2007
KATA PENGANTAR
Modul ini disusun berdasarkan dokumen kontrak yang selama ini dipakai oleh proyek-
proyek pemerintah terutama proyek di lingkungan Direktorat Jenderal Bina Marga,
Departemen Pekerjaan Umum.
Dengan mempelajari modul ini diharapkan para pengawas pekerjaan jalan dapat
memperoleh pemahaman yang lebih baik mengenai ketentuan-ketentuan dokumen kontrak
sehingga dapat melakukan tugas pengawasannya secara profesional sesuai ketentuan
dokumen kontrak dan mewujudkan sasaran proyek secara tepat mutu, tepat waktu, dan
tepat biaya.
LEMBAR TUJUAN
DAFTAR ISI
Halaman
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
HAND OUT
DAFTAR MODUL
Nomor
Kode Judul Modul
Modul
1 SIR – 01 Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2 SIR – 02 Manajemen
3 SIR – 03 Bahan Jalan
PANDUAN INSTRUKTUR
A. BATASAN
B. RENCANA PEMBELAJARAN
BAB I
DASAR-DASAR MANAJEMEN
Penyelenggaraan proyek tergantung pada dua faktor utama yaitu : sumber daya dan
fungsi manajemen. Sumber daya terdiri dari manusia, uang, peralatan, dan material,
sedangkan fungsi manajemen dimaksudkan sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat
mengarahkan atau mengendalikan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu
kerja sama untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Dalam
penyelenggaraan proyek, kegiatan yang dilakukan oleh sumber daya manusia,
ditunjang dengan uang, material dan peralatan, perlu ditata melalui fungsi-fungsi
manajemen dalam keterbatasan waktu yang disediakan sehingga memenuhi prinsip
efisien dan efektif.
Manusia
Manusia sebagai sumber daya utama diartikan sebagai tenaga kerja baik yang
terlibat langsung maupun tidak terlibat langsung dengan proyek. Tenaga yang
terlibat langsung adalah tenaga kerja yang berada pada kelompok pemberi
pekerjaan (pengguna jasa), kelompok kontraktor (penyedia jasa), dan kelompok
konsultan (penyedia jasa). Berdasarkan kualifikasinya para tenaga kerja tersebut
dapat dikelompokkan ke dalam “tenaga ahli” dan “tenaga terampil”. Pada Tabel
1.1. disajikan sebutan terhadap ketiga kelompok tersebut.
Uang
Uang merupakan sumber daya sangat penting dalam manajemen
penyelenggaraan proyek. Ketidakcukupan uang, sulit untuk mengharapkan
penyelenggaraan manajemen proyek sesuai dengan ikatan kontrak yang
disepakati antara para pihak yang menandatangani perjanjian kontrak. Seluruh
kegiatan penyelenggaraan proyek pada seluruh kelompok terlibat, memerlukan
biaya yang besarnya telah disepakati di dalam surat perjanjian kontrak. Jika
terjadi ketidaksepakatan (dispute) dalam pelaksanaan pekerjaan, biasanya
berdampak pada “nilai uang” yang harus disepakati, dokumen kontrak telah
mengatur tata cara penyelesaian hukum yang harus ditempuh.
Uang sangat penting karena seluruh kegiatan proyek memerlukan pembiayaan,
menyangkut : rekruitmen manusia (tenaga kerja); penggunaan jasa tenaga kerja
(tenaga ahli, tenaga terampil, tenaga non skill); penggunaan peralatan (alat-alat
berat maupun alat-alat laboratorium); pembelian bahan dan material, pengolahan
bahan dan material, baik bagi kelompok pengguna jasa maupun penyedia jasa.
Jadi pengertian “uang” di dalam penyelenggaraan proyek (civil works) bukan
semata-mata untuk pembiayaan pelaksanaan konstruksi oleh kontraktor, tetapi
juga termasuk biaya yang harus dikeluarkan untuk konsultan pengawas (Core
Team, Provincial Team, Field Supervision Team) dan untuk pengguna jasa
(misalnya Pinpro dan Pinbagpro yang mewakili Pemerintah), dalam suatu kurun
waktu yang telah disepakati.
Peralatan
Peralatan dalam proyek diartikan sebagai alat lapangan (alat berat), peralatan
laboratorium, peralatan kantor (computer, kalkulator), dan peralatan penunjang
utama. Dengan menggunakan peralatan yang sesuai sasaran pekerjaan dapat
dicapai dengan ketepatan waktu lebih akurat, serta memenuhi spesifikasi teknis
yang telah dipersyaratkan.
▪ Alat-alat berat
Jenis peralatan dengan variasi kapasitas dan kegunaannya dapat digunakan
untuk pekerjaan konstruksi jalan-jembatan sesuai fungsinya. Berdasarkan
jenis peralatan dan fungsinya, dikaitkan dengan jenis pelaksanaan
pekerjaannya dapat dikelompokan sebagaimana tertulis pada Tabel 1.2.
Pemilihan dan pemanfaatan peralatan harus sesuai dengan kebutuhan
ditinjau dari jenis, jumlah, kapasitas maupun waktu yang tersedia. Demikian
pula cara penggunaannya, harus mengikuti prosedur pengoperasian dan
perawatannya, sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan.
▪ Peralatan Laboratorium
Peralatan laboratorium diperlukan dalam rangka melakukan pengawasan
dan pengendalian mutu atas pekerjaan konstruksi oleh kontraktor. Jenis
peralatan laboratorium dapat dilihat pada Tabel 1.3. Jenis, jumlah dan
waktu diperlukannya peralatan-peralatan laboratorium tersebut tergantung
pada ruang lingkup kegiatan pengawasan atas pekerjaan konstruksi.
Selain peralatan tersebut ada beberapa yang spesifik seperti untuk
pengujian pondasi soil cement dan bahan-bahan struktur (beton,
pasangan batu dan lain-lain).
sub-base
▪ California Bearing Value Test for aggregate
base and sub-base
▪ Compaction control
Bahan
Bahan diartikan sebagai bahan baku natural maupun melalui pengolahan, dan
setelah diproses ditetapkan menjadi item pekerjaan sebagaimana dituangkan di
dalam dokumen kontrak. Bahan baku (tanah, batu, aspal, semen, pasir, besi
beton, dll.) dan bahan olahan (agregat, adukan beton, pofil baja dll.) merupakan
sumber daya yang harus diperhitungkan secara cermat, karena pengaruhnya di
dalam perhitungan biaya proyek sangat besar. Oleh karena itu lokasi bahan baku
perlu secara cermat ditetapkan berdasar jarak dan volume yang tersedia,
memenuhi syarat menjadi bahan olahan. Survey untuk mendapatkan informasi
lokasi bahan baku perlu dilakukan, guna mendapatkan data akurat sebagai
masukan bagi kontraktor dalam menyiapkan penawaran, maupun pada tahap
pelaksanaan pekerjaan.
Planning
Planning adalah proses yang secara sistematis mempersiapkan kegiatan guna
mencapai tujuan dan sasaran tertentu. Kegiatan diartikan sebagai kegiatan yang
dilakukan dalam rangka pekerjaan konstruksi, baik yang menjadi tanggung jawab
Organizing
Organizing (pengorganisasian kerja) dimaksudkan sebagai pengaturan atas
suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang, dipimpin oleh pimpinan
kelompok dalam suatu wadah organisasi. Wadah organisasi ini menggambarkan
hubungan-hubungan struktural dan fungsional yang diperlukan untuk
menyalurkan tanggung jawab, sumber daya maupun data.
Dalam proses manajemen, organisasi digunakan sebagai alat untuk :
▪ menjamin terpeliharanya koordinasi dengan baik.
▪ membantu pimpinannya dalam menggerakkan fungsi-fungsi manajemen.
▪ mempersatukan pemikiran dari satuan organisasi yang lebih kecil yang
berada di dalam kordinasinya.
Dalam fungsi organizing, koordinasi merupakan mekanisme hubungan struktural
maupun fungsional yang secara konsisten harus dijalankan. Koordinasi dapat
dilakukan melalui mekanisme : -koordinasi vertikal (menggambarkan fungsi
komando), -koordinasi horizontal (menggambarkan interaksi satu level); dan -
koordinasi diagonal (menggambarkan interaksi berbeda level tapi di luar fungsi
komando). Koordinasi diagonal apabila diintegrasikan dengan baik akan
memberikan kontribusi signifikan dalam menjalankan fungsi organizing.
Sebagai contoh, dapat dijelaskan sebagai berikut:
▪ Koordinasi diagonal:
Koordinasi antara General Superintendant dengan Site Engineer merupakan
koordinasi horizontal dan bersifat satu level, sedangkan koordinasi antara
Pinbagpro Fisik dengan General Superintendant atau dengan Site Engineer
merupakan koordinasi vertikal, kemudian koordinasi antara Pinpro Fisik
dengan Chief Supervision Engineer merupakan.
Actuating
Actuating diartikan sebagai fungsi manajemen untuk menggerakkan orang yang
tergabung dalam organisasi agar melakukan kegiatan yang telah ditetapkan di
dalam planning. Pada tahap ini diperlukan kemampuan pimpinan kelompok untuk
menggerakkan; mengarahkan; dan memberikan motivasi kepada anggota
kelompoknya untuk secara bersama-sama memberikan kontribusi dalam
menyukseskan manajemen proyek mencapai tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan.
Berikut ini beberapa metoda menyukseskan “actuating” yang dikemukakan oleh
George R. Terry, yaitu:
▪ Hargailah seseorang apapun tugasnya sehingga ia merasa keberadaannya di
dalam kelompok atau organisasi menjadi penting.
▪ Instruksi yang dikeluarkan seorang pimpinan harus dibuat dengan
mempertimbangkan adanya perbedaan individual dari pegawainya, hingga
dapat dilaksanakan dengan tepat oleh pegawainya.
▪ Perlu ada pedoman kerja yang jelas, singkat, mudah difahami dan
dilaksanakan oleh pegawainya.
▪ Lakukan praktek partisipasi dalam manajemen guna menjalin kebersamaan
dalam penyelenggaraan manajemen, hingga setiap pegawai dapat
difungsikan sepenuhnya sebagai bagian dari organisasi.
Controlling
Controlling diartikan sebagai kegiatan guna menjamin pekerjaan yang telah
dilaksanakan sesuai dengan rencana. Didalam manajemen proyek jalan atau
jembatan, controlling terhadap pekerjaan kontraktor dilakukan oleh konsultan
melalui kontrak supervisi, dimana pekerjaan pelaksanaan konstruksinya
dilakukan oleh kontraktor. General Superintendat berkewajiban melakukan
controlling (secara berjenjang) terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh staf di
bawah kendalinya yaitu Site Administration, Quantity Surveyor, Materials
Superintendant, Construction Engineer, dan Equipment Engineer untuk
memastikan masing-masing staf sudah melakukan tugasnya dalam koridor
“quality assurance”. Sehingga, tahap-tahap pencapaian sasaran sebagaimana
direncanakan dapat dipenuhi.
Kegiatan ini juga berlaku di dalam kegiatan internal konsultan supervisi; artinya
kepada pihak luar konsultan supervisi itu bertugas mengawasi kontraktor, dan
secara internal Site Engineer juga melakukan controlling terhadap Quantity
Engineer dan Quality Engineer. Secara keseluruhan internal controlling ini dapat
mendorong kinerja konsultan supervisi lebih baik di dalam mengawasi pekerjaan
kontraktor.
Ruang lingkup kegiatan controlling mencakup seluruh aspek pelaksanaan
rencana, antara lain adalah:
▪ Produk pekerjaan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif
BAB II
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA
Walaupun ukuran produktivitas tenaga kerja secara matematis sulit ditentukan, namun
pendekatan penentuan tolok ukur utnuk memperkirakan produktivitas tega kerja bagi
proyek yang akan ditangani perlu ditetapkan untuk mengukur hasil guna atau efisiensi
kerja, misalnya dengan cara membandingkannya terhadap suatu norma yang dipakai
sebagai patokan. Patokan tersebut dirasakan penting terurtama bagi kontraktor yang
akan bekerja di lokasi proyek yang masih asing bagi kontraktor yang bersangkutan.
Salah satu pendekatan yang dipakai untuk mengukur hasil guna tenaga kerja adalah
digunakannya parameter indeks produktivitas yang didefinisikan sebagai perbandingan
antara jumlah waktu dan orang yang dibutuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu
dengan jumlah waktu dan orang yang diperlukan untuk menyelsaikan pekerjaan yang
sama pada kondisi standar.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja lapangan antara lain:
1. kondisi fisik lapangan dan sarana bantuan;
2. supervisi, perencanaan, dan koordinasi;
3. komposisi kelompok kerja;
4. kerja lembur;
5. ukuran besar proyek;
6. kurva pengalaman (learning curve);
7. pekerja langsung versus subkontraktor; dan
8. kepadatan tenaga verja
Secara umum pada pelaksanaan pekerjaan konstruksi, kebutuhan tenaga kerja dikenal 3
(tiga) tahapan yaitu:
A. Mobilisasi
Pada tahap awal ini yang berlangsung antara 10-15% dari masa konstruksi,
produktivitas masih rendah. Hal ini karena para pekerja memerlukan masa
pengenalan dan penyesuaian pekerjaan. Juga pada masa menenjak seringkali sulit
mengikuti secara tepat kenaikan jumlah kegiatan dengan kenaikan jumlah pekerja
yang diperlukan, sehingga menimbulkan pengaturan yang kurang efisien.
B. Periode Puncak
Pada masa ini dicapai produktivitas optimum, jumlah tenaga kerja tidak bertambah
dan telah terbiasa dengan pekerjaan maupun kondisi lapangan atau medan yang
dihadapi.
C. Periode Menurun
Menjelang akhir konstruksi, produktivitas cenderung menurun, terutama disebabkan
oleh:
▪ Kurang tepatnya perencanaan, misalnya masa kontrak kerja belum berakhir
sedangkan pekerjaan sudah menipis, sehingga terjadi kelebihan tenaga kerja.
▪ Sikap mental atau semangat yang mengendur, karena melihat pekerjaan mulai
berkurang dan belum tentu tersedia lapangan kerja berikutnya.
▪ Terlambatnya demobilisasi yang sering dijumpai karena penyelia ingin menahan
pekerja yang berlebihan dengan menunggu sampai hasil kerjanya meyakinkan.
Apabila faktor tersebut telah diperhitungkan jauh sebelumnya, maka dapat direncanakan
pendekatan pengelolaan yang sebaik-baiknya.Pengkajian produktivitas tenaga kerja dan
pengaruhnya terhadap biaya dan jadual proyek dapat dilakukan melalui beberapa
langkah sebagai berikut:
Langkah pertama adalah mencoba mencari data dan informasi terakhir mengenai data
dan informasi terakhir mengenai angka indeks produktivitas di daerah lokasi proyek.
Kemudian diteliti faktor-faktor yang mempengaruhi indeks tersebut, dengan melihat
kondisi fisik lokasi atau lapangan proyek sesungguhnya, serta menganalisa faktor-
faktor lain yang nantinya mungkin diberlakukan terhadap proyek. Apabila dari kondisi
dan sifat-sifat tersebut telah dapat diperkirakan besar angka produktivitasnya,
selanjutnya angka ini dipakai untuk menghitung keperluan total tenaga kerja, berikut
fasilitas (perumahan sementara, transportasi, katering, dan lain-lain). Sementara itu,
program peningkatan keterampilan dan pelatihan perlu diperhatikan, karena dapat
menaikkan produktivitas mereka secara efektif.
Periode puncak adalah periode yang paling sibuk, dalam arti paling banyak memerlukan
tenaga kerja. Pengetahuan mengenai seberapa besar tenaga kerja puncak dan berapa
lama periodenya berguna bagi perencanaan kapasitas fasiltas penampungan,
transportasi, dan arus dana pembiayaan proyek.
1. Grafik Lonceng
Cara paling sederhana memperkirakan kebutuhan tenaga kerja puncak adalah dengan
metode empiris, yaitu pertama-tama dengan menghitung keperluan rata-rata (garis lurus),
kemudian memakai kurva lonceng atau genta di mana puncaknya berada sekitar 1.5 – 1.7
kali keperluan rata-rata, seperti terliahat pada Gambar 2.1.
Total tenaga kerja proyek = luas area di bawah kurva lonceng = luas segi empat ABCD.
Sebagai contoh pada Gambar 2.1., keperluan tenaga kerja puncak adalah sebesar 1.6 x
350 = 560.
Pada prakteknya jarang terjadi bentuk lonceng ideal seperti bentuk lintasan AED tetapi
kebanyakan seperti bentuk dengan ”benjolan” ke depan atau ke belakang yang disebut
front loaded atau back loaded. Kedua bentuk tersebut sama-sama tidak menguntungkan.
Front loaded menunjukkan ketidak tepatan hasil guna karena terlau banyak tenaga kerja
dibandingkan dengan tersedianya pekerjaan, Sebaliknya keadaan back loaded
menggambarkan adanya kenaikan jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk mengejar
jadual, yang umumnya menaikkan biaya proyek secara keseluruhan (cost-overrun).
Jumlah
Tenaga Kerja
600
Back
Front Loaded
Loaded E
400 a
B C
b
200
A
D
0 Kurun Waktu (Bulan) 24
Catatan:
Luas ABCD = Luas AED
Tinggi (a+b) = 1.5 atau 1.7 kali tingg (b)
2. Metode Trapesium
Apabila kurva lonceng memberikan indikasi berapa besar keperluan tenaga kerja pada
waktu puncak, maka metode trapesium sering dipakai untuk memperkirakan angka
keperluan puncak. Di samping itu, metode ini juga memberikan keterangan berapa lama
masa puncak tersebut berlangsung. Dasar pemikiran metode ini menganggap bahwa
keperluan tenaga kerja mengikuti pola sebagai berikut:
▪ Mulai dari titik awal (nol) naik sebagai garis miring. Periode ini disebut periode
menanjak (build up period)
B C
b= 25%
t b=20% a=50% c =25%
a = 20% c =60% O A
A D D
Waktu Waktu
Catatan: Catatan :
AD = Kurun waktu implementasi fissik OD = Kurun waktu implementasi fisik
AB = Periode menanjak (build-up) AD = Tahap konstruksi
BC = Periode puncak (peak) AB = Periode menanjak
CD = Periode menurun (run-down) CD = Periode menurun
t = Jumlah tenaga kerja pada periode BC = Periode puncak
puncak OA = Kurang lebih 20% - 30% OD
t = Jumlah tenaga kerja pada periode
puncak
Di tingkat pusat: Core Team terdiri dari Team Leader, dan Co-Team Leader.
Team
Leader
Co -
Team Leader
Provincial Teams
Geotechnical Bridge
Engineer Engineer
Site
Engineer
Quantity Quality
Engineer Engineer
Site
Engineer
Site
Engineer
Quantity /
Quality
Engineer
Site
Engineer
Quantity /
Quality
Engineer
Karena sifatnya kompleks, multidisiplin, dan memerlukan koordinasi serta integrasi yang
erat, maka pengisian personil dalam penyelenggaraan proyek konstruksi ditekankan pada
terbentuknya satu tim yang dapat bekerja secara terpadu dan efektif. Menyusun,
membangun, dan mengelola tim dengan sifat demikian merupakan salah satu tugas dan
tanggung jawab utama pimpinan proyek.
Proses pemebentukan tim adalah proses menyusun suatu kelompok yang terdiri dari
berbagai masing-masing menjadi satu unit kerja yang efektif untuk mencapai tujuan tim.
Tim yang efektif ditandai oleh keluaran yang bersifat sinergis, yaitu keluaran hasil usaha
bersama lebih besar dari pada jumlah keluaran masing-masing anggota.
Pembentukan tim proyek mengikuti sistematika penahapan sebagai berikut:
Karena sifatnya yang spesifik, kegiatan proyek menuntut adanya kerjasama yang amat
erat. Salah satu cara untuk meningkatkan kerjasama adalah mendorong
terselenggaranya komunikasi dan interaksi :
a. Masing-masing anggota mengetahui perannya dalam tim;
b. Setiap anggota merasa saling diperlukan; serta
c. Anggota merasakan bahwa kerjasama sebagai satu tim akan memberikan hasil lebih
besar dari pada bekerja sendiri-sendiri secara terpisah.
Adanya penjelasan kepada mereka mengenai tujuan tim, struktur organisasi yang
memperlihatkan hubungan kerjasama antaranggota, posisi yang akan ditempati, jenis
tugas, dan besar tanggung jawab mereka masing-masing serta harapan perusahaan
terhadap tim akan menjernihkan butir-butir di atas. Keikutsertaan dan konsultasi dalam
perencanaan dan pengambilan keputusan membantu anggota tim meningkatkan rasa ikut
bertanggung jawab dalam upaya mencapai prestasi.
Parameter atau karakteristik yang dapat mempengaruhi kualitas dan efektivitas suatu tim
proyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang berhubungan dengan tugas dan yang
berhubungan dengan antaranggota.
Apabila syarat-syarat untuk tumbuhnya kerjasama tim telah dipenuhi, selanjutnya perlu
diperhatikan beberapa faktor-faktor yang pada gilirannya akan amat berpengaruh
terhadap prestasi suatu tim proyek seperti:
1. Faktor lingkunganl;
2. Gaya kepemimpinan; dan
3. Dorongan dan hambatan spesifik terhadap prestasi.
Ketiga faktor tersebut sangat bertalian satu dengan yang lain sering menjadi persoalan
yang kompleks dan untuk mencapai prestasi tim yang diinginkan, pimpinan tim
berkewajiban mengenali dan menangani dengan pendekatan pengeloalan dan organisasi
yang tepat.
Untuk mengelola tim yang tepat dan benar sehingga dapat bekerja sebagai kesatuan unit
yang efektif, pimpinan tim harus mengenal faktor-faktor yang menjadi pendorong maupun
penghambat. Pendorong di sini diartikan sebagai faktor yang bersifat positif terhadap
prestasi tim, sebaliknya penghambat adalah faktor yang bersifat negatif. Dengan
mengenali semua faktor pendorong dan penghambat tersebut, pimpinan tim dapat
merencanakan tindakan-tindakan yang diperlukan.
Faktor pendorong prestasi tim antara lain adalah:
a. Secara profesional pekerjaan menarik dan merangsang.
b. Pengakuan terhadap hasil kerja.
c. Pimpinan berpengalaman dalam bidang manajemen dan engineering.
d. Penanganan yang benar dalam kepemimpinan dan adanya petunjuk masalah
teknis.
e. Personil tim yang berkualitas.
BAB III
MANAJEMEN PELAKSANAAN PEKERJAAN
Ukuran keberhasilan pelaksanaan suatu proyek (paket proyek fisik) ialah apabila mutu
produk akhir yang dicapai sesuai dengan: -persyaratan teknis dalam dokumen kontrak; -
dilaksanakan sesuai koridor waktu yang telah disepakati di dalam surat perjanjian kontrak;
-menyerap biaya secara bertahap sesuai dengan jadwal maupun besarnya pembiayaan
yang telah disepakati sejak commencement of works hingga FHO.
Beberapa indikator penyebab ketidaksesuaian atau ketidakberhasilan adalah: -dokumen
perencanaan teknis (dituangkan menjadi drawings) tidak disiapkan secara teliti akibat
keterbatasan biaya maupun waktu; -pilihan yang diambil berupa modul-modul
perencanaan teknis diperhitungkan dengan data yang terbatas. Keterbatasan biaya dan
waktu menyebabkan Employer sulit dalam menyediakan full engineering design untuk
ribuan ruas jalan yang tersebar di seluruh wilayah dimana peningkatan ataupun
pemeliharaan berkala diperlukan. Dalam pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan perlu
dibuka peluang adanya review design terhadap drawings dan dokumen pendukung
lainnya bila terjadi ketidaksesuaian dengan kondisi lapangan. Dengan pendekatan
tersebut secara teknis dapat diperkecil kemungkinan terjadinya kesalahan perencanaan.
Secara keseluruhan manajemen penyelenggaraan proyek (fisik) memerlukan alat kontrol
dalam upaya mendekati pencapaian tepat mutu, tepat waktu dan tepat biaya. Pada Tabel
3.1 disajikan kelompok dan jenis kegiatan-kegiatan yang lazimnya digunakan sebagai alat
kontrol.
Kelompok Kegiatan
1 Persiapan Dokumen Surat Perintah Mulai Kerja
Construction Schedule
Pre Construction Meeting
2 Persiapan Fisik Lapangan Project Quality Plans
Mobilisasi
Review Design
3 Proses Pembayaran Advance Payment
Buku Harian dan Laporan
Show Cause Meeting
Pembayaran Prestasi Pekerjaan
4 Pekerjaan Tambah Kurang Pekerjaan Tambah / Kurang
Perpanjangan Waktu Pelaksanaan
Denda (Liquidated Damage)
Eskalasi / De-eskalasi Harga
5 Perselisihan Penyelesaian Perselisihan Kontrak
6 Serah Terima Provisional Hand Over
Final Hand Over
Jadwal pelaksanaan yang dibuat kontraktor dimaksudkan sebagai bagian dari pengajuan
penawaran pada waktu pelelangan dengan mempertimbangkan aspek perencanaan,
analisa, dan pemilihan jenis/cara penjadualan. Pertimbangan aspek perencanaan
meliputi:
• APA yang harus dikerjakan ?
• KAPAN harus dikerjakan ?
• BAGAIMANA cara mengerjakannya ?
• SIAPA yang harus mengerjakan ?
• BERAPA biaya yang harus dikeluarkan ?
Analisis dari pertanyaan di atas menghasilkan komponen dan jumlah kegiatan yang
berurutan, mudah dikenali sebagai item pekerjaan, dan indikasi kesulitan dan risiko dalam
menyelesaikannya. Analisis juga menghasilkan waktu dan periode pekerjaan, metoda
pelaksanaan, pelaksanaan pekerjaan dan dana yang harus disiapkan. Langkah dalam
menyusun jadual pelaksanaan dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tahap Kegiatan
Persiapan • Kajian dokumen: -dokumen kontrak; -Gambar
rencana; -Daftar kuantitas
• Persyaratan Pekerjaan: -spesifikasi dan syarat
kontrak; -biaya pekerjaan; -analisis dan urutan
pekerjaan.
• Pengkajian Lokasi: -lokasi sumberdaya tersedia, -
tingkat kesulitan pekerjaan
Tahap analisis: • Waktu untuk menyelesaikan setiap kegiatan
• Waktu untuk menyelesaikan seluruh kegiatan
• Urutan setiap kegiatan
• Metoda kerja untuk menyelesaikan setiap kegiatan
• Sumber daya yang diperlukan
• Resiko yang terkait
• Biaya sebenarnya guna menyelesaikan setiap
kegiatan
• Nilai pekerjaan yang diselesaikan
Beberapa jenis jadual dapat dipergunakan, tergantung kepada kebutuhan proyek antara
lain adalah:
a) Critical Path Method (Metoda Lintasan Kritis)
b) Bar Charts – basic and linked (Diagram Balok – asli dan terkait)
c) Financial Progress Schedule – S Curve (Jadual Kemajuan Keuangan –
Kurva S)
dilengkapi dengan rencana “durasi”, awal dan akhir kegiatan yang harus dilaksanakan.
Dari rangkaian ini dapat dikaji prioritas kegiatan yang harus segera dilaksanakan.
Biasanya terdapat jaringan lintasan kritis yaitu rangkaian kegiatan yang harus diawali dan
diakhiri secara tepat waktu. Ketidak sesuaian penyelesaian atau awalan pada kegiatan
kritis berpotensi menunda penyelesaian proyek.
Berikut adalah Gambar 3.1. sebagai contoh penjelasan lebih rinci tentang penggunaan
Critical Path Method untuk keperluan menyiapkan suatu Network Planning :
14
2
17
D(16)
A(14)
0 33 F(17) 50
C(0)
Start 1 4 5
0 33 50
B(15) Finish
E(18)
15
3
15
= = Event
EET
NE = No. of Event NE
EET = Earliest Event Time LET
LET = Latest Event Time
Pada Tabel 3.1 disajikan contoh hasil analisis suatu rangkaian kegiatan serta kaitan
dengan kegiatan lainnya, hingga diketahui saat satu kegiatan harus dimulai dan diakhiri.
b) Metoda Lintasan Kritis sangat berguna untuk proyek yang dikategorikan sebagai
proyek crash program, sebagai tambahan dari metoda penjadualan dengan
menggunakan Bar Chart dan Jadual Progres Keuangan – S Curve.
c) Apabila indikasi kritis terjadi pada sebagian besar kegiatan, perlu diketahui sub
kegiatan yang memberi kontribusi terbesar terhadap penyelesaian proyek.
Pemanfaatan Metoda Lintasan Kritis disarankan untuk pekerjaan bersifat multi tahun,
karena permasalahan yang komplek didasarkan atas variasi pekerjaan dan waktu
pelaksaanaan. Banyak kasus yang ditemui pada pekerjaan multi tahun namun belum
memanfaatkan kemudahan controlling yang diberikan oleh metoda ini.
Dari total prosentase rencana pelaksanaan pekerjaan setiap bulan, dapat dihitung jumlah
prosentase kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan. Kurva yang
menghubungkan prosentase kumulatif rencana pelaksanaan pekerjaan tiap bulan inilah
yang disebut Kurva S.
Rapat Persiapan Pelaksanaan (Pre Construction Meeting) adalah pertemuan antara Pihak
Proyek, Kontraktor dan Konsultan dilakukan selambat-lambatnya 14 hari setelah
diterbitkannya SPMK oleh Pinbagpro. Tujuan Pre-Construction Meeting adalah : -
membangun pengertian yang sama tentang isi Dokumen Kontrak; -membuat
kesepakatan terhadap hal penting yang belum tercantum dalam Dokumen Kontrak; -dan
mencari penyelesaian terhadap potensi kendala selama pelaksanaan konstruksi.
Pertemuan ini membahas dan menyepakati berbagai hal seperti pada Tabel 2.4.
No Bahasan Kesepakatan
1 Rencana Kegiatan Pelaksanaan Organisasi kerja pelaksanaan konstruksi
Tata cara pengaturan pelaksanaan pekerjaan
2 Jadual persiapan Review & penyempurnaan construction schedule sesuai
target volume, mutu dan waktu
Jadual mobilisasi personel dan peralatan.
Jadual pengadaan bahan dan penggunaann peralatan
3 Kajian Lapangan Menyusun rencana pemeriksan lapangan (mutual check) dan
review terhadap simplified design yang ada.
Menentukan lokasi sumber quarry (sumber bahan/material),
estimate kuantitas bahan serta rencana pemeriksaan mutu
bahan yang akan digunakan.
4 Kondisi Sosial Masyarakat Pendekatan kepada masyarakat dan Pemerintah Daerah
setempat (misalnya: masalah jalan akses ke lokasi quarry).
Substansi pokok yang dibahas dalam Pre Construction Meeting dapat dilihat pada Tabel
3.5.
No Kegiatan Rincian
1 Aplikasi pasal-pasal penting dalam o Pekerjaan tambah kurang
dokumen kontrak o Termination atau forfeiture
o Mobilisasi
o Maintenance and protection of traffic
o Sub Letting
o Insurance of works
o Organisasi kerja
2 Prosedur administrasi o Request and Approval dalam rangka Examination of
penyelenggaraan pekerjaan Works
o Extension time for completion of works
o Gambar kerja dan kelengkapannya.
o Pengajuan MC (Monthly Certificate)
o PHO dan FHO
o Pembuatan Addendum Kontrak
o Jadual pengadaan bahan, pnggunaan peralatan dan
personel
o Review dan penyempurnaan terhadap jadual kerja yang
harus sesuai dengan target volume, mutu dan aktu.
o Menyusun rencana dan pelaksanaan pemeriksaan
lapangan (mutual check) sehubungan dengan Review
design terhadap simplified design yang ada dalam
dokumen kontrak
3 Tata cara dan prosedur teknis o Konstruksi pondasi jembatan dan bangunan atasnya.
pelaksanaan pekerjaan o Rigid pavement dengan LHR (Lalulintas Harian rata-
No Kegiatan Rincian
rata) tinggi dan traffic management-nya.
o Soil stabilization.
o Produksi agregat untuk pondasi jalan dan perkerasan
aspalnya.
o Penentuan lokasi sumber bahan material (quarry),
estimasi kuantitas serta rencana pemeriksaan mutu
bahan yang akan digunakan.
o Pendekatan terhadap masyarakat dan Pemerintah
Daerah setempat terkait dengan rencana kerja dan: -
musim tanam , -akses ke quarry & angkutan bahan.
Pada Pre Construction Meeting setiap komponen pelaksana kegiatan mempunyai peran
sesuai dengan posisi masing masing. Komponen pemerintah diwakili oleh unsur atasan
langsung, pengawas dan pelaksana. Pada Tabel 3.6 dijelaskan peran dari komponen
pemerintah dalam PCM artinya adalah peran dalam menjelaskan masalah penting dalam
pelaksanaan pekerjaan.
Pada Tabel 3.7 dijelaskan mengenai posisi dan masalah menjadi bagian dari
kontraktor dan konsultan.
Tabel 3.7 Posisi Dan Masalah Yang Harus Dijelaskan Oleh Kontraktor Dan
Konsultan
Project Quality Plans (PQP) disusun pada saat Pre Construction Meeting, menjelaskan
mengenai: -informasi dan organisasi proyek (konsultan dan kontraktor), jadwal
pelaksanaan. PQP merupakan alat kontrol bagi Engineer, Engineer’s Representative
maupun Kontraktor dalam melakukan pengendalian proses pelaksanaan proyek. Rencana
ini mencakup jadual pelaksanaan dan prosedurnya setiap jenis pekerjaan seperti standar,
prosedur, daftar inspeksi dan persyaratan uji serta instruksi kerja. Kegiatan yang mininal
tercakup dalam instruksi kerja adalah:
Urutan kegiatan pelaksanaan
Prosedur kerja untuk mengawali kegiatan
Pemantauan proses kegiatan
Perawatan / pemeliharaan produk-produk pekerjaan
Jaminan bahwa output suatu proses akan sesuai dengan spesifikasi
3.2.2 MOBILISASI
Mobilisasi
Kegiatan mobilisasi meliputi kegiatan persiapan dan mendatangkan:
▪ fasilitas lapangan (base camp) (misalnya: kantor untuk proyek, konsultan,
kontraktor; tempat tinggal petugas proyek, bengkel, gudang, dan construction
plant)
▪ peralatan berat dan kendaraan yang diperlukan dalam pelaksanaan proyek
▪ peralatan laboratorium untuk pemeriksaan mutu bahan baku, mutu bahan olahan
dan mutu pekerjaan jadi.
▪ personel-personel kontraktor dan konsultan.
Jangka waktu
Jangka waktu waktu mobilisasi ditentukan dalam Spesifikasi Umum, umumnya waktu
yang disediakan dibatasi 60 hari terhitung sejak COW, dan seluruh peralatan
laboratorium harus sudah terpasang 45 hari terhitung sejak COW.
Ijin Pemasukan
▪ Ijin pemasukan alat berat dan peralatan laboratorium ke lokasi proyek dikeluarkan
oleh Pinpro/Pinbagpro
▪ Apabila alat berat dan peralatan laboratorium belum diproduksi atau harus import
dari luar negeri, rekomendasi dari Pinpro/Pinbagpro perlu diajukan oleh kontraktor
sebelum memproses sesuai presedur dan ketentuan yang berlaku.
Quarry
Pemeriksaan
Jika di sekitar proyek tidak terdapat material yang memenuhi syarat, perlu dipilih lokasi
dari deposit quarry di tempat lain. Material harus memenuhi persyaratan mutu bahan
baku, dan untuk menjamin mutu konsultan harus melakukan pengujian mutu bahan
baku di laboratorium, serta perkiraan volume deposit quarry yang tersedia. Kontraktor
wajib membayar retribusi akibat penggunaan quarry tersebut.
Bahan-bahan
Bahan yang akan didatangkan pihak kontraktor dari luar proyek misalnya aspal,
semen, besi beton, harus memperoleh persetujuan Pinpro/Pinbagpro. Persetujuan
penggunaan didasarkan atas hasil pengujian di laboratorium terhadap bahan tersebut
dilakukan oleh Konsultan atas perintah Pinpro/Pinbagpro.
Mobilisasi Personel
Mobilisasi personel dilakukan bertahap sesuai kebutuhan, untuk tenaga inti kontraktor,
Pinpro/Pinbagpro perlu mengacu pada daftar yang diajukan kontraktor pada saat
memasukkan penawaran.
Review Design merupakan upaya untuk menyesuaikan produk original design (jalan dan
ataupun jembatan) akibat pelaksanaan konstruksi tidak dimulai tepat waktu sesuai
rencana. Prinsip dasar perencanaan teknis jalan (dan jembatan) adalah menyediakan
prasarana jalan yang dapat dilalui arus lalu lintas sesuai umur rencana, pada suatu tingkat
pelayanan dan MST (Muatan Sumbu Terberat) tertentu.
Prinsip dasar sebagai acuan penyiapan original design sebagai berikut :
Umur rencana jalan (awal dan akhir); Kapasitas jalan (lebar jalur, jumlah lajur, lebar
bahu jalan, lebar median jika ada); berdasarkan Level of Service minimal yang
ditentukan; Kelas jembatan (kelas A, B, C); Struktur perkerasan jalan sesusi MST
yang dipilih (8 ton atau 10 ton); Dokumen Tender / Kontrak yang mencantumkan
volume pekerjaan berdasarkan pay item masing-masing pekerjaan.
Perubahan tersebut perlu direspons dengan melakukan review design agar umur rencana
tetap tercapai sesuai rancangan awal. Rancangan ini berakibat bill of quantity berubah
dibanding dengan original design. Review Design dilakukan melalui prosedur administratif
dan prosedur teknis. Prosedur administratif dilaksanakan sesuai ketentuan umum, sedang
prosedur teknis meliputi kegiatan: -pengumpulan data original desain; Survei lapangan
(dalam koridor waktu mobilisasi).
Data Teknis: LHR, CBR dan lendutan dari original design, existing pavement dan
rencana struktur pavement (Jenis, tebal dan lokasi per lapis
perkerasan), typical cross section (lebar, jenis, tebal perkerasan, CBR).
Data Biaya: biaya kontrak, kuantitas dan harga satuan menurut pay item.
Survei Lapangan.
Data dikumpulkan pada masa mobilisasi, informasi yang dibutuhkan dilakukan dengan
menggunakan standard Inventory RDS (Road Design Standard) Guide Lines yang
disederhanakan dan survei rancangan, profil jalan, jembatan, drainage. (lihat
lampiran). Pengumpulan data meliputi: geometrik jalan lengkap termasuk srana
drainasi, struktur perkerasan jalan termasuk kerusakan dan jenisnya seperti lendutan
dan kekasaran permukaan, dan perubahan jenis dan volume pekerjaan. Setiap
komponen data harus dilengkapi dengan data perhitungan volume (form DL.31-M).
Evaluasi Perubahan Volume Pekerjaan terjadi dari pekerjaan major menjadi minor
atau sebaliknya.
Tipikal Potongan Melintang ▪ Per segmen yang berbeda struktur maupun tebal
perkerasannya
Rekapitulasi Volume dan ▪ Tabel volume dan biaya per item pekerjaan.
Biaya
Besarnya Uang Muka (Advance Payment) yang dibayarkan kepada kontraktor biasanya
sebesar 20% dari nilai kontrak. Uang muka tersebut baru dapat dibayarkan apabila :
▪ Kontraktor telah menyerahkan jaminan uang muka (Bank Garansi), nilainya
minimal sama dengan jumlah uang muka yang diterbitkan oleh Bank Pemerintah
atau Lembaga Keuangan lain yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
▪ Kontraktor mengajukan permohonan pengambilan uang muka secara tertulis
kepada Pinpro/Pinbagpro dilengkapi rencana penggunaannya.
a. Buku Harian
Kontraktor wajib membuat dan menyimpan buku harian. Materi yang perlu dicatat dalam
buku harian adalah: bahan (kualitas dan kuantitas); tenaga kerja (penempatan dan jenis
ketrampilan), peralatan (jenis dan kuantitas), kemajuan pekerjaan (jenis dan uraian),
kondisi cuaca. Perlu pula dicatat perubahan gambar kerja dan kelambatan yang terjadi.
Buku Harian dibuat dalam rangkap 4 (empat), ditandatangani oleh Pihak Kontraktor,
diperiksa dan disetujui oleh petugas lapangan dari Engineer’s Representative, dan
diketahui oleh petugas lapangan dari Engineer (yang mewakili Pinpro/Pinbagpro).
Laporan didistribusikan kepada Pinbagpro, Pinpro, Engineer’s Representative (konsultan),
dan kontraktor.
b. Laporan Mingguan
Laporan merupakan resume dari seluruh materi Laporan Harian selama 1 minggu,
disiapkan oleh kontraktor dan dibuat dalam rangkap 4, dengan penanggung jawab dan
pola distribusi laporan sama seperti Buku Harian.
c. Laporan Bulanan
Laporan Bulanan merupakan rangkuman dari Laporan Mingguan selama 1 bulan,
disiapkan oleh kontraktor, penanggung jawab dan distribusinya sama dengan Buku
Harian. Isinya merupakan masukan bagi konsultan dalam menyiapkan laporannya
(Laporan Bulanan Konsultan Supervisi). Laporan memuat laporan kegiatan fisik (monthly
certificate, realisasi progres S-curve), dan laporan pengawasan teknis (qualiti assurance
dan quality control).
d. Laporan Triwulan
Laporan Triwulanan dibuat oleh konsultan pengawas terhadap pelaksanaan pekerjaan
fisik yang dilakukan oleh kontraktor. Laporan memuat progres termasuk berbagai
kekurangan pelaksanaan proyek yang terjadi selama 3 bulan, menyangkut aspek teknis
maupun administratif. Laporan ini menjadi masukan manajemen bagi Pinpro/ Pinbagpro
untuk mengambil langkah-langkah preventif bagi kemungkinan kegagalan pelaksanaan
proyek baik dari sisi teknis maupun administratif.
e. Laporan Akhir
Laporan Akhir disiapkan baik oleh kontraktor maupun konsultan pengawas, adalah
laporan lengkap yang menggambarkan resume seluruh rangkaian pelaksanaan proyek.
Laporan menyajikan kronologis (lengkap) pelaksanaan proyek, program masa
pemeliharaan (Warranty Period) seperti program pemeliharaan dan identifikasi lokasi
rawan longsor, dan Dokumen Serah Terima Sementara (termasuk berita acara serah
terima). Laporan proses pelaksanaan proyek juga memuat status review design dan
change order serta addendum kontrak yang dibuat selama masa pelaksanaan proyek.
Ada 2 cara yang bisa ditempuh dalam menyiapkan laporan akhir proyek, yaitu dibuat
sendiri-sendiri dengan sudut pandang yang berbeda antara kontraktor dan konsultan atau
dibuat bersama oleh kontraktor dan konsultan (ditandatangani oleh kontraktor dan
konsultan). Cara yang kedua relatif lebih sulit melaksanakannya akibat perbedaan sudut
pandang antara kontraktor dan konsultan, namun isi laporan akhir akan lebih lengkap dan
akurat analisisnya.
Pembayaran prestasi pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor pada umumnya dilakukan
dengan dua cara, yaitu: (a) Sistem sertifikat bulanan (monthly certificate), dan (b) Sistem
termijn. Kedua sistem tersebut dapat dipilih sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan
dalam dokumen kontrak.
MC mencakup rincian :
▪ Komulatif % kemajuan atau prestasi fisik pekerjaan, ekivalen dengan komulatif
jumlah biaya per Divisi Pekerjaan pada bulan yang bersangkutan.
▪ Gross Monthly Certificate, ( biaya total works complete + biaya material on site)
▪ Biaya-biaya deductions (pengurangan) terdiri dari : (Retention Money , Advance
Payment Repayment (terhitung sejak MC No. 3))
▪ Previous Monthly Certificate
▪ Net Monthly Certificate (= Gross MC - Total Deductions)
▪ Value Added Tax (Net MC; Advance Payment -jika belum dibayarkan)
▪ Total Payment untuk bulan yang bersangkutan (= Net MC - Value Added Taxes)
▪ Komposisi pembayaran : (Foreign Cost Component; Local Cost Component)
Pekerjaan tambah atau kurang adalah suatu perubahan volume pekerjaan terjadi sebagai
akibat kondisi lapangan yang tidak dapat dielakkan dalam rangka penyelesaian pekerjaan
secara keseluruhan. Pengertian pekerjaan tambah / kurang dibedakan dalam 2 jenis
yaitu:
Kenaikan atau penurunan volume pekerjaan pada item tertentu yang sudah ada harga
satuannya di dalam kontrak.
Variation Order atau Change Order yang belum ada kesepakatan harga satuannya di
dalam kontrak.
Sesuai dokumen kontrak, Pinpro/Pinbagpro mempunyai kewenangan untuk
melaksanakan perubahan pekerjaan di lapangan antara lain :
Menambah atau mengurangi volume pekerjaan yang tercantum di dalam kontrak.
Menghapus atau mengadakan jenis pekerjaan baru.
Mengubah spesifikasi pekerjaan sesuai dengan kebutuhan lapangan.
Mengubah ketinggian, kedudukan dan ukuran dari bagian-bagian pekerjaan.
Melaksanakan pekerjaan tambah yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh
pekerjaan.
Perubahan bisa diusulkan baik oleh Pinpro/Pinbagpro maupun Kontraktor dan
ditindaklanjuti dengan negosiasi atas dasar kewajaran harga. Untuk menghindari
terjadinya dispute di kemudian hari, segala perubahan (pekerjaan tambah / kurang) agar:
Dibuat tertulis dan ditandatangani oleh Pinpro/Pinbagpro, Konsultan Supervisi dan
Kontraktor.
Segala perubahan harus dituangkan di dalam Addendum Kontrak.
Denda adalah bentuk sanksi yang dikenakan kepada Pihak Kontraktor karena
keterlambatan penyelesaian pelaksanaan pekerjaan. Ketentuan besarnya denda
tergantung pada klausul yang tercantum di dalam Syarat-syarat Kontrak. Sejak waktu
pelaksanaan kontrak dilampaui, denda sudah harus diperhitungkan dan dibayar ke Kas
Negara pada setiap terjadi transaksi pembayaran.
Jika sumber pembiayaan proyek berasal dari APBN Rupiah Murni, maka
Pinpro/Pinbagpro akan memotong langsung dari tiap tagihan pembayaran yang diajukan
oleh kontraktor. Sedangkan apabila sumber dananya berasal dari Dana Pinjaman Luar
Negeri maka kontraktor harus terlebih dahulu menyetor pembayaran denda melalui Kas
Negara sebelum aplikasi tagihan pembayaran dari kontraktor diajukan kepada Badan
pemberi Pinjaman.
Rumus yang digunakan untuk menghitung eskalasi harga adalah sebagai berikut :
E = Q x Upo x (K-1)
di mana,
Lo, Mo, Fo, Eo, To: angka index dasar (zero index) untuk Labour, Material, Fuel,
Equipment dan Transport yang berlaku pada 30 hari sebelum pembukaan
penawaran (bid opening), diambil dari data resmi yang diterbitkan oleh
Biro Pusat Statistik (bisa Pusat bisa Daerah, tergantung data mana yang
dapat diperoleh)
Ln, Mn, Fn, En, Tn: angka index harga untuk Labour, Material, Fuel, Equipment
dan Transport yang berlaku pada suatu bulan selama construction period,
data pendukung diterbitkan oleh Biro Pusat Statistik (Pusat atau Daerah)
pada bulan yang bersangkutan. Jika data yang tersedia di Biro Pusat
Statistik tidak lengkap perlu dibuat interpolasi dengan memperhitungkan
trend perkembangan angka index yang bersangkutan.
Jika didalam dokumen kontrak terdapat klausul mengenai eskalasi (de-eskalasi), maka
Engineer, Engineer's Representative atau kontraktor perlu memberikan perhatian
terhadap masalah berikut ini:
Pembayaran kontrak akibat eskalasi harga hanya dapat dilakukan untuk item
pekerjaan yang dicantumkan di dalam Syarat-Syarat Khusus Kontrak.
Perhitungan kuantitas item pekerjaan yang dibayar dengan eskalasi :
▪ Kuantitas yang dibayar eskalasinya diperoleh dari selisih kumulatif kuantitas tahun
ke (i) yang dipilih dengan kumulatif kuantitas tahun ke (i-1) yang dipilih.
▪ Jika kemajuan pelaksanaan terlambat, maka kumulatif kuantitas yang dipilih
adalah kumulatif kuantitas rencana.
▪ Jika kemajuan pelaksanaan ahead schedule, maka kumulatif kuantitas yang dipilih
adalah kumulatif kuantitas actual.
Langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mempercepat pembayaran eskalasi :
▪ Perhitungan faktor eskalasi per bulan dibuat dengan menggunakan trend line
perubahan Ln, Mn, Fn, En, Tn (regressi linear), diperhitungkan berdasarkan data
yang tersedia di Biro Pusat Statistik.
▪ Hasil perhitungan tersebut diajukan kepada instansi yang berwenang untuk
mendapatkan persetujuan.
di mana,
Upo = Nilai Harga Satuan Kontrak Semula
UPn = Nilai Harga Satuan Kontrak Tereskalasi
Eo = Kurs pada saat 30 hari sebelum pembukaan penawaran
Et = Kurs pada saat bulan perhitungan eskalasi untuk mata uang asing.
Jika ternyata kontraktor tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang menjadi tanggung
jawabnya, pengamanan dan penyelamatan proyek diambil oleh Pinpro/Pinbagpro guna
menyelesaikan permasalahan tersebut. Beberapa cara yang dapat diambil adalah
sebagai berikut :
Penghentian kontrak (Determination)
Pemutusan kontrak (Termination)
Arbitrase
Arbitrase yang merupakan penyelesaian di luar pengadilan dilakukan jika perselisihan
tidak bisa diselesaikan oleh Engineer (mewakili Employer) dan Kontraktor melalui
musyawarah, mediasi ataupun konsiliasi. Arbitrase dilakukan berdasarkan Undang-
Undang No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa
yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
▪ Arbitrase harus dilaksanakan di Jakarta.
▪ Bahasa yang dipakai adalah Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris.
▪ Bila dua orang penengah (arbitrator) gagal mencapai persetujuan, maka seorang
wasit yang ditunjuk dari Badan Arbitrase Indonesia atau pengadilan Negeri.
▪ Keputusan yang diambil oleh Arbitrator akan mengikat kedua belah pihak.
▪ Selama masa perundingan arbitrase berlangsung, kontraktor berkewajiban
melanjutkan pekerjaan.
Di Indonesia badan arbitrase nasional yang bertugas menyelesaikan perselisihan
yang terjadi dalam hubungan dagang yang bersifat domestik maupun internasional
adalah :
a. Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) yang didirikan atas prakarsa Kamar
Dagang dan Industri Indonesia (KADIN); dan
b. Badan Arbitrase Muamalat Indonesia (BAMUI) yang didirikan atas prakarsa
Majelis Ulama Indonesia.
Ketentuan mengenai pilihan penyelesaian di luar pengadilan melalui arbitrase tersebut
harus secara tegas dinyatakan dalam dokumen kontrak.
Pada akhir masa konstruksi harus dilakukan Serah Terima Pertama Pekerjaan
(Provisional Hand Over -PHO). Penyelenggaraan PHO dinyatakan dalam Syarat-syarat
Kontrak (Conditions of Contract), namun secara rinci proses PHO diatur melalui petunjuk
praktis pengendalian proyek diterbitkan oleh Instansi yang berwenang. Penyelenggaraan
dilakukan oleh Panitia PHO yang dibentuk oleh Instansi terkait.
Ruang lingkup tugas Panitia PHO adalah sebagai berikut :
Meneliti dan membuat Berita Acara hasil penelitian Penyerahan Pekerjaan.
Membentuk tim guna melakukan penelitian yaitu: Tim Visual, Tim Teknis/Quality
Control dan Tim Administrasi.
Menetapkan tanggal definitif PHO.
Menetapkan tanggal rencana FHO sesuai dengan persyaratan yang telah digariskan
di dalam Dokumen Kontrak.
ii. Jika dalam batasan jumlah biaya kontrak sudah tidak dimungkinkan lagi
mengurangi item pekerjaan yang lain maka Panitia PHO dapat
memberikan saran kepada Pinbagpro untuk:
iii. Mengusulkan kekurangan pembiayaan tersebut sebagai bahan usulan
DIP yang akan datang atau revisi DIP dalam tahun anggaran yang
sedang berjalan jika memungkinkan
iv. Merupakan bagian final report dari konsultan supervisi yang
bersangkutan
Administrasi
▪ Penyelesaian utang kontraktor kepada sub kontraktor (penyelesaian
pelunasan minimal sebulan sebelum pengumunan PHO oleh Pinbagpro).
▪ Masalah retribusi kepada Pemerintah Daerah setempat.
▪ Identifikasi peringatan Pinbagpro dan konsultan yang belum ditanggapi
oleh kontraktor.
▪ Sisa DIP yang mungkin masih ada, agar bisa segera diadakan revisi
untuk dapat dimanfaatkan oleh proyek lain yang memerlukannya
▪ Asuransi Tenaga Kerja
Alat berat.
Identifikasi alat berat yang mendapat keringanan bea masuk, agar dibuatkan
Berita Acara Penerimaan oleh Pinbagpro memuat : Jenis alat, tanggal kedatangan
di proyek, dan tanggal kontrak pembelian alat berat
d. Bila penundaan tanggal PHO melebihi tanggal akhir konstruksi, kontraktor dapat
dikenakan denda sebagaimana tercantum dalam Conditions of Contract.
Catatan:
Setelah grace period berakhir agenda yang dilakukan adalah:
▪ Membuat Berita Acara Hasil Penelitihan untuk penyerahan pekerjaan.
▪ Menetapkan tanggal definitif PHO.
▪ Menetapkan tanggal rencana FHO sesuai dengan Dokumen Kontrak.
Pada Gambar 3.4.disajikan Flow Chart Proses Kegiatan Utama PHO dan Gambar 3.5.
disajikan Diagram Pelaksanaan PHO :
Gambar 3.4
FLOW CHART
PROSES KEGIATAN UTAMA
PROVISIONAL HAND OVER
Panitia PHO
Pembentukan Panitia menyelenggarakan
PHO Second Meeting Mengesahkan Berita
Acara PHO dan
perhitungan seluruh
Pemberitahuan tertulis Kontraktor pekerjaan yang telah
memperbaiki hasil selesai dikerjakan
kepada kontraktor
tentang pekerjaan sesuai saran
pembentukan Tim Visual,
Panitia PHO Administrasi, dan
Quantity OK
NO
Penilaian
atas hasil
perbaikan ?
* Membentuk * Memeriksa hasil * Menyimpulkan * Kontraktor * Memeriksa hasil * Menyimpulkan Hasil * Pinbagpro membuat
kelompok pekerjaan secara hasil pemeriksaan melakukan perbaikan yang Pemeriksaan Kunjungan Berita Acara Serah
pemeriksaan visual perbaikan hasil telah dilakukan Lapangan Kedua Terima Pekerjaan
* Menentukan * Memeriksa hasil * Menentukan Grace pekerjaan yang oleh kontraktor * Menyatakan bahwa paling lambat 3 hari
rencana kerja pekerjaan secara Period dan dinilai cacat dan pekerjan fisik selesai 100% setelah mendapat
pemeriksaan teknis / quality Menentukan waktu kerusakan- dan jadual / tanggal waktu pemberitahuan dari
control kunjungan kerusakan lainnya. selesai tidak terlampaui Panitia PHO
lapangan kedua
* Memeriksa * Kontraktor * Menyimpulkan Personel,
administrasi melengkapi berkas Peralatan, dan Rencana
administrasi Kerja Kontraktor dalam
Masa Pemeliharaan
* Menyimpulkan Masa
Pemeliharaan
* Membuat status
pembayaran
Final Hand Over adalah serah terima akhir hasil pelaksanaan pekerjaan oleh
kontraktor kepada Pemilik. Kontraktor tidak/belum dianggap selesai mengerjakan
pekerjaan sebelum dikeluarkannya Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan.
Dengan dikeluarkannya Berita Acara Serah Terima Akhir Pekerjaan maka
kewajiban kontraktor telah selesai.
Penyelenggaraan FHO berpedoman pada Conditions of Contract (Syarat-Syarat
Kontrak) dan pedoman lain yang terkait, dilaksanakan oleh Panitia FHO yang
dibentuk oleh instansi yang berwenang. Adapun ruang lingkup kegiatan Panitia
FHO adalah sebagai berikut :
Melakukan penelitian terhadap realisasi pemeliharaan selama “warranty
period” atas hasil pekerjaan konstruksi yang telah dilakukan oleh kontraktor.
Menetapkan tanggal definitif FHO.
Membuat Berita Acara hasil penelitian penyerahan pekerjaan.
Untuk memberikan gambaran umum penyelenggaraan FHO berikut adalah
rangkaian proses FHO yang harus dilakukan oleh para pihak terkait :
Hasil dan Daftar Perbaikan Cacat dan Kekurangan yang telah dikerjakan
sesuai dengan rencana kerja pemeliharaan yang telah disetujui.
* Kontraktor * Engineer Jika rekomendasi * Pinbagpro * Panitia FHO * Membahas dan Berdasarkan
mengajukan melakukan penilaian disetujui oleh menyampaikan bersama-sama dengan mengevaluasi hasil pemberitahuan dari
permohonan FHO sementara atas Employer, maka kronologi kontraktor dan unsur- kunjungan lapangan Panitia FHO bahwa
kepada Pinbagpro/ permohonan FHO Pinbagpro memberi pelaksanaan proyek unsur proyek kontraktor telah
Pinpro dengan alasan dari kontraktor. tahu Panitia FHO menyangkut aspek melakukan kunjungan * Jika menurut hasil menyelesaikan
telah menyelesaikan untuk teknis maupun lapangan untuk evaluasi tersebut seluruh pekerjaan-nya
pemeliharaan. * Jika hasil penilaian menindaklanjuti administratif. mencatat defects and Panitia FHO dalam proses FHO,
menunjukkan bahwa rekomendasi tersebut deficiencies yang menyatakan bahwa Pinbagpro
* Waktu pengajuan hasil kerja kontraktor dengan melakukan * Ketua Panitia FHO dilaporkan telah dalam masa menerbitkan Berita
permohonan FHO layak diterima, maka kunjungan lapangan menyampaikan hal- diperbaiki maupun pemeliharaan Acara Serah Terima
paling lambat 21 hari Engineer dan pemeriksaan hal yang harus yang terjadi dan kontraktor telah Akhir Pekerjaan,
sebelum berakhirnya mengirimkan lapangan paling disepakati dalam belum dilaporkan menyelesaikan ditandatangani oleh
masa pemeliharaan rekomendasi FHO lambat 14 hari proses FHO antara sebagai bahan seluruh permasalahan Pinbagpro dan
kepada Employer, sebelum masa lain prosedur, jadual penilaian. defects and Kontraktor. Dengan
dilampiri Hasil dan pemeliharaan dan penentuan deficiencies maka demikian seluruh
Daftar Cacat dan berakhir. tanggal FHO Panitia FHO kewajiban kontraktor
Kerusakan yang telah membuat Berita berakhir.
diperbaiki. Acara tentang hal ini
dan memberitahukan
hal ini kepada
Pinbagpro
BAB IV
PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN
Ukuran keberhasilan pelaksanaan suatu proyek (maksudnya paket proyek fisik) ialah
apabila mutu produk akhir yang dicapai sesuai dengan persyaratan teknis yang
ditetapkan dalam dokumen kontrak, dilaksanakan di dalam koridor waktu yang telah
disepakati di dalam surat perjanjian kontrak dan menyerap biaya secara bertahap sesuai
dengan jadwal maupun besarnya pembiayaan yang telah disepakati sejak
“commencement of works” sampai dengan Final Hand Over.
Untuk mencapai keberhasilan tersebut diperlukan pengawasan dan pengendalian
pelaksanaan proyek masing-masing oleh direksi teknis dan pemimpin proyek.
Pengawasan dan pengendalian pelaksanaan proyek meliputi :
Pengawasan dan pengendalian mutu, sesuai dengan persyaratan spesifikasi teknis.
Pengawasan dan pengendalian kemajuan pekerjaan yang tepat waktu.
Pengawasan dan pengendalian volume pekerjaan disesuaikan dengan kontrak
Pengawasan dan pengendalian biaya agar sesuai dengan target biaya yang tertuang
dalam kontrak.
Pengelolaan administrasi pelaksanaan proyek.
Boleh dikatakan, bahwa hampir tidak ada proyek yang mencapai ukuran keberhasilan
seperti dimaksud di atas. Mengapa bisa demikian ? Permasalahannya dimulai dari
dokumen perencanaan teknis (yang kemudian dituangkan menjadi drawings) yang tidak
disiapkan dalam ketelitian yang tinggi karena keterbatasan biaya maupun waktu. Adalah
tidak mungkin bahwa dengan keterbatasan biaya dan waktu tersebut Pemilik
menyediakan full engineering design untuk ribuan ruas jalan yang tersebar di seluruh
wilayah yang memerlukan peningkatan ataupun pemeliharaan berkala. Pilihan yang
diambil berupa modul-modul perencanaan teknis yang diperhitungkan dengan data-data
yang terbatas barangkali merupakan pilihan yang tidak terhindarkan. Oleh karena itu,
sebagai contoh, dalam pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan harus dibuka peluang
adanya review design terhadap drawings dan dokumen-dokumen pendukung lainnya
apabila ternyata tidak sesuai dengan kondisi lapangan yang dihadapi, agar secara teknis
dapat diperkecil kemungkinan-kemungkinan terjadinya kesalahan perencanaan.
Dalam rangaka pelaksanaan pengendalian pelaksanaan proyek tersebut, pemimpin
proyek memerlukan alat kontrol dalam upaya mendekati pencapaian tepat mutu, tepat
waktu dan tepat biaya. Berikut ini adalah kegiatan-kegiatan atau data / informasi yang
lazimnya digunakan sebagai alat kontrol dimaksud :
1. Surat Perintah Mulai Kerja
2. Construction Schedule
Pengendalian mutu merupakan upaya untuk mewujudkan salah satu dari 3 (tiga) sasaran
utama manajemen proyek yaitu tepat mutu, tepat biaya dan tepat waktu. Pengendalian
mutu didefinisikan sebagai suatu upaya pengawasan dan tindak turun tangan terhadap
pelaksanaan pekerjaan konstruksi (jalan dan jembatan) agar memenuhi persyaratan-
persyaratan teknis yang telah ditetapkan di dalam Dokumen Kontrak.
Untuk mewujudkan mutu hasil pekerjaan sesuai dengan spesifikasi teknis sebagaimana
dipersyaratkan dalam Dokumen Kontrak, ada 3 (tiga) tahap pengendalian yang harus
dilakukan, yaitu :
Pengendalian mutu bahan baku (tanah, pasir, batu, aspal, semen dsb.)
Pengendalian mutu bahan olahan (agregat sub base, agregat base, adukan AC, adukan
beton semen, adukan beton K-350 dsb.).
Pengendalian mutu hasil pekerjaan (subgrade yang telah dipadatkan, lapis pondasi
bawah, lapis pondasi atas, lapis permukaan jalan, tiang pancang beton yang telah
terpasang, structural concrete K-350, dsb.). Pengertian pengendalian hasil pekerjaan di
sini adalah pengendalian mutu terhadap jenis pekerjaan menurut pay item di dalam
Dokumen Kontrak yang dilaksanakan oleh kontraktor.
Sedangkan pengukuran pengendalian mutu mencakup 2 (dua) hal yaitu :
Dimensi (panjang, lebar, tinggi, tebal, kemiringan, dsb.)
Kualitas (kepadatan, kuat tekan, daya dukung tanah, dsb.)
Untuk setiap obyek yang akan diperiksa (bisa bahan baku, bahan olahan ataupun hasil
pekerjaan), misalnya subgrade dari tanah timbunan tergelar padat, maka ada 5 hal yang
harus dicatat datanya :
Nama pemeriksaan, misalnya kepadatan lapangan.
Metoda pemeriksaan, misalnya sand cone method / AASHTO T-191.
Frekwensi pemeriksaan, misalnya 1 titik tiap 200 m.
Spesifikasi/persyaratan mutu, misalnya kepadatan lapangan = 100%.
Toleransi hasil, misalnya 0%.
Dari penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa secara teoritis pengendalian mutu
dilakukan terhadap pelaksanaan seluruh pay item yang tersusun dari komponen bahan
baku yang diproses menjadi bahan olahan dan kemudian diproses lebih lanjut menjadi hasil
pekerjaan dengan kualitas sebagaimana dipersyaratkan dalam spesifikasi teknis.
Untuk setiap pay item tentu proses pengendalian mutunya berbeda-beda, misalnya untuk
pay item “Structural Concrete K-350” yang terdiri dari komponen cement, water, fine
aggregate, coarse aggregate, dan reinforcing steel deformed U-42. Dari kelima komponen
tersebut yang pengendalian mutunya diproses sejak mulai dari bahan baku adalah “fine
aggregate” , “coarse aggregate” dan “water” sedangkan “cement” dan “reinforcing steel
deformed U-42” diperoleh sudah sebagai bahan olahan, jadi yang dilakukan adalah
pengendalian mutu atas hasil bahan olahan . Keempat komponen yaitu cement, water, fine
aggregate, coarse aggregate kemudian diproses di dalam concrete plant / mixer sebelum
misalnya dicor di atas bekisting lantai yang pembesiannya sudah ditata terlebih dahulu
sesuai gambar rencana, untuk kemudian dicek sesuai dengan metoda pengecekan yang
berlaku guna mengetahui apakah benar memang mencapai persyaratan beton K-350.
Jika proses pengendalian mutu tersebut dilakukan secara konsisten oleh Quality Control
Engineer (konsultan supervisi) untuk seluruh pay item yang dianggap potensial menjadi
penyebab kegagalan proyek, maka dapat diharapkan bahwa secara umum hasil pekerjaan
kontraktor akan memenuhi persyaratan mutu yang telah disepakati di dalam kontrak.
Tulisan ini tidak secara rinci menggambarkan rincian pengendalian mutu untuk seluruh pay
item yang dimaksud tersebut di atas karena memang tujuannya adalah memberikan prinsip
dasarnya saja, yang kemudian diharapkan dapat dikembangkan sendiri oleh para stake
holder proyek, disesuaikan dengan kebutuhan manajemen dan perkembangan teknologi.
Berikut ini adalah Diagram Pengendalian Mutu untuk memudahkan orang memahami
prinsip dasar pengendalian mutu suatu pekerjaan :
Pemilihan Jenis-jenis
Bahan Baku sesuai dengan
item pekerjaan
Lingkup pengendalian
Tidak - Lingkup Dimensi
- Lingkup kualitas
Struktur pengendalian
Pengendalian - Jenis pemeriksaan
mutu bahan - Metoda pemeriksaan
baku - Frekwensi
- Spesifikasi mutu
TAHAP I - Toleransi
Ya
Bahan
siap olah
Lingkup pengendalian
Tidak - Lingkup Dimensi
- Lingkup kualitas
Struktur pengendalian
Pengendalian - Jenis pemeriksaan
mutu bahan - Metoda pemeriksaan
olahan - Frekwensi
- Spesifikasi mutu
TAHAP II Ya - Toleransi
Komponen
Bahan untuk
pekerjaan jadi
telah siap
Lingkup pengendalian
- Lingkup Dimensi
Tidak - Lingkup kualitas
Struktur pengendalian
- Jenis pemeriksaan
Pengendalian
- Metoda pemeriksaan
mutu pekerja
- Frekwensi
an jadi
- Spesifikasi mutu
- Toleransi
TAHAP III Ya
Pekerjaan jadi
(pelaksanaan pay item
sesuai kontrak)
Show Cause Meeting (SCM) dilaksanakan oleh Tim Rapat Pembuktian, bila terjadi
keterlambatan pelaksanaan pekerjaan yang dinyatakan sebagain kontrak kritis. Kontrak
kritis dibagi dalam berbagai tingkatan yang setiap tingkatan keterlambatan memberikan
konsekwensi pada tingkat mana SCM harus diselenggarakan. Ketegori kontrak kritis dan
kaitannya dengan SCM diterangkan sebagai berikut:
Rapat SCM dihadiri oleh kontraktor, pemilik pekerjaan (Pinbagpro, Pinpro, Atasan
Langsung Pinpro,dan Atasan Pimpro) dan konsultan. Kontraktor harus dapat
membuktikan kemampuan dalam menyelesaikan proyek dengan mempertimbangkan segi
manajemen, peralatan dan keuangan.
Evaluasi keterlambatan oleh Tim Rapat Pembuktian dilakukan melalui Uji Coba
Kemampuan (Test Case) terhadap kontraktor. Kemajuan progres fisik yang dapat
dilakukan kontraktor dibandingkan dengan kesepakatan kemampuan pencapaian fisik
pada periode tertentu. Tingkat pencapaian ditetap pada pertemuan SCM. Jika pada masa
uji coba kontraktor gagal mencapai target fisik yang disepakati, Proyek menyerahkan
urusan ini kepada institusi yang lebih tinggi, yaitu SCM tingkat atasan langsung pimpro.
Apabila tetap menemui kegagalan, penyelesaiannya diteruskan ke institusi lebih tinggi
dengan menyelenggarakan SCM tingkat atasn pimpro.
Bila melalui penyelesaian pada SCM tingkat atasan atasan pimpro, kontraktor juga gagal
mencapai progres fisik, harus diambil langkah pengamanan dan penyelamatan proyek.
Dua alternatif yang dapat dipilih yaitu :
80
Prosen
60
40
20
0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Bulan
Original Actual Revised
Dalam contoh di atas , Construction period = 9 bulan, pada 6 bulan pertama terjadi
keterlambatan yang cukup berat. SCM terlambat, namun hasil SCM
merekomendasikan perpanjangan waktu 3 bulan. Pada bulan ke 6, schedule bergeser
kekanan dengan prosen schedule = prosen schedule rencana pada bulan 6-3 = bulan
ke 3. Selebihnya bulan ke 7, 8, 9, 10, 11, dan 12 berturut-turut sama dengan bulan ke
4, 5, 6, 7, 8 dan 9 original schedule.
Metode pekerjaan adalah suatu teknik dalam melaksankan suatu jenis kegiatan untuk
mencapai mutu dan dimensi dari suatu bangunan atau pekerjaan yang diinginkan sesuai
dengan gambar teknis dan spesifikasi yang dipersyaratkan.
Pengendalian metode kerja adalah suatu usaha untuk menyalurkan bentuk, ukuran dan
mutu serta waktu pelaksanaan dapat dicapai sesuai target dan spesifikasi yang
ditetapkan.
Dalam rapat persiapan pelaksanaan telah dibahas dan disepakati bersama bahwa
metoda pelaksanaan setiap jenis kegiatan harus memenuhi ketentuan untuk mencapai
hasil maksimal seperti dipersyaratkan dalam spesifikasi teknis.
Pengendalian metoda kerja pelaksanaan proyek oleh pimpro adalah berupa pengawasan
dan monitoring secara langsung maupun berupa hasil lapangan dari konsultan supervisi
dari lapangan.
Membicarakan rencana yang memperlihatkan tahapan-tahapan pekerjaan dan metode
yang akan dipakai dalam pelaksanaan pekerjaan.
Hal-hal yang perlu dibicarakan adalah :
▪ Pekerjaan jembatan :
• Pengangkutan, penyimpanan, pemeliharaan komponen/material
• Pemilihan dan penggunaan peralatan
• Pekerjaan pondasi dan bangunan bawah
• Pelaksanaan bangunan atas
• Pelaksanaan bangunan pelengkap
• Pekerjaan finishing dan pembersihan lokasi
Penyiapan gambar detail pelaksanaan (shop drawing)
Penyusunan rencana metode pelaksanaan tiap jenis pekerjaan
Perkiraan waktu pelaksanaan dan penempatan personil pada tiap pekerjaan
Ketiga unsur proyek harus menyepakati koordinasi palaksanaan dan pengendalian oleh
Pimpro, oleh karena itu perlu dibicarakan hal-hal sebagai berikut :
Perencanaan proyek yang disusun pada awal proyek berbeda dengan proses
pengendalian proyek yang dilakukan pada saat pelaksanaan proyek. Pengendalian
sendiri pada dasarnya dimaksudkan agar proyek berjalan dalam batasaan waktu, biaya
dan kinerja yang telah ditetapkan dalam rencana.
• Berapa besar proyeksi keterlambatan pada proyek, bila kondisi masih seperti
saat pelaporan?
• Angka indeks kinerja < 1 berarti pengeluaran lebih besar dari anggaran
atau waktu pelaksanaan lebih lama dari jadual yang direncanakan.
• Angka indeks kinerja >1, maka kinerja penyelenggaraan proyek lebih baik
dari perencanaan, dalam arti pengeluaran lebih kecil dari anggaran atau
jadual lebih cepat dari rencana.
• Semakin besar perbedaannya dari angka 1 maka semakin besar
penyimpangan dari perencanaan dasar atau anggaran, bahkan bila angka
terlalu tinggi, yang berarti prestasi pelaksanaan sangat baik, perlu
diadakan pengkajian apakah justru perencanaan atau anggaran yang tidak
realistis.
Tabel 4-1 : Besaran varian biaya dan varian jadual dan pengertian masing-masing
Varians Jadual Varians Biaya Pengertian
SV = BCWP-BCWS CV=BCWP-ACWP
Positif Positif Pekerjaan terlaksana lebih cepat daripada jadual dengan biaya
lebih kecil daripada anggaran
Nol Positif Pekerjaan terlaksana tepat sesuai jadual dengan biaya lebih
rendah daripada anggaran
Positif Nol Pekerjaan terlaksana lebih cepat daripada jadual dengan biaya
sesuai anggaran.
Nol Nol Pekerjaan terlaksana sesuai jadual dan anggaran.
Negatif Negatif Pekerjaan terlaksana lebih lambat daripada jadual dengan biaya
lebih tinggi daripada anggaran
Nol Negatif Pekerjaan terlaksana sesuai jadual dengan biaya lebih tinggi
daripada anggaran
Negatif Nol Pekerjaan terlaksana lebih lambat daripada jadual dengan biaya
sesuai anggaran
Positif Negatif Pekerjaan terlaksana lebih cepat daripada jadual dengan biaya
di atas anggaran
Penyeles
aian (%)
Anggaran (BCWS)
Cost Performance
Completion (EAC)
Estimate cost at
Pengeluaran
Index (CPI)
Bobot (%)
Nilai Hasil
(Rp juta)
(BCWP)
(ACWP)
Bagian
Lingkup Kerja
Total
(1) (2) (3) (4) = (5)= (6) (7)=(5)/(6) (8)=(1)/(7)
No.
(2)x(3) (1)x(3)
BAB V
KEPEMIMPINAN
5.1. UMUM
Bekerja dengan menggunakan kecakapan atau kemampuan orang lain untuk mencapai
tujuan organisasi adalah filosofi setiap manajemen termasuk manajemen proyek. Untuk
maksud tersebut, diperlukan otoritas oleh pimpinan organisasi agar dapat memerintah
dan mengambil keputusan.
Pada dasarnya otoritas yang ada dalam organisasi terdiri atas otoritas resmi (legal
authority) dan otoritas tidak resmi (personal authority)
• Expert Power
Otoritas atau kekuatan yang diperoleh seorang pemimpin karena dianggap
memiliki pengetahuan dan pengalaman luas mengenai disiplin ilmu di bidang yang
ia pimpin. Bawahan patuh sebab percaya bahwa yang memberikan perintah
mempunyai keahlian khusus yang tidak dipunyainya.
Otoritas personal merupakan pelengkap otoritas resmi yang amat diperlukan untuk
mengelola proyek.
3. Otoritas Proyek
Otoritas proyek adalah otoritas total yang terdiri dari otoritas resmi dan personal, yang
perlu dimiliki oleh pimpinan proyek agar dapat menyelenggarakan proyek dengan
baik. Secara spesifik hal tersebut mencakup wewenang untuk menetukan aspek
tertentu dari biaya, jadwal dan mutu proyek, dengan jalur vertikal dan horisontal, yang
menjangkau para peserta baik internal maupun eksternal organisasi. Otoritas proyek
harus disusun dengan mengacu pada pemikiran yang dilandasi oleh upaya
1. Otokratik
▪ Egoisme yang tinggi, cenderung subyektif;
▪ Membenarkan segala cara untuk tujuan organisasi;
▪ Memandang manusia sebagai alat organisasi;
▪ Mengutamakan pelaksanaan tugas;
▪ Mengabaikan peranan bawahan dalam pengambilan keputusan.
2. Paternalistik
▪ Mementingkan kebersamaan;
▪ Bersikap kebapakan, cenderung menciptakan hubungan informal;
▪ Bersikap terlalu melindungi bawahan yang dianggap kurang dewasa;
▪ Bersikap paling tahu, bawahan tinggal melaksanakan;
▪ Cenderung menggurui.
3. Laissez Faire
▪ Anggapan bawahan cukup mampu menjalankan fungsi organisasi;
▪ Pendelegasian wewenang intensif;
▪ Pengambilan keputusan lebih banyak oleh pimpinan bawahan;
▪ Keterlibatan pimpinan pada hal tertentu yang menyangkut kepentingan bersama;
▪ Intervensi pada bawahan hanya kalau dipandang perlu;
4. Demokratik
▪ Memandang organisasi secara utuh, termasuk manusianya;
▪ Bersikap sebagai koordinator dan integrator;
▪ Mendekatkan sistem sebagai suatu keharusan;
▪ Mengembangkan persaingan sampai batas persaingan yang sehat;
▪ Peran serta bawahan menjadi hal yang penting.
1. Koordinatif
Dapat melihat organisasi secara utuh, sampai hubungan satu dengan lainnya.
2. Penentu Arah
Jelas dalam menentukan tujuan organisasi pada tingkatnya (Strategik, Taktik,
Pengendalian).
6. Integrator
Dapat menciptakan integrasi dalam organisasi, sub ordinat merasa kebersamaan
dalam mencapai tujuan, sehingga tercapai suatu tingkat keamanan yang tinggi.
2. Menguasai Peluang
Dapat mengetahui peluang usaha, sehingga pengembangan tujuan organisasi dapat
dilaksanakan dengan arah yang mantap.
3. Mengenali Hambatan
Dapat secara aman melaksanakan tujuan organisasi dengan memperhitungkan
hambatan yang akan dihadapi.
5. Kemampuan Motivasi
Dapat menimbulkan gairah pada sub ordinat, pada suatu tujuan organisasi yang
ditetapkan. Gairah ditimbulkan dengan menumbuhkan kepercayaan sub ordinat pada
keberhasilan organisasi.
6. Kemampuan Koordinasi
Dapat mengupayakan organisasi menjadi suatu kekuatan yang penuh tanpa ada
hambatan intern, dengan usaha integrasi dan menimbulkan rasa ikut memiliki di
kalangan subordinat.
Teori dari Hersey dan Blanchard ini menjelaskan gaya kepemimpinan, juga pengertian
akan kebutuhan, tujan, dan pengalaman dari bawahan yang perlu diperhatikan dengan
semestinya apabila ingin membuahkan hasil yang diharapkan. Terkait dengan hal ini,
terjadi interaksi antara tiga variable, yaitu orientasi kepada tugas, orientasi partisipasi, dan
tingkat jedewasan (maturity level) para pengikut atau bawahan.
Dari Gambar 5.1., terlihat bahwa kedewasaan diformulasikan sebagai kombinasi antara
kemauan dan kemampuan bekerja. Kombinasi tersebut menghasilkan kategori derajat
kedewasaan mulai dari M-1 ( yang terendah) sampai dengan M-4 (yang tertinggi).
Kemudian berdasarkan teori tersebut, semakin tinggi kedewasaan bawahan (M-4), maka
penggunaan gaya partisipasi oleh pemimpin dianggap lebih sesuai atau cocok, karena
memberikan tanggung jawab untuk memutuskan dan mengimplementasikan (kotak nomor
4). Sedangkan untuk kedewasaan moderat (M-3) gaya kepemimpinan jatuh pada kotak
nomor 3, yaitu berbagi (share) gagasan dan memberi kesempatan untuk memutuskan.
Demikian selanjutnya mengikuti lengkung ABC. Akhirnya untuk tingkat kedewasaan
rendah (M-1), gaya yang sesuai adalah kotak nomor 1 yang berarti perlu instruksi khusus
dan pengawasan ketat.
Khusus untuk proyek konstruksi, karena pemimpin proyek bekerja di lingkungan spesialis
(tenaga ahli), staf tim inti dan pimpinan bidang fungsional, konsultan, kontraktor, dan lain-
lain, maka tenaga-tenaga tersebut dapat dimasukkan di dalam kategori M-3 atau M-4,
yaitu klasifikasi kedewasaan moderat atau tinggi. Dengan demikian gaya kepemimpinan
yang terbaik adalah orientasi partisipasi. Pada proyek pengembangan dan berteknologi
tinggi, personil dengan latar belakang pendidikan tinggi dan pengalaman luas memberi
tanggapan yang positif terhadap gaya kepemimpinan M-4. Di sini pimpinan
mengidentifikasi persoalan dan sasaran, kemudian menyerahkan tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas pada anggota. Pada situasi terrtentu, misalnya pada saat tekanan-
tekanan untuk mencaoai target jadwal dan biaya amat mendesak, maka gaya
kepeimpinan yang kurang partisipasif dan lebih ke orientasi tugas mungkin akan lebih
efektif. Faktor lain yang amat berpengaruh adalah sifat proyek yang waktunya relative
pendek. Sangatlah sulit untuk membina pengertian dan kepercayaan bila pekerjaan
berlangsung hanya dalam waktu yang singkat. Sedangkan pengertiandan kepercayaan
merupakan kondisi penting untuk bisa menerapkan gaya partisipasi dengan berhasil.
Tinggi
1. Bumi (Bumi/Tanah) : Bumi mempunyai sifat kuat dan murah hati. Selalu
memberi hasil kepada siapapun yang mengolah dan
memeliharanya dengan tekun. Seorang pemimpin
hendaknya berwatak kuat, bersifat adil dan tidak
membeda-bedakan, murah hati, suka beramal dan
senantiasa beruasaha tidak mengecewakan anggotanya.
3. Kredibilitas teknis
Meskipun kualifikasi pimpinan proyek condong ke arah generalis, tetapi ia harus
memiliki kredibilitas teknis, dalam arti memiliki cukup pengetahuan teknis dan latar
belakang pengalaman yang diharapkan dapat menangkap dan mengerti aspek-asoek
teknis serta operasional kegiatan proyek yang dikelolanya.
BAB VI
KOMUNIKASI
6.1. UMUM
Dua tipe komunikasi utama adalah komunikasi verbal dan non verbal, di mana komunikasi
verbal bisa berbentuk tulisan atau lisan.
Komunikasi lisan dapat disampaikan dari satu orang ke satu orang lainnya, dalam
kelompok kecil (pertemuan), atau dalam kelompok yang lebih besar (presentasi).
Komunikasi lisan dapat disampaikan secara tatap muka , lewat telepon, atau lewat
konfereni video. Media tulisan yang dipakai dalam proyek meliputi surat, memo, e-mail,
formulir, laporan, newsletter, rencana proyek, dan kontrak.
Pilihan yang tepat dari semua tipe komunikasi untuk menerima dan mengirim akan
membuat komunikasi menjadi efektif.
Kelebihan dan kekurangan dari beberapa media dapat disampaiakan sebagai berikut:
2. Telepon
Alat komunikasi telepon ini tidak bias diabaikan dalam komunikasi proyek.
Telepon dapat dipakai untuk pertemuan dua orang, dalam rapat, atau konferensi
audio. Percakapan telepon adalah bagus untuk komunikasi yang cepat ketika
diperlukan keputusan yang segera dan ketika orang terpisah secara geografis. Tetapi,
dengan dua orang atau lebih orang terlibat dalam komunikasi, penjadwalan masih
menjadi masalah. Telepon juga tidak berguna untuk orang-orang yang jarang berada
di kantor.
3. Newsletter
Untuk menyebarkan berita tentang proyek di dalam organisasi atau pihak pemangku
kepentingan, pihak proyek dapat menggunakan newsletter. Newsletter didesain agar
informative dan menarik, karenanya bias menjadi cara yang sangat bagus untuk
menyebarkan informasi secara mencolok. Newsletter dapat ditulis dan dipublikasikan
dalam bentuk cetak tradisional, tetapi sebagian organisasi telah memulai
menggunakan newsletter berbasis internet.
4. E-mail
E-mail sangat populer, khususnya dalam organisasi dengan divisi yang terpisah
secara geografis tau perusahaan dengan basis klien atau vendor eksternal.
Keuntungan e-mail adalah kemampuannya untuk dapat mengirim pesan dan
menjawab pesan kapan saja. Tetapi kekurangan dari metode ini adalah banyak orang
tidak membaca e-mailnya secara teratur dan seperti media tulisan lainnya, tidak ada
petunjuk nonverbal, yang mungkin menimbulkan kesalahpahaman.
Problem lain yang berhubungan dengan e-mail adalah si pengirim cenderung
menganggapnya sebagai bentuk pembicaraan, yang berarti si pengirim
menyampaikan informasi secara kurang formal. Akan tetapi bagi si penerima e-mail
sering kali dianggap komunikasi formal.
Format utama yang perlu dipertimbangkan dalam rangka kegiatan pengawasan adalah
pengajuan kegiatan , kegiatan pengendalian dan laporan status proyek.
Pada dasarnya organisasi proyek menggunakan dua jenis laporan status yakni laporan
status yang meringkaskan seluruh kegiatan proyek sampai saat laporan dibuat yang
dapat bersifat harian, mingguan ataupun bulanan.
Pembuatan format-format terseebut dimaksudkan agar pemahaman yang sama bagi
semua yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek baik dalam hal prosedur, metode,
waktu, pihak yang terkait, maupun substansi yang harus dikomunikasikan, sehingga
penyelenggaraan pelaksanaan proyek dapat dilakukan secara efektif. Format-format
tersebut sebaiknya dibahas pada pertemuan pembahasan pada awal pelaksanaan proyek
seperti Rapar Pra Pelaksanaan (Pre Construction Meeting).
Dalam Tabel 6.1 diperlihatkan contoh-contoh jenis format yang perlu dipersiapkan oleh
tim pengawas dalam rangaka pelaksanaan tugas pengawasan kegiatan pelaksanaan
konstruksi.
Komponen lain dari perencanaan komunikasi adalah waktu respon yang diperlukan untuk
tipe komunikasi tertentu. Misalnya, waktu yang ditetapkan untuk merespon pemanggilan
terhadap anggota organisasi adalah 24 jam, untuk merespon e-mail adalah 4 jam, atau
waktu untuk menjawab panggilan adalah 2 jam dan sebagainya. Waktu respon tersebut
dapat ditambahkan pada rencana komunikasi atau secara terpisah dalam bagian/lampiran
rencana komunikasi.
Meskipun bagian ini tidak perlu dimasukkan dalam semua rencana proyek, namun bagian
ini secara khusus bermanfaat jika proyek melakukan perjanjian dengan pihak eksternal.
Ini juga akan membantu ketika bekerja dengan anggota tim atau rekanan yang dalam
proyek terdahulu tidak pernah melakukan komunikasi tepat waktu.
Distribusi merupakan proses yang dimaksudkan agar informasi yang diperlukan semua
pihak yang berkaitan dengan proyek tersedia cukup lengkap dan tepat waktunya.
Informasi dapat dibagikan oleh anggota tim melalui berbagai metode termasuk sistem
pengarsipan dengan manual, database teks elektronik, perangkat lunak manajemen
proyek, dan system-sistem yang memeberi akses kepada dokumentasi teknik, seperti
gambar rekayasa.
Informasi proyek dapat didistribusikan dengan menggunakan berbagai metode termasuk
rapat-rapat, distribusi dokuman fotokopi, akses yang diberikan kepada database
elektronik (e-mail), dan konferensi melalui video.
Sebagai contoh distribusi laporan yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan proyek
jalan dapat dilihat pada Tabel 6.2.
LAPORAN
URAIAN
DIREKSI
HARIAN MINGGUAN BULANAN AKHIR
TEKNIS
Direksi Pekerjaan
Asli Asli Asli Asli Copy-3
(Pengguna Jasa)
Atasan Langsung
- - Copy-2 Copy-2 Copy-1
Pengguna Jasa
Jumlah 3 3 5 3 4
Rapat dan laporan berkala yang merupakan tapan pengumpulan dan penyebaran
informasi kemajuan, termasuk pelaporan status pengukuran prestasi dan perkiraan kapan
pekrjaan akan terselesaikan.
Salah satu produk dari pengelolaan informasi ádalah laporan kemajuan dan rapat berkala.
Laporan kemajuan menyajikan kepada pihak-pihak yang bersangkutan informasi tentang
bagaimana sumber daya dipakai untuk mencapai sasaran-sasaran proyek. Proses ini
termasuk pelaporan status (menggambarkan di mana proyek itu sekarang berdiri) dan
pelaporan kinerja (menguraikan apa yang diselesaikan proyek itu).
Laporan kemajuan dan rapat berkala dapat berupa mingguan atau bulanan. Apabila
laporan dan rapat berkala mingguan lebih menitik-beratkan pada masalah teknis
operasional, maka laporan dan rapat bulanan bertujuan untuk memperoleh keterangan
pertama dari pihak pimpinan proyek (pemilik, konsultan pengawas maupun kontraktor),
perihal kemajuan pelaksanaan, kendala yang dihadapi, mendengarkan pembahasan dan
usulan yang diajukan, kemudian memberikan keputusan dan petunjuk kebijakan untuk
dilaksanakan pada bulan-bulan berikutnya. Agar laporan dan dan rapat yang membahas
permasalahan sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan, maka materi dan agenda perlu
dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Isi laporan merupakan hasil evaluasi yang
mendalam dari masing-masing bidang, kemudian diintegrasikan atau dipadukan dengan
bidang lain agar mencerminkan keadaan proyek secara keseluruhan.
Dengan demikian, laporan dan rapat bulanan akan memberikan keterangan tentang hal-
hal berikut:
▪ Gambaran Kemajuan Proyek
Gambaran kemajuan proyek ini memberikan gambaran kemajuan proyek pada saat
pelaporan terutama yang berkaitan dengan sasaran yang telah digariskan, seperti
biaya, jadwal, dan mutu, berikut hubungannya satu sama lain di antara sasaran-
sasaran tersebut.
▪ Identifikasi Persoalan
Identifikasi persoalan ini mencakup identifikasi persoalan yang dihadapi dan membuat
prakiraan pencapaian sasaran akibat dari adanya masalah yang timbul, dan usaha-
usaha untuk mengatasinya. Hasil evaluasi dituangkan dalam suatu laporan tertulis
yang selanjutnya dibahas dalam rapat oleh pihak-pihak yang bersangkutan..
Penulisan laporan yang tepat, ringkas, dan jelas mengetengahkan masalah-masalah
yang dihadapi, sehingga dapat menarik perhatian pimpinan, bukanlah hal yang mudah
dikuasai oleh kebanyakan pelaksana proyek. Oleh karenanya perlu diadakan rapat
untuk membahas laporan tersebut. Dalam rapat tersebut keterangan tambahan dapat
disampaikan dan peserta rapat termasuk pembuat laporan dapat berkomunikasi
langsung dan membicarakan segala aspek yang menjadi kendala dan bersama-sama
bertukar gagasan pemecahannya.
Sebagai contoh, di bawah ini disampaikan jenis dan isi laporan yang harus disiapkan oleh
direksi teknis proyek pekerjaan jalan sebagai penyelenggara kegiatan pengawasan
pekerjaan.
Laporan yang disusun oleh direksi teknis terdiri dari:
1. Laporan Harian Direksi Teknis (Engineer Daily Report) dibuat oleh personil inti
(key personel), mulai dari inspector, engineer (highway, material, bridge, dan
structure), site engineer (Engineer Representative), Pemimpin Proyek/Bagian Proyek.
Dalam laporan ini dicatat:
1) Hari dan tanggal
2) Keadaan cuaca
3) Aktivitas kegiatan di hari itu, termasuk instruksi-instruksi dan tindakan turun
tangan kepada Kontraktor.
4) Kegiatan pekerjaan kontraktor di lapangan
5) Masalah-masalah yang terjadi di lapangan dan penyelesaiannya
6) Diskusi-diskusi dengan Kontraktor yang dianggap penting.
7) Tamu-tamu resmi yang diinspeksi ke proyek.
8) Pekerjaan atau material yang ditolak dan alasannya
9) Jam mulai dan selesainya operasi hari itu dari personil dan peralatan.
10) Kedatangan dan pemindahan peralatan.
11) Kemajuan survei (staking out) dan pekerjaan.
Laporan tugas inspektur lebih detail dari lingkup tugas yang menjadi tanggung
jawabnya laporan pemimpin proyek atau site engineer merupakan kondisi secara
umum. Semua laporan harian tersebut merupakan arsip permanen pada penyelesaian
proyek.
2. Laporan Bulanan diperlukan sebagai dasar pembayaran, terdiri dari rangkuman data
berupa:
1) Kemajuan fisik di lapangan, termasuk perbandingan bobot realisasi dan rencana,
serta deviasi yang terjadi;
2) Hasil pengawasan pelaksanaan pekerjaan;
3) Hasil pengujian kualitas pekerjaan;
Pelatihan Site Inspector of Roads (SIR) VI-8
Modul SIR-02 Manajemen Bab VI : Komunikasi
o Gambar tipiKal;
o Gambar kerja (Shop drawing);
o Gambar terlaksana (As-built drawing);
o Rekapitulasi pekerjaan;
o Daftar lokasi pekerjaan perlu penanganan;
o Dokumentasi photo pada kondisi awal, selama masa pelaksanaan, dan akhir
pekerjaan.
5. Laporan Khusus dibuat oleh konsultan dan diserahkan kepada Pemimpin Proyek l
atas kejadian-kejadian yang tidak terduga seperti:
a. Persoalan-persoalan penting mengenai kondisi tanah antara lain, longsoran, erosi
karena banjir.
b. Perpanjangan waktu pelaksanaan
c. Penyimpangan terhadap spesifikasi
d. Hal-hal lain yang dianggap perlu.
RANGKUMAN
Penyelenggaraan proyek tergantung pada dua faktor utama yaitu : sumber daya dan
fungsi manajemen. Sumber daya terdiri dari manusia, uang, peralatan, dan material,
sedangkan fungsi manajemen dimaksudkan sebagai kegiatan-kegiatan yang dapat
mengarahkan atau mengendalikan sekelompok orang yang tergabung dalam suatu kerja
sama untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
Tujuan perencanaan sumber daya manusia adalah mengusahakan agar sumber daya
yang dibutuhkan tersedia tepat pada waktunya untuk menghindari pemborosan sebagai
akibat penyediaan sumber daya yang terlalu dini atau telambat.
Faktor-faktor penting dalam perencanaan tenaga kerja proyek meliputi:
1. Produktivitas tenaga kerja.
2. Kebutuhan tenaga kerja periode puncak (peak).
3. Perkiraan jumlah tenaga kerja di lapangan.
4. Perataan jumlah tenaga kerja.
Karena sifatnya kompleks, multidisiplin, dan memerlukan koordinasi serta integrasi yang
erat, maka pengisian personil dalam penyelenggaraan proyek konstruksi ditekankan pada
terbentuknya satu tim yang dapat bekerja secara terpadu dan efektif. Menyusun,
membangun, dan mengelola tim dengan sifat demikian merupakan salah satu tugas dan
tanggung jawab utama pimpinan proyek.
Parameter atau karakteristik yang dapat mempengaruhi kualitas dan efektivitas suatu tim
proyek dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu yang berhubungan dengan tugas dan yang
berhubungan dengan antaranggota.
Apabila syarat-syarat untuk tumbuhnya kerjasama tim telah dipenuhi, selanjutnya perlu
diperhatikan beberapa faktor-faktor yang pada gilirannya akan amat berpengaruh
terhadap prestasi suatu tim proyek seperti:
1. Faktor lingkunganl;
2. Gaya kepemimpinan; dan
3. Dorongan dan hambatan spesifik terhadap prestasi.
Faktor pendorong prestasi tim antara lain adalah:
1. Secara profesional pekerjaan menarik dan merangsang.
2. Pengakuan terhadap hasil kerja.
3. Pimpinan berpengalaman dalam bidang manajemen dan engineering.
4. Penanganan yang benar dalam kepemimpinan dan adanya petunjuk masalah teknis.
5. Personil tim yang berkualitas.
6. Potensi jenjang profesional.
Sedangkan faktor penghambat prestasi kerja antara lain adalah:
mungkin diusahakan untuk dipenuhi seperti: Kepemimpinan yang berorientasi kuat pada
pencapaian sasaran, Generalis dan spesialis, Kredibilitas teknis, Bergairah menghadapi
tantangan, Menguasai aspek sumber daya manusia, Kekuasaan berasal dari expert
power dan reference power
Keberhasilan penyelenggaraan proyek dalam mencapai sasaran yang ditetapkan banyak
bergantung pada bagaimana pimpinan proyek melakukan pengelolaan komunikasi
proyek. Pengelolaan komunikasi meliputi langkah-langkah yang berkaitan dengan
mengkomunikasikan informasi, pemikiran, dan penjelasan yang diperlukan untuk
keberhasilan proyek kepada seluruh pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan proyek.
Perencanaan komunikasi proyek mencakup hal-hal seperti:
1. Penentuan saluran komunikasi
2. Pemilihan media komunikasi
3. Perencanaan format komunikasi
4. Evaluasi waktu respon
DAFTAR PUSTAKA