Anda di halaman 1dari 39

CASE REPORT

HERNIA INGUINALIS LATERALIS

Disusun oleh :

Chairunnisa Rifka Windiputri

1102012044

Pembimbing :

LETKOL Dr. Wiganda Sp.B

KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH

RUMAH SAKIT MOHAMMAD RIDWAN MEURAKSA

PERIODE : 26 SEPTEMBER - 4 DESEMBER 2016


BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG

Kata hernia pada hakekatnya berarti penonjolan suatu kantong peritoneum, suatu
organ atau lemah pra peritoneum melalui keadaan kongenital atau akuisita dalam parietas
muskuloaponeurotik dinding abdomen, yang normalnya tidak dapat dilewati. Hernia
merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga pengetahuan umum
tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksanaan hernia penting.

Dalam tahun-tahun lampau, banyak hernia diterapi dengan terapi penunjang, namun
pada saat ini hampir semua hernia dikoreksi dengan pembedahan, kecuali bila ada
kontraindikasi bermakna yang menolaknya. Sebagian besar hernia timbul di regio inguinalis
dengan sekitar 50 persen dari ini merupakan hernia inguinalis indirek dan 25 persen sebagai
hernia inguinalis direk. Insiden hernia meningkat dengan bertambahnya umur. Ini
dimungkinkan karena meningkatnya penyakit yang meninggikan tekanan intraabdominal dan
jaringan penunjang berkurang kekuatannya.

I.2. Maksud dan Tujuan


-
Untuk memenuhi sebagian besar sarat untuk mengikuti ujian akhir program
pendidikan profesi di Bagian Ilmu Penyakit Bedah RS TK II RIDWAN MEURAKSA
KESDAM JAYA
-
Untuk menambah ilmu pengetahuan mengenai hernia.
-
Untuk memudahkan diagnosis dan terapi dari hernia.
BAB II

LAPORAN KASUS

I. Identitas

Nama : Tn. M

Jenis kelamin : Laki-laki

Tanggal lahir, Umur : 22/09/1980, 36thn

Agama : Islam

Suku bangsa : Jawa

Pekerjaan : Security

Alamat : Jl. SAYUTI V

Tanggal masuk : 9 Oktober 2016

II. Anamnesis

Dilakukan secara : Autoanamnesis

Tanggal : 09 Oktober 2016

Pukul : 18.00 WIB di Ruang Rawat Inap Bedah

Keluhan Utama : Benjolan di lipat paha kanan

Keluhan Tambahan : Terdapat benjolan pada lipat paha kanan 2 bulan SMRS.
awalnya kecil, semakin lama semakin membesar. Nyeri
disangkal, demam disangkal.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Poli Bedah Umum Rumah Sakit MRM dengan keluhan
benjolan di lipat paha sebelah kanan. Keluhan ini dirasakan pasien sejak ± 8 tahun
SMRS, namun keluhan dirasakan semakin memberat ± 2 bulan yang lalu. Pada saat
pasien menyadari adanya benjolan di lipat paha kanan pasien, pasien tidak mengeluh
apa–apa dan tidak merasa terganggu karena benjolan tersebut hilang timbul. Benjolan
timbul pada saat pasien sedang beraktivitas dan menghilang seluruhnya ketika pasien
sedang berbaring dan tidur. Pasien mengaku benjolan tidak nyeri dan dapat dimasukan
secara manual menggunakan jari.

Selain itu juga pasien mengeluh perut kembung ± 2 bulan SMRS, mual dan
muntah disangkal oleh pasien. Benjolan susah dimasukan kembali.. Pasien tidak
mengeluh demam, nafsu makan pasien juga baik, BAB normal dan BAK normal.
Pasien memiliki riwayat mengangkat beban berat, sering melakukan kegiatan push up
dan sit up. Riwayat mengkonsumsi rokok 3 - 5 batang sehari ± 10 tahun.

Riwayat Penyakit Dahulu

 Riwayat Hipertensi disangkal

 Riwayat batuk lama disangkal

 Riwayat DM disangkal

 Riwayat Hernia disangkal

Riwayat Penyakit keluarga

 Riwayat penyakit serupa pada keluarga pasien disangkal.

III. Pemeriksaan Fisik

Status Generalis

 Keadaan Umum : TSS

 Kesadaran : CM

 Tekanan Darah : 130/80 mmHg

 Nadi : 84 x/menit

 Respirasi : 20 x/menit

 Suhu : 36,4 oC
 Berat Badan :  68 kg

 Tinggi Badan :  166 cm

 Kepala

 Bentuk : Normocephal, tidak ada benjolan.

 Rambut : Hitam, distribusi merata, tidak mudah dicabut

 Mata

 Palpebra : edema -/-

 Konjungtiva : anemis -/-, injeksi -/-

 Sklera : ikterik -/-

 Arcus Senilis : normal

 Pupil : Bulat, Isokor

 Refleks Cahaya : +/+

 Katarak : -/-

 Telinga

 Bentuk : Normotia

 Liang : lapang

 Mukosa : edema (-), hiperemis (-)

 Serumen : sedikit

 Memb. Tympani : Intake, bulging (-)

 Hidung

 Bentuk : Normal

 Deviasi Septum : (-)

 Sekret : (-)

 Concha : Hiperemis (-)

 Mulut
 Bibir : Sianosis (-)

 Lidah : Normal, deviasi (-)

 Tonsil : T1-T1

 Mukosa Faring : Hiperemis (-)

 Gigi

 Amalgam : (-)

 Gangren Pulpa : (-)

 Gangren Radiks : (-)

 Leher

 KGB : tidak membesar

 Kel. Thyroid : (-)

 JVP : tidak ada peningkatan

 Thoraks

 Paru

 Inspeksi : Bentuk dada normal, Hemitorak simetris kanan dan kiri dalam
keadaan statis dan dinamis

 Palpasi : Fremitus vokal dan taktil simetris kanan dan kiri.

 Perkusi : Sonor pada kedua hemitorak, Batas paru dan hati (N).

 Auskultasi : Suara napas Vesikuler +/+, ronkhi -/-, Whezing -/-

 Jantung

 Inspeksi : Bentuk dan ukuran dada normal, iktus cordis tampak

 Palpasi : Iktus cordis teraba

 Perkusi : Batas Jantung dalam batas Normal

 Batas atas kiri : ICS II LMC sinsitra

 Batas atas kanan : ICS II LPS dextra


 Batas bawah kiri : ICS V LMC sinistra

 Batas bawah kanan : ICS IV LPS dextra

 Auskultasi : Bunyi Jantung I & II regular, murmur (-), Gallop (-)

 Abdomen

 Inspeksi : Tampak datar, simetris, tidak tampak benjolan (-)

 Auskultasi : Bising usus (-)

 Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran

 Perkusi : Timpani di seluruh kuadran abdomen

 Ekstremitas

 Atas

 Akral : Hangat

 Sianosis : (-)

 Perfusi : CRT < 2’’

 Kekuatan : 5555/5555

 Edema : -/-

 Bawah

 Akral : Hangat

 Sianosis : (-)

 Perfusi : CRT < 2’’

 Kekuatan : 5555/5555

 Edema : -/-

 Neurologi

 Refleks Fisiologis

 Biseps : +/+

 Triceps : +/+
 Patella : +/+

 Achilles : +/+

 Refleks Patologis

 Refleks babinski -/-, Chadock -/-, gordon -/-, openheim -/-

 Genitalia : Dalam batas normal

Status lokalis

Regio inguinal dextra

 Inspeksi

Tanpa mengedan atau batuk tampak masa dengan ukuran sebesar 8x5x3 cm
didaerah inguinal dextra, berbentuk bulat, warna seperti kulit disekitarnya, dan
tidak terdapat tanda-tanda radang.

 Palpasi

teraba massa di region inguinal dextra, permukaan rata, nyeri tekan, massa
teraba kenyal dan benjolan tidak terasa panas, tidak bisa dimasukan kembali
ke dalam cavum abdominalis. .Finger test (+) à pada saat massa dimasukkan
dan jari telunjuk masuk ke dalam canalis inguinalis externus à pasien disuruh
mengedan à teraba benjolan pada ujung jari tangan.

 Auskultasi

Tidak terdengar bunyi peristaltik usus.

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan laboratorium

Hasil laboratorium (30/09/2016), Pkl 12.00

Masa pendarahan : 3 menit (1 – 3)

Masa pembekuan : 6 menit (2 - 6)

Darah Rutin (30/09/2016), Pkl 12.00


Hb : 14.2 g/dL (13 – 18 g/dL)

Ht : 43 % (40 – 52 %)

Leukosit : 6.600 /mm3 (3.800 – 10.600/uL)

Trombosit : 256.000 /mm3 (150.000 – 440.000/uL)

LED : 16 (<10p)

Kimia Darah (30/09/2016), Pkl 12.00

Diabetes

Glukosa Sewaktu : 102 (<140 mg/dL)

Fungsi Ginjal

Ureum : 32 (10-50 mg/dL)

Creatinin : 0,84 (0,7-1,3 mg/dL)

V. RESUME

A. Anamnesis

Tn. M. 36 th datang ke Poli Bedah RS MRM dengan keluhan :

- Benjolan di lipat paha sebelah kanan.

- Keluhan ini dirasakan pasien sejak ± 2 bulan yang lalu.

- Pasien tidak mengeluh apa–apa dan tidak merasa terganggu karena benjolan
tersebut hilang timbul.

- Benjolan timbul pada saat pasien sedang beraktivitas dan menghilang


seluruhnya ketika pasien sedang berbaring dan tidur.

- Pasien mengaku benjolan tidak nyeri dan dapat dimasukan secara manual
menggunakan jari.

- Mual, Muntah, Demam disangkal oleh pasien

- Benjolan susah dimasukan kembali ± 2 bulan SMRS .

- Pasien juga mengeluh nyeri perut di bagian terdapat benjolan.


- Nafsu makan pasien juga baik, BAB normal dan BAK normal.

- Riwayat mengangkat beban berat dan melakukan aktivitas berat diakui oleh
pasien.

- Riwayat penyakit seperti ini sudah sejak 10 tahun yang lalu.

- Riwayat penyakit hipertensi, DM, lainnya disangkal oleh pasien

B. Pemeriksaan Fisik

Tanda-tanda Vital : stabil

Status Generalis : Dalam Batas Normal

Status Lokalis :

 Inspeksi

Tampak masa dengan ukuran sebesar 8x5x3 cm didaerah inguinal dextra,


berbentuk bulat, warna seperti kulit disekitarnya, dan tidak terdapat tanda-
tanda radang.

 Palpasi

Teraba massa di region inguinal dextra, permukaan rata, nyeri tekan, massa
teraba kenyal dan benjolan tidak terasa panas, tidak bisa dimasukan kembali
ke dalam cavum abdominalis. .Finger test (+) à pada saat massa dimasukkan
dan jari telunjuk masuk ke dalam canalis inguinalis externus à pasien disuruh
mengedan à teraba benjolan pada ujung jari tangan.

 Auskultasi

Tidak terdengar bunyi peristaltik usus.

Pemeriksaan Penunjang

Dalam Batas Normal

VI. Diagnosa Kerja

Hernia Inguinalis Lateral Dextra Reponible

VII. Diagnosa banding


 Hernia Inguinalis lateral Dextra Starunglata

 Hernia Inguinalis lateral Dextra Inkaserata

 Hidrokel

VIII. Penatalaksanaan

 Ivfd Rl 30 tpm (makro)

 Inj.ceftriaxon 2 x 1 gr (i.v)

 Inj.ranitidin 3 x 1 Amp (i.v)

 Inj. Ketorolac 3 x 1 Amp (i.v)

 Puasa pre operasi

IX. Laporan Operasi

Tanggal Operasi : 10/10/ 2016

Jenis Operasi : Hernioraphy

Langkah Operasi :

Dilakukan Asepsis & antisepsis pada daerah operasi &


sekitarnya

Pasien posisi supine dalam anastesi spinal Anestesi

Pasang Duk Bolong Steril

Dilakukan insisi cutis subcutis sampai dengan fasia pada


inguinal dekstra

M. Cremaster dibuka nampak kantong hernia > dibuka > di


breetging > bagian paroksismal dilihat lalu dipotong >
bagian distal ditinggalkan

Dilanjutkan hernioraphy

Pendaharan dirawat
Luka operasi ditutup kapas lapis demi lapis

Operasi Selesai

Diagnosis pasca bedah : Post repair hernia inguinalis dextra reponible

Instruksi Post Operasi:

 Awasi TD, HR, RR, Suhu, dan perdarahan luka operasi

 Puasa sampai flatus/bising usus (+)

 IVFD RL 30 tpm

 Diet bebas

 Terapi: Inj. Ceftriaxon 2x1 gr

Inj. Keterolak 3x1 amp

Inj. Ranitidin 3x1 amp

 Mobilisasi boleh bangun setelah sadar tidak pusing, tidak muntah.

 Lain-lain sesuai dengan instruksi dokter spesialis anestesi.

X. Prognosis

Quo ad vitam : ad bonam

Quo ad fungsionam : ad bonam

Quo ad Sanationam : ad bonam

XI. Follow up

Tanggal/Jam Catatan Instruksi


10/10/206 Kel:Nyeri dibagian bekas operasi, IVFD RL 30 tpm
flatus (+) BAK (+) Inj.Ceftriaxone 2x1 gr
KU : CM Inj. Ketorolac 3x1amp
T: 120/80 mmHg Inj. Ranitidin 3x1amp iv
N : 80x/mnt Mobilisasi duduk
R : 20x/mnt

S: 37,30C

Abd: datar lembut, BU +,

NT +

D/ Post repair hernia inguinalis dextra


11/10/2016 Kel: Tidak ada keluhan Pasien boleh pulang

KU : CM Asam Mefenamat 3x1

T:120/80mmHg Ciprofloxacin 2x1

N : 80x/mnt Ranitidin tablet 2x1

R : 18x/mnt Nutriflam tab 3 x 1

S: 36.50C Kontrol poli bedah habis obat

Abd: datar lembut

BU +, NT + berkurang

D/ Post repair hernia inguinalis dextra


BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1. DEFINISI

Hernia adalah penonjolan jaringan atau organ suatu rongga melalui defek atau bagian
lemah (lokus minoris) yang normalnya tidak dapat dilewati, keluar ke bawah kulit atau masuk
rongga lainnya yang terjadi secara kongenital atau akuisita. Pada hernia abdomen, isi perut
menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding
perut. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia. (6,13,14,15,16)

Hernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi
oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek
melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal. 1

Hernia inguinalis adalah hernia yang melalui anulus inguinalis internus/lateralis


menelusuri kanalis inguinalis dan keluar rongga abdomen melalui anulus inguinalis
externa/medialis. Hernia terdiri dari cincin, kantong, dan isi hernia. 16

Trigonum Hasselbach

Pembuluh darah arteri epigastrika inferior menjadi batas superolateral dari trigonum
Hesselbach. Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membran rectus sedangkan batas
inferior dibentuk oleh ligamentum inguinale. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach
disebut sebagai hernia direk, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum ini adalah
hernia indirek.
Gambar III.1. Anatomi Hernia Inguinalis Lateralis

Gambar III.2. Hernia Inguinalis Laterlalis

III.2. EPIDEMIOLOGI

Tujuh puluh lima persen dari semua kasus hernia di dinding abdomen muncul
didaerah sekitar lipat paha. Hernia indirect lebih banyak daripada hernia direct yaitu 2:1,
dimana hernia femoralis lebih mengambil porsi yang lebih sedikit.

Hernia sisi kanan lebih sering terjadi dari pada di sisi kiri. Perbandingan pria:wanita
pada hernia indirect adalah 7:1. Ada kira-kira 750000 herniorrhaphy dilakukan tiap tahunnya
di amerika serikat, dibandingkan dengan 25000 untuk hernia femoralis, 166000 hernia
umbilicalis, 97000 hernia post insisi dan 76000 untuk hernia abdomen lainya.

Hernia femoralis kejadiannya kurang dari 10 % dari semua hernia tetapi 40% dari itu
muncul sebagai kasus emergensi dengan inkarserasi atau strangulasi. Hernia femoralis lebih
sering terjadi pada lansia dan laki-laki yang pernah menjalani operasi hernia inguinal,
meskipun kasus hernia femoralis pada pira dan wanita adalah sama, insiden hernia femoralis
dikalangan wanita 4 kali lebih sering dibandingkan dikalangan pria, karena secara

III.3. BAGIAN BAGIAN DARI HERNIA

Bagian-bagian dari hernia :

 Kantong hernia

Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia


memiliki kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis

 Isi hernia

Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum).

 Pintu hernia

Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.

 Leher hernia

Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia

 Locus minoris

GAMBAR III. 13. Bagian-bagian hernia


III.4. ETIOLOGI

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia pada
anulus internus yang cukup lebar sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi hernia.
Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu yang
sudah terbuka cukup lebar. Faktor yang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis
yang terbuka, peninggian tekanan didalam rongga perut, kelemahan otot dinding perut karena
usia, aktivitas, obesitas, keadaan-keadaan penyakit tertentu (asites, batuk menahun),
kehamilan dan adanya massa abdomen yang besar.(1,2,3)

Faktor yang dipandang berperan kausal adalah :

a. Adanya prosesus vaginalis yang tetap terbuka

Proses turunnya testis mengikuti prosesus vaginalis. Pada neonatus kurang lebih 90%
prosesus vaginalis tetap terbuka, sedangkan pada bayi umur satu tahun sekitar 30% prosesus
vaginalis belum tertutup Akan tetapi, kejadian hernia pada umur ini hanya beberapa persen.
Tidak sampai 10 % dengan anak dengan prosesus vaginalis paten menderita hernia. Pada
lebih dari separuh populasi anak, dapat dijumpai prosesus vaginalis paten kontralateral, tetapi
insidens hernia tidak melebih 20 %. Umumnya disimpulkan adanya prosesus vaginalis yang
paten bukan merupakan penyebab tunggal terjadinya hernia, tetapi diperlukan faktor lain,
seperti anulus inguinalis yang cukup besar17.

Insidens hernia inguinalis pada bayi dan anak antara 1 dan 2 %. Kemungkinan terjadi
hernia pada sisi kanan 60 %, sisi kiri 20-25 % dan bilateral 15 %. Kejadian hernia bilateral
pada anak perempuan dibandingkan lelaki kira-kira sama (10%) walaupun frekuensi prosesus
vaginalis yang tetap terbuka lebih tinggi pada perempuan17.

Anak yang pernah menjalani operasi hernia pada waktu bayi, mempunyai kemungkinan
16% mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa. Insidens hernia inguinalis pada orang
dewasa kira-kira 2 %. Kemungkinan terjadi hernia bilateral dari insidens tersebut mendekati
10 %17.

b. Peninggian tekanan intraabdomen

Tekanan intraabdomen yang meninggi secara kronik seperti batuk kronik, hipertropi
prostat, konstipasi, dan asites, sering disertai hernia inguinalis17.
Insidens hernia meningkat dengan bertambahnya umur mungkin karena meningkatnya
penyakit yang meninggikan tekanan intraabdomen dan berkurangnya kekuatan jaringan
penunjang2. Hernia dapat terjadi setelah peningkatan tekanan intra-abdominal yang tiba-tiba
dan kuat seperti waktu mengangkat barang yang sangat berat, mendorong, batuk, atau
mengejan dengan kuat pada waktu miksi atau defekasi

c. Kelemahan otot dinding perut karena usia.

Dalam keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turur kendur. Pada keadaan itu tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Sebaliknya, bila otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan anulus inguinalis tertutup sehingga dapat mencegah masuknya
usus ke dalam kanalis inguinalis. Kelemahan otot dinding perut antara lain terjadi akibat
kerusakan n. ilioinguinalis dan n.iliofemoralis setelah apendektomi17.

III.5 KLASIFIKASI HERNIA

Berdasarkan terjadinya :

1. Hernia bawaan atau kongenital

2. Hernia didapat atau akuisita

Menurut sifatnya :

1. Hernia reponibel : bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri,
mengedan (terjadi pada waktu pasien defekasi, miksi, batuk-batuk, menangis, dan lain-
lain), yang pada dasarnya terdapat tekanan intraperitoneal meninggi.

2. Hernia ireponibel : bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali kedalam rongga
perut. Biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong
hernia.

Menurut Keadaannya :
1. Hernia inkaserata : bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut. Akibatnya terjadi
gangguan pasase .

2. Hernia strangulata : bila isimya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong
terperangkap dan tidak dapat kembali ke dalam rongga perut , terjadi gangguan
vaskularisasi. Pada keadaan sebenarnya gangguan vaskularisasi telah terjadi pada saat
jepitan dimulai dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari bendungan sampai
nekrosis.

Bila strangulasi hanya menjepit sebagian dinding usus, hernianya disebut Hernia
Richter. Ileus obstruksi mungkin parsial atau total, sedangkan benjolan hernia tidak
ditemukan dan baru terdiagnosis pada saat laparotomi. Komplikasi hernia Richter
adalah strangulasi sehingga terjadi perforasi usus, dan pada hernia femoralis ini tampak
seperti abses.

3. Hernia eksterna adalah hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang,
atau perineum.

4. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam
rongga perut seperti foamen Winslow, resesus retrosekalis, atau defek dapatan pada
mesentrium umpanya setelah anastomosis usus.

5. Hernia insipiens atau hernia yang membalut merupakan hernia indirek yang berada di
kanalis inguinalis yang ujungnya tidak keluar dari anulus eksternus.

6. Hernia yang kantongnya menjorok ke dalam celah antara lapisan dinding perut
dinamakan hernia intraparietal atau hernia interstisial.

7. Hernia yang sebagian dinding kantongnya terbentuk dari organ isi hernia misalnya
sekum, kolon sigmoid, atau kandung kemih disebut hernia geser (sliding hernia).
Hernia geser dapat terjadi karena isi kantong berasal dari organ yang letaknya
retroperitoneal. Alat bersangkutan tidak masuk ke kantong hernia, melainkan bergeser
turun di retroperitoneal.

Hernia jenis lain :

1. Hernia Spieghel, umumnya muncul melalui tempat lemah diantara tepi lateral
muskulus rektus abdominis dengan linea semisirkularis.
2. Hernia epigastrika, menonjol melalui defek di linea alba, kranial dari umbilicus.

3. Hernia lumbalis menempati dinding perut bagian lateral, contohnya hernia sikatrik
pada bekas luka operasi ginjal, hernia di trigonum lumbal inferior petit dan trigonum
lumbal superior Grijnfelt.

4. Hernia insisional atau hernia sikatrik, terjadi pada bekas luka laparotomi
menyebabkan anastesi kulit dan paralisis kulit pada segmen yang dilayani oleh segmen
yang bersangkutan. Jika lebih dari 2 saraf terpotong, mungkin terjadi pada hernia
ventralis, umpamanya pada insisi lumbotomi.

5. Hernia Ventralis adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral seperti hernia sikatriks.

6. Hernia obturatoria, melalui foramen obturatorium,

7. Hernia diafragmatika, melalui foramen bochdalek di diafragma.

8. Hernia Littre adalah hernia yang isinya divertikulum Meckel.

9. Hernia Perinealis merupakan tonjolan hernia pada perineum melalui defek dasar
panggul yang dapat terjadi secara primer pada perempuan multipara, atau sekunder
setelah operasi melalui perineum seperti prostaektomi atau reseksi rektum secara
abdominoperineal. Hernia perinealis biasanya dibagi menjadi hernia anterior dan
posterior. Hernia Perinealis Anterior, yaitu hernia labialis yang bukan merupakan hernia
inguinalis lateralis, hernia pudendalis, dan hernia vaginolabialis. Hernia Perinealis
Posterior, yaitu hernia isiorektalis, dan hernia retrorektalis.

10. Hernia Pantalon, merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada
satu sisi. Kedua kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga
berbentuk seperti celana.

Menurut letaknya :

1. Hernia Inguinalis

Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomali kongenital atau karena sebab yang
didapat. Dapat terjadi pada setiap usia. Lebih banyak laki-laki dibandingkan pada
perempuan.
Faktor yang dianggap berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut
karena usia.

Gambar III.14. Hernia Inguinalis (1)

Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum disebut hernia skrotalis.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel atau elefantiasis skrotum. Testis yang teraba
dapat dipakai sebagai pegangan untuk membedakannya.

Gambar III.15. Hernia Inguinalis (2)

a. Hernia ingunalis medialis (direk)

o Hampir selalu disebabkan oleh faktor peninggian tekanan intraabdomen kronik


dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach.

o Hernia ini umumnya terjadi bilateral, khususnya pada laki-laki lanjut usia.
b. Hernia ingunalis lateralis (indirek)

o Menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika inferior.

o Disebut indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu anulus dan
kanalis inguinalis.

o Pada bayi dan anak hernia lateralis disebabkan oleh kelainan bawaan berupa
tidak menutupnya prosesus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses
penurunan testis ke skrotum.

Indirek Direk
Usia pasien Usia berapapun, Lebih tua
terutama muda
Penyebab Dapat congenital Didapat
Bilateral 20 % 50 %
Penonjolan saat batuk Oblik Lurus
Muncul saat berdiri Tidak segera mencapai Mencapai ukuran
ukuran terbesarnya terbesar dengan
segera
Reduksi saat berbaring Dapat tidak tereduksi Tereduksi segera
segera
Penurunan ke skrotum Sering Jarang
Oklusi cincin internus Terkontrol Tidak terkontrol
Leher kantong Sempit Lebar
Strangulasi Tidak jarang Tidak biasa
Hubungan dengan pembuluh Lateral Medial
darah epigastric inferior

Tabel. Perbandingan HIL dan HIM


Gambar III.16. Skema perbandingan HIL dan HIM

2. Hernia Epigastric

3. Hernia incisional

4. Hernia umbilikal

5. Hernia femoral

Gambar III.17. Hernia menurut letakny

III.6. PATOFISIOLOGI

Pada keadaan relaksasi otot dinding perut, bagian yang membatasi anulus internus
turut kendur. Pada keadaan ini tekanan intraabdomen tidak tinggi dan kanalis inguinalis
berjalan lebih vertikal. Sebaliknya jika otot dinding perut berkontraksi, kanalis inguinalis
berjalan lebih transversal dan angulus inguinalis tertutup sehingga mencegah masuknya usus
kedalam kanalis inguinalis.

Tetapi dalam keadaan prosesus vaginalis yang terbuka, peninggian tekanan di dalam
rongga perut dan kelemahan otot dinding perut karena usia dapat membentuk pintu masuk
hernia pada anulus internus yang cukup lebar. Sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Disamping itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati pintu
yang sudah terbuka cukup lebar tersebut. (1,5)

Bila cincin hernia sempit, kurang elastis atau lebih kaku maka akan terjadi jepitan
yang menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia. Pada permulaan terjadi bendungan
vena sehingga terjadi udem organ atau struktur didalam hernia dan transudasi kedalam
kantong hernia. Timbulnya udem menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah
sehingga akhirnya peredaran darah jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan
kantong hernia akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus.(15)

III.7. GEJALA KLINIS

Keluhan yang dirasakan dapat dari yang ringan hingga yang berat. Gejala dan tanda
klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada hernia reponibel keluhan satu-
satunya adalah adanya benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri, batuk, bersin
atau mengedan, dan menghilang waktu berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai kalau ada
biasanya dirasakan didaerah epigastrium atau para umbilikal berupa nyeri viseral karena
regangan pada mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk kedalam kantong hernia.
Nyeri yang disertai mual atau muntah, aflatus dan tidak BAB baru timbul kalau terjadi
inkarserasi karena ileus atau strangulasi karena nekrosis atau gangren.

Karena pada dasarnya hernia merupakan isi rongga perut yang keluar melalui suatu
celah di dinding perut, keluhan berat yang timbul disebabkan karena terjepitnya isi perut
tersebut pada celah yang dilaluinya (yang dikenal sebagai strangulasi). Jika masih ringan,
penonjolan yang ada dapat hilang timbul. Benjolan yang ada tidak dirasakan nyeri atau hanya
sedikit nyeri dan timbul jika kita mengedan, batuk, atau mengangkat beban berat. Biasanya
tonjolan dapat hilang jika kita beristirahat.

Jika pada benjolan yang ada dirasakan nyeri hebat, maka perlu dipikirkan adanya
penjepitan isi perut. Biasanya jenis hernia inguinalis yang lateralis yang lebih memberikan
keluhan nyeri hebat dibandingkan jenis hernia inguinalis yang medialis. Terkadang, benjolan
yang ada masih dapat dimasukkan kembali kedalam rongga perut dengan tangan kita sendiri.
Namun, jika sudah terjadi penjepitan, benjolan tidak dapat dimasukkan kembali, dan nyeri
yang dirasakan sangatlah hebat. Nyeri dapat disertai mual dan muntah. Hal ini dapat terjadi
jika sudah terjadi kematian jaringan isi perut yang terjepit tadi. Hernia strangulata merupakan
suatu keadaan yang gawat dan membutuhkan pertolongan segera. (5)

Jenis Reponibel Nyeri Obstruksi Tampak Toksik


sakit
Reponibel/bebas + - - - -
Ireponibel - - - - -
Inkarserata - + + + -
Strangulasi - ++ + ++ ++
Tabel Gambaran Klinis Hernia

III. 8. PEMERIKSAAN KLINIS

PEMERIKSAAN FISIK

a. Inspeksi 15

 Hernia reponibel : terdapat benjolan dilipat paha yang muncul pada waktu berdiri,
batuk,bersin atau mengedan dan mneghilang setelah berbaring.

 Hernia inguinal

- Lateral : muncul benjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral ke


medial, tonjolan berbentuk lonjong.

- Medialis : tonjolan biasanya terjadi bilateral, berbentuk bulat.

 Hernia skrotalis : benjolan yang terlihat sampai skrotum yang merupakan tojolan
lanjutan dari hernia inguinalis lateralis.

 Hernia femoralis : benjolan dibawah ligamentum inguinal

 Hernia epigastrika : benjolan dilinea alba.

 Hernia umbilikal : benjolan diumbilikal.

 Hernia perineum : benjolan di perineum.


b. Palpasi 3, 4, 9

 Titik tengah antar SIAS dengan tuberkulum pubicum (AIL) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan. Jika terjadi penonjolan di sebelah medial maka dapat diasumsikan
bahwa itu hernia inguinalis medialis.

 Titik yang terletak di sebelah lateral tuberkulum pubikum (AIM) ditekan lalu pasien
disuruh mengejan jika terlihat benjolan di lateral titik yang kita tekan maka dapat
diasumsikan sebagai nernia inguinalis lateralis.

 Hernia inguinalis : Kantong hernia yang berisi mungkin teraba usus, omentum (seperti
karet), atau ovarium. Pasien mulai mengedan kalau hernia menyentuh ujung jari
berarti hernia inguinalis lateralis dan kalau samping jari yang menyentuh menandakan
hernia inguinalis medialis.

 Hernia femoralis : benjolan lunak di benjolan dibawah ligamentum inguinal

 Hernia inkarserata : nyeri tekan.

c. Perkusi9

Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan kemungkinan hernia
strangulate. Hipertimpani, terdengar pekak.

d. Auskultasi 9

Hiperperistaltis didapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang mengalami


obstruksi usus (hernia inkarserata).

Auskultasi pada hernia ditentukan oleh isi dari hernia, jika isi dari hernia adalah usus maka
akan terdengar peristaltik usus. Sedangkan jika isi hernia omentum tidak akan terdengar apa-
apa. (2, 6)

e. Colok Dubur

Tonjolan hernia yang nyeri merupakan Howship-romberg (hernia obturtoria)

f. Pemeriksaan Finger Test : 14

1. Menggunakan jari ke 2 atau jari ke 5.

2. Dimasukkan lewat skrortum melalui anulus eksternus ke kanal inguinal.


3. Penderita disuruh batuk:

 Bila impuls diujung jari berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

 Bila impuls disamping jari Hernia Inguinnalis Medialis.

Gambar III.18. Finger Test

Gambar III.19. Finger Test

g. Pemeriksaan Ziemen Test :14

1. Posisi berbaring, bila ada benjolan masukkan dulu (biasanya oleh penderita).

2. Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan.

3. Penderita disuruh batuk bila rangsangan pada :

 jari ke 2 : Hernia Inguinalis Lateralis.

 jari ke 3 : hernia Ingunalis Medialis.


 jari ke 4 : Hernia Femoralis.

Gambar III.20 Ziement Test

h. Pemeriksaan Thumb Test :14

 Anulus internus ditekan dengan ibu jari dan penderita disuruh mengejan

 Bila keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis medialis.

 Bila tidak keluar benjolan berarti Hernia Inguinalis Lateralis.

Gambar III.21. Thumb Test

i. Pada pemeriksaan transluminasi didapatkan hasil negatif karena hernia berisi usus,
omentum atau organ lainnya, bukan cairan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Laboratorium
-
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan terjadinya strangulasi.
-
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi yang menandakan adanya gangguan pasased usus.
-
Tes Urinalisis sebagai diagnosis banding untuk menyingkirkan adanya masalah dari
traktus genitourinarius yang menyebabkan nyeri lipat paha.8

b. Pemeriksaan Radiologis

Pemeriksaan radiologi umumnya tidak diindikasikan untuk menilai hernia inguinalis.


Namun, pemeriksaan ultrasonografi dapat membantu dalam penilaian pasien tertentu.
Ultrasonografi untuk membedakan antara hidrokel dan hernia inguinalis. Ultrasonografi
mampu menemukan kantung berisi cairan di dalam skrotum, yang akan adekuat dengan
diagnosis hidrokel. 18

Pemeriksaan ultrasonografi juga berguna untuk membedakan hernia incarserata dari


suatu nodus limfatikus patologis atau penyebab lain dari suatu massa yang teraba di
inguinal.13

CT scan dapat digunakan untuk mengevaluasi pelvis untuk mencari adanya hernia
obturator.12

III.9. DIAGNOSA

Diagnosa hernia dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan fisik, gejala klinis


maupun pemeriksaan khusus. Bila benjolan tidak tampak, pasien dapat disuruh mengejan
dengan menutup mulut dalam keadaan berdiri. Bila hernia maka akan tampak benjolan, atau
pasien diminta berbaring, bernafas dengan mulut untuk mengurangi tekanan abdominal.

Untuk menilai keadaan cincin hernia melalui skrotum jari telunjuk dimasukkan ke
atas lateral dari tuberkulum. Ikuti funikulus spermatikus sampai ke anulus inguinalis internus.
Pada keadaan normal jari tangan tidak dapat masuk. Pasien diminta mengejan dan merasakan
apakah ada masa yang menyentuh jari tangan. Bila masa tersebut menyentuh ujung jari maka
itu adalah hernia inguinalis lateralis/indirek. Sedangkan bila menyentuh sisi jari maka
diagnosisnya hernia inguinalis medialis.(17)
III.10. DIAGNOSIS BANDING
-
Hidrokel

Mempunyai batas atas tegas, iluminensi positif dan tidak dapat dimasukkan
kembali. Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel pemeriksaan
transluminasi/diapanoskopi akan memberi hasil positif.
-
Limpadenopali anguinal

Perhatikan apakah ada infeksi pada kaki sesisi.


-
Testis ektopik

Yaitu testis yang masih berada di kanalis inguinalis.


-
Lipoma/herniasi

Lemak praperitoneal melalui cincin inguinal.


-
Orkitis (1, 5, 17)

III.11. PENATALAKSANAAN

1. Konservatif

Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian


penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Pengurangan hernia secara non-operatif dapat segera dilakukan dengan berbaring, posisi
pinggang ditinggikan, lalu diberikan analgetik (penghilang rasa sakit) dan sedatif (penenang)
yang cukup untuk memberikan relaksasi otot. Perbaikan hernia terjadi jika benjolan
berkurang dan tidak terdapat tanda-tanda klinis strangulasi. Penggunaan bantalan penyangga
hanya bertujuan menahan hernia yang telah direposisi dan tidak pernah menyembuhkan
sehingga harus dipakai seumur hidup. Hal ini biasanya dpilih jika pasien menolak dilakukan
perbaikan secara operasi atau terdapat kontraindikasi terhadap operasi. Cara ini tidak
dianjurkan karena menimbulkan komplikasi, antara lain merusak kulit dan tonus otot dinding
perut di daerah yang tertekan sedangkan strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara
ini dapat menimbulkan atrofi (pengecilan) testis karena tekanan pada tali sperma yang
mengandung pembuluh darah testis. Reposisi tidak dilakukan pada hernia inguinalis
strangulata kecuali pada anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri
memegang isi hernia membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah
cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi reposisi. Reposisi spontan
lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang terjadi dibandingkan dengan
orang dewasa. Hal ini disebabkan oleh cincin hernia yang lebih elastis pada anak-anak. Jika
dalam 6 jam tidak ada perbaikan atau reposisi gagal segera operasi. (5,16)

GAMBAR III.22. Terapi Konservatif

2. Operatif

Merupakan pengobatan satu-satunya yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu
diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan hernioplasti.

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong


dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia
dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong.

Pada hernioplastik dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan


memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplastik lebih penting artinya dalam
mencegah terjadinya residif dibandingkan herniotomi. (5)

Hampir semua hernia harus diterapi dengan operasi. Hernia inguinalis pada umumnya
tidak sembuh spontan dan harus diperbaiki melalui pembedahan dikarenakan potensinya
untuk menjadi hernia inkarserata atau strangulasi yang dapat menyebabkan gangren alat-alat
pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko infeksi dan rekurensi yang
mengikuti tindakan operatif. Resiko dari komplikasi ini terbilang lebih berat dibandingkan
resiko yang minimal dari operasi hernia (khususnya bila menggunakan anastesi local). Secara
umum, konsultasi bedah harus dilakukan pada saat diagnosis, dan perbaikan secara elektif
segera setelah diagnosis ditegakkan.11,18
Terapi hernia yang irasional pada bayi maupun anak – anak adalah dilakukan operasi.
Tehnik ligasi tinggi pada kantung hernia, atau yang biasa disebut dengan herniotomi,
merupakan tehnik yang aman untuk diterapkan dalam penanganan operatif terhadap hernia
inguinal.Tehnik laparaskopi untuk penanganan hernia juga bisa diterapkan terutama pada
bayi atau anak perempuan, namun laparaskopi lebih efektif untuk menilai sisis yang
berlawanan atau bisa digunakan untuk evaluasi keberadaan hernia inguinalis yang berulang
pada pasien dengan riwayat perbaikan operasi.

Pada pasien bayi atau anak yang mengalami hernia inkarserata ataupun strangulata, harus
dilakukan perawatan di rumah sakit. Sebelum operasi, anak bisa langsung dipuasakan dan
diberi cairan intravena. Pemasangan NGT dan pemberian sedatif juga dapat dilakukan, anak
dalam posisi tredelenburg dan diberi kompres air es di atas benjolan, biasanya akan terjadi
reduksi spontan dalam 1 jam dan dapat dipersiapkan untuk operasi elektif setelah edema
turun, apabila reduksi tidak terjadi dalam 4-6 jam maka harus dilakukan operasi emergensi.12

Karena masalahnya pada kantong hernia, maka dilakukan pembebasan kantong hernia
sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada perlekatan lakukan
reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin lalu dipotong. Karena
herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua sisi dapat direparasi
sekaligus jika hernia terjadi bilateral. Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan
cara membuang kantung dan memperbaiki dinding abdomen.13

Tindakan herniotomi dengan menggunakan teknik Marcy dikenal sebagai ligasi sederhana
dengan kantung hernia yang diangkat tinggi melewati ingunal yang dikombinasi dengan
pengikatan cincin interna. Lebih sering digunakan pada anak-anak. 9,14

Teknik operasi

Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik herniorraphy dapat diklompokkan dalam 4


kategori utama :

Kelompok 1: Open Anterior Repair

Kelompok 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan
aponeurosis otot obliquus abdomins ekternus dan membebaskan funikulus spermatikus.
fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan
indirect. Kantung hernia biasanya diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini

Komponen utama dari teknik bassini adalah

· Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis ingunalis hingga ke


cincin ekternal

· Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect sekaligus
menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.

· Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia transversalis)

· Melakukan ligasi kantung hernia seproksimal mungkin

· Rekonstuksi didinding posterior dengan menjahit fascia tranfersalis, otot transversalis


abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral

GAMBAR III.23. Mcvay open anterior repair

Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekontruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan
memperbaiki dasar dari kanalis inguinalis, kelemahannyayaitu tegangan yang tejadi akibat
jahitan tersebut, selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi neckosis otot yang akan
menyebakan jahitan terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.

Kelompok 2: Open Posterior Repair

Posterior repair (iliopubic tract repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah
lapisan dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space.
Diseksi kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara
teknik ini dan teknik open anterior adakah rekontruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior
repair sering digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut
dari operasi sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau
anastesi umum.

Kelompok 3:Tension-FreeRepair WithMesh

Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow ) menggunakan


pendekatan awal yang sama degan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan
fascia untuk memperbaiki defek , tetapi menempatkan sebuah prostesis, mesh yang tidak
diserap. Mesh ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan
ditempatkan disekitar fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka
kekambuhan dilaporkan kurang dari 1 persen.

GAMBAR III. 24. Open mesh repair

Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan implant


prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman yang
luas dengan mesh hernia telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus
populer. Teknik ini dapat dilakukan dengan anastesi local, regional atau general.

Kelompok 4: Laparoscopic

Operasi hernia Laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga
menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkan potongan mesh yang besar diregion inguinal diatas peritoneum. Teknik ini
ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus
terhadap mesh.
Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorrhaphies dilakukan menggunakan
salah satu pendekatan trans abdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP) .
Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoscopic dalam cavum
abdomendan memperbaiki region inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan
dan kemudian ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TAPP adalah prosedur
laparoskopic langsung yang mengharuskan masuk ke cavumperitoneal untuk diseksi.
Konsekuensinya, usus atau pembuluh darah bias cidera selama operasi.

GAMBAR II.25. Laparoskopic mesh repair

III.12. Komplikasi

1. Sebelum Operasi
-
Hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi hernia dapat
tertahan dalam kantong hernia pada hernia ireponible, ini dapat terjadi kalau isi
hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal (hernia
geser) atau merupakan hernia akreta.
-
Dapat pula terjadi isi hernia tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi hernia
strangulata yang menimbulkan gejala obstruksi usus yang sederhana.
-
Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada hernia Richter. Bila cincin
hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada hernia femoralis dan
hernia obturatoria, lebih sering terjadi jepitan parsial. Jarang terjadi inkarserasi
retrograd, yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu
segmen lainnya berada dalam rongga peritoneum seperti huruf W.
-
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan perfusi jaringan isi hernia. Pada
permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjdi edema organ atau struktur di dalam
hernia dan transudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya edema menyebabkan
jepitan pada cincin hernia semakin bertambah sehingg akhirnya peredaran darah
jaringan terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia akan terisi
transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus, dapat terjadi
perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local, fistel, atau peritonitis jika
terjadi hubungan dengan rongga perut.

2. Selama operasi
-
Lesi pada funikulus spermatikus.
-
Lesi pada usus.
-
Lesi pada vesika urinaria.
-
Lesi pada vasa apigastrikus inferior.
-
Lesi pada vasa iliaka eksterna.

3. Pasca operasi
-
Segera : Hematoma, infeksi, dehisensi.
-
Lambat : Atrofi testis, hidrokel, funikulus spermatikus terjepit rekurensi. (1, 5)

III. 13. Prognosis

Penyembuhan dipercepat kalau pasien menghindari gerakan mengangkat barang-


barang berat ataupun ketegangan otot lainnya. Selainitu juga tergantung dari tehnik operasi
dan alat operasi yang digunakan. Pos operasi penderita istirahat selama 1 minggu kemudian
dapat melakukan aktivitas secara bertahap, dimana jahitan pada penggantungan kantong
hernia di conjoint tendon menggunakan benang side yang tidak diserap oleh tubuh sehingga
penggantung hernia akan tetap ada selamanya sedangkan pada kulit akan mengalami
penyembuhan selama 1 minggu.
Hernia inguinalis indirek timbul kembali pada 2-3 persen penderita. Hernia direk
timbul kembali sampai 10 persen penderita. Perbaikan hernia yang timbul kembali diikuti
oleh frekuensi pada 10 sampai 20 persen penderita.
DAFTAR PUSTAKA

1. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartz’s Principles of Surgery.


Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.

2. Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 22nd November 2011


Available at http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

3. Manthey, David. Hernias .2007. on 22nd November 2011 Available at


http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm

4. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.

5. Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2004; hal. 523-38

6. Inguinal hernia. Accesed on 22nd November 2011 Available at


http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms

7. Doherty GM. 2006. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current
Surgical Diagnosis and Treatment. Twelfth edition. New York. Mc Graw-Hill. 765-
777

8. Inguinal hernia. Accesed on 22nd November 2011 Available at


http://www.healthsystem.virginia.edu/toplevel/home/

9. R. Bendavid, J. Abrahamson, Mauruce E. A, dkk. Abominal Wall Hernias (Principles


and Management). Edisi I. Penerbit Sringer-Varlag. New York. 2001. (Ebook, di
akses 23 November 2011)

10. Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland.
WHO. 151-156.

11. H G, Burhitt & O.R.G. Quick. Essential Surgery . Edisi III. 2003. Hal 348-356

12. Hebra Andre, MD, Cuffari Carmen, MD, Hebra Andre, MD,Pediatric
Hernia.Avaiable from URL:http://emedicine.medscape.com/viewarticle/ 1448/v0001-
print.htm (last updated 23 November, 2010)

13. Sabiston, Devid C; Buku Ajar Bedah : Sabiston’s Essential Surgey, Alih Bahasa
Petrus Andrianto, Timah I. S; editor, Jonatan Oswan - Jakarta : EGC, 1995, hal 228 -
231.
14. Botsford-Dunphy, W.B Saunders Company Publisher, Pemeriksaan Fisik Bedah;
“Physycal Examination”, Alih Bahasa I Janvar Ahmad dkk, Yayasan Essentia Medica,
Jakarta, 1977, hal 73 - 77.

15. Panitia Pelantikan Dokter periode Desember, Penuntun Tindakan Medik Bagi Dokter
Umum, F.K UGM, Andi Offsed, Yogyakarta, hal 119 - 120.

16. Schrock, Theodore R, Ilmu Bedah; Handbook of Surgey, Penerjemah Med. Ajidharma
dkk, Ed. 7 Jakarta, EGC, 1991, hal 300 - 302.

17. FK UI, Kapita Selekta Kedokteran, edisi ke III, Jilid ke 2 editor Arif Mawyur, Media
Aesculapius, Jakarta 2000.

Anda mungkin juga menyukai