BAB I
PENDAHULUAN
1
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
setan. Sekarang ini orang tidak lagi memikirkan bahaya merokok bagi kesehatan, baik bagi
dirinya sendiri maupun bagi orang lain yang berada disekelilingnya. Terutama pada rumah
tangga yang memiliki anak kecil, dimana bahaya dari asap rokok tersebut dapat menyebabkan
gangguan saluran pernafasan.
Hampir semua orang merokok dengan alasan yang sedikit sekali kaitannya dengan
kenikmatan. Untuk mencegah meningkatnya kasus ISPA di Indonesia, pemerintah membuat
suatu program yang dikenal dengan PHBS (Perilaku Hidup Sehat dan Bersih) dalam rumah
tangga yang memiliki 10 indikator. Adapun 10 inikator dari PHBS di rumah tangga antara lain :
1) persalinan dibantu oleh tenaga kesehatan; 2) pemberian ASI eksklusif; 3) menimbang balita;
4) tersedia air bersih; 5) tersedia jamban; 6) cuci tangan dengan sabun; 7) makan makanan
bergizi seimbang (sayur dan buah); 8) memberantas jentik nyamuk; 9) olahraga; 10) tidak
merokok di dalam rumah. Pemerintah mengharapkan dengan memasukkan “tidak merokok di
dalam rumah” sebagai salah satu indicator dari program PHBS rumah tangga dapat mengurangi
jumlah kasus penyakit saluran pernafasan yang semakin meningkat di Indonesia.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Puskesmas Kutalimbaru yang memiliki 14 desa,
dengan jumlah penduduk 35.982 jiwa serta kepala keluarga 8.718. Dimana ISPA merupakan
salah satu penyakit terbanyak yang ada di puskesmas ini. Tercatat ada 10.009 kasus ISPA dan
diikuti influenza padaurutan kedua, dari 25.910 kunjungan orang yang berobat ke Puskesmas
Kutalimbaru tahun 2012.
2
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Kuala Lau
6 4 302 1176
Bicik
Namo Rube
11 7 397 1462
Julu
3
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
4
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
5
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti
Hubungan Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Ibu terhadap PHBS (tidak merokok di dalam
rumah) dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan di Desa Kutalimbaru, Kecamatan
Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang tahun 2013.
Berdasarkan penjelasan diatas yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah
minimnya pengetahuan masyarakat tentang Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (Tidak merokok
didalam rumah) dalam Upaya Pencegahan Penyakit Saluran Pernafasan di Desa Kutalimbaru,
Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
6
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana Gambaran
Perilaku Ibu terhadap PHBS (tidak merokok di dalam rumah) dalam Upaya Pencegahan
Penyakit Saluran Pernafasan di Desa Kutalimbaru.
Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan lingkungan di Puskesmas Kutalimbaru
dalam hal 10 indikator PHBS di rumah tangga yang berkaitan dengan penyakit saluran
pernafasan.
Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
Sebagai masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam penerapan 10
indikator PHBS di rumah tangga khususnya tidak merokok di dalam rumah di Desa
Kutalimbaru, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
Bagi Masyarakat
Sebagai bahan masukan untuk menambah pengetahuan tentang PHBS (tidak merokok
di dalam rumah) dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan di Puskesmas
Kutalimbaru, Kecamatan Kutalimbaru, Kabupaten Deli Serdang.
7
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
8
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
9
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat
merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap
suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi yaitu berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau
penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan
suatu cerita yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada. Misalnya dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat dan sebagainya
(Notoatmojdo, 2003).
b. Sikap (Attitude)
Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup
terhadap suatu stimulus atau objek. Sikaap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya
dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam
kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap
stimulus sosial. Allport (1954), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen
pokok, yaitu :
Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek.
Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek.
Kecendrungan untuk bertindak (trend to behave).
Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total
attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan dan
emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2004).
10
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
11
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
12
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Bakteri gram (+) dijumpai sebanyak 54 galur (52,4%) dan bakteri gram (-) 49
galur (47,6%).
b. Manusia,
Umur : penelitian Daulay (1999) di Medan, anak berusia dibawah 2 tahun
mempunyai resiko mendapat ISPA 1,4 kali lebih besar dibandingkan dengan anak
yang lebih tua. Ini terjadi karena anak dibawah usia dibawah 2 tahun belum
sempurna dan lumen saluran pernafasana masih sempit.
Jenis kelamin : berdasarkan hasil penelitian Kartasasmita (1993) menunjukkan
bahwa tidak terdapat perbedaan prevalensi insiden maupun lama ISPA pada laki-
laki dibandingkan dengan perempuan. Namun menurut beberapa penelitian
kejadian ISPA lebih sering didapati pada anak laki-laki dibandingkan anak
perempuan.
Status gizi : di banyak negara di dunia penyakit infeksi masi merupakan penyebab
utama kematian akan tetapi anak-anak yang meninggal karena penyakit infeksi
biasanya di dahului dengan ank yang berstatus gizi yang kurang memuaskan.
Rendahnya daya tahan tuuh akibat gizi buruk sangat memudahkan dan
mempercepat berkembangnya bibit penyakit dalam tubuh.
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) : kecil dari 2500 gram, bayi dengan BBLR
mempunyai angka kematian lebih tinggi daripada bayi dengan berat lebih dari
2500 gram saat lahir selama tahun pertama kehidupannya. Hasil uji statistic
diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kasus ISPA
(Pneumonia) dengan balita BBLR.
Status ASI Eksklusif : ASI dibutuhkan dalam proses tumbuh kembang bayi, kaya
akan factor antibody untuk melawaninfeksi-infeksi bakteri dan virus terutama
selama minggu pertama (4-6 hari) payudara akan menghasilkan kolustrum, yaitu
ASI awal yang mengandung zat kekebalan (immunoglobulin, lizozim, bifidus
factor) yang sangat penting melindungi bayi dari bakteri. Berdasarkan hasil
penelitian Syahril (2006), didapatkan bahwa proporsi balita yang tidak mendapat
ASI Eksklusif menderita ISPA sebesar 56,2%, sedang yang tidak menderita ISPA
13
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
38,8%. Hasil uji statistic didaptkan bahwa yang menderita ISPA resikonya 2 kali
lebih besar pada anak balita yang tidak mendapat ASI Eksklusif.
Status imunisasi : imunisasi adalah upaya untuk melindungi seseorang terhadap
penyakit menular tertentu agar kebal dan terhindar dari penyakit infeksi tertentu.
Pentingnya imunisai di dasarkan pada pemikiran bahwa pencegahan penyakit
merupakan upaya terpenting dalam upaya kesehatan anak. Imunisasi bermanfaat
untuk mencegah beberapa jenis penyakit seperti polio (lumpuh layu), TB paru,
difteri, hepatitis, tetanus, pertusis. Berdasarkan penelitian Syahril di kota Banda
Aceh (2006), didapatkan bahwa ada hubungan yang bermakna natara kejadian
pneumonia bermakna pada balita pada status iminisasi artinya dijumpai tingginya
kasus ISPA pada anak yang tidak mendapat imunisasi.
c. Lingkungan
Kelembaban dalam ruangan : berdasarkan Kep.MenKes RI no. 829 tahun 1999
tentang kesehatan perumahan menetapkan bahwa kelembaban yang sesuai untuk
rumah sehat adalah 40-70%, optimum 60%. Hasil penelitian Chahaya, dkk di
perumnas mandala Medan (2004) dengan didapatkan bahwa kelembaban ruangan
berpengaruh terhadap terjadinya ISPA.
Suhu ruangan : salah satu syarat fisiologis rumah sehat adalah memiliki suhu
optimum 18-30o C. Hal ini berarti, jika suhu ruangan <18oC atau >30oC keadaan
rumah tersebut tidak memenuhi syarat. Suhu ruangan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan menjadi faktor resiko terjadinya ISPA sebesar 4 kali.
Ventilasi : ventilasi rumah mempunyai banyak fungsi. Fungsi pertama adalah
menjaga aliran udara di dalam rumah tersebut tetap segar. Hal ini berarti
keseimbangan O2 yang diperlukan oleh penghuni rumah tersebut tetap terjaga.
Kurangnya ventilasi akan menyebabkan kurangnya O2 yang bersifat racun bagi
penghuninya menjadi meningkat. Sirkulasi udara di dalam rumah akan baik dan
mendapat suhu yang optimum harus mempunyai ventilasi minimal 10% dari luas
lantai.
Penggunaan anti nyamuk : penggunaan anti nyamuk sebagai alat untuk
menghindari gigitan nyamuk dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan
14
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
karena menghasilkan asap dan bau tidak sedap. Adanya pencemaran udara di
lingkungan rumah akan merusak mekanisme pertahanan paru-paru sehingga
memepermudah timbulnya gangguan pernafasan. Berdasarkan penelitian Afrida
(2007), didapatkan bahwa adanya hubungan yang bermakna antara pengguna anti
nyamuk dengan kejadian penyakit ISPA.
Bahan bakar untuk memasak : bahan bakar yang digunakan untuk memasaka
sehari-hari dapat menyebabkan kualitas udara menjadi rusak. Berdasarkan hasil
penelitian Afrida (2007), prevalens rate ISPA pada bayi yang dirumahnya
menggunakan bahan bakar untuk memasak adalah minyak tanah sebesar 76,6%,
sedangkan elpiji 33,3%.
Keberadaan perokok : rokok bukan hanya msalah perokok aktif tetapi juga
perokok pasif. Asap rokok terdiri dari 4000 bahan kimia, 200 diantaranya
merupakan racun, antara lain karbon monoksida (CO), polisiklik aromatic
hidrokarbon (PAHs) dan lain-lain.
Status ekonomi dan pendidikan : persepsi masyarakat mengenai keadaan sehat
dan sakit berbeda dari satu individu dengan individu lainnya. Bagi seorang yang
sakit, persepsi terhadap penyakitnya merupakan hal yang penting dalam
menangani penyakit tersebut. Untuk bayi dan anak balita persepsi ibu sangat
menentukan tindakan pengobatan yang akan diterima oleh anaknya. Berdasarkan
hasil penelitian Djaja, dkk (2001), didapatkan bahwa bila rasio pengeluaran
makanan dibagi pengeluaran total perbulan bertambah besar, makan jumlah ibu
yang membawa anaknya berobat ke dukun ketika sakit lebih banyak.
15
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
3. Antibody setempat.
Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa infeksi bakteri mudah terjadi pada
saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya rusak, akibat infeksi terdahulu. Selain itu, hal-
hal yang dapat mengganggu keutuhan mukosa dan gerak silia adalah :
1. Asap rokok dan gas SO2 yang merupakan polutan utama dalam pencemaran udara.
2. Sindrom imotil.
3. Pengobatan dengan O2 dengan konsentrasi tinggi (25%) atau lebih.
Makrofag banyak terdapat di alveolus dan akan dimobilisasikan ke tempat lain
bila terjadi infeksi. Asap rokok dapat menurunkan kemampuan makrofag membunuh
bakteri, sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini (Baum, 1980).
16
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
2. Gejala faringeal, yaitu sakit tenggorokan yang ringan sampai berat. Peradangan pada
faring, tonsil dan pembesaran kelenjar adenoid yang dapat menyebabkan obstruksi
nasal, batuk sering terjadi, tetapi gejala koriza jarang. Gejala umum seperti rasa
kedinginan, malaise, rasa sakit di seluruh badan, sakit kepala, demam ringan, dan
parau (hoarseness).
3. Gejala faringokonjuntival yang merupakan varian dari gejala faringeal. Gejala
faringeal sering disusul oleh konjuntivitis yang disertai fotopobia dan sering pula
disertai rasa sakit pada bola mata. Kadang-kadang konjuntivitis timbul terlebih dahulu
dan hilang setelah seminggu sampai dua minggu, dan setelah gejala lain hilang sering
terjadi epidemik.
4. Gejala influenza yang dapat merupakan kondisi sakit yang berat. Demam, menggigil,
lesu, sakit kepala, nyeri otot menyeluruh, malaise, anoreksia yang timbul tiba-tiba,
batuk, sakit tenggorokan dan nyeri retro sternal. Keadaan ini dapat menjadi berat dan
dapat terjadi pandemik yang hebat dan ditumpangi oleh infeksi bakterial.
17
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
dapat dilakukan tanpa membuka baju anak. Bila baju anak tebal, mungkin perlu membuka
sedikit untuk melihat gerakan dada. Untuk melihat tarikan dada bagian bawah, baju anak
harus dibuka sedikit. Tanpa pemeriksaan auskultasi dengan stetoskop penyakit pneumonia
dapat didiagnosa dan diklassifikasi.
b. Klasifikasi ISPA
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut :
Pneumonia berat: ditandai secara klinis oleh adanya tarikan dinding dada kedalam
(chest indrawing).
Pneumonia: ditandai secara klinis oleh adanya napas cepat.
Bukan pneumonia: ditandai secara klinis oleh batuk pilek, bisa disertai demam, tanpa
tarikan dinding dada kedalam, tanpa napas cepat. Rinofaringitis, faringitis dan
tonsilitis tergolong bukan pneumonia.
c. Pengobatan
Pneumonia berat : dirawat di rumah sakit, diberikan antibiotik parenteral, oksigen dan
sebagainya.
Pneumonia : diberi obat antibiotik kotrimoksasol peroral. Bila penderita tidak
mungkin diberi kotrimoksasol atau ternyata dengan pemberian kontrimoksasol
keadaan penderita menetap, dapat dipakai obat antibiotik pengganti yaitu ampisilin,
amoksisilin atau penisilin prokain.
Bukan pneumonia: tanpa pemberian obat antibiotik. Diberikan perawatan di rumah,
untuk batuk dapat digunakan obat batuk tradisional atau obat batuk lain yang tidak
mengandung zat yang merugikan seperti kodein, dekstrometorfan dan, antihistamin.
Bila demam diberikan obat penurun panas yaitu parasetamol. Penderita dengan gejala
batuk pilek bila pada pemeriksaan tenggorokan didapat adanya bercak nanah (eksudat)
disertai pembesaran kelenjar getah bening dileher, dianggap sebagai radang
tenggorokan oleh kuman streptococcuss dan harus diberi antibiotik (penisilin) selama
10 hari. Tanda bahaya setiap bayi atau anak dengan tanda bahaya harus diberikan
perawatan khusus untuk pemeriksaan selanjutnya.
18
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
19
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
20
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
21
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
BAB III
KERANGKA KONSEP
Pengetahuan
Kasus Penyakit Saluran
Sikap
Pernafasan
Tindakan
Ibu tentang PHBS (ISPA, TB Paru, Influenza)
Pada kerangka konsep penelitian tersebut di atas dapat dilihat bahwa untuk mencapai
tujuan utama penelitian yaitu pelaksanaan program PHBS (tidak merokok di dalam rumah)
dalam upaya pencegahan penyakit saluran pernafasan. Pada penelitian ini terdapat 3 variabel
yaitu : pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu rumah tangga di kecamatan Kutalimbaru.
22
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
yang berhubungan dengan Program PHBS, ataupun melalui iklan di berbagai media masa, baik
media cetak maupun media elektronik. Penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan secara
terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan masyarakat, agar seluruh
masyarakat dapat mengetahui manfaat PHBS (tidak merokok di dalam rumah) sehingga
terhindar dari penyakit saluran pernafasan.
23
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
24
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
4.4.2. Sampel
Sampel ditentukan dengan cara simpel random sampling dimana jumlah sampel
ditentukan dengan rumus :
n = N
1+N(d)2
n = Jumlah sampel
N =Jumlah populasi
Sampel ibu :
n= 490
490 (0,12) + 1
n = 83 sampel
25
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
26
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
27
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Yakni membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan penelitian atau yang diinginkan
oleh peneliti.
28
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
BAB V
HASIL PENELITIAN
5.1.2 Demografi
Kecamatan Kutalimbaru Kabupaten Deli Serdang mencakup 14 desa dan 96 dusun.
Pada tahun 2012 memiliki jumlah penduduk 35.982 jiwa dengan jumlah 490 KK.
29
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
10 61-65 5
11 66-70 1
12 71-75 1
Jumlah 83
30
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
A. Pengetahuan
Tabel 5.2.1.1 Distribusi frekuensi pengetahuan responden tentang zat yang
terkandung didalam rokok
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 47 56,6%
2 Tidak 36 43,4 %
Jumlah 83 100 %
31
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
32
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
B. Sikap
Tabel 5.2.1.11 Distribusi frekuensi sikap responden tentang zat berbahaya pada
rokok yang merusak kesehatan
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 65 78,3 %
2 Tidak 18 21,7%
Jumlah 83 100 %
33
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Tabel 5.2.1.14 Distribusi frekuensi sikap responden tentang cara melindungi diri
dari bahaya asap rokok
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 67 80,7%
2 Tidak 16 19,3%
Jumlah 83 100 %
34
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Tabel 5.2.1.17 Distribusi frekuensi sikap responden untuk berobat pada saat
batuk/ flu
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 46 55,7%
2 Tidak 37 44,3%
Jumlah 83 100
35
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
C. Tindakan
Tabel 5.2.1.21 Distribusi frekuensi tindakan responden dalam melarang anggota
keluarga yang memiliki kebiasaan merokok
No Jawaban Frekuensi %
1 Ya 66 79,5%
2 Tidak 17 20,5%
Jumlah 83 100 %
36
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
37
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
38
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
BAB VI
PEMBAHASAN
39
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Chart Title
80%
70%
60%
50%
Baik
40%
Sedang
30% Buruk
20%
10%
0%
Pengetahuan Sikap Tindakan
40
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari data yang kami peroleh setelah melakukan mini survey di Desa Kutalimbaru
menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan sikap ibu rumah tangga tentang PHBS (tidak
merokok didalam rumah) sudah termasuk kedalam kategori yang sedang. Tetapi, aplikasinya
berbanding terbalik dengan tindakan. Hal ini berkaitan dengan tingkat sosial budaya yang
tumbuh dimasyarakat tersebut, bahwa dengan merokok dapat menghilangkan stress. Para ibu
sangat setuju dan mendukung dengan adanya program PHBS terutama yang bermanfaat dalam
upaya pencegahan penyakit.
Program PHBS merupakan program pemerintah yang harus terus di sosialisasikan kepada
masyarakat, terutama ibu rumah tangga, agar setiap rumah tangga dapat meningkatkan
kesehatan, anak dapat tumbuh sehat dan cerdas serta meningkatkan produktivitas kerja setiap
anggota keluarga sehingga tercapainya tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih baik.
7.2 Saran
Dari data yang diperoleh kami memberikan saran :
1. Perlunya sosialisasi yang lebih baik mengenai PHBS, baik tujuannya, programnya dan
pemanfaatannya.
2. Diharapkan agar para tenaga kesehatan memberikan informasi yang baik mengenai
PHBS.
41
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi, U.F. 2003. Waspadai Penyakit Menular. Jakarta : Peneliti dan Pengembangan
Depkes RI.
Agustama. 2005. Kajian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) pada Balita. Medan :
USU.
Depkes RI. 2002. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut
untuk Penanggulangan Pneumoni Pada Balita. Jakarta : Ditjen PPM-PLP.
Depkes RI. 1992. Pedoman Pemberantasan Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut.
Jakarta : Direktorat Jenderal PPM & PLP.
http://www.perilaku-hidup-bersih-dan-sehat-phbs.html. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS). Diakses tanggal 15 November 2013.
42
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN PERILAKU IBU TENTANG PHBS ( TIDAK MEROKOK DI DALAM
RUMAH) SEBAGAI UPAYA PENCEGAHAN PENYAKIT SALURAN PERNAPASAN
DI DESA KUTALIMBARU KECAMATAN KUTALIMBARU
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Pengetahuan
1. Apakah Ibu dan anggota keluarga tahu bahwa didalam rokok terdapat zat yang berbahaya
bagi kesehatan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
2. Apakah Ibu mengetahui bahaya dari merokok di dalam rumah bagi anggota keluarga?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
3. Apakah Ibu mengetahui bahwa merokok dapat menyebabkan gangguan fungsi organ paru-
paru, jantung, pembuluh darah, saraf, otak, dan kehamilan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
4. Apakah Ibu mengetahui cara melindungi diri dari bahaya asap rokok?
43
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
5. Apakah Ibu mengetahui bahwa merokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
10. Tahukah Ibu pentingnya imunisasi dalam mencegah penyakit saluran pernapasan seperti TB
Paru, Pertusis, Influenza?
44
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
Sikap
1. Setujukah Ibu bahwa didalam rokok terdapat zat yang berbahaya bagi kesehatan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan
2. Setujukah Ibu bahwa merokok di dalam rumah berbahaya bagi anggota keluarga?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
3. Setujukah Ibu bahwa merokok dapat menyebabkan gangguan fungsi organ paru-paru,
jantung, pembuluh darah, saraf, otak, dan kehamilan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan
5. Setujukah Ibu bahwa merokok merupakan salah satu penyebab kematian terbesar?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
45
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
6. Setujukah Ibu untuk mengikuti penyuluhan yang dilaksanakan oleh tenaga kesehatan tentang
penyakit saluran pernapasan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
7. Setujukah Ibu jika batuk/flu yang tidak kunjung sembuh membutuhkan pertolongan yang
lebih serius?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
8. Setujukah Ibu bahwa membuang dahak sembarangan dapat menularkan penyakit saluran
pernapasan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
9. Setujukah Ibu untuk menggunakan masker/ menutup mulut saat batuk untuk mencegah
penyakit saluran pernapasan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
10. Setujukah Ibu membawa bayi/balita ke Posyandu dalam mencegah penyakit saluran
pernapasan seperti TB Paru, Pertusis, Influenza?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
46
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Tindakan
1. Sudahkah Ibu melarang anggota keluarga yang memiliki kebiasaan merokok?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
5. Sudahkah Ibu ikut berpartisipasi mengurangi kematian yang disebabkan oleh rokok?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
6. Apakah ibu sudah pernah mengikuti penyuluhan tentang penyakit saluran pernapasan di
daerah tempat tinggal anda
A. Ya
B. Tidak
47
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Jelaskan:
7. Apakah Ibu sudah segera berobat apabila mengalami batuk, flu, demam yang tidak kunjung
sembuh?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
9. Apakah Ibu pernah memakai masker/ menutup mulut ketika terserang batuk/ flu?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
10. Sudahkah Ibu membawa bayi/balita ke Posyandu dalam mencegah penyakit saluran
pernapasan seperti TB Paru, Pertusis/ batuk rejan?
A. Ya
B. Tidak
Jelaskan:
48
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
DOKUMENTAS
49
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
50
LAPORAN MINI SURVEY PUSKESMAS KUTALIMBARU
Foto-foto pengisian angket dan penyuluhan tentang ASI Eksklusif dan ISPA.
51