenza padaurutan kedua, dari 25.910 kunjungan orang yang berobat ke Puskesmas
Kutalimbaru tahun 2012.

Tabel 1.1.1 Jumlah Desa, Penduduk dan KK di Kecamatan Kutalimbaru


Periode Januari-Desember Tahun 2012
JUMLAH
JUMLAH JUMLAH PENDUDUK
NO NAMA DESA
DUSUN KK
(JIWA)

1 Kutalimbaru 3 490 1981

2 Suka Rende 6 773 2829

3 Pasar X 6 490 1850

2
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

4 Namomirik 5 357 1373

5 Suka Makmur 11 490 1981

Kuala Lau
6 4 302 1176
Bicik

7 Suka Dame 7 627 2450

8 Sawit Rejo 4 640 2577

9 Sei Mencirim 11 1190 5199

10 Silebo-lebo 7 546 2033

Namo Rube
11 7 397 1462
Julu

12 Lau Bekeri 10 1242 6168

13 Sampe Cita 7 659 2878

14 Perpanden 8 515 2025

TOTAL 96 8718 35982

Tabel 1.1.2 Daftar 10 Penyakit Terbesar Di Puskesmas Kutalimbaru


Periode Januari – Desember Tahun 2012
No PENYAKIT JUMLAH %
1 ISPA 10.009 27,8%
2 Influenza 7.302 20,3%
3 Penyakit Reumatik 5.522 15,3%
4 Penyakit Sistem 1.423 3,95%
Pencernaan

3
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

5 Penyakit Tekanan Darah 694 1,92%


Tinggi
6 Diare 557 1,54%
7 Penyakit Mata dan 263 0,73%
Adneksia
8 Penyakit Kulit 103 0,28%
9 TB Paru 37 0,1%
10 Penyakit Telinga dan - 0%
Mastoid
TOTAL 25.910

Tabel 1.1.3 Jumlah Kasus ISPA di 14 Desa Kecamatan Kutalimbaru


Periode Januari 2013-Oktober 2013
No. Desa Jumlah %
1. Kutalimbaru 821 41,44%
2. Suka Rende 283 10%
3. Pasar X 229 12,37%
4. Namomirik 239 17,40%
5. Suka Makmur 502 25,3%
6. Kuala Lau Bicik 182 15,47%
7. Sawit Rejo 148 5,7%
8. Sampe Cita 410 14,24%
9. Lau Bekeri 272 4,40%
10. Suka Dame 450 18,36%
11. Sei Mencirim 182 3,5%
12. Namo Rube Julu 413 28,24%
13. Perpanden 478 23,6%
14. Silebo-lebo 445 4,8%
Jumlah Keseluruhan 5054

4
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Tabel 1.1.4 Jumlah Kasus Influenza di 14 Desa Kec. Kutalimbaru


Periode Januari-Oktober 2013
No. Desa Jumlah %
1. Kutalimbaru 486 24,5%
2. Suka Rende 265 9,3%
3. Pasar X 216 11,67%
4. Namomirik 89 6,48%
5. Suka Makmur 189 9,54%
6. Kuala Lau Bicik 210 17,85%
7. Sawit Rejo 129 5%
8. Sampe Cita 321 11,15%
9. Lau Bekeri 189 3,06%
10. Suka Dame 167 6,81%
11. Sei Mencirim 177 3,4%
12. Namo Rube Julu 154 10,53%
13. Perpanden 238 17,75%
14. Silebo-lebo 265 13,03%
Jumlah Keseluruhan 3095

Tabel 1.1.5 Jumlah Kasus TB Paru di 14 Desa Kec. Kutalimbaru


Periode Januari-Oktober 2013

No. Desa Jumlah %


1. Kutalimbaru 18 0,9%
2. Suka Rende 3 0,1%
3. Pasar X 2 0,1%
4. Namomirik 2 0,14%
5. Suka Makmur 0 0%
6. Kuala Lau Bicik 1 0,08%

5
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

7. Sawit Rejo 2 0,07%


8. Sampe Cita 3 0,10%
9. Lau Bekeri 2 0,03%
10. Suka Dame 0 0%
11. Sei Mencirim 1 0,019%
12. Namo Rube Julu 0 0%
13. Perpanden 0 0%
14. Silebo-lebo 0 0%
Jumlah Keseluruhan 34

Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu terhadap PHBS (tidak merokok di dalam
rumah) dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan di Desa Kutalimbaru, Kecamatan
Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.

1.2. Rumusan Masalah


Desa Kutalimbaru adalah salah satu desa yang memiliki jumlah penduduk 1.981 jiwa,
dengan jumlah kepala keluarga 490, memiliki jumlah penderita ISPA tertinggi sebesar 254 kasus
dari 14 desa di Kecamatan Kutalimbaru. Dimana wilayah Desa Kutalimbaru memiliki
lingkungan yang masih sangat asri dan ditumbuhi banyak pepohonan tetapi pengetahuan dan
perilaku masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat khususnya tidak merokok di dalam
rumah masih sangat minim. Hal ini yang membuat penulis mengangkat permasalahan tentang
perilaku ibu terhadap PHBS (tidak merokok di dalam rumah) dalam upaya pencegahan penyakit
saluran pernafasan di Desa Kutalimbaru.

Berdasarkan penjelasan diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
minimnya pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Tidak merokok
didalam rumah) dalam Upaya Pencegahan Penyakit Saluran Pernafasan di Desa Kutalimbaru,
Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.

6
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Gambaran
Perilaku Ibu terhadap PHBS (tidak merokok di dalam rumah) dalam Upaya Pencegahan
Penyakit Saluran Pernafasan di Desa Kutalimbaru.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk mengetahui:

 Tingkat pengetahuan ibu tentang PHBS (tidak merokok di dalam rumah).


 Pola perilaku ibu tentang PHBS (tidak merokok di dalam rumah) dalam upaya
mengurangi dan mencegah meningkatnya jumlah penderita penyakit pada saluran
pernafasan di Desa Kutalimbaru.

1.4 Manfaat Penelitian

 Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Kutalimbaru
dalam hal 10 indikator PHBS di rumah tangga yang berkaitan dengan penyakit saluran
pernafasan.
 Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam penerapan 10
indikator PHBS di rumah tangga khususnya tidak merokok di dalam rumah di Desa
Kutalimbaru, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
 Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan tentang PHBS (tidak merokok
di dalam rumah) dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan di Puskesmas
Kutalimbaru, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.

7
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perilaku Kesehatan


Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan
atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu
aktivitas dari pada manusia itu sendiri.
Menurut Sarwono (2004), perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam
pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk
pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi
individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini dapat
bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai tindakan). Secara lebih operasional perilaku
dapat diartikan suatu respon organisme atau seseorang terhadap rangsangan (stimulus) dari luar
subjek. Respon ini berbentuk dua macam yaitu : (Notoatmodjo, 2003).
1. Bentuk Pasif
Adalah respon internal, yaitu yang terjadi dalam diri manusia dan tidak secara
langsung dapat terlihat oleh orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sikap batin
dan pengetahuan. Misalnya seorang ibu tahu bahwa imunisasi itu dapat mencegah
suatu penyakit tertentu. Contoh lain seseorang yang menganjurkan orang lain untuk
mengikuti keluarga berencana (KB) meskipun ia tidak ikut KB. Dari kedua contoh
tersebut terlihat bahwa si ibu telah mempunyai sikap yang pasif untuk mendukung KB,
meskipun dia sendiri belum melakukan secara konkrit terhadap kedua hal tersebut,
oleh karena itu perilaku mereka ini masih terselubung (Cover Behavior).
2. Bentuk Aktif
Yaitu apabila perilaku tersebut jelas dapat di observasi secara langsung, misalnya pada
contoh kedua tersebut diatas si ibu suadah membawa anaknya ke puskesmas atau
fasilitas kesehatan lain untuk imunisasi dan orang pada kasus kedua sudah menjadi
aksptor KB. Oleh karena itu perilaku mereka ini sudah tampak dalam bentuk tindakan
nyata ( Overt Behavior).

8
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Berikut ini adalah beberapa domain perilaku yaitu:


a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yakni dengan indera
penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba sebagian besar pengetahuan
manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003). Ada 6 tingkatan
pengetahuan yaitu :
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang
dipelajari dengan menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
2. Memahami (Comprehansion)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut
secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan dan meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut,
dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari
penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan),
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.

9
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. Misalnya dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan sebagainya
(Notoatmojdo, 2003).

b. Sikap (Attitude)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikaap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen
pokok, yaitu :
 Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
 Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
 Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2004).

10
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

c. Tindakan atau Praktek (Practice).


Notoatmodjo (2004), mengatakan bahwa Suatu sikap belum otomatis terwujud
dalam suatu tidakan (overt behavior). Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu
perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang diperlukan
faktor dukungan (support) dari pihak lain.

2.2 ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut)


2.2.1. Defenisi ISPA
Menurut Depkes (2004) merupakan istilah yang diadaptasi dari istilah bahasa
inggris Acute Respiratory Infection (ARI). Istilah ISPA meliputi 3 unsur penting yaitu
infeksi, saluran pernafasan dan akut. Dengan pengertian sebagai berikut infeksi adalah
masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak
sehingga menimbulkan gejala penyakit. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung
sampai 14 hari. Batas 14 hari di ambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk
beberapa penyakit yang dapat digolongkan dalam ISPA proses ini dapat berlangsung lebih
dari 14 hari.
Menurut Depkes RI (1996) istilah ISPA mengandung 3 unsur yaitu infeksi, saluran
pernafasan dan akut. Pengertian atau batasan masing-masing unsur adalah sebagai berikut :
1. Infeksi adalah masukknya kuman atau mikroorganisme kedalam tubuh manusia dan
berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit.
2. Saluran pernafasan adlah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ
adneksanya seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Dengan demikian ISPA
secara anatomis mencakup saluran pernafasan bagian atas, saluran pernafasan bagian
bawah (termasuk jaringan paru-paru) dan organ adneksa saluran pernafasan.
3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Batas ini
diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk beberapa penyakit yang
dapat digolongkan dalam ISPA. Proses ini dapat berlangsung lebih dari 14 hari.
(Ditjen PPM dan PLP Depkes RI, 2000).

11
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

2.2.2. Epidemiologi dan Etiologi ISPA


Pada akhir tahun 2000 ISPA mencapai 6 kasus diantara 1000 bayi dan balita. Tahun
2003 kasus kesakitan balita akibat ISPA sebanyak 5 dari 1000 balita (Oktaviana, 2009).
Setiap anak balita diperkirakan mengalami 3-6 episode ISPA setiap tahunnya dan proporsi
kematian yang disebabkan ISPA mencakup 20-30% (Suhandayani, 2007). Untuk
menciptakan upaya perbaikan kesehatan masyarakat, departemen kesehatan RI menetapkan
10 program prioritas masalah kesehatan yang ditemukan di masyarakat guna mencapai
tujuan Indonesia Sehat 2010, dimana salah satu diantaranya adalah program pencegahan
penyakit menular termasuk penyakit infeksi saluran pernafasan akut (Depkes RI, 2002). Di
kabupaten Deli Serdang pada 2004 diketahui angka morbiditas kasus ISPA sebanyak
12.871 kasus (31,7%) dengan rincian 6.638 terjadi pada kelompok umur bayi (51,5%) dan
6.233 kasus pada usia 1-4 tahun (48,5%) (Agustama, 2005).
Etiologi ISPA terdiri dari lebih 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah Genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus,
Haemophylus, Bordatella dan Coneabacterium. Virus penyebab ISPA antara lain adalah
golongan Miksovirus, Adenovirus, Coronavirus, Pikomavirus, Mikoplasma, Herpesvirus
(Erlien, 2008).
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan (ISPA) disebabkan oleh virus seperti virus
sinsisial pernafasan. (VSP), virus parainfluensa, adenovirus, rhinovirus dan coronavirus,
coksakivirus A&B dan mikoplasma (Nelson, 2000). Penyakit infeksi saluran pernafasan
(ISPA) juga disebabkan karena faktor kelelahan, daya tahan tubuh melemah, polusi udara,
asap kendaraan, dan pembakaran hutan setelah penggantian musim (Hatta, 2000).
Penyebab lainnya yaitu :
a. Agent, infeksi dapat berupa flu biasa hingga radang paru. Kejadiannya bisa secara
akut maupun kronis, yang paling sering adalah rhinitis simpleks, faringitis,
tonsillitis dan sinusitis. Berdasarkan hasil penelitian Parhusip (2004), yang
meneliti spectrum dari 101 penderita infeksi saluran pernafasan di BP4 Medan
didapatkan bahwa semua penderita terlihat hasil biakan positif, pada 2 penderita
dijumpai tumba 2 galur bakteri sedangkan yang lainnya hanya tumbuh 1 galur.

12
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Bakteri gram (+) dijumpai sebanyak 54 galur (52,4%) dan bakteri gram (-) 49
galur (47,6%).
b. Manusia,
 Umur : penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai resiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak
yang lebih tua. Ini terjadi karena anak dibawah usia dibawah 2 tahun belum
sempurna dan lumen saluran pernafasana masih sempit.
 Jenis kelamin : berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993) menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi insiden maupun lama ISPA pada laki-
laki dibandingkan dengan perempuan. Namun menurut beberapa penelitian
kejadian ISPA lebih sering didapati pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.
 Status gizi : di banyak negara di dunia penyakit infeksi masi merupakan penyebab
utama kematian akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi
biasanya di dahului dengan ank yang berstatus gizi yang kurang memuaskan.
Rendahnya daya tahan tuuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan
mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
 Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) : kecil dari 2500 gram, bayi dengan BBLR
mempunyai angka kematian lebih tinggi daripada bayi dengan berat lebih dari
2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Hasil uji statistic
diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kasus ISPA
(Pneumonia) dengan balita BBLR.
 Status ASI Eksklusif : ASI dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi, kaya
akan factor antibody untuk melawaninfeksi-infeksi bakteri dan virus terutama
selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolustrum, yaitu
ASI awal yang mengandung zat kekebalan (immunoglobulin, lizozim, bifidus
factor) yang sangat penting melindungi bayi dari bakteri. Berdasarkan hasil
penelitian Syahril (2006), didapatkan bahwa proporsi balita yang tidak mendapat
ASI Eksklusif menderita ISPA sebesar 56,2%, sedang yang tidak menderita ISPA

13
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

38,8%. Hasil uji statistic didaptkan bahwa yang menderita ISPA resikonya 2 kali
lebih besar pada anak balita yang tidak mendapat ASI Eksklusif.
 Status imunisasi : imunisasi adalah upaya untuk melindungi seseorang terhadap
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu.
Pentingnya imunisai di dasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit
merupakan upaya terpenting dalam upaya kesehatan anak. Imunisasi bermanfaat
untuk mencegah beberapa jenis penyakit seperti polio (lumpuh layu), TB paru,
difteri, hepatitis, tetanus, pertusis. Berdasarkan penelitian Syahril di kota Banda
Aceh (2006), didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna natara kejadian
pneumonia bermakna pada balita pada status iminisasi artinya dijumpai tingginya
kasus ISPA pada anak yang tidak mendapat imunisasi.
c. Lingkungan
 Kelembaban dalam ruangan : berdasarkan Kep.MenKes RI no. 829 tahun 1999
tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa kelembaban yang sesuai untuk
rumah sehat adalah 40-70%, optimum 60%. Hasil penelitian Chahaya, dkk di
perumnas mandala Medan (2004) dengan didapatkan bahwa kelembaban ruangan
berpengaruh terhadap terjadinya ISPA.
 Suhu ruangan : salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu
optimum 18-30o C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan <18oC atau >30oC keadaan
rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor resiko terjadinya ISPA sebesar 4 kali.
 Ventilasi : ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Sirkulasi udara di dalam rumah akan baik dan
mendapat suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10% dari luas
lantai.
 Penggunaan anti nyamuk : penggunaan anti nyamuk sebagai alat untuk
menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan

14
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di
lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga
memepermudah timbulnya gangguan pernafasan. Berdasarkan penelitian Afrida
(2007), didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengguna anti
nyamuk dengan kejadian penyakit ISPA.
 Bahan bakar untuk memasak : bahan bakar yang digunakan untuk memasaka
sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Berdasarkan hasil
penelitian Afrida (2007), prevalens rate ISPA pada bayi yang dirumahnya
menggunakan bahan bakar untuk memasak adalah minyak tanah sebesar 76,6%,
sedangkan elpiji 33,3%.
 Keberadaan perokok : rokok bukan hanya msalah perokok aktif tetapi juga
perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia, 200 diantaranya
merupakan racun, antara lain karbon monoksida (CO), polisiklik aromatic
hidrokarbon (PAHs) dan lain-lain.
 Status ekonomi dan pendidikan : persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat
dan sakit berbeda dari satu individu dengan individu lainnya. Bagi seorang yang
sakit, persepsi terhadap penyakitnya merupakan hal yang penting dalam
menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu sangat
menentukan tindakan pengobatan yang akan diterima oleh anaknya. Berdasarkan
hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, makan jumlah ibu
yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak.

2.2.3. Patogenesis ISPA


Menurut Baum (1980), saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan
dunia luar sehingga guna mengatasinya dibutuhkan suatu system pertahanan yang efektif
dan efisien. Ketahanan saluran pernafasan infeksi maupun partikel dan gas yang ada di
udara amat tergantung pada 3 unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu :
1. Keutuhan epitel mukosa dan gerak mukosilia.
2. Makrofag alveoli terjadi.

15
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

3. Antibody setempat.
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada
saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu. Selain itu, hal-
hal yang dapat mengganggu keutuhan mukosa dan gerak silia adalah :
1. Asap rokok dan gas SO2 yang merupakan polutan utama dalam pencemaran udara.
2. Sindrom imotil.
3. Pengobatan dengan O2 dengan konsentrasi tinggi (25%) atau lebih.
Makrofag banyak terdapat di alveolus dan akan dimobilisasikan ke tempat lain
bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh
bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini (Baum, 1980).

2.2.4. Cara Penularan ISPA


Penularan bibit penyakit ISPA dapat terjadi dari penderita penyakit ISPA dan karier
yang disebut juga reservoir bibit penyakit yang ditularkan kepada orang lain melalui
kontak langsung atau melalui benda-benda yang telah tercemar bibit penyakit termasuk
udara. Penularan melalui udara dimaksudkan adalah cara penularan yang terjadi tanpa
kontak dengan penderita maupun dengan benda yang terkontaminasi dan tidak jarang
penyakit yang sebagian ilmu besar penularannya adalah karena menghisap udara yang
mengandung penyebab atau mikroorganisme tempat kuman berada (reservoir) (Iwansain,
2007).
ISPA dapat ditularkan melalui : air ludah, darah, cipratan bersin, yang mengandung
kuman yang terhirup oleh orang sehat ke saluran pernafasannya (Erlien, 2008).

2.2.5. Tanda dan Gejala Klinis ISPA


Penyakit saluran pernafasan atas dapat memberikan gejala klinis yang beragam
antara lain :
1. Gejala koriza (Coryzal Syndrom), yaitu pengeluaran cairan (discharge) nasal yang
berlebihan, bersin, obstruksi nasal, mata berair, konjuntivitis ringan. Sakit tenggorokan
(sore throat), rasa kering pada bagian posterior palatum mole dan uvula, sakit kepala,
malaise, nyeri otot, lesu, serta rasa kedinginan (chillness) demam jarang terjadi.

16
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

2. Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat. Peradangan pada
faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi
nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala koriza jarang. Gejala umum seperti rasa
kedinginan, malaise, rasa sakit di seluruh badan, sakit kepala, demam ringan, dan
parau (hoarseness).
3. Gejala faringokonjuntival yang merupakan varian dari gejala faringeal. Gejala
faringeal sering disusul oleh konjuntivitis yang disertai fotopobia dan sering pula
disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang konjuntivitis timbul terlebih dahulu
dan hilang setelah seminggu sampai dua minggu, dan setelah gejala lain hilang sering
terjadi epidemik.
4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam, menggigil,
lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia yang timbul tiba-tiba,
batuk, sakit tenggorokan dan nyeri retro sternal. Keadaan ini dapat menjadi berat dan
dapat terjadi pandemik yang hebat dan ditumpangi oleh infeksi bakterial.

2.2.6. Penatalaksanaan ISPA


Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus yang benar
merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan program (turunnya kematian karena
pneumonia dan turunnya penggunaan antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada
pengobatan penyakit ISPA). Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk
standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi penggunaan antibiotik
untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang
bermanfaat. Strategi penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian
makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang penting bagi pederita
ISPA . Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut (Smeltzer &
Bare, 2002) :
a. Pemeriksaan
Pemeriksaan artinya memperoleh informasi tentang penyakit anak dengan mengajukan
beberapa pertanyaan kepada ibunya, melihat dan mendengarkan anak. Hal ini penting agar
selama pemeriksaan anak tidak menangis (bila menangis akan meningkatkan frekuensi
napas), untuk ini diusahakan agar anak tetap dipangku oleh ibunya. Menghitung napas

17
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka
sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak
harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan stetoskop penyakit pneumonia
dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
b. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
 Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
 Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
 Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
c. Pengobatan
 Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan
sebagainya.
 Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrimoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
 Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala
batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama
10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.

18
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

2.2.7. Pencegahan ISPA


Menurut Depkes RI, (2002) pencegahan ISPA antara lain:
a. Menjaga kesehatan gizi agar tetap baik dengan menjaga kesehatan gizi yang baik maka itu
akan mencegah kita atau terhindar dari penyakit yang terutama antara lain penyakit ISPA.
Misalnya dengan mengkonsumsi makanan empat sehat lima sempurna, banyak minum air
putih, olah raga dengan teratur, serta istirahat yang cukup, ke semuanya itu akan menjaga
badan kita tetap sehat. Karena dengan tubuh yang sehat maka kekebalan tubuh kita akan
semakin meningkat, sehingga dapat mencegah virus / bakteri penyakit yang akan masuk
ke tubuh kita.
b. Imunisasi
Pemberian immunisasi sangat diperlukan baik pada anak-anak maupun orang dewasa.
Immunisasi dilakukan untuk menjaga kekebalan tubuh kita supaya tidak mudah terserang
berbagai macam penyakit yang disebabkan oleh virus/ bakteri.
c. Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
Membuat ventilasi udara serta pencahayaan udara yang baik akan mengurangi polusi asap
dapur / asap rokok yang ada di dalam rumah, sehingga dapat mencegah seseorang
menghirup asap tersebut yang bisa menyebabkan terkena penyakit ISPA. Ventilasi yang
baik dapat memelihara kondisi sirkulasi udara (atmosfer) agar tetap segar dan sehat bagi
manusia.
d. Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) ini disebabkan oleh virus/ bakteri yang ditularkan
oleh seseorang yang telah terjangkit penyakit ini melalui udara yang tercemar dan masuk
ke dalam tubuh. Bibit penyakit ini biasanya berupa virus / bakteri di udara yang umumnya
berbentuk aerosol (anatu suspensi yang melayang di udara). Adapun bentuk aerosol yakni
Droplet, Nuclei (sisa dari sekresi saluran pernafasan yang dikeluarkan dari tubuh secara
droplet dan melayang di udara), yang kedua duet (campuran antara bibit penyakit).

2.3. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS)


2.3.1. Definisi PHBS
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang

19
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

2.3.2. Tujuan PHBS


 Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan sehat.
 Masyarkat mampu mencegah dan mengatasi masalah-masalah kesehatan yang
dihadapinya.
 Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada untuk penyembuhan
penyakit dan peningkatan kesehatannya.

2.3.3. Manfaat PHBS


1. Manfaat PHBS di rumah tangga
 Setiap rumah tangga meningkat kesehatannya agar tidak mudah sakit.
 Anak tumbuh sehat dan cerdas.
 Produktivitas kerja anggota keluarga meningkat. Pengeluaran biaya rumah
tangga dapat dialihkan untuk pemenuhan gizi keluarga, biaya pendidikan,
dan modal usaha untuk peningkatan pendapatan keluarga.
2. Manfaat PHBS bagi masyarakat
 Masyarakat mampu mengupayakan lingkungan yang sehat.
 Masyarakat mampu mencegah dan menanggulangi masalah-masalah
kesehatan.
 Masyarakat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
 Masyarakat mampu mengembangkan upaya kesehatan bersumber
masyarakat (UKBM) seperti posyandu, jaminan pemeliharaan kesehatan,
tabungna bersalin (tabulin), arisan jamban, kelompok pemakai air,
ambulans desa dll.

2.3.4. Indikator dalam PHBS


Indikator PHBS di rumah tangga :
1) Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

20
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

2) Bayi diberi ASI sejak lahir sampai berusia 6 bulan


3) Timbang balita
4) Rumah bebas jentik nyamuk
5) Cuci tangan dengan sabun
6) Ketersediaan air bersih
7) Ketersediaan jamban bersih
8) Makan buah dan sayur setiap hari
9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari
10) Tidak merokok dalam rumah.

21
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

BAB III
KERANGKA KONSEP

3.1 Konsep Penelitian

Pengetahuan
Kasus Penyakit Saluran
Sikap
Pernafasan
Tindakan
Ibu tentang PHBS (ISPA, TB Paru, Influenza)

Pada kerangka konsep penelitian tersebut di atas dapat dilihat bahwa untuk mencapai
tujuan utama penelitian yaitu pelaksanaan program PHBS (tidak merokok di dalam rumah)
dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel
yaitu : pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga di kecamatan Kutalimbaru.

3.2 Defenisi Operasional


Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud atau tentang
apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan.
1. Pengetahuan adalah hal-hal yang diketahui ibu rumah tangga tentang PHBS (tidak
merokok di dalam rumah) dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan.
2. Sikap adalah setuju atau tidaknya ibu rumah tangga tentang PHBS (tidak merokok di
dalam rumah) dalam upaya pecegahan penyakit saluran pernafasan.
3. Tindakan adalah pernah atau tidaknya ibu rumah tangga menerapkan PHBS (tidak
merokok di dalam rumah) dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pelaksanaan Program
PHBS (tidak merokok di dalam rumah) adalah : memberikan penyuluhan-penyuluhan atau
informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan PHBS
terutama indicator tidak merokok di dalam rumah. Melalui penyebaran brosur atau poster-poster

22
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

yang berhubungan dengan Program PHBS, ataupun melalui iklan di berbagai media masa, baik
media cetak maupun media elektronik. Penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluruh
masyarakat dapat mengetahui manfaat PHBS (tidak merokok di dalam rumah) sehingga
terhindar dari penyakit saluran pernafasan.

23
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini adalah bersifat survey deskriptif yaitu suatu penelitian yang dilakukan
untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu fenomena yang terjadi di masyarakat. Ruang
lingkup keilmuan penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Masyarakat.
Variabel yang digunakan pada penelitian ini ada 2 yaitu variabel bebas (variabel
independen) dan variabel tergantung (variabel dependen). Variabel bebas adalah pengetahuan,
sikap dan tindakan Ibu Rumah Tangga tentang PHBS (tidak merokok di dalam rumah) dalam
upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan. Variabel tergantung adalah tindakan ibu rumah
tangga tentang PHBS (tidak merokok di dalam rumah) dalam upaya pencegahan ISPA.

4.2 Lokasi Penelitian


Penelitian ini dilakukan di desa Kutalimbaru, Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli
Serdang.

4.3 Waktu Penelitian


Tabel 4.3 Waktu Penelitian
11 November 2013 s/d 22 November 2013
No Keterangan 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22
1 Pembuatan X X
proposal
2 Pengumpulan X X X X
data
3 Pengolahan X X X
data
4 Penyelesaian X X X
hasil laporan

24
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

4.4. Populasi dan Sampel


4.4.1. Populasi
Populasi dari penelitian ini adalah jumlah seluruh Ibu Rumah Tangga di desa
Kutalimbaru, kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang yang memiliki 490 KK
dari bulan Januari – Desember 2012 dengan jumlah ibu rumah tangga 490 Orang.

4.4.2. Sampel
Sampel ditentukan dengan cara simpel random sampling dimana jumlah sampel
ditentukan dengan rumus :
n = N
1+N(d)2

n = Jumlah sampel

d = Derajat kesalahan yang diinginkan

N =Jumlah populasi

Sumber =Metodologi penelitian Kesehatan, Dr. Sukidjo Noto Admojo)

Sampel ibu :
n= 490
490 (0,12) + 1
n = 83 sampel

4.5 Tekhnik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang menunjang dan melengkapi penelitian ini dilakukan dengan
dua cara yaitu data primer dan data sekunder.
4.5.1 Data Primer
Data primer dalam penelitian ini, di peroleh dari hasil wawancara dengan masyarakat
dengan pengisian kuesioner yang dibuat.

25
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

4.5.2 Data Sekunder


Data sekunder adalah data yang di peroleh dari instansi terkait seperti kantor camat
kecamatan Kutalimbaru

4.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk mengumpulkan data.
Instrumen yang dipakai adalah berupa kuesioner yang terdiri dari 10 pertanyaan dan rincian
adalah :
1. 10 pertanyaan tentang pengetahuan Ibu Rumah Tangga Tentang PHBS (tidak
merokok di dalam rumah) dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan.
2. 10 pertanyaan tentang sikap Ibu Rumah Tangga Tentang PHBS (tidak merokok di
dalam rumah) dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan.
3. 10 pertanyaan tentang tindakan Ibu Rumah Tangga PHBS (tidak merokok di dalam
rumah) dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan.
Scoring kuesioner pengetahuan dan tindakan ibu tentang PHBS (tidak merokok di dalam
rumah) yang berkaitan dengan pencegahan pemyakit saluran pernafasan :
1. a(1) b(0)
2. a(1) b(0)
3. a(1) b(0)
4. a(1) b(0)
5. a(1) b(0)
6. a(1) b(0)
7. a(1) b(0)
8. a(1) b(0)
9. a(1) b(0)
10. a ( 1 ) b(0)

4.7 Teknik Pengukuran


Teknik pengukuran/penelitian Ibu Rumah Tangga tentang PHBS (tidak merokok di dalam
rumah) dalam upaya pencegahan pencegahan saluran pernafasan di desa Kutalimbaru,
Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang berdasarkan teori Hadi Pratomo adalah :

26
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

- Baik jika jawaban benar > 75 % dari jumlah pertanyaan


- Sedang jika jawaban benar 40 – 75 % dari jumlah pertanyaan
- Buruk jika jawaban benar < 40 % dari jumlah pertanyaan
Pengetahuan, sikap, dan tindakan Ibu Rumah Tangga tentang PHBS (tidak merokok di
dalam rumah) dalam upaya pencegahan ISPA maka untuk menilai tingkat pengetahuan, sikap
dan tindakan responden berdasarkan skor (maksimum untuk kuesioner adalah 10).
- Baik >75 % x 10 = skor > 8.
- Sedang = 40 % - 75 % x 10 = skor 4 – 8.
- Buruk < 40 % x 10 = skor < 4.

4.8 Pengelolaan Data


Data dibuat secara manual meskipun pengolahan data secara manual saat ini memang
jarang dilakukan karena sudah ketinggalan jaman. Namun dalam keterbatasan sarana dan
prasarana atau kalau data tidak terlalu besar, pengelolaan data secara manual masih diperlukan.
Langkah-langkah pengelolaan data secara manual pada umumnya melalui langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Editing
Hasil wawancara atau angket yang diperoleh atau dikumpulkan melalui kuesioner
perlu disunting /edit terlebih dahulu kalau ternyata masih ada data atau informasi yang
tidak lengkap dan tidak mungkin dilakukan wawancara ulang, maka kuesioner tersebut
dikeluarkan (drop out).
2. Membuat lebaran kode atau kartu kode (coding sheet)
Lembaran atau kartu kode adalah instrumen berupa kolom-kolom untuk merekam data
secara manual. Lembaran atau kartu kode berisi nomor responden, dan nomor-nomor
pertanyaan.
3. Memasukkan data (data entry)
Yakni mengisi kolom-kolom atau kotak-kotak lembar kode atau kartu kode sesuai
dengan jawaban masing-masing pertanyaan.
4. Tabulasi

27
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan
oleh peneliti.

4.9 Analisa Data


Menganalisis data tidak sekedar mendeskripsikan dan menginterpretasikan data yang telah
diolah. Keluaran akhir dari analisis data kita harus memperoleh makna atau arti dari hasil
penelitian tersebut. Interpretasi data mempunyai dua sisi, sisi yang sempit dan sisi yang luas.
Interpretasi data dari sisi yang sempit, hanya sebatas pada masalah penelitian yang akan dijawab
melalui data yang diperoleh tersebut. Sedangkan dari sisi yang lebih luas, interpretasi data berarti
mancari makna data hasil penelitian dengan cara tidak hanya menjelaskan hasil penelitian
tersebut, tetapi juga melakukan inferensi atau generalisasi dari data yang diperoleh melalui
penelitian tersebut.
Oleh sebab itu secara rinci tujuan dilakukan analisis data adalah :
a. Memperoleh gambaran dari hasil penelitian yang telah dirumuskan dalam tujuan
penelitian
b. Membuktikan hipotesis –hipotesis penelitian yang telah dirumuskan
c. Memperoleh kesimpulan secara umum dari penelitian, yang merupakan kontribusi
dalam pengembangan ilmu yang bersangkutan.

28
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

BAB V
HASIL PENELITIAN

5.1 Gambaran Umum Hasil Penelitian


5.1.1 Geografi
Puskesmas Kutalimbaru terletak di Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli
Serdang yang berjarang kurang lebih 50 Km2 , memiliki luas wilayah 178,81 Ha, dengan
batas-batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Kecamatan Sunggal.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Tanah Karo.
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Kabupaten Langkat.
Sebelah timur : Berbatasan dengan Kecamatan Pancur Batu,
Kabupaten Langkat.

5.1.2 Demografi
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang mencakup 14 desa dan 96 dusun.
Pada tahun 2012 memiliki jumlah penduduk 35.982 jiwa dengan jumlah 490 KK.

Tabel 5.1.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Umur


No Usia Jumlah
1 15-20 2
2 21-25 8
3 26-30 14
4 31-35 16
5 36-40 18
6 41-45 8
7 46-50 2
8 51-55 2
9 56-60 6

29
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

10 61-65 5
11 66-70 1
12 71-75 1
Jumlah 83

Tabel 5.1.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


No Pendidikan Jumlah
1 Tidak Sekolah -
2 SD 9
3 SMP 17
4 SMA 40
5 DI -
6 DII -
7 DIII 3
8 SI 4
Jumlah 83

Tabel 5.1.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


No Jenis Pekerjaan Jumlah
1 Ibu Rumah Tangga 83
Jumlah 83

5.2 Hasil Penelitian


5.2.1 Karakteristik Responden
Dari hasil wawancara yang dilakukan terhadap ibu rumah tangga didapatkan
karakteristik dari responden sebagai berikut :

30
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

A. Pengetahuan
Tabel 5.2.1.1 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang zat yang
terkandung didalam rokok
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 47 56,6%
2 Tidak 36 43,4 %
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.2 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang bahaya


merokok didalam rumah bagi anggota keluarga
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 70 84,3 %
2 Tidak 13 15,7 %
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.3 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang merokok


menyebabkan gangguan fungsi organ paru-paru, jantung, pembuluh darah,
saraf, otak, dan kehamilan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 57 67,5%
2 Tidak 26 32,5%
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.4 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang cara


melindungi diri dari bahaya asap rokok
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 69 83,1%
2 Tidak 14 16,9%
Jumlah 83 100 %

31
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Tabel 5.2.1.5 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang merokok


merupakan penyebab kematian terbesar
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 72 86,7 %
2 Tidak 11 13,3 %
Jumlah 83 100%

Tabel 5.2.1.6 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang penyebab


penyakit saluran pernapasan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 55 66,3 %
2 Tidak 28 33,7 %
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.7 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang gejala penyakit


saluran pernafasan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 52 62,7 %
2 Tidak 31 37,4 %
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.8 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang penularan


penyakit saluran pernafasan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 55 66,3 %
2 Tidak 28 33,7 %
Jumlah 83 100 %

32
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Tabel 5.2.1.9 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang pencegahan


penyakit saluran pernapasan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 43 51,8 %
2 Tidak 40 48,2 %
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.10 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang pentingnya


imunisasi dalam mencegah penyakit saluran pernapasan seperti TB Paru,
Pertusis/ Batuk Rejan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 59 71,1 %
2 Tidak 24 28,9 %
Jumlah 83 100 %

B. Sikap
Tabel 5.2.1.11 Distribusi frekuensi sikap responden tentang zat berbahaya pada
rokok yang merusak kesehatan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 65 78,3 %
2 Tidak 18 21,7%
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.12 Distribusi frekuensi sikap responden tentang bahaya merokok


didalam rumah bagi anggota keluarga
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 70 84,3 %
2 Tidak 13 15,7 %
Jumlah 83 100 %

33
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Tabel 5.2.1.13 Distribusi frekuensi sikap responden tentang merokok


menyebabkan gangguan fungsi organ paru-paru, jantung, pembuluh darah,
saraf, otak, dan kehamilan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 52 62,7%
2 Tidak 31 37,3%
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.14 Distribusi frekuensi sikap responden tentang cara melindungi diri
dari bahaya asap rokok
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 67 80,7%
2 Tidak 16 19,3%
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.15 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang merokok


merupakan penyebab kematian terbesar
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 72 86,7 %
2 Tidak 11 13,3 %
Jumlah 83 100%

Tabel 5.2.1.16 Distribusi frekuensi sikap responden untuk mengikuti penyuluhan


oleh tenaga kesehatan tentang penyakit saluran pernapasan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 47 56,6 %
2 Tidak 36 43,4 %
Jumlah 83 100 %

34
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Tabel 5.2.1.17 Distribusi frekuensi sikap responden untuk berobat pada saat
batuk/ flu
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 46 55,7%
2 Tidak 37 44,3%
Jumlah 83 100

Tabel 5.2.1.18 Distribusi frekuensi sikap responden tidak membuang dahak


sembarangan yang dapat menularkan penyakit saluran pernapasan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 55 66,3 %
2 Tidak 28 33,7 %
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.19 Distribusi frekuensi sikap responden untuk menggunakan masker/


menutup mulut saat batuk dalam mencegah penyakit saluran pernapasan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 40 48,8%
2 Tidak 43 51,2%
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.20 Distribusi frekuensi sikap responden tentang pentingnya imunisasi


dalam mencegah penyakit saluran pernapasan seperti TB Paru, Pertusis/ Batuk
Rejan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 60 72,2 %
2 Tidak 23 27,8 %
Jumlah 83 100

35
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

C. Tindakan
Tabel 5.2.1.21 Distribusi frekuensi tindakan responden dalam melarang anggota
keluarga yang memiliki kebiasaan merokok
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 66 79,5%
2 Tidak 17 20,5%
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.22 Distribusi frekuensi tindakan responden untuk menerapkan tidak


merokok didalam rumah
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 60 72,3%
2 Tidak 23 27,7%
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.23 Distribusi frekuensi tindakan responden untuk melakukan


pemeriksaan kesehatan rutin
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 44 53%
2 Tidak 39 47%
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.24 Distribusi frekuensi tindakan responden untuk melindungi diri


dari bahaya asap rokok
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 63 75,9%
2 Tidak 20 24,1%
Jumlah 83 100 %

36
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Tabel 5.2.1.25 Distribusi frekuensi tindakan responden untuk berpartisipasi


dalam mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh rokok
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 38 45,8 %
2 Tidak 45 54,2 %
Jumlah 83 100%

Tabel 5.2.1.26 Distribusi frekuensi tindakan responden dalam mengikuti penyuluhan


penyakit saluran pernapasan di daerah tempat tinggal
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 46 55,7%
2 Tidak 37 44,3%
Jumlah 83 101

Tabel 5.2.1.27 Distribusi frekuensi tindakan responden unuk berobat bila


mengalami batuk/flu yang tidak kunjung sembuh
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 46 55,7%
2 Tidak 37 44,3%
Jumlah 83 100

Tabel 5.2.1.28 Distribusi frekuensi tindakan responden tidak membuang dahak


sembarangan yang dapat menularkan penyakit saluran pernapasan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 55 66,3 %
2 Tidak 28 33,7 %
Jumlah 83 100 %

37
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Tabel 5.2.1.29 Distribusi frekuensi tindakan responden untuk menggunakan


masker/ menutup mulut saat batuk dalam mencegah penyakit saluran
pernapasan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 35 42,2%
2 Tidak 48 57,8%
Jumlah 83 100 %

Tabel 5.2.1.20 Distribusi frekuensi tindakan responden membawa bayi/balita


untuk imunisasi dalam mencegah penyakit saluran pernapasan seperti TB Paru,
Pertusis/ Batuk Rejan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 64 77,1 %
2 Tidak 19 22,9%
Jumlah 83 100%

38
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

BAB VI
PEMBAHASAN

Setelah melakukan penelitian, di dapat hasil penelitian sebagai berikut :


 Dari 83 ibu rumah tangga sebagai responden di Kecamatan Kutalimbaru, diperoleh 10%
responden memiliki pengetahuan yang baik, 62% responden mempunyai pengetahuan
yang sedang, 28% responden mempunyai pengetahuan yang buruk dalam pengetahuan
mereka tentang PHBS (tidak merokok didalam rumah). Hal ini dipengaruhi oleh
pendidikan ibu yang rata-rata hanya sebatas SMA.
 Dari 83 ibu rumah tangga sebagai responden di Kecamatan Kutalimbaru, di peroleh 13%
responden mempunyai sikap yang baik, 60% responden mempunyai sikap yang sedang,
27% responden mempunyai sikap yang buruk terhadap PHBS (tidak merokok didalam
rumah). Hal ini dipengaruhi oleh kurangnya kepedulian para ibu tentang bahaya asap
rokok bagi kesehatan saluran pernapasan.
 Dari 83 ibu rumah tangga sebagai responden di Kecamatan Kutalimbaru, di peroleh 8%
responden mempunyai tindakan yang baik, 19% responden memiliki tindakan yang
sedang, 73% responden memiliki tindakan yang buruk dalam pengetahuan terhadap
PHBS (tidak merokok didalam rumah). Hal ini dipengaruhi oleh sosial budaya (Life style)
masyarakat yang masih mengkonsumsi rokok sebagai cara penghilang stress.
Hal ini dapat diartikan bahwa tindakan ibu rumah tangga tentang PHBS (tidak merokok
didalam rumah) di Desa Kutalimbaru adalah sebagian besar termasuk dalam kategori buruk, hal
ini dipengaruhi oleh sosial budaya yang ditumbuh di masyarakat tersebut. Sedangkan
pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga tentang PHBS (tidak merokok didalam rumah) di desa
Kutalimbaru sebagian besar termasuk dalam kategori sedang. Untuk itu diperlukan sosialisasi
yang lebih baik lagi dari tenaga kesehatan mengenai PHBS, baik tujuan, program dan
pemanfaatannya dalam upaya pencegahan penyakit terutama ISPA.

39
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Grafik 6.1 Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan Koresponden

Chart Title
80%

70%

60%

50%
Baik
40%
Sedang
30% Buruk
20%

10%

0%
Pengetahuan Sikap Tindakan

40
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan
Dari data yang kami peroleh setelah melakukan mini survey di Desa Kutalimbaru
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga tentang PHBS (tidak
merokok didalam rumah) sudah termasuk kedalam kategori yang sedang. Tetapi, aplikasinya
berbanding terbalik dengan tindakan. Hal ini berkaitan dengan tingkat sosial budaya yang
tumbuh dimasyarakat tersebut, bahwa dengan merokok dapat menghilangkan stress. Para ibu
sangat setuju dan mendukung dengan adanya program PHBS terutama yang bermanfaat dalam
upaya pencegahan penyakit.
Program PHBS merupakan program pemerintah yang harus terus di sosialisasikan kepada
masyarakat, terutama ibu rumah tangga, agar setiap rumah tangga dapat meningkatkan
kesehatan, anak dapat tumbuh sehat dan cerdas serta meningkatkan produktivitas kerja setiap
anggota keluarga sehingga tercapainya tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih baik.

7.2 Saran
Dari data yang diperoleh kami memberikan saran :
1. Perlunya sosialisasi yang lebih baik mengenai PHBS, baik tujuannya, programnya dan
pemanfaatannya.
2. Diharapkan agar para tenaga kesehatan memberikan informasi yang baik mengenai
PHBS.

41
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, U.F. 2003. Waspadai Penyakit Menular. Jakarta : Peneliti dan Pengembangan
Depkes RI.
Agustama. 2005. Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita. Medan :
USU.
Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
untuk Penanggulangan Pneumoni Pada Balita. Jakarta : Ditjen PPM-PLP.
Depkes RI. 1992. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Jakarta : Direktorat Jenderal PPM & PLP.
http://www.perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs.html. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Diakses tanggal 15 November 2013.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2008. Ilmu Kesehatan Masyarakat ; Prinsip-prinsip Dasar.


Jakarta: Rineka Cipta.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

42
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PHBS ( TIDAK MEROKOK DI DALAM
RUMAH) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN
DI DESA KUTALIMBARU KECAMATAN KUTALIMBARU

Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :

Pengetahuan
1. Apakah Ibu dan anggota keluarga tahu bahwa didalam rokok terdapat zat yang berbahaya
bagi kesehatan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

2. Apakah Ibu mengetahui bahaya dari merokok di dalam rumah bagi anggota keluarga?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

3. Apakah Ibu mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan gangguan fungsi organ paru-
paru, jantung, pembuluh darah, saraf, otak, dan kehamilan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

4. Apakah Ibu mengetahui cara melindungi diri dari bahaya asap rokok?

43
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
5. Apakah Ibu mengetahui bahwa merokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

6. Apakah Ibu mengetahui penyebab penyakit saluran pernapasan?


A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

7. Apakah Ibu mengetahui tanda-tanda penyakit saluran pernapasan?


A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

8. Apakah Ibu mengetahui cara penularan penyakit saluran pernapasan?


A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

9. Apakah Ibu mengetahui cara pencegahan penyakit saluran pernapasan?


A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

10. Tahukah Ibu pentingnya imunisasi dalam mencegah penyakit saluran pernapasan seperti TB
Paru, Pertusis, Influenza?

44
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
Sikap
1. Setujukah Ibu bahwa didalam rokok terdapat zat yang berbahaya bagi kesehatan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan

2. Setujukah Ibu bahwa merokok di dalam rumah berbahaya bagi anggota keluarga?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

3. Setujukah Ibu bahwa merokok dapat menyebabkan gangguan fungsi organ paru-paru,
jantung, pembuluh darah, saraf, otak, dan kehamilan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan

4. Setujukah Ibu untuk melindungi diri dari bahaya asap rokok?


A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

5. Setujukah Ibu bahwa merokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

45
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

6. Setujukah Ibu untuk mengikuti penyuluhan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan tentang
penyakit saluran pernapasan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

7. Setujukah Ibu jika batuk/flu yang tidak kunjung sembuh membutuhkan pertolongan yang
lebih serius?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

8. Setujukah Ibu bahwa membuang dahak sembarangan dapat menularkan penyakit saluran
pernapasan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

9. Setujukah Ibu untuk menggunakan masker/ menutup mulut saat batuk untuk mencegah
penyakit saluran pernapasan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

10. Setujukah Ibu membawa bayi/balita ke Posyandu dalam mencegah penyakit saluran
pernapasan seperti TB Paru, Pertusis, Influenza?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

46
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Tindakan
1. Sudahkah Ibu melarang anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

2. Apakah Ibu sudah ikut menerapkan tidak merokok di dalam rumah?


A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

3. Pernahkah Ibu dan anggota keluarga melakukan pemeriksaan kesehatan rutin?


A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

4. Apakah Ibu sudah melindungi diri dari bahaya asap rokok?


A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

5. Sudahkah Ibu ikut berpartisipasi mengurangi kematian yang disebabkan oleh rokok?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

6. Apakah ibu sudah pernah mengikuti penyuluhan tentang penyakit saluran pernapasan di
daerah tempat tinggal anda
A. Ya
B. Tidak

47
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Jelaskan:

7. Apakah Ibu sudah segera berobat apabila mengalami batuk, flu, demam yang tidak kunjung
sembuh?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

8. Sudahkah Ibu tidak membuang dahak sembarangan pada saat batuk?


A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

9. Apakah Ibu pernah memakai masker/ menutup mulut ketika terserang batuk/ flu?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

10. Sudahkah Ibu membawa bayi/balita ke Posyandu dalam mencegah penyakit saluran
pernapasan seperti TB Paru, Pertusis/ batuk rejan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:

48
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

DOKUMENTAS

49
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

50
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU

Foto-foto pengisian angket dan penyuluhan tentang ASI Eksklusif dan ISPA.

kepada ibu di desa Kutalimbaru dan Posyandu Kutalimbaru.

51

Anda mungkin juga menyukai