Anda di halaman 1dari 5

Diajukan untuk Mengikuti Kompetisi

LOMBA ESSAY NASIONAL GEBYAR KIMIA 2018

“NATA DE NAGA” PEMANFAATAN LIMBAH BATANG BUAH NAGA


SEBAGAI UPAYA MEMAKSIMALKAN POTENSI KEARIFAN LOKAL
DAN IMPLEMANTASINYA PADA MASYARAKAT BANYUWANGI

Diusulkan Oleh :

Jodii Arlan Kurnia

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2018
“NATA DE NAGA” PEMANFAATAN LIMBAH BATANG BUAH NAGA
SEBAGAI UPAYA MEMAKSIMALKAN POTENSI KEARIFAN LOKAL
DAN IMPLEMANTASINYA PADA MASYARAKAT BANYUWANGI

Oleh : Jodii Arlan Kurnia

Perwakilan SM FK-UMM (Scientific Medico) Fakultas Kedokteran Universitas


Muhammadiyah Malang

Sebagai salah satu daerah penghasil Buah Naga, Banyuwangi pada tahun
2013 mampu menghasilkan panen hingga mencapai 16.631 ton dan meningkat
pada tahun 2014 menjadi 28.819 ton. (Detik.com) Di Banyuwangi sendiri, Buah
Naga memang sudah akrab di kalangan masyarakat. Bahkan jika berkunjung di
Banyuwangi, hampir di setiap pekarangan rumah warga terutama di daerah
kecamatan Tegaldlimo, Bangorejo, Pesanggaran, dan Gambiran terdapat pohon
Buah Naga tersebut.

Buah Naga sendiri adalah salah satu tanaman kaktus dari marga Hylocereus.
Dimana salah satu proses perkembang biakannya melalui stek batang seperti
halnya ketela pohon. (Hernandez,2012) Dalam pembudidayaannya, Pohon Buah
Naga ini tumbuh secara vertikal dengan menggunakan media rambat seperti beton
ataupun tumbuhan lain. Ketika sudah besar dan mampu berbuah, batang dari
pohon ini akan dipotong demgam tujuan untuk memperbanyak buah dan
menghindari terlalu besarnya pohon yang dapat berakibat terhadap robohnya
media rambat. Oleh karena itu, batang Buah Naga ini menjadi limbah bagi petani
Buah Naga.

Walaupun batang Buah Naga dianggap sebagai limbah. Namun


pemanfaatan dari limbah ini sudah mulai digalakkan. Pemanfaatan tersebut adalah
pengolahannya menjadi pakan ternak. Menurut penelitian yang dilakukan oleh
Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur menyebutkan bahwa pakan ternak
memiliki keunggulan dalam kandungan protein dan kalsium. Selain itu, menurut
sebuah peneltian yang dilakukan oleh Chriselda Catya Sudono, menyatakan
bahwa batang Buah Naga ini mengandung vitamin C, antioksidan, antimikroba
dan serat yang tinggi. Walaupun pemanfaatan batang Buah Naga ini sudah
dilakukan. Namun jika ditinjau dari banyaknya kandungan yang bermanfaat bagi
manusia, maka sangat disayangkan jika batang Buah Naga ini hanya dimanfaatkan
untuk pakan ternak saja. Oleh karena itu perlu adanya inovasi agar limbah lokal
ini dapat dimanfaatkan untuk konsumsi dan secara langsung dapat meningkatkan
nilai jual yang akhirnya dapat dimanfaatkan sebagai komoditi masyarakat
Banyuwangi.

Di Indonesia sendiri kearifan lokal berupa pengolahan limbah hasil


pertanian / perkebunan sudah ada sejak dahulu. Salah satu jenis pengolahan
tersebut adalah pemanfaatan limbah air kelapa menjadi produk makanan yang kita
sebut nata de coco. Produk makanan fermentasi ini memanfaatkan limbah air
kelapa untuk dijadikan sebuah produk yang menyegarkan dan digemari oleh
berbagai kalangan masyarakat, baik dewasa maupun anak-anak. Namun
keterbatasan dalam bahan baku sering kali menjadi kendala dalam proses
pembuatan produk nata ini. Padahal produk nata bisa dibuat dengan berbagai
macam bahan baku yang memanfaatkan komoditi lokal lainnya. Seperti halnya
singkong, Aloe Vera, tomat, jagung, beras. (Chrisysti K, 2012) Oleh karena
melimpahnya limbah batang Buah Naga, kandungan gizi yang banyak serta
keterbatasan bahan baku nata de coco maka sebuah inovasi berupa Nata de Naga
menjadi solusi inovatif dalam masalah ini.

Nata de Naga sendiri adalah sebuah produk makanan fermentasi seperti


halnya nata pada umumnya, dimana yang membedakan dengan nata-nata yang
lain adalah bahan bakunya yang berasal dari limbah batang Buah Naga. Dalam
proses pembuatannya, pembuatan produk ini hampir sama dengan pembuatan nata
pada umumnya. Pertama-tama pada proses pemilihan bahan baku, dipilih batang
yang muda, dimana batang ini sering muncul pada percabangan baru. Hal ini
bertujuan untuk memilih batang yang tidak terlalu tua / keras karena kandungan
selulosanya yang tinggi. Selanjuntya batang buah naga ini dicuci terlebih dahulu
dengan menggunakan air agar debu dan kotoran lainnya hilang. Kemudian
dipotong kecil-kecil dan dihilangkan duri dan inti batangnya (seperti kayu).
Setelah itu diblender hingga halus dengan menggunakan air secukupnya dan
dipisahkan antara sari dan ampasnya. Sari yang berhasil dipisahkan diberi ZA
(amonium sulfat) dan gula pasir kemudian di rebus hingga mendidih. Setelah
dingin, tambahkan cuka hingga PH mencapai +4 dan masukkan kedalam loyang
atau tempat yang sudah disterilkan dengan alkohol. Kemudian yang terpenting
yaitu pemberian starter berupa Acetobacter xilynum, setelah itu tutup loyang
dengan rapat dan letakkan pada suhu kamar yang terhindar dari pancaran sinar
matahari langsung. Tunggu hingga 8-10 hari hingga terbentuk bentukan seperti
layaknya nata pada umumnya. Setelah itu rebus nata untuk menghilangkan aroma
cukanya. Terakhir, Nata de Naga ini dapat dipotong sesuai ukuran yang
dikehendaki dan dikemas.

Agar menjadi sebuah inovasi yang dapat berjalan berkelanjutan di


masyarakat, perlu adanya sebuah implementasi langsung ke masyarakat. Salah
satu desa yang terkenal akan produksi buah naganya adalah Desa Sambirejo,
Kecamatan Bangorejo Kabupaten Banyuwangi. Dengan memanfaatkan kearifan
lokal warga Banyuwangi yang pada umumnya, senang berkumpul dalam kegiatan
arisan. maka implementasi langsungnya akan dimasukkan dalam kegiatan ibu-ibu
tersebut. Pada awalnya kita sebagai pihak yang memiliki konsep akan
mengadakan praktek pembuatan langsung didepan ibu-ibu tersebut. selanjutnya,
ibu-ibu tersebut diminta untuk membuat sendiri dan kita dampingi. kemudian,
pelatihan akan diarahkan pada proses pengemasan, dimana ibu-ibu akan diajarkan
bagaimana cara memilih dan membuat kemasan yang menarik konsumen. Dari
segi promosi, ibu-ibu juga akan diajari cara berpromosi baik dari promosi online
maupun offline. Setelah benar-benar ibu-ibu ini dapat memproduksi secara
mandiri produk Nata de Naga dalam jumlah target yang sudah ditentukan. Maka
pelatihan terakhir adalah bagaimana menjaga kualitas produk dan menganalisis
respon konsumen melalui evaluasi rutin.

Dengan adanya Nata de Naga ini, diharapkan limbah batang Buah Naga
yang sebelumnya terbuang sia-sia tanpa dimanfaatkan. kini dapat dimanfaatkan
menjadi sebuah produk bernilai jual.. Selain itu, karena kandungannya yang tinggi
akan serat, kalsium serta berbagai kandungan bermanfaat lainnya, maka hal ini
diharapkan juga akan memberikan manfaat langsung bagi masyarakat. Tidak
kalah penting lagi bagi masyarakat Banyuwangi khususnya masyarakat Desa
Sambirejo. diharapkan dengan ini memiliki komoditi khasnya dan akan secara
langsung berkontribusi terhadap perokonomian masyarakat disana. Bahkan secara
luas, kearifan lokal ini berupa pemanfaatan limbah pertanian / perkebunan dapat
meluas ke masyarakat daerah lainnya dan menjadi komoditi khas di daerahnya.

Referensi :

Hernandez, Y.D.O. 2012. Pitahaya (Hylocereus spp.): a short review. Comunicata


Scientiae 3(4): 220-237, 2012
Fanani, Ardian. 2015. Bupati Banyuwangi Panen Buah Naga. DetikNews.com
https://news.detik.com/berita-jawa-timur/d-2806166/bupati-banyuwangi-
panen-buah-naga diakses pada tanggal 16 Februari 2018 pukul 17.45

Sudono, Chriselda C. 2014. Mahasiswa Ubaya Buat Tepung dari Batang Buah
Naga. Universitas Surabaya.
http://www.ubaya.ac.id/2014/content/news_detail/1995/Mahasiswa-Ubaya-
Buat-Tepung-dari-Batang-Buah-Naga.html diakses pada tanggal 16 Februari
2018 pukul 18.35

Dinas Peternakan Banyuwangi. Rempesan Batang Buah Naga : Alternatif


Tanaman Pakan Ternak.
http://disnak.banyuwangikab.go.id/page/news/rempesan-batang-buah-naga-
alternatif-tanaman-pakan-ternak diakses pada tanggal 17 Februari 2018
pukul 07.00

Wafa A.A.Z, Wibisono S.A, Baskoro A.S., Rizeki A.2015. "Nata De Vable"
Minuman Kaya Serat, Banyak Manfaat, dan Harga Bersahabat. Teknik
Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya

Anda mungkin juga menyukai