Anda di halaman 1dari 55

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Laparatomi
Bedah Laparatomi adalah tindakan operasi pada daerah abdomen merupakan
teknik sayatan yang dilakukan pada daerah abdomen yang dilakukan pada
bedah digesif dan kandungan. Adapun tindakan digesif yang sering dilakukan
dengan teknik sayatan arah laparatomi. (Smeltzer, 2012). Tindakan bedah
yang sering dilakukan dengan teknik sayatan arah laparatomi adalah berbagai
jenis operasi. Contohnya operasi uterus, operasi ovarium, operasi ileus selain
tindakan bedah dengan teknik sayatan laparatomi dengan bedah digesif dan
kandungan. (Smeltzert, 2012).
Laparatomi merupakan prosedur pembedahan yang melibatkan suatu insisi
pada dinding abdomen hingga ke cavitas abdomen (Long, 2000). Prosedur ini
dapat direkomendasikan pada pasien yang mengalami nyeri abdomen yang
tidak diketahui penyebabnya atau pasien yang mengalami trauma abdomen.
Laparatomi eksplorasi digunakan untuk mengetahui sumber nyeri atau akibat
trauma dan perbaikan bila diindikasikan.
Jenis Laparatomi
1. Midline incision
Metode insisi yang paling sering digunakan, karena sedikit perdarahan,
eksplorasi dapat lebih luas, cepat di buka dan di tutup, serta tidak
memotong ligamen dan saraf. Namun demikian, kerugian jenis insis ini
adalah terjadinya hernia cikatrialis. Indikasinya pada eksplorasi gaster,
pankreas, hepar, dan lien serta di bawah umbilikus untuk eksplorasi
ginekologis, rektosigmoid, dan organ dalam pelvis.
2. Paramedian
yaitu; sedikit ke tepi dari garis tengah (± 2,5 cm), panjang (12,5 cm).
Terbagi atas 2 yaitu, paramedian kanan dan kiri, dengan indikasi pada
jenis operasi lambung, eksplorasi pankreas, organ pelvis, usus bagian
bagian bawah, serta plenoktomi. Paramedian insicion memiliki
keuntungan antara lain : merupakan bentuk insisi anatomis dan
fisiologis, tidak memotong ligamen dan saraf, dan insisi mudah
diperluas ke arah atas dan bawah
3. Transverse upper abdomen incision
yaitu; insisi di bagian atas, misalnya pembedahan colesistotomy dan
splenektomy.
4. Transverse lower abdomen incision
yaitu insisi melintang di bagian bawah ± 4 cm di atas anterior spinal
iliaka, misalnya; pada operasi appendectomy.

Indikasi Laparotomi
1. Trauma abdomen (tumpul atau tajam)
Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang
diakibatkan oleh luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus &
Workman, 2006). Dibedakan atas 2 jenis yaitu :
 Trauma tembus (trauma perut dengan penetrasi kedalam
rongga peritonium) yang disebabkan oleh : luka tusuk, luka
tembak.
 Trauma tumpul (trauma perut tanpa penetrasi kedalam
rongga peritoneum) yang dapat disebabkan oleh pukulan,
benturan, ledakan, deselerasi, kompresi atau sabuk
pengaman.
2. Peritonitis
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane
serosa rongga abdomen, yang diklasifikasikan atas primer,
sekunder dan tersier. Peritonitis primer dapat disebabkan oleh
spontaneous bacterial peritonitis (SBP) akibat penyakit hepar
kronis. Peritonitis sekunder disebabkan oleh perforasi
appendicitis, perforasi gaster dan penyakit ulkus duodenale,
perforasi kolon (paling sering kolon sigmoid), sementara proses
pembedahan merupakan penyebab peritonitis tersier.
3. Sumbatan pada usus halus dan besar (Obstruksi)
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun
penyebabnya) aliran normal isi usus sepanjang saluran usus.
Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari
obstruksi justru mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus
merupakan keadaan gawat yang memerlukan diagnosis dini dan
tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin tetap hidup.
Penyebabnya dapat berupa perlengketan (lengkung usus
menjadi melekat pada area yang sembuh secara lambat atau
pada jaringan parut setelah pembedahan abdomen), Intusepsi
(salah satu bagian dari usus menyusup kedalam bagian lain yang
ada dibawahnya akibat penyempitan lumen usus), Volvulus
(usus besar yang mempunyai mesocolon dapat terpuntir sendiri
dengan demikian menimbulkan penyumbatan dengan
menutupnya gelungan usus yang terjadi amat distensi), hernia
(protrusi usus melalui area yang lemah dalam usus atau dinding
dan otot abdomen), dan tumor (tumor yang ada dalam dinding
usus meluas kelumen usus atau tumor diluar usus menyebabkan
tekanan pada dinding usus).
4. Appendisitis
5. Tumor abdomen
6. Pancreatitis (inflammation of the pancreas)
7. Abscesses (a localized area of infection)
8. Adhesions (bands of scar tissue that form after trauma or
surgery)
9. Diverticulitis (inflammation of sac-like structures in the walls of
the intestines)
10. Intestinal perforation
11. Ectopic pregnancy (pregnancy occurring outside of the uterus)
12. Foreign bodies (e.g., a bullet in a gunshot victim)
13. Internal bleeding

B. Histerektomi
Definisi
Istilah histerektomi berasal dari bahasa latin histeria yang berarti
kandungan, rahim, atau uterus, dan ectomi yang berarti memotong, jadi
histerektomi adalah suatu prosedur pembedahan mengangkat rahim yang
dilakukan oleh ahli kandungan. Histerektomi adalah bedah pengangkatan
rahim (uterus) yang sangat umum dilakukan. namun organ-organ lain
seperti ovarium, saluran tuba dan serviks sangat sering dihapus sebagai
bagian dari operasi (Rasjidi,2008)
Histeroktomi merupakan suatu tindakan penanganan untuk mengatasi
kelainan atau gangguan organ atau fungsi reproduksi yang terjadi pada
wanita. Dengan demikian, tindakan ini merupakan keputusan akhir dari
penanganan kelainan atau gangguan berdasarkan hasil pemeriksaan dokter.
Namun tindakan ini sangat berpengaruh terhadap system reproduksi
wanita. Diangkatnya rahim, tidak atau dengan saluran telur atau indung
telur akan mengakibatkan perubahan pada system reproduksi wanita,
seperti tidak bisa hamil, haid dan perubahan hormone(Rasjidi,2008)
Histerektomi adalah operasi pengangkatan kandungan (rahim,uterus) pada
seorang wanita, sehingga setelah menjalani ini dia tidak bisa lagi hamil
dan mempunyai anak. Histerektomi biasanya disarankan oleh dokter untuk
dilakukan karena berbagai alasan. Alasan utamanya dilakukan
histerektomi adalah kanker mulut rahim atau kanker rahim(Rasjidi,2008)

Indikasi dan kontraindikasi


1. Indikasi
a. Ruptur uteri
b. Perdarahan yang tidak dapat dikontrol dengan cara-cara yang ada,
misalnya pada :
1) Atonia uteri
2) Afibrinogenemia atau hipofibrinogenemia pada solusio plasenta
dan lainnya.
3) Couvelaire uterus tanpa kontraksi.
4) Arteri uterina terputus.
5) Plasenta inkreta dan perkreta.
6) Hematoma yang luas pada rahim.
c. Infeksi intrapartal berat.
d. Pada keadaan ini biasanya dilakukan operasi Porro, yaitu uterus
dengan isinya diangkat sekaligus.
e. Uterus miomatosus yang besar.
f. Kematian janin dalam rahim dan missed abortion dengan kelainan
darah.
g. Kanker leher rahim (Mochtar,1998)

2. Kontraindikasi
a. Atelektasis
b. Luka infeksi
c. Infeksi saluran kencing
d. Tromoflebitis
e. Embolisme paru-paru.
f. Terdapat jaringan parut, inflamasi, atau perubahan endometrial pada
adneksa
g. Riwayat laparotomi sebelumnya (termasuk perforasi appendix) dan
abses pada cul-de-sac Douglas karena diduga terjadi pembentukan
perlekatan(Kusda,2008)

Jenis Histerekomi
1. Histerektomi parsial (subtotal)
Pada histerektomi jenis ini, rahimn diangkat, tetapi mulut rahim
(serviks) tetap dibiarkan. Oleh karena itu, penderita masih dapat terkena
kanker mulut rahim sehingga masih perlu pemeriksaan pap smear
(pemeriksaan leher rahim) secara rutin.
2. Histerektomi total
Pada histerektomi ini, rahim dan mulut rahim diangkat secara
keseluruhan. Keuntungan dilakukan histerektomi total adalah ikut
diangkatnya serviks yang menjadi sumber terjadinya karsinoma dan
prekanker. Akan tetapi, histerektomi total lebih sulit daripada
histerektomi supraservikal karena insiden komplikasinya yang lebih
besar. Operasi dapat dilakukan dengan tetap meninggalkan atau
mengeluarkan ovarium pada satu atau keduanya. Pada penyakit,
kemungkinan dilakukannya ooforektomi unilateral atau bilateral harus
didiskusikan dengan pasien. Sering kali, pada penyakit ganas, tidak ada
pilihan lain, kecuali mengeluarkan tuba dan ovarium karena sudah
sering terjadi mikrometastase (Kusda,2008)
Berbeda dengan histerektomi sebagian, pada histerektomi total seluruh
bagian rahim termasuk mulut rahim (serviks) diangkat. Selain itu,
terkadang histerektomi total juga disertai dengan pengangkatan
beberapa organ reproduksi lainnya secara bersamaan. Misalnya, jika
organ yang diangkat itu adalah kedua saluran telur (tuba falopii) maka
tindakan itu disebut salpingo. Jika organ yang diangkat adalah kedua
ovarium atau indung telur maka tindakan itu disebut oophor. Jadi, yang
disebut histerektomi bilateral salpingo-oophorektomi adalah
pengangkatan rahim bersama kedua saluran telur dan kedua indung
telur. Pada tindakan histerektomi ini, terkadang juga dilakukan tindakan
pengangkatan bagian atas vagina dan beberapa simpul (nodus) dari
saluran kelenjar getah bening, atau yang disebut sebagai histerektomi
radikal (radical hysterectomy).
Ada banyak gangguan yang dapat menyebabkan diputuskannya
tindakan histerektomi. Terutama untuk keselamatan nyawa ibu, seperti
pendarahan hebat yang disebabkan oleh adanya miom atau persalinan,
kanker rahim atau mulut rahim, kanker indung telur, dan kanker saluran
telur (falopi). Selain itu, beberapa gangguan atau kelainan reproduksi
yang sangat mengganggu kualitas hidup wanita, seperti miom atau
endometriosis dapat menyebabkan dokter mengambil pilihan
dilakukannya histerektomi(Kusda,2008)

3. Histerektomi dan salfingo-ooforektomi bilateral


Histerektomi ini mengangkat uterus, mulut rahim, kedua tuba falopii,
dan kedua ovarium. Pengangkatan ovarium menyebabkan keadaan
penderita seperti menopause meskipun usianya masih muda.
4. Histerektomi radikal
Histerektomi ini mengangkat bagian atas vagina, jaringan dan kelenjar
limfe disekitar kandungan. Operasi ini biasanya dilakukan pada
beberapa jenis kanker tertentu untuk bisa menyelamatkan nyawa
penderita.
Histerektomi dapat dilakukan melalui 3 macam cara, yaitu abdominal,
vaginal dan laparoskopik. Pilihan ini bergantung pada jenis
histerektomi yang akan dilakukan, jenis penyakit yang mendasari, dan
berbagai pertimbangan lainnya. Histerektomi abdominal tetap
merupakan pilihan jika uterus tidak dapat dikeluarkan dengan metode
lain. Histerektomi vaginal awalnya hanya dilakukan untuk prolaps uteri
tetapi saat ini juga dikerjakan pada kelainan menstruasi dengan ukuran
uterus yang relatif normal. Histerektomi vaginal memiliki resiko
invasive yang lebih rendah dibandingkan histerektomi abdominal. Pada
histerektomi laparoskopik, ada bagian operasi yang dilakukan secara
laparoskopi (garry, 1998).

Efek Samping dan Komplikasi


1. Efek Samping
Efek samping yang utama dari histerektomi adalah bahwa seorang
wanita dapat memasuki masa menopause yang disebabkan oleh
suatu operasi, walaupun ovariumnya masih tersisa utuh. Sejak
suplai darah ke ovarium berkurang setelah operasi, efek samping
yang lain dari histerektomi yaitu akan terjadi penurunan fungsi dari
ovarium, termasuk produksi progesterone.
Efek samping Histerektomi yang terlihat :
a. Perdarahan intraoperatif
Biasanya tidak terlalu jelas, dan ahli bedah ginekologis sering
kali kurang dalam memperkirakan darah yang hilang
(underestimate). Hal tesebut dapat terjadi, misalnya, karena
pembuluh darah mengalami retraksi ke luar dari lapangan
operasi dan ikatannya lepas
b. Kerusakan pada kandung kemih
Paling sering terjadi karena langkah awal yang memerlukan
diseksi untuk memisahkan kandung kemih dari serviks anterior
tidak dilakukan pada bidang avaskular yang tepat.
c. Kerusakan ureter
Jarang dikenali selama histerektomi vaginal walaupun ureter
sering kali berada dalam resiko kerusakan. Kerusakan biasanya
dapat dihindari dengan menentukan letak ureter berjalan dan
menjauhi tempat tersebut.
d. Kerusakan usus
Dapat terjadi jika loop usus menempel pada kavum douglas,
menempel pada uterus atau adneksa. Walaupun jarang,
komplikasi yang serius ini dapat diketahui dari terciumnya bau
feses atau melihat material fekal yang cair pada lapangan
operasi. Pentalaksanaan memerlukan laparotomi untuk
perbaikan atau kolostomi
e. Penyempitan vagina yang luas
Disebabkan oleh pemotongan mukosa vagina yang berlebihan.
Lebih baik keliru meninggalkan mukosa vagina terlalu banyak
daripada terlalu sedikit. Komplikasi ini memerlukan insisi lateral
dan packing atau stinit vaginal, mirip dengan rekonstruksi
vagina.

2. Komplikasi
a. Hemoragik
Keadaan hilangnya cairan dari pembuluh darah yang biasanya terjadi
dengan cepat dan dalam jumlah yang banyak. Keadaan ini
diklasifikasikan dalam sejumlah cara yaitu, berdasarkan tipe
pembuluh darah arterial, venus atau kapiler, berdasarkan waktu sejak
dilakukan pembedahan atau terjadi cidera primer, dalam waktu 24
jam ketika tekanan darah naik reaksioner, sekitar 7-10 hari sesudah
kejadian dengan disertai sepsis sekunder, perdarahan bisa interna dan
eksterna.
b. Thrombosis vena
Komplikasi hosterektomi radikal yang lebih jarang terjadi tetapi
membahayakan jiwa adalah thrombosis vena dalam dengan emboli
paru-paru, insiden emboli paru-paru mungkin dapat dikurangi
dengan penggunaan ambulasi dini, bersama-sama dengan heparin
subkutan profilaksis dosis rendah pada saat pembedahan dan
sebelum mobilisasi sesudah pembedahan yang memadai.
c. Infeksi
Infeksi oleh karena adanya mikroorganisme pathogen, antitoksinnya
didalam darah atau jaringan lain membentuk pus.
d. Pembentukan fistula
Saluran abnormal yang menghubungkan 2 organ atau
menghubungkan 1 organ dengan bagian luar. Komplikasi yang
paling berbahaya dari histerektomi radikal adalah fistula atau
striktura ureter. Keadaan ini sekarang telah jarang terjadi, karena ahli
bedah menghindari pelepasan ureter yang luas dari peritoneum
parietal, yang dulu bisa dilakukan. Drainase penyedotan pada ruang
retroperineal juga digunakan secara umum yang membantu
meminimalkan infeksi.

C. Ileus Obstruksi
Definisi
Ileus atau obstruksi usus adalah suatu gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran isi usus. Obstruksi usus dapat akut
dengan kronik, partial atau total.Intestinal obstruction terjadi ketika isi usus
tidak dapat melewati saluran gastrointestinal(Nurarif& Kusuma, 2015).
Ileus adalah gangguan/hambatan pasase isi usus yang merupakan tanda
adanya obstruksi usus akut yang segera membutuhkan pertolongan atau
tindakan (Indrayani, 2013).
Obstruksi usus mekanis adalah Suatu penyebab fisik menyumbat usus
dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti
pada hernia stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya
intususepsi, tumor polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu,
striktura, perlengketan, hernia dan abses(Nurarif& Kusuma, 2015).

Etiologi
Penyebab terjadinya ileus obstruksi pada usus halus antara lain
1. Hernia inkarserata :
Hernia inkarserata timbul karena usus yang masuk ke dalam kantung
hernia terjepit oleh cincin hernia sehingga timbul gejala obstruksi
(penyempitan)dan strangulasi usus (sumbatan usus menyebabkan
terhentinya aliran darah ke usus). Pada anak dapatdikelola secara
konservatif dengan posisi tidur Trendelenburg. Namun, jikapercobaan
reduksi gaya berat ini tidak berhasil dalam waktu 8 jam, harus
diadakanherniotomi segera (Indrayani, 2013)
2. Non hernia inkarserata, antara lain :
a. Adhesi atau perlekatan usus
Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi intraabdominal
sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Dapat berupa
perlengketanmungkin dalam bentuk tunggal maupun multiple, bisa
setempat atau luas. Umunya berasal dari rangsangan peritoneum akibat
peritonitis setempat atau umum.Ileus karena adhesi biasanya tidak
disertai strangulasi. Obstruksi yang disebabkan oleh adhesi
berkembang sekitar 5% dari pasien yang mengalami operasi abdomen
dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga dapat menimbulkan
ileus obstruktif di dalam masa anak-anak (Indrayani, 2013).
b. Invaginasi (intususepsi)
Disebut juga intususepsi, sering ditemukan pada anak dan agak
jarang pada orang muda dan dewasa. Invaginasi pada anak sering
bersifat idiopatikkarena tidak diketahui penyebabnya. Invaginasi
umumnya berupa intususepsi ileosekal yang masuk naik kekolon
ascendens dan mungkin terus sampai keluar dari rektum. Hal ini dapat
mengakibatkan nekrosis iskemik pada bagian usus yang masuk
dengankomplikasi perforasi dan peritonitis. Diagnosis invaginasi dapat
diduga atas pemeriksaan fisik, dandipastikan dengan pemeriksaan
Rontgen dengan pemberian enema barium (Indrayani,2013).
c . Askariasis
Cacing askaris hidup di usus halus bagian yeyunum, biasanya
jumlahnya puluhan hingga ratusan ekor. Obstruksi bisa terjadi di
mana-mana di usus halus, tetapi biasanya di ileum terminal yang
merupakan tempat lumen paling sempit. Obstruksi umumnya
disebabkan oleh suatu gumpalan padat terdiri atas sisa makanan dan
puluhan ekor cacing yang mati atau hampir mati akibat pemberian obat
cacing. Segmen usus yang penuh dengan cacing berisiko tinggi untuk
mengalami volvulus, strangulasi, dan perforasi (Indrayani,2013).
d. Volvulus
Merupakan suatu keadaan di mana terjadi pemuntiran usus yang
abnormal dari segmen usus sepanjang aksis usus sendiri, maupun
pemuntiran terhadap aksis sehingga pasase (gangguan perjalanan
makanan) terganggu. Pada usus halus agak jarang ditemukan kasusnya.
Kebanyakan volvulus didapat di bagian ileum dan mudah mengalami
strangulasi (Indrayani,2013).
e . Tumor
Tumor usus halus agak jarang menyebabkan obstruksi Usus,
kecuali jika ia menimbulkan invaginasi . Hal ini terutama disebabkan
oleh kumpulan metastasis (penyebaran kanker) di peritoneum atau di
mesenterium yang menekan usus (Indrayani,2013).
f. Batu empedu yang masuk ke ileus.
Inflamasi yang berat dari kantong empedu menyebabkan fistul
(koneksi abnormal antara pembuluh darah, usus, organ, atau struktur
lainnya) dari saluran empedu keduodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke raktus gastrointestinal. Batu
empedu yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian
ileum terminal atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Penyebab obstruksi kolon yang paling sering ialah karsinoma (anker
yang dimulai di kulit atau jaringan yang melapisi atau menutupi organ-
organ tubuh) , terutama pada daerah rektosigmoid dan kolon kiri distal
(Indrayani,2013).

Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif ini dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi,tempatdan lamanya obstruksi. Jika umur penderita sangat muda
ataupun tua maka toleransinyaterhadap penyakit maupun tindakan operatif
yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan mortalitas. Pada
obstruksi kolon mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan obstruksi usus halus
(Indrayani,2013).

Manifestasi Klinis
a. Mekanik sederhana – usus halus atas
Kolik (kram) pada abdomen pertengahan sampai ke atas, distensi, muntah,
peningkatan bising usus, nyeri tekan abdomen.
b. Mekanik sederhana – usus halus bawah
Kolik (kram) signifikan midabdomen, distensi berat, bising usus
meningkat, nyeri tekan abdomen.
c. Mekanik sederhana – kolon
Kram (abdomen tengah sampai bawah), distensi yang muncul terakhir,
kemudian terjadi muntah (fekulen), peningkatan bising usus, nyeri tekan
abdomen.
d. Obstruksi mekanik parsial
Dapat terjadi bersama granulomatosa usus pada penyakit Crohn. Gejalanya
kram nyeri abdomen, distensi ringan.
e. Strangulasi
Gejala berkembang dengan cepat: nyeri hebat, terus menerus dan
terlokalisir, distensi sedang, muntah persisten, biasanya bising usus
menurun dan nyeri tekan terlokalisir hebat. Feses atau vomitus menjadi
berwarna gelap atau berdarah atau mengandung darah samar. (Price
&Wilson, 2007)

Klasifikasi
Menurut sifat sumbatannya
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a) Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di dalam
lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena atresia
usus dan neoplasma
b) Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi, dan
volvulus (Pasaribu, 2012).

Menurut letak sumbatannya


Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a) Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b) Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar (Pasaribu, 2012).

Menurut etiologinya
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3:
a) Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b) Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena kelainan
kongenital (malrotasi), inflamasi (Chron’s disease, diverticulitis),
neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c) Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di dalam
usus, misalnya benda asing, batu empedu (Pasaribu, 2012).

Menurut stadiumnya
ileus obstruktif dapat dibedakan menjadi 3 berdasarkan stadiumnya, antaralain
:
a) Obstruksi sebagian (partial obstruction) : obstruksi terjadi sebagian
sehingga makanan masih bisa sedikit lewat, dapat flatus dan defekasi
sedikit.
b) Obstruksi sederhana (simple obstruction) : obstruksi / sumbatan yang tidak
disertai terjepitnya pembuluh darah (tidak disertai gangguan aliran darah).
c) Obstruksi strangulasi (strangulated obstruction) : obstruksi disertai dengan
terjepitnya pembuluh darah sehingga terjadi iskemia yang akan berakhir
dengan nekrosis atau gangren (Indrayani, 2013).
Hernia inkarserata, adhesi, intususepsi, askariasis, volvulus, tumor, batu empedu

ILEUS OBSTRUKTIF
1.6 Patofisiologi
Akumulasi gas dan cairan intra lumen disebelah paroksimal dari letak obstruktif

Distensi abdomen Gelombang peristaltic berbalik arah, isi Klien rawat


Kerja usus melemah
usus terdorong ke lambung kemudian inap
mulut
Gangguan
Poliferasi Tekanan Reaksi
peristaltic usus
bakteri cepat intralumen ↑ Asam hospitalisasi
lambung ↑
Kimus sulit
pelepasan bakteri Tekanan vena cemas
dicerna usus
dan toksin dari & arteri ↓ Mual muntah mual
usus yang infark ansietas
Kehilangan cairan Sulit BAB
Iskemia menuju ruang dehidrasi
bakteri melepas
dinding usus peritonium
endotoksin, konstipasi
Intake cairan ↓
melepaskan Metabolism Pelepasan bakteri
zat pirogen anaerob & toksin dr usus yg Cairan intrasel ↓
nekrotik ke dlm
Merangsang peritonium
Impuls  Resiko syok
pengeluaran (hipovolemia)
hipotalamus
mediator kimia Resiko infeksi
bagian
termoregulator
melalui ductus Merangsang reseptor Merangsang susunan Saraf simpatis terangsang
thoracicus utk mengaktivasi RAS REM ↓ Pasien terjaga
nyeri saraf otonom,
mengaktivasi mengaktifkan kerja organ
norepinephrine tubuh Gangguan
Suhu tubuh ↑ Nyeri
akut pola tidur

hipertermi
Komplikasi
a) Peritonitis septicemia adalah suatu keadaan dimana terjadi peradangan
pada selaput rongga perut (peritonium) yang disebabkan oleh
terdapatnya bakteri dalam dalah (bakteremia).
b) Syok hypovolemia terjadi abikat terjadi dehidrasi dan kekurangan
volume cairan.
c) Perforasiusus adalah suatu kondisi yang ditandai dengan terbentuknya
suatu lubang usus yang menyebabkan kebocoran isi usus ke dalam
rongga perut. Kebocoran ini dapat menyebabkan peritonitis
d) Nekrosisusus adalah adanya kematian jaringan pada usus
e) Sepsis adalah infeksi berat di dalam darah karena adanya bakteri.
f) Abses adalah kondisi medis dimana terkumpulnya nanah didaerah
anus oleh bakteri atau kelenjar yang tersumbat pada anus.
g) Sindrom usus pendek dengan malabsorpsi dan malnutrisi adalah suatu
keadaan dimana tubuh sudah tidak bisa mengabsorpsi nutrisi karena
pembedahan.
h) Gangguan elektrolit ; terjadi karena hipovolemik

Pemeriksaan Diagnostic
1. HB (hemoglobin), PCV (volume sel yang ditempati sel darah merah) :
meningkat akibat dehidrasi
2. Leukosit : normal atau sedikit meningkat ureum + elektrolit, ureum
meningkat, Na+ dan Cl- rendah.
3. Rontgen toraks : diafragma meninggi akibat distensi abdomen
a. Usus halus (lengkung sentral, distribusi nonanatomis, bayangan valvula
connives melintasi seluruh lebar usus) atau obstruksi besar (distribusi
perifer/bayangan haustra tidak terlihat di seluruh lebar usus)
b. Mencari penyebab (pola khas dari volvulus, hernia, dll)
4. Enema kontras tunggal (pemeriksaan radiografi menggunakan suspensi
barium sulfat sebagai media kontras pada usus besar) : untuk melihat
tempat dan penyebab.
5. CT Scan pada usus halus : mencari tempat dan penyebab, sigmoidoskopi
untuk menunjukkan tempat obstruksi (Pasaribu, 2012).

Penatalaksanaan
Tujuan utama penatalaksanaan adalah dekompresi bagian yang mengalami
obstruksiuntuk mencegah perforasi. Tindakan operasi biasanya selalu
diperlukan. Menghilangkan penyebab obstruksi adalah tujuan kedua. Kadang-
kadang suatupenyumbatan sembuh dengansendirinya tanpa pengobatan,
terutama jikadisebabkan oleh perlengketan. Penderita penyumbatan usus harus
di rawat dirumah sakit(Nurarif& Kusuma, 2015).
1. Persiapan
Pipa lambung harus dipasang untuk mengurangi muntah, mencegah
aspirasi danmengurangi distensi abdomen (dekompresi). Pasien
dipuasakan, kemudiandilakukan juga resusitasi cairan dan elektrolit untuk
perbaikan keadaan umum.Setelah keadaanoptimum tercapai barulah
dilakukan laparatomi. Pada obstruksiparsial atau karsinomatosis abdomen
dengan pemantauan dan konservatif(Nurarif& Kusuma, 2015).
2. Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-
organvital berfungsi secara memuaskan. Tetapi yang paling sering
dilakukan adalahpembedahan sesegera mungkin. Tindakan bedah dilakukan
bila :-Strangulasi-Obstruksi lengkap-Hernia inkarserata-Tidak ada
perbaikan dengan pengobatankonservatif (dengan pemasangan NGT,
infus,oksigen dan kateter)(Nurarif& Kusuma, 2015).
3. Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan
danelektrolit. Kita harus mencegah terjadinya gagal ginjal dan harus
memberikankalori yang cukup.Perlu diingat bahwa pasca bedah usus pasien
masih dalamkeadaan paralitik (Nurarif& Kusuma, 2015).
D. Konsep ICU
Definisi ICU
ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang rawat di rumah sakit yang
dilengkapi dengan staf dan peralatan khusus untuk merawat dan mengobati
pasien dengan perubahan fisiologi yang cepat memburuk yang mempunyai
intensitas defek fisiologi satu organ ataupun mempengaruhi organ lainnya
sehingga merupakan keadaan kritis yang dapat menyebabkan kematian.
Tiap pasien kritis erat kaitannya dengan perawatan intensif oleh karena
memerlukan pencatatan medis yang berkesinambungan dan monitoring serta
dengan cepat dapat dipantau perubahan fisiologis yang terjadi atau akibat
dari penurunan fungsi organ-organ tubuh lainnya (Pane, 2012)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan
ICU di Rumah sakit, ICU adalah suatu bagian dari rumah sakit yang mandiri
(instalasi di bawah direktur pelayanan), dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus yang di tujukan untuk observasi, perawatan dan
terapi pasien-pasien yang menderita penyakit, cedera atau penyulit-penyulit
yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa dengan
prognosis dubia. (Pane, 2012)
Ruang Perawatan Intensif merupakan instalasi pelayanan khusus di
rumah sakit yang menyediakan pelayanan yang komprehensif dan
berkesinambungan selama 24 jam. Dalam rangka mewujudkan Ruang
Perawatan Intensif yang memenuhi standar pelayanan dan persyaratan
mutu, keamanan dan keselamatan perlu didukung oleh bangunan dan
prasarana (utilitas) yang memenuhi persyaratan teknis (Kemenkes, 2012).
Perawatan intensif merupakan pelayanan keperawatan yang saat ini
sangat perlu untuk di kembangkan di Indonesia yang bertujuan memberikan
asuhan bagi pasien dengan penyakit berat yang potensial reversibel,
memberikan asuhan pada pasien yang memerlukan pbservasi ketat dengan
atau tanpa pengobatan yang tidak dapat diberikan diruang perawatan umum
memberikan pelayanan kesehatan bagi pasien dengan potensial atau adanya
kerusakan organ umumnya paru mengurangi kesakitan dan kematian yang
dapat dihindari pada pasien-pasien dengan penyakit kritis (Adam &
Osbone, 1997).
Indikasi yang benar dimana pasien yang di rawat di ICU harus pasien
yang memerlukan intervensi medis segera oleh tim Intensive Care harus
pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi system organ tubuh secara
terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat dilakukan pengawasan yang
konstan dan metode terapi titrasi, dan pasien sakit kritis yang memerlukan
pemantauan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya
dekompensasi fisiologis. (Pane, 2012)

Indikasi Pasien Masuk ICU


Indikasi masuk ICU : Pasien yang dalam keadaan terancam jiwanya
sewaktu-waktu karena kegagalan atau disfungsi satu/ multiple organ atau
sistem dan masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali oleh
perawatan, pemantauan dan pengobatan intensif. Selain itu indikasi masuk
ICU ada indikasi sosial yaitu masuknya pasien ke ICU karena ada
pertimbangan sosial. (Irfan, 2010)
Kontra indikasi Masuk ICU : yang mutlak tidak boleh masuk ICU adalah
pasien dengan penyakit yang menular dimana penularan penyakit melalui
udara. (contohnya : pasien dengan gangrene, TB aktif dll, (Irfan, 2010).
Apapun kategori dan penyakit yang mendasarinya, tanda-tanda klinis
penyakit kritis biasanya serupa karena tanda-tanda ini mencerminkan
gangguan pada fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan neurologi. Tanda-
tanda klinis ini umumnya adalah takipnea, takikardia, hipotensi, gangguan
kesadaran (misalnya letargi, konfusi / bingung, agitasi atau penurunan
tingkat kesadaran).
a. Golongan pasien prioritas 1
Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang
memerlukan terapi intensif dan tertitrasi, seperti: dukungan, bantuan
ventilasi, alat penunjang fungsi organ/ sistem yang lain, infus obat-obat
vasoaktif/ inotropik, obat anti aritmia, serta pengobatan rain-rainnya
secara kontinyu dan tertitrasi. Sebagai contoh antara lain: pasien plasca
bedah kardiotorasik, sepsis berat, gangguan keseimbangan asam basa
dan erektrorit yang mengancam nyawa. Institusi setempat dapat juga
membuat kriteria spesifik yang lain seperti derajat hipoksemia,
hipotensi dibawah tekanan darah tertentu. Terapi pada golongan pasien
prioritas 1 demikian, umumnya tidak mempunyai batas.
b. Golongan pasien prioritas 2
Golongan pasien ini memerlukan pelayanan pemantiauan canggih di
lCU, sebab sangat berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif
segera, misalnya pemantauan intensif menggunakan purmonary arteriar
catheter. Sebagai contoh antara lain pasien. yang menderita penyakit
dasar jantung-paru, gagal ginjal akut. dan berat atau pasjen yang terah
mengalami pembedahan mayor. Terapi pada golongan pasien prioritas
mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah
c. Golongan pasien prioritas 3
Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status
kesehatan sebelumnya, yang disebabkan oreh penyakit yang
mendasarinya, atau penyakakutnya secara. sendirian atau kombinasi.
Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan
ini sangat kecil.Sebagai contoh antara lain pasien dengan keganasan
metastatik disertai penyulit infeksi, ccepericardial tamponade,
sumbatan. jalan napas, atau pasien penyakit jantung, penyakit paru
terminal disertai komplikasi penyakit akut berat. Pengelolaan pada
pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya saja,
dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau
resusitasi jantung paru. (Supriantoro, 2011)
Pengecualian
Dengan pertimbangan luar biasa, dan atas persetujuan Kepala ICU,
indikasi masuk pada beberapa golongan pasien bisa dikecualikan,
dengan catatan bahwa pasien.pasien golongan.demikian sewaktu waktu
harus bisa dikeluarkan dari ICU agar fasititas ICU yang terbatas
tersebut dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, dan 3.
Pasien yang tergolong demikian antara lain:
a. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi
tunjangan hidup yang agresif dan hanya demi “perawatan yang
ama” saja. lni tidak menyingkirkan pasien dengan perintah "DNR
(Do Not Resuscitate). Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin akan
mendapat manfaat dari tunjangan canggih yang tersedia di lCU
untuk meningkatkan kemungkinan survivalnya.
b. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.
c. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak namun
hanya karena kepentingan donor organ, maka pasien dapat dirawat
di lcu. Tujuan perawatan di lCU hanya untuk menunjang fungsi
organ sebelum dilakukan pengambilan organ untuk donasi.

Indikasi Pasien Keluar ICU


Kriteria keluar ICU : pasien tidak perlu lagi mendapat perawatan di
ICU bila meninggal, tidak ada kegawatan yang mengancam jiwa
sehingga bias dirawat di ruang biasa dan atas permintaan keluarga bila
ada informed consent khusus darikeluarga pasien. ( perhatikan
hubungan pasien dengan yang mengajukan pulang paksa dan berikan
informasi tentang resiko dari keputusan pasien atau keluarga). (Pane,
2012)
Prioritas pasien dipindahkan dari lCU berdasarkan pertimbangan medis
oleh kepala lCU dan atau tim yang merawat pasien, antara rain:
a. Penyakit atau keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil, sehingga
tidak memerlukan terapi atau pemantauan yang intensif rebih ranjut.
b. Secara perkiraan dan perhitungan terapi atau pemantauan intensif tidak
bermanfaat atau tidak memberi hasil yang berarti bagi pasien. Apalagi
pada waktu itu pasien tidak menggunakan alat bantu mekanis khusus
(seperti ventilasi mekanis). (Supriantoro, 2011)
Contoh golongan pasien demikian, antara lain pasien yang menderita
penyakit stadium akhir (misalnya ARDS stadium akhir). Sebelum
dikeluarkan dari ICU sebaiknya keluarga pasien diberikan penjelasan alasan
pasien dikeluarkan dari ICU.
a. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU
(keluar paksa)
b. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan
ada pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan
observasi yang lebih intensif. Pasien seperti ini hendaknya diusahakan
pindah ke ruang yang khusus untuk pemantauan secara intensif yaitu
HCU. (Supriantoro, 2011)

Prioritas ICU
Setiap dokter primer dapat mengusulkan agar pasiennya bbisa dirawat di
ICU asalkan sesuai indikasi masuk yang benar. Mengingat keterbatasan
ketersediaan fasilitas di ICU, maka berlaku asa prioritas dan keputusan akhir
merupakan kewenangan penuh kepala ICU (Pane, 2012). End of Life Care
(perawatan Terminal Kehidupan) Disediakan ruangan khusus bagi pasien
diakhir kehidupannya. Setiap ICU hendaknya membuat peraturan dan
prosedur-prosedur masuk dan keluar, standar perawatan pasien, dan kriteria
outcome yang spesifik. Kelengkapan kelengkapan ini hendaknya dibuat
olehitim ICU di bawah supervisi komite medik, dan hendaknya dikaji urang
dan diperbaiki sepenuhnya berdasarkan ruaran pasien (outcome) dan
pengukuran kinerja yang lain. Kepatuhan terhadap ketentuan masuk dan
keluar harus dipantau oleh komite medik. (Supriantoro, 2011)

Kelas ICU
Berdasarkan kelengkapan penyelenggaraan maka ICU dapat dibagi atas tiga
tingkatan:
a. ICU tingkat I : Terdapat di rumah sakit kecil yang dilengkapi dengan
perawat, ruangan observasi, monitor, resusitasi dan ventilator jangka
jangka pendek yang tidak lebih dari 24 jam. ICU ini sangat
bergantung kepada ICU yang lebih besar
b. ICU tingkat II : Terdapat pada rumah sakit umum yang lebih besar di
mana dapat dilakukan ventilator yang lebih lama yang dilengkapi
dengan dokter tetap, alat diagnosa yang lebih lengkap, laboratorium
patologi dan fisioterapi.
c. ICU tingkat III yang merupakan ICU : Terdapat di rumah sakit
rujukan dimana terdapat alat yang lebih lengkap antara lain
hemofiltrasi, monitor invasif termasuk kateterisasi dan monitor
intrakranial. ICU ini dilengkapi oleh dokter spesialis dan perawat yang
lebih terlatih dan konsultan dengan berbagai latar belakang keahlian
(Pane, 2012).

E. Konsep Asuhan Keperawatan


I. Pengkajian
Pengkajian merupakan proses pengumpulan data yang dilakukan
secara sistemik mengenai kesehatan. Pasien mengelompokkan data
menganalisis data tersebut sehingga dapat pengkajian adalah memberikan
gambaran secara terus menerus mengenai keadaan pasien .Adapun tujuan
utama dari pada pengkajian adalah memberikan gambaran secara terus-
menerus mengenai keadaan pasien yang mungkin perawat dapat
merencanakan asuhan keperawatan. (Arif mutaqin, 2013).
Pengkajian pada laparatomi meliputi identitas klien keluhan utama,
riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, riwayat penyakit
keluarga, riwayat penyakit psikososial.
a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis
kelamin, pendidikan, alamat, pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal
dan MRS, nomor register, dan diagnosis medis.
b. Keluhan Utama
Sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan
adalah nyeri pada abdomen.
c. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Kapan nyeri pertama kali dirasakan dan apa tindakan yang telah
diambil sebelum akhirnya klien dibawa ke rumah sakit untuk
mendapatkan penanganan secara medis.
b. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit terdahulu sehingga klien dirawat di rumah
sakit.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi,diabetes
melitus,atau adanya riwayat stroke dari generasi terdahulu.
d. Riwayat psikososial dan spiritual
Peranan pasien dalam keluarga, status emosional meningkat,
interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,
hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan.

d. Pemeriksaan Head to Toe


1. Keadaan Rambut dan Higiene Kepala
o Inspeksi : Rambut hitam, coklat, pirang, berbau.
o Palpasi : Mudah rontok, kulit kepala kotor, berbau secara umum
menunjukkan tingkat hygiene seseorang.
2. Palpebrae
o Inspeksi : Bisa terlihat penumpukan cairan atau edema pada
palpebrae, selain itu bias juga terlihat cekung pada pasien dehidrasi
o Palpasi : Dengan cara meraba menggunakan tiga jari pada
palpebrae untuk merasakan ada penumpukan cairan, atau pasien
dehidrasi bila teraba cekung
3. Sclera dan Conjungtiva
o Icterus tampak lebih jelas di sclera disbanding pada kulit. Teknik
memeriksa sclera dengan palpasi menggunakan kedua jari menarik
palpebrae, pasien melihat kebawah radang pada conjungtiva bulbi
maupun conjungtiva palpebrae. Keadaan anemic bias diperiksa
pada warna pucat pada conjungtiva palpebrae inferior.
4. Hidung
o Inspeksi : Hidung simetris, kotoran hidung, polip atau
pembengkakan
5. Higiene Rongga Mulut, Gigi-Geligi, Lidah, Tonsil dan Pharynk
o Rongga mulut : diperiksa bau mulut, radang mocosa (stomatitis),
dan adanya aphtae
o Gigi-geligi : diperiksa adanya makanan, karang gigi, caries, sisa
akar, gigi yang tanggal, perdarahan, abses, benda asing,(gigi
palsu), keadaan gusi, meradang
o Lidah : kotor/coated, akan ditemui pada keadaan: hygiene mulut
yang kurang,
o Tonsil : Tonsil diperiksa ada pembengkakan atau tidak. Diukur
berdasarkan panduan sebagai berikut
 T0 – bila sudah dioperasi
 T1- ukuran normal yang ada
 T2- pembesaran tonsil tidak sampai garis tengah
 T3- pembesaran mencapai garis tengah
 T4- pembesaran melewati garis tengah
o Pharinx : dinding belakang oro pharink diperiksa apakah ada
peradangan, pembesaran adenoid, dan lender/secret yang ada
6. Kelenjar Getah Bening Leher
o Pembesaran getah bening dapat terjadi karena infeksi, infeksi
toxoplasmosis memberikan gejala pembesaran getah bening leher
7. Kelenjar Tyroid
o Inspeksi : bentuk dan besarnya bila pembesarannya telah nyata
o Palpasi : satu tangan dari samping atau dua tangan dari arah
belakang, jari-jari meraba permukaan kelenjar dan pasien diminta
menelan rasakan apakah terasa ada pembengkakan pada jaringan
sekitar.
8. Dada/ Punggung
o Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur dada, gerakan nafas
(frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya pernafasan/penggunaan
otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema,
pembengkakan/ penonjolan
o Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile
fremitus.
o Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu
sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola
berjenjang sisi ke sisi).
o Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru.
9. Abdomen
o Inspeksi : pada inspeksi abdomen tampak luka sayatan
o Auskultasi : mendengar suara peristaltic usus, Peristaltic yang
berkurang ditemui pada ileus paralitik. Apabila setelah 5 menit
tidak terdengar suara peristaltic sama sekali maka kita katakana
peristaltic negative (pada pasien post operasi)
o Palpasi : sebelum dilakukan palpasi tanyakan terlebih dahulu
kepada pasien apakah daerah yang nyeri apabila ada maka harus
dipalpasi terakhir
10. Ekstremitas
Pengukuran otot menurut (Arif Mutaqqin, 2012)
a. Nilai 0: bila tidak terlihat kontraksi sama sekali.
b. Nilai 1: Bila terlihat kontraksi dan tetapi tidak ada gerakan pada sendi.
c. Nilai 2: Bila ada gerakan pada sendi tetapi tidak bisa melawan
grafitasi.
d. Nilai 3: Bila dapat melawan grafitasi tetapi tidak dapat melawan
tekanan pemeriksaan.
e. Nilai 4: Bila dapat melawan tahanan pemeriksaan tetapi kekuatanya
berkurang.
f. Nilai 5: bila dapat melawan tahanan pemeriksaan dengan kekuatan
penuh.

II. Pola Fungsi Kesehatan


a. Aktivitas/istirahat
Gejala :Kelelahan dan ngantuk.
Tanda :Kesulitan ambulasi
b. Sirkulasi
Gejala :Takikardia, pucat, hipotensi ( tandasyok)
c. Eliminasi
Gejala :Distensi abdomen, ketidakmampuan defekasidan Flatus
Tanda :Perubahan warna urine dan feces
d. Makanan/cairan
Gejala :anoreksia,mual/muntah dan haus terus menerus.
Tanda :muntah berwarna hitam dan fekal. Membran mukosa pecah -
pecah.Kulit buruk.
e. Nyeri/Kenyamanan
Gejala :Nyeri abdomen terasa seperti gelombang dan bersifat kolik.
Tanda :Distensi abdomen dan nyeri tekan
f. Pernapasan
Gejala: Peningkatan frekuensi pernafasan,
Tanda: Napas pendek dan dangkal

III. Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah cara mengidentifikasi, memfokuskan dan
mengatasi kebutuhan spesifik pasien secara respon terhadap masalah aktual
dan resiko tinggi. (Doengoes, 2000 : 8).
1. Ganggguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan luka insisi.
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka insisi.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual
muntah.
4. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan higiene luka yang buruk.
5. Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan pendarahan.
6. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan perdarahan post operasi.
7. Pola nafas inefektif berhubungan dengan efek anastesi.
8. Bersihan jalan napas inefektif berhubungan dengan penumpukan secret.
9. Perubahan pola eliminasi urin berhubungan dengan efek anastesi.
IV. Rencana keperawatan
No. Dx keperawatan NOC NIC Rasional
1. Mual (00134) NOC : NIC Observasi
Domain: 12 (kenyamanan) - Selera makan Observasi - Untuk mengetahui
Kelas: 1 (kenyamanan fisik) - Status gizi  Pantau gejala subjektif gejala mual yang
- Tingkat kenyamanan mual pada pasien dirasakan oleh pasien
Definisi: perasaan subjektif , - Pengendalian mual dan  Kaji penyebab mual - Untuk mengetahui
seperti gelombang yang muntah apakah mual dirasakan
tidak menyenangkan di Mandiri akibat efek penyakit atau
belakang tenggorokan, Kriteria hasil :  Manajemen efek samping obat
epigastrium, atau abdomen Setelah dilakukan tindakan cairan/elektrolit Mandiri
yang mendorong keinginan Keperawatan ... X 24 jam  Manajemen mual - Mengatur dan mencegah
untuk muntah. Berat badan stabil dan nutrisi  Manajemen muntah komplikasi akibat
teratasi dengan perubahan kadar cairan
Batasan karakteristik: - Tidak ada tanda-tanda mal HE dan elektrolit
- Menghindari nutrisi.  Jelaskan penyebab mual - Mencegah dan
makanan - Berat badan stabil meredakan mual
 Beritahu pasien seberapa
- Sensasi ingin muntah - Pasien tidak mengalami lama kemungkinan mual - Mencergah dan
- Peningkatan produksi mual muntah. meredakan muntah
saliva - Melaporkan terbebas dari akan terjadi
- Melaporkan “mual” mual  Ajarkan pasien menelan HE
atau “eneg” - Mengidentifikasi dan untuk secara sadar atau - Menginformasikan
- Rasa asam di dalam melakukan tindakan yang nafas dalam penyebab-penyebab
mulut dapat menurunkan mual Kolaborasi yang dapat
 Berikan obat antiemetic menimbulkan mual
Faktor yang berhubungan: sesuai anjuran - Agar klien dapat
- Iritasi lambung (mis.  Manajemen cairan: berikan menangani mual saat
Akibat agen terapi IV, sesuai anjuran mual itu dirasakan.
farmakologis (seperti - Untuk mengurangi stress
aspirin, obat anti dan mengalihkan
inflamasi nonsteroid, perhatian dari mual,
steroid, antibiotic), sehingga dapat
alcohol, zat besi, dan membantu pasien untuk
darah. makan dan minum.
- Distensi lambung Selain itu untuk
(mis. Akibat mekenan reflex muntah
pengosongan Kolaborasi
lambung yang - Untuk mengurangi mual
lambat; obstruksi dan memungkinkan
pylorus usus; distensi pasien untuk makan
genitourinarius dan - Untuk memenuhi cairan
biliaris; stasis usus yang hilang akibat mual
bagian atas; kompresi dan muntah
eksternal pada
lambung, hati limpa
atau organ lain;
pembesaran yang
memperlambat fungsi
lambung; kelebihan
asupan makanan)
- Agen farmakologis
(mis. Analgesic, anti
virus untuk HIV,
aspirin, opioid) dan
agen kemoterapeutik
- Toksin
2. Konstipasi (00011) NOC : NIC : Observasi
domain: 3 eliminasi dan  Defekasi Observasi - untuk mengetahui tanda
pertukaran Kriteria Hasil :  Monitor tanda dan gejala dan gejala sulit BAB
kelas: 2 fungsi Setelah dilakukan tindakan konstipasi - sebagai acuan rencana
gastrointestinal keperawatan selama …x24  Kaji dan dokumentasikan: penanganan yang efektif
jam, masalah konstipasi pasien (warna dan konsisensi - melihat apakah
Definisi : Penurunan teratasi dengan feses pertama konstipasi dapat
frekuensi normal defekasi  Konstipasi menurun pascaoperasi; frekuensi, menyebabkan
yang disertai pengeluaran dibuktikan oleh indikator warna dan konsistensi komplikasi peritonitis
feses yang sulit atau tidak defekasi sebagai berikut: feses; keluarnya flatus; - melihat faktor yang
lampias atau pengeluaran - Tidak mengalami adanya impaksi; ada atau berkontribusi pada
feses yang sangat keras dan gangguan pola eliminasi tidak ada bisisng usus dan konstipasi
kering (dalam rentang yang distensi abdomen pada Mandiri
diharapkan) keempat kuadran abdomen - membentuk dan
Batasan Karakteristik : - Tidak ada gangguan feses  Pantau tanda dan gejala mempertahankan pola
 Nyeri abdomen lunak dan membentuk ruptur usus atau peritonitis eliminasi defekasi yang
 Nyeri tekan pada - Tidak mengalami  Identifikasi faktor teratur
abdomen dengan atau gangguan mengeluarkan - mencegah dan
tanpa resistensi otot feses tanpa bantuan (misalnya pengobatan, mengatasi konstipasi
yang dapat dipalpasi. - Tidak ada darah dalam tirah baring, dan diet) yang HE
 Anoreksia feses dapat menyebabkan atau - untuk memfasilitasi
 Perasaan penu atau - Tidak nyerisaat defekasi berkontribusi terhadap pengeluaran feses tanpa
tekanan pada rektum konstipasi nyeri
 Peningkatan tekanan - agar pasien dapat
abdomen Mandiri menghindari obat yang

 Indigesti - manajemen defekasi dapat mengakibatkan

 Mual - manajemen konstipasi konstipasi

 Nyeri saat defekasi - untuk menghindari


HE pasien mengonsumsi
 Tampilan atipikal
pada lansia  Anjurkan pasien untuk makanan yang tidak
memintaobat nyeri sebelum diperbolehkan/ rendah
(misalnya,perubahan
defekasi serat
status
mental,inkontinensia  Informasikan kepada pasien - untuk mencegah
kemungkinan konstipasi perubahan pada tanda
urine, jatu tanpa
akibat obat vital, perdarahan
sebab jelas,dan
peningkatan suhu  Ajarkan kepada pasien kolaborasi
- meningkatkan makanan
tubuh. tentang efek diet (misalnya, yang berserat agar
 Darah merah segar cairan dan serat) pada mempermudah dalam
menyertai eliminasi BAB
pengeluaran feses  Tekankan pentingnya - untuk mengetahui
 Perubahan pada suara menghindari mengejan tercapainya intervensi
abdomen selama defekasi yang diberikan dengan
(borborigmi) Kolaborasi mendengar apakah
 Perubahan pada pola  Konsultasi dengan ahli bising usus normal atau
defekasi gizi untuk meningkatkan tidak

 Penurunan frekuensi serat dan ciran dalam diet


 Penurunan volume  Konsultasi dengan dokter
feses tentang penurunan atau
 Distensi abdomen peningkatan frekuensi

 Feses yang bising usus

kering,keras,dan
padat
 Bising usus hipoaktif
atau hiperaktif
 Pengeluaran feses
cair
 Massa abdomen
dapat dipalpasi
 Massa rectal dapat
dipalpasi
 Bunyi pekak pada
perkusi abdomen
 Adanya feses seperti
pasta direktum
 Flatus berat
 Mengejan saat
defekasi
 Tidak mampu
mengeluarkan feses
 Muntah.
Faktor yang Berhubungan
:
 Fungsional
Kelemahan otot
abdomen
Kebiasan defekasi
yang tidak teratur
Perubahan
lingkungan saat ini
 Psikologis
Depresi
Stress emosi
Konfusi mental
 Farmakologi
Antasida yang
mengandung
aluminium
Kalsium karbonat
 Mekanis
Ketidakseimbangan
elektrolit
Obesitas
Hemoroid
 Fisiologis
Dehidrasi
Pola makan yang buruk.
3. Resiko syok (hipovolemik) NOC NIC Observasi
(00205) - pencegahan syok Observasi: - melihat jumlah cairan
Domain: 11 - manajemen syok - monitor input dan output yang masuk dan keluar
keamanan/perlindungan - monitor tanda awal syok dari dalam tubuh
Kelas: 2 cedera fisik Criteria hasil: - monitor status cairan - untuk mengetahui tanda-
Setelah dilakukan tindakan Mandiri: tanda syok yang terjadi
Definisi: rentan mengalami keperawatan selama … x24 - tempatkan pasien pada pada klien
ketidakcukupan aliran darah jam, masalah pasien teratasi posisi supinasi, kaki - mengetahui
ke jaringan tubuh, yang dengan elevasi ketidakseimbangan
dapat mengakibatkan - nadi dalam batas yang - berikan cairan intravena cairan pada klien
disfungsi seluler yang diharapkan dan oral dengan tepat Mandiri
mengancam jiwa, yang dapat - irama pernafasan dalam HE: - untuk peningkatan
mengganggu kesehatan. batas yang diharapkan - ajarkan keluarga dan preload dengan tepat
- serum-serum elektrolit pasien tentang tanda dan - untuk mengganti cairan
Faktor resiko: dalam batas normal gejala datangnya syok yang hilang
- Hipovolemia - ajarkan keluarga dan -
- Hipoksemia pasien tentang langkah HE
- Hipoksia untuk mengatasi gejala - Menambah informasi
- Infeksi syok pada klien dan keluarga
- sepsis Kolaborasi: - mengenai syok
- Agar klien dan keluarga
dapat mengatasi syok
secara mandiri
Kolaborasi : -
4. Nyeri akut (00132) Domain NOC : NIC : Observasi
12 : Kenyamanan Kelas 1 :  Pengendalian nyeri Observasi - Untuk mengetahui
Kenyamanan Fisik)  Tingkat nyeri  Lakukan pengkajian nyeri nyeri secara
secara komprehensif keseluruhan meliputi
Definisi : Pengalaman Kriteria Hasil : termasuk lokasi, lokasi nyeri,
sensori dan emosi yang tidak Setelah dilakukan tindakan karakteristik, durasi, karakteristik nyer,
menyenangkan akibat keperawatan selama … x24 frekuensi, kualitas dan durasi nyeri,
adanya kerusakan jaringan jam, masalah nyeri akut pasien faktor presipitasi frekuensi nyeri,
yang actual atau potensial, teratasi dengan  Observasi reaksi nonverbal kualitas dan faktor
atau digambarkan dengan dari ketidaknyamanan presipitasi nyeri
istilah seperti (International  Memperlihatkan  Evaluasi pengalaman nyeri yang dirasakan
Association forbthe study of pengendalian nyeri yang masa lampau - Untuk mengetahui
pain) ; awitan yang tiba-tiba dibuktikan oleh indikator reaksi nonverbal dari
atau perlahan dengan sebagai berikut: Mandiri ketidaknyamanan
intensitas ringan sampai - Sering mengalami  Ajarkan tentang teknik non yang dirasakan klien
berat dengan akhir yang awitan nyeri farmakologi (distraksi, - Untuk mengetahui
dapat diantisipasi atau dapat - Sering menggunakan tehnik relaksasi, imajinasi pengalaman nyeri
diantisipasi atau dapat tindakan pencegahan terbimbing, dll) klien dimasa lampau
diramalkan dan durasinya - Sering melaporkan nyeri
kurang dari 6 bulan. dapat dikendalikan HE Mandiri
 Menunjukkan tingkat nyeri  Informasikan kepada pasien - Untuk mengurangi
Batasan Karakteristik : yang dibuktikan dengan tenang prosedur yang dapat nyeri yang dirasakan
 Mengucapkan secara indikator sebagai berikut: meningkatkan nyeri dan
verbal atau - Tidak ada ekspresi nyeri tawarkan strategi koping HE
melaporkan nyeri pada wajah yang disarankan - Agar klien dapat
dengan isyarat - Tidak ada gelisah atau  Intstruksikan pasien mencegah
 Posisi untuk ketegangan otot untukmenginformasikan meningkatnya nyeri
mengindari nyeri - Tidak ada durasi episode dengan
 Perubahan tonus otot nyeri kepada perawat jika menggunakan
(dengan rentang dari - Tidak merintih dan peredaan nyeri tida dapat strategi koping
lemas tidak menangis dicapai - Untuk mengetahui
bertenaga rentang - Tidak gelisah tercapainya terapi
dari lemas tidak Kolaborasi tindakan
bertenaga sampai  Tentukan pilihan analgesik keperawatan
kaku) tergantung tipe dan
 Respon autonomic beratnya nyeri Kolaborasi
(misalnya,diaphoresi  Tentukan analgesik pilihan, - Agar analgesik (obat
s,perubahan tekanan rute pemberian, dan dosis penahan sakit) dapat
dara,pernapasan atau optimal diberikan sesuai tipe
nadi ; dilatasi pupil).  Berikan analgesik tepat dan beratnya nyeri
 Perubahan selera waktu terutama saat nyeri sehingga nyeri dapat
makan hebat teratasi.

 Perilaku distraksi - Agar analgesik (obat

(misalnya,mondar- penahan sakit) dapat

mandir,mencari diberikan sesuai rute

orang dan/atau pemberian dan dosis


sehingga nyeri dapat
aktivitas teratasi.
lain,aktivitas - Agar analgesik (obat
berulang). penahan sakit) dapat
 Perilaku ekspresif diberikan sesuai rute
(misalnya pemberian dan dosis
gelisah,merintih,men sehingga nyeri dapat
angis, kewaspadaan teratasi.
berlebian,peka - Agar analgesik (obat
terhadap penahan sakit) dapat
rangsang,dan diberikan saat nyeri
menghela napas hebat sehingga nyeri
panjang). dapat berkurang
 Wajah topeng (nyeri)
 Bukti nyeri yang
dapat diamati
 Gangguan tidur
(mata terlihat
kuyu,gerakan tidak
teratur atau tidk
menentu,dan
menyeringai).

Faktor yang Berhubungan


:
Agens-agens penyebab
cedera (misalnya, biologis,
kimia, fisik, dan psikologis)
5. Ansietas (00146) NOC NIC Observasi
Domain: 9 koping atau - Tingkat ansietas Observasi: - Untuk mengetahui
toleransi terhadap stress - Pengendalian diri terhadap - Kaji dan dokumentasi kecemasan yang
Kelas: 2 respon koping ansietas tingkat kecemasan pasien diukur dengan
- Konsentrasi termasuk reaksi fisik HARS (Hamilton
Definisi: perasaan tidak - Koping - Gali bersama pasien Anxiety Rating
nyaman atau kekhawatiran tentang tehnik yang Scale)
yang sangat disertai respons Criteria hasil: berhasil dan tidak berhasil - Agar perawat dapat
autonom (sumber sering kali Setelah dilakukan tindakan menurunkan ansietas melanjutkan
tidak spesifik atau tidak keperawatan selama … x24 tindakan
diketahui oleh individu), jam, masalah nyeri akut Mandiri: keperawatan
perasaan takut yang pasien teratasi dengan - Bimbingan antisipasi selanjutnya
disebabkan oleh antisipasi - Ansietas berkurang - Penurunan ansietas
terhadap bahaya - Menunjukkan - Tehnik menenangkan diri
pengendalian diri terhadap - Peningkatan koping Mandiri
ansietas - Dukungan emosi - Agar klien dapat
Batasan karakteristik: mempersiapkan diri
- Gelisah HE: sebelum terjadi
- resah - Informasikan tentang sesuatu
- Peningkatan ketegangan gejala ansietas - Untuk mengurangi
- Kesedihan yang - Ajarkan anggota keluarga ansietas klien
mendalam bagaimana membedakan - Untuk menenangkan
- Nyeri mendalam antara serangan panic dan diri terdahap ansietas
gejala penyakit fisik - Untuk mengurangi
Faktor yang berhubungan: rasa ansietas pada
- Stress Kolaborasi: klien
- Kebutuhan yang tidak - Berikan obat untuk - Untuk mendukung
terpenuhi menurunkan ansietas jika klien mengurangi
- Terpajan toksin perlu. ansietas yang
- Beri dorongan kepada dirasakan
pasien untuk
mengungkapkan secara HE
verbal pikiran dan perasaan - Agar klien /
keluarga klien dapat
mengetahui gejala
nyeri
- Agar keluarga klien
dapat membedakan
serangan panik dan
gejala penyakit fisik

Kolaborasi
- untuk mengurangi
ansietas yang
dirasakan klien
- agar perawat dapat
mengetahui
tercapainya tindakan
keperawatan yang
dilakukan agar dapat
melakukan tindakan
keperawatan
selanjutnya
6. Hipertermi (00007) NOC NIC Observasi
Domain: 11 keamanan atau - Termoregulasi Observasi: - untuk mengetahui
perlindungan - Tanda-tanda vital - Pantau hidrasi pengeluaran cairan
Kelas: 5 proses defensive - Pantau tekanan darah, saat terjadi
Kriteria Hasil: denyut nadi, dan frekuensi hipertermi
Definisi: peningkatan suhu Setelah dilakukan tindakan pernafasan - untuk mengetahui
tubuh diatas rentang normal keperawatan selama … x24 ketidaknormalan
jam, masalah nyeri akut Mandiri: tekanan darah,
Batasan karakteristik: pasien teratasi dengan - Terapi demam : Kompres denyut nadi dan
- Suhu tubuh meningkat dengan air hangat frekuensi pernapasan
diatas rentang normal - Suhu tetap normal - Regulasi suhu saat terjadi
- Teraba hangat - Keseimbangan cairan tetap - Gunakan mandi air hangat hipertermi
stabil
Faktor yang berhubungan: - Komplikasi seperti kejang HE: Mandiri
- Dehidrasi dapat dihindari - Ajarkan pasien atau - untuk mengurangi
- Penyakit atau trauma keluarga dalam mengukur hipertermi klien
- Peningkatan laju suhu untuk mencegah dan - agar klien dapat
metabolisme mengenali secara dini mempertahankan
hipertermia suhu klien pada
- Ajarkan indikasi keletihan batas normal
akibat panas dan tindak - untuk mengurangi
kedaruratan yang gangguan suhu
diperlukan tubuh klien
HE
Kolaborasi: - agar klien dapat
- Berikan obat antipiretik mencegah dan
jika perlu mengenali
hipertermia secara
komprehensif
- agar tidak terjadi
keletihan akibat
panas dan tindakan
kedaruratan saat
terjadi hipertermia

Kolaborasi
- untuk mengurangi
suhu tubuh klien
7. Ganguan pola tidur (00095) NOC NIC Observasi:
Domain: 4 aktivitas/istirahat - reduksi ansietas Observasi: - Untuk mengoptimalkan
Kelas: 1 tidur/istirahat - tingkat kenyamanan - monitor waktu makan dan kebutuhan tidur pasien
- tingkat nyeri minum dengan waktu tidur sesuai kebetuhan
Definisi: gangguan kualitas - istirahat: tingkat dan pola - monitor atau catat - Untuk mengetahui berapa
dan kuantitas waktu tidur - tidur: tingkat dan pola kebutuhan tidur pasien lama kebutuhan tidur pasien
akibat faktor eksternal setiap hari dan jam setiap harinya
criteria hasil: Mandiri:
Batasan karakteristik: Setelah dilakukan tindakan - determinasi efek-efek Mandiri:
- Perubahan pola tidur keperawatan selama … x24 medikasi terhadap pola - Untuk mencegah
normal jam, masalah nyeri akut tidur terjadinya gangguan
- Ketidak puasan tidur pasien teratasi dengan - fasilitasi untuk pola tidur karena efek
- menyatakan tidak merasa - jumlah jam tidur dalam mempertahankan aktivitas medikasi.
cukup istirahat batas normal 6 sampai 8 sebelum tidur - Untuk merangsang
jam perhari HE: timbulnya keletihan
faktor yang berhubungan: - pola tidur, kualitas dalam - Jelaskan pentingnya tidur sehingga pasien lebih
- gangguan batas normal yang adekuat mudah dalam istirahat.
- kurang control tidur - perasaan segar sesudah - Instruksikan untuk monitor HE:
tidur atau istirahat tidur pasien - Agar pasien memahami
Kolaborasi: pentingnya kebutuhan
- Kolaborasi pemberian obat tidur.
tidur - Agar pola tidur pasien
- Diskusikan dengan pasien terjaga dan teratur.
dan keluarga tentang tehnik
tidur pasien Kolaborasi:
- Untuk membantu pasien
mencapai kebutuhan
tidurnya.
- Untuk membantu pasien
menemukan cara mudah
untuk tidur.
-
8. Resiko infeksi (00004) NOC NIC Observasi
Domain: 11 - Status imun Observasi: -Untuk mencegah terjadinya
keamanan/perlindungan - Keperahan infeksi - Pantau tanda dan gejala infeksi
Kelas: 1 infeksi criteria hasil: infeksi -Untuk mengetahui faktor
Definisi: beresiko terhadap Setelah dilakukan tindakan - Kaji faktor yang dapat yang dapat memicu
invasi organisme patogen keperawatan selama … x24 meningkatkan kerentanan terjadinya infeksi dan
jam, masalah nyeri akut terhadap infeksi mencegah terjadinya infeksi
Faktor resiko: pasien teratasi dengan - Pantau hasil laboratorium -Untuk mengetahui
- Penekanan sistem imun - Faktor resiko infeksi akan Mandiri: penyebab terjadinya infeksi
- Penngkatan pemajanan hilang - Perawatan sirkulasi: Mandiri :
lingkungan tehadap - Terbebas dari tanda dan insufisiensi arteri -Untuk mengembalikan
patogen gejala infeksi - Skrining kesehatan sirkulasi pembuluh darah
- Kerusakan jaringan - Mengindikasikan status - Pengendalian infeksi arteri dapat menutup dan
gastrointestinal, HE: membuka dengan normal.
pernafasan, genitourinari, - instruksikan untuk menjaga - Untuk mengetahui keadaan
dan imun dalam batas higiene personal untuk normal atau abnormal organ
normal. melindungi tubuh terhadap tubuh maupun fungsinya
infeksi -Untuk menyembuhkan
- bantu pasien/keluarga infeksi
untuk mengidentifikasi
faktor lingkungan gaya HE :
hidup atau praktek - untuk melindungi tubuh
kesehatan yang terhadap infeksi
meingkatkan resiko infeksi - Agar pasien dan
- pengendalian infeksi: keluarga mengetahui
ajarkan pasien dengan faktor-faktor yang dapat
keluarga mengenai tanda mempengaruhi resiko
dan gejala infeksi serta infeksi.
kapan harus melakukannya - Agar pasien mengetahui
kepenyedia layanan tanda dan gejala infeksi
kesehatan
Kolaborasi:
Kolaborasi: - Untuk mengurangi dan
- Berikan terapi antibiotik membunuh bakteri atau
bila diperlukan virus penyebab infeksi.
- Melakukan tindakan - Untuk mencegah
operasi apabila diperlukan terjadinya penyebaran
infeksi pada pasien.
IV. Intervensi Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil intervensi
Keperawatan
1. Nyeri akut NOC NIC
berhubungan dengan Ansiety Anxiety Reduction
dilakukannya Fear leavel (penurunan kecemasan)
tindakan insisi Sleep deprivation 1. Identifikasi tingkat
bedah. Comfort, readines for kecemsan
enchanced 2. Bantu klien mengenal
Kriteria Hasil: situasi yang menimbulkan
Mampu mengontrol kecemasan
kecemasan 3. Kaji karakteristik
Mengontrol nyeri nyeri
Kualitas tidur dan istirahat 4. Instruksikan pasien
adekuat menggunakan tehnik
Status kenyamanan rekasasi
meningkat 5. Berikan posisi nyaman
sesuai kebutuhan
6. Kolaborasi pemberian
obat analgetik
2. Resiko infeksi NOC NIC
berhubungan dengan Immune status Infection Control (kontrol
adanya sayatan / Knowledge : infection infeksi)
luka operasi control 1. Monitor tanda dan
laparatomi. Risk control gejala infeksi sistemik dan
Kriteria hasil lokal
Klien bebas dari tanda dan 2. Bersihkan luka
gejala infeksi 3. Ajarkan cara
Menunjukkan kemampuan menghindari infeksi
untuk mencegah timbulnya 4. Instruksikan pasien
infeksi untuk minum obat antibiotik
Jumlah leukosit dalam sesuai resep
batas normal 5. Berikan terapi
antibiotik IV bila perlu
3. Gangguan NOC NIC
imobilisasi Joint movement : active Exercise therapy :
berhubungan dengan Mobility level ambulation
pergerakan terbatas Self care : ADLs 1. Monitor vital sign
dari anggota tubuh. Transfer performance sebelum/sesudah latihan dan
Kriteria hasil lihat respon pasien saat
Klien meningkjat dalam latihan
aktivits fisik 2. Latih pasien dalam
Mengerti dari tujuan dari pemenuhan kebutuhan
peningkatan mobilitas ADLs secara mandiri sesuai
Memeragakan penggunaan kebutuhan
alat 3. Kaji kemampuan
Bantu untuk mobilisasi pasien dalam mobilisasi
(walker) 4. Konsultasi dengan
terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai kebutuhan
5. Ajarkan pasien
bagaimana merubah posisi
dan berikan bantuan jika
diperlukan
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and suddart. (1988). Textbook of Medical Surgical Nursing. Sixth


Edition. J.B. Lippincott Campany, Philadelpia.
Doenges, Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. EGC, Jakarta.
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012-
2014. EGC: Jakarta
Nurarif, Amin Huda. Kusuma, Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnose Medis Dan Nanda Nic – Noc Edisi Revisi Jilid 2.
Media Action : Yogjakarta.
Price &Wilson, (2007). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit.
Edisi 6, Volume1. EGC: Jakarta.
Sjamsuhidajat. 2006. Manual Rekam Medis. Jakarta: Konsil Kedokteran
Indonesia
Wilkinson, J. M., & Ahern, N. R. (2011). Diagnosis Keperawatan Edisi 9.
EGC:Jakarta.
Chahayaningrum,Tenti. 2012. Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan
LaparatomiPada Ileus Obstruksi Di Instalasi Bedah SentralRsud Dr
Moewardi Surakarta.Universitas Muhammadiyah Surakarta : Surakarta
(jurnal).
Indrayani, M Novi. 2013. Diagnosis Dan Tata Laksana Ileus Obstruktif.
Universitas Udayana : Denpasar (jurnal)
Pasaribu,Nelly. 2012. Karakteristik Penderita Ileus Obstruktif Yang Dirawat
Inap Di Rsud Dr. Pirngadi Medan Tahun 2007-2010.Universitas Sumatera Utara :
Sumatera Utara (jurnal)
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/34591/3/Chapter%20II.pdf .
diakses pada tanggal 1 Agustus 2018

Anda mungkin juga menyukai