Anda di halaman 1dari 32

BAB 1

PROFIL PUSKESMAS PATI I

a. GAMBARAN UMUM UPT PUSKESMAS PATI I KABUPATEN PATI


1. Keadaan Geografi
Puskesmas Pati I terletak di Desa Plangitan Pati merupakan salah satu Puskesmas di 21
Kecamatan di Kabupaten Pati dengan batas batas sbb :
Sebelah Utara : Kecamatan Wedarijaksa
Sebelah Timur : Kecamatan Juwana
Sebelah Selatan : Kecamatan Gabus
Sebelah Barat : Kecamatan Margorejo
Struktur tanah di Kecamatan Pati adalah Red Yellow Mediteran Latosol, Aluvial dan
Hidromer. Puskesmas Pati I terletak di Desa Plangitan Kecamatan Pati dengan luas
wilayah 1.395,473 Ha meliputi 12 desa dan 5 kelurahan yaitu desa : Plangitan, Puri,
Winong, Ngarus, Sidoharjo, Dengkek, Geritan, Mustokoharjo, Blaru, Panjunan,
Gajahmati, Semampir, kelurahan : Parenggan, Pati Lor, Pati Wetan, Pati Kidul dan
Kalidoro. Wilayah kerja Puskesmas Pati I mempunyai batas wilayah kerja sebagai
berikut :
Sebelah Utara : Wilayah kerja Puskesmas Tlogowungu
Sebelah Timur : Wilayah kerja Puskesmas Pati II
Sebelah Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Gabus I
Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Margorejo
2. PETA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PATI I I

Puskesmas Pati I mempunyai 17 desa binaan dengan jumlah penduduk 60.192 jiwa.
Sesuai data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tahun 2016 terdiri dari 71 RW dan 321
RT 82 dusun dengan jumlah sarana kesehatan yang ada di desa 2 Pustu, 5 PKD, 11
polindes didukung dengan 69 posyandu serta 345 Kader kesehatan Posyandu, 13 BPS, 42
Praktek Dokter Swasta , 4 klinik pratama dan 18 Apotik.
Tinggi Pusat Pemerintahan Wilayah 100 M Suhu maksimun 31 C Suhu
minimun 24 C Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan desa yang terjauh
3,5 KM Jarak tempuh 20 menit dengan pusat Kota Kabupaten 2 Km jarak tempuh 5
Menit, jarak dengan kota propinsi 81 KM jarak tempuh 2,5 jam.
TABEL1 : Data Geografis Wilayah Puskesmas Pati I
NO NAMA DESA JARAK
1 WINONG 1,5 km

2 BLARU 2 km

3 NGARUS 1 km

4 PLANGITAN 0,5 km

5 KALIDORO 2 km

6 PARENGGAN 2 km

7 PATI LOR 2 km

8 PATI KIDUL 1,5 km

9 PATI WETAN 2 km

10 GERITAN 3,5 km

11 PURI 1 km

12 SIDOHARJO 3 km

13 DENGKEK 3 km

14 PANJUNAN 2 km

15 SEMAMPIR 2,5 km

16 GAJAHMATI 2,5 km

17 MUSTOKOHARJO 3 km
Tabel 2 : Data Sarana Transportasi Desa Tahun 2017
TRANSPORTASI
No. DESA NON
BERMOTOR
MOTOR
1. WINONG Roda 4,Roda 2 becak
2. BLARU Roda 4,Roda 2 becak

3. NGARUS Roda 4,Roda 2 becak

4. PLANGITAN Roda 4,Roda 2 becak

5. KALIDORO Roda 4,Roda 2 becak

6. PARENGGAN Roda 4,Roda 2 becak

7 PATI LOR Roda 4,Roda 2 becak

8 PATI KIDUL Roda 4,Roda 2 becak

9 PATI WETAN Roda 4,Roda 2 becak

10 GERITAN Roda 4,Roda 2 becak

11 PURI Roda 4,Roda 2 becak

12 SIDOHARJO Roda 4,Roda 2 becak

13 DENGKEK Roda 4, Roda 2 becak


14 PANJUNAN Roda 4, Roda 2 becak
15 SEMAMPIR Roda 4, Roda 2 becak
16 GAJAHMATI Roda 4, Roda 2 becak
17 MUSTOKOHARJO Roda 4, Roda 2 becak

3. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pati I berdasarkan data demografi
tahun 2017 sebanyak 60.192 jiwa, terdiri dari 24.801 jiwa laki-laki dan 25.933 jiwa
perempuan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 : Data Kependudukan Puskesmas Pati I
Tahun 2017

NO. NAMA DESA LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

1 WINONG 3730 4137 7867

2 BLARU 1436 1835 3271

3 NGARUS 798 1034 1832

4 PLANGITAN 1590 1961 3551

5 KALIDORO 895 1176 2071

6 PARENGGAN 989 1216 2205

7 PATI LOR 3215 3913 7128

8 PATI KIDUL 3646 3715 7361

9 PATI WETAN 1378 1590 2968

10 GERITAN 820 856 1676

11 PURI 2477 2989 6486

12 SIDOHARJO 1263 1475 2738

13 DENGKEK 1059 1312 2371

14 PANJUNAN 1689 1939 3628

15 SEMAMPIR 638 856 1494

16 GAJAHMATI 998 1080 2078

17 MUSTOKOHARJO 678 789 1467

JUMLAH 27299 32893 60192

Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk pada tahun 2016 ini lebih banyak
perempuan yaitu 54.65 % dibandingkan penduduk pria yaitu sebanyak 45.35%

4. KETENAGAAN PUSKESMAS
Pada tahun 2017, jumlah tenaga di Puskesmas Pati I tercatat sebanyak : 76 orang,
yang terdiri dari :
Dengan distribusi tenaga sebagai berikut :
No. Jenis Ketenagaan Yang ada Kekurangan Status Kepegawaian Keterangan
sekarang PNS PTT HARLEP WB
I Puskesmas Induk
1 mrangkap
ka.puskesma
1 Dokter 3 1 3 s

2 Dokter Gigi 1 1
3 Sarjana / D3
a. SKM Epidemiolog 1 2 1
b. SKM Kesling 2 1 1
c. SKM Administrator
kesehatan 1 1
d. SKM Promkes 0 1 1
e. S1 Keperawatan 4 3 1
f. D 3 Keperawatan 6 6 1
g. D4 kebidanan 3 2 1
h. D3 kebidanan 8 2 5 2
i. D3 Perawat Gigi 1 1
j. S 1 Gizi 1 1
k. Administrasi 11 8 6 2
l. Sopir 0 1
m. SPK 1 1
4 SPRG 1 1
5 Asisten apoteker(SMF) 1 1 1
Tenaga Laboratorium
6 (SMA) 1 1
7 D3 analis kesehatan 1 1
8 Rekam medis 1 1
9 SD (Kebersihan) 1 1

II Puskesmas Pembantu
1 S1 Keperawatan 1 1
2 D 3 Keperawatan 4 2 2

III Polindes
1 D3 kebidanan 11 1 2 9
IV Poskesdes
1 D4 kebidanan 1 1
2 D3 kebidanan 4 4
JUMLAH 76 9 39 14 7 11

Tabel 4 : Data Kepegawaian Puskesmas Pati I tahun 2017

Adapun dilihat dari segi jenjang pendidikan adalah sebagai berikut :


Tabel 2 : Data Ketenagaan menurut Tingkat Pendidikan Puskesmas Pati I Tahun
2017
No Strata Pendidikan Banyaknya
1 S2 2
2 S1/ D IV 14
3 D III 47
4 SMF/SPK/SLTA 10
5 SLTP 2
6 SD 1
Jumlah 76

Tabel 5 : Data Kepegawaian Puskesmas Pati I menurut pendidikan tahun 2017

5. SARANA DAN PRASARANA PUSKESMAS


A. GEDUNG
Sarana gedung yang dimilikioleh Puskesmas Pati I memiliki 2 gedung adalah :
1. Gedung Pertama
 Ruang Pendaftaran
 Ruang Obat
 Gudang Obat
 Ruang Pemeriksaan Umum
 Ruang Pemeriksaan gigi dan mulut
 Ruang bermain anak
 Ruang Promkes Ruang Pengendalian Penyakit Menular
dan kesling
 Aula (lantai 2)
 Ruang Ka.Pusk (lantai 2)
 Ruang Ka.TU(lantai 2)
 Ruang Akreditasi (lantai 2)
 Ruang Tata Usaha/Administrasi (lantai 2)
 Mushola (lantai 2)
 Gudang (lantai 2)
2. Gedung ke Dua
 Ruang Gizi ,SP3,Imunisasi
 Ruang Persalinan
 Ruang Nifas
 Ruang Laboratorium
 Ruang laktasi

B. PUSKESMAS PEMBANTU
Puskesmas Pembantu : 2 unit, yaitu : Pustu Randu Kuning, Pustu Geritan.

C. PKD DAN POLINDES


 Puskesmas Pati I memiliki 11 Polindes dan 5 PKD
Dengan didukung 2 PUSTU,11 POLINDES dan 5 PKD dan 49 posyandu serta
225 kader kesehatan sehingga diharapkan mampu menjangkau dan meningkatkan
mutu pelayanan serta derajad kesehatan masyarakat di Kecamatan Pati Sebagai
pemberi pelayanan kesehatan dasar milik pemerintah di Kecamatan Pati, Puskesmas
Pati I dituntut untuk melaksanakan fungsinya sesuai dengan Keputusan Menteri
Kesehatan nomor 128 tahun 2004 sebagai pusat penggerak pembangunan
berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat,dan pusat pelayanan
kesehatan strata pertama..

D. SARANA TRANSPORTASI
 Kendaraan Roda 4 : 2 unit.
 Kendaraan Roda 2 : 2 unit.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
ASI EKSKLUSIF

A. Definisi ASI (Air Susu Ibu)


ASI (Air Susu Ibu)merupakan suatu jenis makanan yang mencukupi seluruh
unsur kebutuhan bayu baik fisik, psikologis, sosial, maupun spiritual.
ASI adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang sekresi oleh kelenjar payudara ibu, yang berguna sebagai makanan utama
bagi bayinya.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan terbaik pada bayi dan dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama. ASI merupakan makanan
alamiah yang pertama dan utama bagi bayi sehingga dapat mencapai tumbuh kembang
yang optimal (Nurazizah, 2012).

B. Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang matur, karena colostrum
lebih banyak mengandung imunoglobin A (IgA), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang
sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap serangan penyakit (Infeksi), lebih
sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih
banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).
Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National Research Council
Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi
untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel 1.
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 1.
Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI.
Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang
larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam
lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih
sedikit total protein, namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan
membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi.
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang
lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab
ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak
sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase laktasi air susu yang pertama
kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang
encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu
berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih
banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi,
sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.

Tabel 1 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk Setiap 100 ml
Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi
Energi (K Cal) 58 70 65
Protein (g) 2,3 0,9 3,4
- Kasein/whey 140 1 : 1,5 1 : 1,2
- Kasein (mg) 218 187 -
- Laktamil bumil (mg) 330 161 -
- Laktoferin (mg) 364 167 -
- Ig A (mg) 5,3 142 -
Laktosa (g) 2,9 7,3 4,8
Lemak (g) 151 4,2 3,9
Vitamin
- Vit A (mg) 1,9 75 41
- Vit B1 (mg) 30 14 43
- Vit B2 (mg) 75 40 145
- Asam Nikotinmik (mg) - 160 82
- Vit B6 (mg) 183 12-15 64
- Asam pantotenik 0,06 246 340
- Biotin 0,05 0,6 2,8
- Asam folat 0,05 0,1 ,13
- Vit B12 5,9 0,1 0,6
- Vit C - 5 1,1
- Vit D (mg) 1,5 0,04 0,02
- Vit Z - 0,25 0,07
- Vit K (mg) 39 1,5 6
Mineral 130
- Kalsium (mg) 85 35 108
- Klorin (mg) 40 40 14
- Tembaga (mg) 70 40 70
- Zat besi (ferrum) (mg) 4 100 12
- Magnesium (mg) 14 4 120
- Fosfor (mg) 74 15 145
- Potassium (mg) 48 57 58
- Sodium (mg) 22 15 30
- Sulfur (mg) 14

Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air
susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak
dibandingkan dengan susu sapi.
Di samping fungsinya sebagai sumber energi, juga di dalam usus sebagian laktosa
akan diubah menjadi asam laktat. Di dalam usus asam laktat tersebut membantu
mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan
kalsium serta mineral-mineral lain.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah
diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama
kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan
bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.
Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi
pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang
terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini
merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak (Emilia, 2009).

C. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitari Anterior untuk
memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran ASI.
Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Reflex, dimana hisapan
puting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk menghasilkan hormon
oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar
membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air
susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang
tersusun seperti pohon tumbuh di dalam puting dengan cabang yang menjadi ranting
semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar
menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat digambarkan sebagai
setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap
selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli
berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang
mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam
areola dan membentuk sinus lactiferous. Pusat dari areola (bagan yang berpigmen)
adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam)
mulut bayi.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli
dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.
 Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.
 Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
 Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan ASI Matur.
 Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekonium usus bayi
yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima
makanan selanjutnya.
 Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Matur, tetapi berlainan
dengan ASI Matur dimana protein yang utama adalah casein sedangkan pada
kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan
daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
 Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Matur yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
 Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI
Matur.
 Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Maturyaitu 58 kalori/100 ml
kolostrum.
 Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih
tinggi atau lebih rendah.
 Bila dipanaskan menggumpal, ASI Matur tidak.
 PH lebih alkalis dibandingkan ASI Matur.
 Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lecitin di bandingkan ASI
Matur.
 Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi.
 Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.

B. Air Susu Masa Peralihan (Masa Transisi)


 Merupakan ASI peralihan dari colostrum menjadi ASI Matur.
 Disekresi dari hari ke 4 – hari ke 10 dari masa laktasi, tetapi ada pula yang
berpendapat bahwa ASI Matur baru akan terjadi pada minggu ke 3 – ke 5.
 Kadar protein semakin rendah, sedangkan kadar lemak dan karbohidrat
semakin tinggi.
 Volume semakin meningkat.

C. Air Susu Matur


 ASI yang disekresi pada hari ke 10 dan seterusnya, yang dikatakan
komposisinya relatif konstan, tetapi ada juga yang mengatakan bahwa minggu
ke 3 sampai ke 5 ASI komposisinya baru konstan.
 Merupakan makanan yang dianggap aman bagi bayi, bahkan ada yang
mengatakan pada ibu yangs sehat ASI merupakan makanan satu-satunya yang
diberikan selama 6 bulan pertama bagi bayi.
 ASI merupakan makanan yang mudah didapat, selalu tersedia, siap diberikan
pada bayi tanpa persiapan yang khusus dengan temperatur yang sesuai untuk
bayi.
 Merupakan cairan putih kekuning-kuningan, karena mengandung casienat,
riboflavum dan karoten.
 Tidak menggumpal bila dipanaskan.
 Volume: 300 – 850 ml/24 jam
 Terdapat anti microbaterial faktor, yaitu:
Antibodi terhadap bakteri dan virus.
Cell (phagocyle, granulocyle, macrophag, lymhocycle type T)
Enzim (lysozime, lactoperoxidese)
Protein (lactoferrin, B12 Ginding Protein)
Faktor resisten terhadap staphylococcus.
Complement ( C3 dan C4)
(Emilia, 2009)

D. Volume Produksi ASI


Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai
menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan
dapat menghasilkan 50-100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga
mencapai sekitar 400-450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.Jumlah
tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4–6 bulan pertama. Karena itu
selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizinya. Setelah 6 bulan
volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu kebutuhan gizi tidak
lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan tambahan.
Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat
diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/penghisapan oleh bayi biasanya
berlangsung selama 15-25 menit.
Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan mengkonsumsi sekitar
700-800 ml ASI setiap hari.Akan tetapi penelitian yang dilakukan pada beberapa
kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana seseorang bayi dapat
mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak tersebut tumbuh
dengan kecepatan yang sama.
Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh
sangat bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang
diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang
ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil
ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari
sekitar 500-700 ml selama 6 bulan pertama, 400-600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300-
500 ml dalamtahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada
masa kehamilan dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk
menyimpan cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah
satu komponen ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-
kadang terjadi bahwa peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu
dapat meningkatkan produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi
seringkali menurun jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi
yang masih sangat muda. Di daerah-daerah dimana ibu-ibu sangat kekurangan gizi
seringkali ditemukan “marasmus” pada bayi-bayi berumur sampai enam bulan yang
hanya diberi ASI (Emilia, 2009).

E. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi ASI


Adapun hal-hal yang mempengaruhi produksi ASI antara lain adalah:
a. Makanan Ibu
Makanan yang dimakan seorang ibu yang sedang dalam masa menyusui tidak
secara langsung mempengaruhi mutu ataupun jumlah air susu yang dihasilkan.
Dalam tubuh terdapat cadangan berbagai zat gizi yang dapat digunakan bila
sewaktu-waktu diperlukan. Akan tetapi, jika makanan ibu terus menerus tidak
mengandung cukup zat gizi yang diperlukan tentu pada akhirnya kelenjar-kelenjar
pembuat air susu dalam buah dada ibu tidak akan dapat bekerja dengan sempurna,
dan akhirnya akan berpengaruh terhadap produksi ASI.
Unsur gizi dalam 1 liter ASI setara dengan unsur gizi yang terdapat dalam 2
piring nasi ditambah 1 butir telur. Jadi diperlukan kalori yang setara dengan jumlah
kalori yang diberikan 1 piring nasi untuk membuat 1 liter ASI. Agar Ibu
menghasilkan 1 liter ASI diperlukan makanan tamabahan disamping untuk
keperluan dirinya sendiri, yaitu setara dengan 3 piring nasi dan 1 butir telur.
Apabila ibu yang sedang menyusui bayinya tidak mendapat tambahan
makanan, maka akan terjadi kemunduran dalam pembuatan ASI. Terlebih jika pada
masa kehamilan ibu juga mengalami kekurangan gizi. Karena itu tambahan makanan
bagi seorang ibu yang sedang menyusui anaknya mutlak diperlukan. Dan walaupun
tidak jelas pengaruh jumlah air minum dalam jumlah yang cukup. Dianjurkan
disamping bahan makanan sumber protein seperti ikan, telur dan kacang-kacangan,
bahan makanan sumber vitamin juga diperlukan untuk menjamin kadar berbagai
vitamin dalam ASI.

b. Ketentraman Jiwa dan Pikiran


Pembuahan air susu ibu sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan. Ibu yang
selalu dalam keadaan gelisah, kurang percaya diri, rasa tertekan dan berbagai bentuk
ketegangan emosional, mungkin akan gagal dalam menyusui bayinya.
Pada ibu ada 2 macam, reflek yang menentukan keberhasilan dalam menyusui
bayinya, reflek tersebut adalah:
 Reflek Prolaktin
Reflek ini secara hormonal untuk memproduksi ASI. Waktu bayi menghisap
payudara ibu, terjadi rangsangan neurohormonal pada puting susu dan aerola
ibu. Rangsangan ini diteruskan ke hypophyse melalui nervus vagus, terus ke
lobus anterior. Dari lobus ini akan mengeluarkan hormon prolaktin, masuk ke
peredaran darah dan sampai pada kelenjar–kelenjar pembuat ASI. Kelenjar ini
akan terangsang untuk menghasilkan ASI.
 Let-down Reflex (Refleks Milk Ejection)
Refleks ini membuantu melancarkan keluarnya ASI. Bila bayi didekatkan
pada payudara ibu, maka bayi akan memutar kepalanya kearah payudara ibu.
Refleks memutarnya kepala bayi ke payudara ibu disebut: ”rooting reflex”
(refleks menoleh). Bayi secara otomatis menghisap puting susu ibu dengan
bantuan lidahnya. Let-down reflex mudah sekali terganggu, misalnya pada ibu
yang mengalami goncangan emosi, tekanan jiwa, dan gangguan pikiran.
Gangguan terhadap let down reflex mengakibatkan ASI tidak keluar. Bayi
tidak cukup mendapat ASI dan akan menangis. Tangisan bayi ini justru
membuat ibu lebih gelisah dan semakin mengganggu let down reflex.
c. Pengaruh persalinan dan klinik bersalin
Banyak ahli mengemukakan adanya pengaruh yang kurang baik terhadap
kebiasaan memberikan ASI pada ibu-ibu yang melahirkan di rumah sakit atau klinik
bersalin lebih menitikberatkan upaya agar persalinan dapat berlangsung dengan baik,
ibu dan anak berada dalam keadaan selamat dan sehat. Masalah pemberian ASI
kurang mendapat perhatian. Sering makanan pertama yang diberikan justru susu
buatan atau susu sapi. Hal ini memberikan kesan yang tidak mendidik pada ibu, dan
ibu selalu beranggapan bahwa susu sapi lebih dari ASI. Pengaruh itu akan semakin
buruk apabila disekitar kamar bersalin dipasang gambar-gambar atau poster yang
memuji penggunaan susu buatan.
d. Penggunaan alat kontrasepsi yang mengandung estrogen dan progesteron.
Bagi ibu yang dalam masa menyusui tidak dianjurkan menggunakan
kontrasepsi pil yang mengandung hormon estrogen, karena hal ini dapat mengurangi
jumlah produksi ASI bahkan dapat menghentikan produksi ASI secara keseluruhan.
Oleh karena itu, alat kontrasepsi yang paling tepat digunakan adalah alat kontrasepsi
dalam rahim (AKDR), yaitu IUD atau spiral. Karena AKDR dapat merangsang
uterus ibu sehingga secara tidak langsung dapat meningkatkan kadar hormon
oksitosin, yaitu hormon yang dapat merangsang produksi ASI.
e. Perawatan Payudara
Perawatan fisik payudara menjelang masa laktasi perlu dilakukan, yaitu
dengan mengurut payudara selama 6 minggu terakhir masa kehamilan. Pengurutan
tersebut diharapkan apablia terdapat penyumbatan pada duktus laktiferus dapat
dihindarkan sehingga pada waktunya ASI akan keluar dengan lancar (Emilia, 2009;
Nurazizah, 2012).

F. Manfaat Pemberian ASI


ASI sebagai makanan bayi mempunyai manfaat sebagai berikut:
a. ASI merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis, ekonomis, mudah
dicerna dan memiliki komposisi zat gizi yang ideal sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan pencernaan bayi.
b. ASI mengandung laktosa yang lebih tinggi dibandingkan dengan susu buatan. Di
dalam usus laktosa akan difermentasi menjadi asam laktat yang bermanfaat untuk:
 Menghambat pertumbuhan bakteri yang bersifat patogen.
 Merangsang pertumbuhan mikroorganisme yang dapat menghasilkan asam
organik dan mensintesa beberapa jenis vitamin.
 Memudahkan terjadinya pengendapan calsium-cassienat.
 Memudahkan penyerahan berbagai jenis mineral, seperti calsium, magnesium.
c. ASI mengandung zat pelindung (antibodi) yang dapat melindungi bayi selama 5-6
bulan pertama, seperti: Immunoglobin, Lysozyme, Complemen C3 dan C4,
Antistapiloccocus, lactobacillus, Bifidus, Lactoferrin.
d. ASI tidak mengandung beta-lactoglobulin yang dapat menyebabkan alergi pada bayi.
e. Proses pemberian ASI dapat menjalin hubungan psikologis antara ibu dan bayi.
Selain memberikan manfaat bagi bayi, menyusui dengan bayi juga dapat
memberikan keuntungan bagi ibu, yaitu:
a. Suatu rasa kebanggaan dari ibu, bahwa ia dapat memberikan “kehidupan” kepada
bayinya.
b. Hubungan yang lebih erat karena secara alamiah terjadi kontak kulit yang erat, bagi
perkembangan psikis dan emosional antara ibu dan anak.
c. Dengan menyusui, bagi rahim ibu akan berkontraksi yang dapat menyebabkan
pengembalian keukuran sebelum hamil.
d. Mempercepat berhentinya pendarahan post partum.
e. Dengan menyusui maka kesuburan ibu menjadi berkurang untuk beberapa bulan
sehingga dapat menjarangkan kehamilan.
f. Mengurangi kemungkinan kanker payudara pada masa yang akan datang.
g. Menambah panjang kembalinya kesuburan pasca melahirkan.
h. Memberi jarak antar anak yang lebih panjang alias menunda kehamilan berikutnya.
i. Karena kembalinya menstruasi tertunda, ibu menyusui tidak membutuhkan zat
besisebanyak ketika mengalami menstruasi.
j. Ibu lebih cepat langsing. Penelitian membuktikan bahwa ibu menyusui enam bulan
lebih langsing setengah kilogram dibanding ibu yang menyusui empat bulan.
Selain itu, pemberian ASI juga bermanfaat bagi keluarga, yaitu :
a. Tidak perlu uang untuk membeli susu formula, botol susu kayu bakar atau minyak
untuk merebus air, susu atau peralatan.
b. Bayi sehat berarti keluarga mengeluarkan biaya lebih sedikit (hemat) dalam
perawatan kesehatan dan berkurangnya kekhawatiran bayi akan sakit.
c. Penjarangan kelahiran karena efek kontrasepsi MAL dari ASI eksklusif.
d. Menghemat waktu keluarga bila bayi lebih sehat.
e. Memberikan ASI pada bayi (meneteki) berarti hemat tenaga bagi keluarga sebab ASI
selalu siap tersedia.
f. Lebih praktis saat akan bepergian, tidak perlu membawa botol, susu, air panas, dll.
(Emilia, 2009).

G. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya yang dilakukan adalah sebagai berikutpada masa kehamilan
(antenatal):
 Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan
ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, di samping bahaya
pemberian susu botol.
 Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah
ada kelainan atau tidak. Di samping itu, perlu dipantau kenaikan berat badan
ibu hamil.
 Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
 Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester kedua
sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui
yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada
payudara ibu.
b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar
menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu dua
minggu setelah melahirkan.
Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
a. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
b. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari
biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
c. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
e. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
f. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari
ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
g. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASI
yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnya
bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat
diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai
dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi.
ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6 bulan. Hal
ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru
pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6
bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 6 bulan pertama.
Adapun makanan bayi umur 0-6 bulan adalah sebagai berikut:
 Susui bayi segera dalam 30 menit setelah lahir (Inisiasi Menyusu Dini)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini, ASI
saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik
untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan
terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
 Berikan Kolostrum
 Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap kali sampai
payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai kosong merangsang produksi
ASI yang cukup.
o Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal.
o Berikan ASI 8-12 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.
(Emilia, 2009)

H. Faktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Menyusui


Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui antara lain posisi badan
ibu dan bayi, perlekatan mulut bayi pada payudara dan kasih. Salah satu faktor yang
mempengaruhi keberhasilan dalam menyusui adalah cara menyusui yang benar.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam proses menyusui yang baik dan benar
sebagai berikut.
1. Posisi badan ibu dan badan bayi
 Ibu harus duduk atau berbaring dengan posisi santai.
 Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
 Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.
 Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara ibu.
 Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
 Dengan posisi seperti ini maka telinga bayi akan beradadalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi.
 Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekanpantat bayi
dengan lengan ibu bagian dalam.

Gambar 1. Posisi Menyusui yang Benar

2. Perlekatan Mulut bayi dan payudara


 Payudara dipegang dengan ibu jari diatas jari yang lain menopang dibawah
(bentuk C) atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari
tengah (bentuk gunting), dibelakang areola.
 Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflex) dengan cara :
- Menyentuh pipi dengan puting susu
- Menyentuh sisi mulut puting susu
 Tunggu sampai bayi bereaksi dengan membuka mulutnya lebar dan lidah
kebawah.
 Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan cara menekan bahu
betakang bayi bukan bagian belakang kepala.
 Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan dengan
hidung bayi.
 Kemudian masukkan puting susu ibu menelusuri langit-langit mulut bayi.
 Usahakan sebagian besar areola masuk kemulut bayi, sehingga puting susu
berada diantara pertemuan langit-langit yang keras (palatum durum) dan
langit-langit yang lunak (palatum molle.)
 Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan memerah
sehingga ASI akan keluar dari sinus lactiferous yang terletak dibawah areola.
 Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik, payudara tidak
perlu dipegang atau disangga lagi.
 Beberapa ibu sering meletakkan jarinya pada payudara dengan hidung bayi
dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal ini tidak perlu karena
hidung bayi telah dijauhkan dari payudara dengan cara menekan pantat
bayidengan lengan ibu.
 Dianjurkan tangan ibu yang bebas digunakan untukmengelus-elus bayi.

Gambar 2. Posisi Perlekatan yang Baik dan Kurang Baik

3. Kasih
Ibu memeluk dan memandang bayi saat menyusui.
(Nurazizah, 2012)
I. Cara Pengeluaran ASI
Ada 2 cara untuk mengeluarkan ASI yang ada di dalam kelenjar payudara, yaitu:
1) Memerah dengan menggunakan Tangan
a) Massage
Pijatlah sel-sel produksi ASI dan saluran ASI mulai dari bagian atas payudara
dengan gerakan memutar dan pijatan payudara dengan dengan menekan ke arah
dada.
b) Stroke
Tekanlah daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar putting dan tekan
dengan lembut, dengan jari seperti menggelitik.
c) Shake
Gunjang payudara dengan arah memutar, gerakan seperti ini dapat membantu
pengeluaran ASI.
2) Memerah dengan menggunakan pompa
Pemerahan ASI denga pompa lebih mudah dan cepat dilakukan. Kendurkan otot dan
saluran ASI dalam payudara dengan menaruh handuk hangat di atas payudara ibu
atau diurut sebelumnya dan pastikan pompa telah steril sebelum dipakai. Lamanya
pemerahan ASI dengan pompa bisa sampai 15-45 menit dan tidak bisa menimbulkan
rasa sakit tergantung jenis pompa yang digunakan.
(Emilia, 2009)

J. Cara Menyimpan Perahan ASI


Penyimpanan ASI diperlukan dalam berbagai alasan antara lain pada ibu yang
bekerja yang tidak memungkinkan membawa anaknya ke tempat bekerja, bayi yang tidak
bisa mampu menghisap puting, ibu sakit dan tidak bisa memberi ASI secara mandiri.
ASI dapat disimpan di tempat seperti kantung plastic polietilen, wadah plastic
untuk makanan atau yang bisa dimasukkan ke microwave, gelas, atau cangkir keramik.
Beri tanggal dan jam setelah ASI diperah pada masing-masing wadah.
Lama penyimpanan ASI tergantung pada tempat penyimpanan sebagai berikut.
a. Jika ASI disimpan di dalam ruangan tidak ber-AC/suhu ruangan, lama penyimpanan
tidak lebih dari 4 jam. Jika di dalam ruangan ber-AC bisa disimpan sampai 6 jam.
Suhu ruangan ber-AC harus stabil (tidak dimatikan selama botol ASI ada di
dalamanya).
b. jika ASI disimpan di dalam lemari es 2 pintu, dimana ASI diletakkan terpisah dari
bahan makanan lain yang ada di dalam lemari es, maka ASI bisa bertahan sampai 8
hari. Jika lemari es tidak memiliki ruangan terpisah, maka ASI jangan disimpan lebih
dari 72 jam.
c. jika ASI disimpan di dalam lemari es dengan suhu 4oc, dapat disimpan selama 72 jam
jika disimpan pada freezerdengan suhu -20oc, maka ASI dapat disimpan selama3-6
bulan.
(Nurazizah, 2012)

K. Definisi ASI Eksklusif


ASI eksklusif adalahpemberian ASI tanpa makanan dan minuman tambahan lain
pada bayi berusia 0 – 6 bulan. Makanan lain termasuk pisang, pepaya, bubur susu,
biskuit, bubur nasi, tim. Minuman lain termasuk susu formula, madu, air putih, air jeruk
kecuali obat.
ASI eksklusif diberikan kepada bayi sesering mungkin minimal 8 kali dalam 24
jam. Apabila bayi telah tertidur selama 2-3 jam, maka ibu harus membangunkan bayi
untuk disusui (Emilia, 2009).

L. Keuntungan ASI Eksklusif


Berikut ini adalah beberapa keuntungan pemberian ASI secara eksklusif yaitu (Emilia,
2009):
1) ASI eksklusif meningkatkan kecerdasan
Faktor yang meningkatkan kecerdasan anak antara lain genetik dan
lingkungan. Faktor genetik atau keturunan ini diturunkan oleh orang tua dan tidak
dapat di manipulasi maupun rekayasa. Faktor lingkungan merupakan faktor yang
menentukan apakah faktorgenetik tercapai secara optimal. Faktor ini mempunyai
banyak aspek dan dapat di manipulasi maupun rekayasa.
Secara garis besar ada 3 jenis kebutuhan dalam faktor lingkungan, antara lain:
 Kebutuhan untuk pertumbuhan fisik otak (ASUH),
 Kebutuhan untuk perkembangan emosional dan spiritual (ASIH),
 Kebutuhan untuk perkembangan intelektual dan sosialisasi (ASAH).
2) ASI eksklusif dapat meningkatkan jalinan kasih saying
Bayi yang sering berada dalam dekapan ibu akan merasa aman dan nyaman
dikarenakan bayi akan mendengar detak jantung sang ibu yang telah dikenalnya
selama di dalam kandungan.

M. Faktor yang Mempengaruhi Pelaksanaan ASI Eksklusif


Faktor-faktor yang mempengaruhi pelaksanaan ASI eksklusif antara lain (Emilia, 2009):
a) Persiapan psikologis Ibu
Persiapan psikologis ibu sangat penting dalam hal menyusui karena keputusan dan
sikap ibu yang positif tentang menyusui harus sudah tertanam pada saat kehamilan.
b) Upaya meningkatkan produksi ASI
c) Dianjurkan untuk meningkatkan asupan gizi dan kesehatan ibu selama hamil.
Setelah melahirkan ibu segera melakukan inisiasi menyusu dini yang dilakukan
dalam 30 menit-1 jam pertama setelah bayi lahir.
d) Perawatan puting payudara
Keberhasilan menyusui diperlukan perawatan puting susu dan payudara sejak awal
secara teratur. Perawatan ini bertujuan agar produksi ASI cukup selama menyusui
dan tidak terjadi masalah pada putting dan payudara.

BAB III
PELAKSANAAN PENYULUHAN

A. Tujuan Penyuluhan
Tujuan umum :
Pelaksana kegiatan memiliki harapan agar para ibu yang mengikuti penyuluhan
ini dapat memiliki sikap positif mengenai pemberian ASI sehingga ibu dapat percaya diri
dalam pemberian ASI eksklusif.
Tujuan khusus :
1. Kepada ibu hamil agar ibu hamil mampu mempersiapkan kelahirannya dengan baik
serta ibu dapat melakukan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya sampai berusia 6
bulan.
2. Kepada ibu yang nantinya akan memiliki bayi agar ibu bisa mempraktekkan faktor-
faktor penentu keberhasilan menyusui.
3. Pada ibu-ibu bekerja yaitu agar ibu bisa menjaga kualitas ASI yang disimpan
sehingga kebutuhan ASI bayi tetap terpenuhi.

B. Materi Penyuluhan
Motivator ASI Eksklusif pada Ibu hamil sebagai upaya peningkatan pemberian
ASI Eksklusif di Desa Plangitan, Dengkek, dan Gajahmati; Kecamatan Pati, Kabupaten
Pati.

C. Petugas Penyuluhan
Petugas penyuluhan dari kegiatan mini project ini adalah :
1. Dokter Internship Puskesmas Pati I periode September 2017-Januari 2018
2. Petugas kesehatan lain dari Puskesmas Pati I

D. Waktu Pelaksaan Penyuluhan


a. Kelas ibu hamil Gajahmati
Hari, Tanggal : Kamis, 23 November 2017
Waktu : Pukul 09.00 – 10.30 WIB
b. Kelas ibu hamil Dengkek
Hari, Tanggal : Sabtu, 25 November 2017
Waktu : Pukul 09.00 – 10.30 WIB
c. Kelas ibu hamil Plangitan
Hari, Tanggal : 13 Desember 2017
Waktu : Pukul 09.00 – 10.30 WIB

E. Tempat Penyuluhan
Kelas ibu hamil Plangitan : Aula Puskesmas Pati I
Kelas ibu hamil Gajahmati : Pos Kesehatan Desa Gajahmati
Kelas ibu hamil Dengkek : Balai Desa Dengkek

F. Sasaran Penyuluhan
Sasaran kegiatan mini project ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke
kelas ibu hamil di Desa Plangitan, Dengkek, dan Gajahmati.
G. Media Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan media alat bantu slide, lembar balik
dan leaflet. Sebagai evaluasi terhadap penyuluhan ini, dilakukan pretest dan posttest.
Pretest dan posttest akan diberikan dalam bentuk pernyataan benar atau salah dan mitos
atau fakta. Pernyataan tersebut berkaitan tentang pengertian ASI eksklusif, manfaat
pemberian ASI, faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui, serta cara pemberian
dan penyimpanan ASI.

H. Susunan Acara
Jam Acara
09.00 Anamnesa :
 Menanyakan kelancaran pemberian ASI
 Kendala dalam pemberian ASI eksklusif.
 Masalah pada kesehatan payudara ibu.
 Motivasi ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
09.15 Pelaksanaan pre tes
09.20 Penyampaian materi kelas ibu hamil, topik “Tanda-tanda Persalinan
dan Perawatan Nifas”
09.40 Penyuluhan :
Motivator ASI Eksklusif pada ibu hamil sebagai Upaya Peningkatan
Pemberian ASI Eksklusif di Desa Plangitan, Dengkek, dan Gajahmati
10.00 Tanya Jawab
10.15 Pos tes
10.20 Senam ibu hamil
10.30 Penutupan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Kegiatan Penyuluhan


Untuk mengetahui perbedaan sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan terhadap
para ibu hamil, penyuluh melakukan evaluasi terhadap ibu hamil dengan meminta ibu
menjawab soal pretest dan posttest. Pretest dan posttest yang diberikan dalam bentuk
pernyataan benar/salah dan mitos/fakta yang terdiri dari 10 pernyataan ringkas seputar
ASI eksklusif.
Tabel Pertanyaan Pre Test dan Post Test
Pre Test Pos Test
No. Pertanyaan
B S B S
1. Kolostrum adalah susu basi dan harus 16 5 19 2
dibuang
2. Manfaat kolostrum adalah untuk membuat 9 12 12 9
bayi gemuk
3. ASI meningkatkan daya tahan tubuh karena 21 0 21 0
mengandung berbagai zat antibodi sehingga
anak akan lebih jarang sakit
4. Saat IMD, bayi dibantu oleh ibunya dan 5 16 8 13
bidan untuk mencari puting susu ibunya
5. Sebelum menyusui, ibu harus mencuci 21 0 21 0
tangan dengan sabun dan membersihkan
puting susu terlebih dahulu
6. Usahakan menyusui sampai payudara terasa 20 1 21 0
kosong dan gunakan kedua payudara secara
bergantian
7. Posisi menyusui yang benar adalah mulut 21 0 21 0
bayi terbuka lebar menutupi semua daerah
gelap sekitar puting susu
8. Payudara besar lebih banyak menghasilkan 13 8 20 1
susu (MITOS atau FAKTA)
9. Bayi yang menangis pasti karena lapar 7 14 12 9
(MITOS atau FAKTA)
10. Semua kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan 19 2 21 0
dapat terpenuhi oleh ASI saja (MITOS atau
FAKTA)

B. Pembahasan
Kegiatan penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif, dilaksanakan selama 3
hari yaitu pada 23 November, 25 November, dan 13 Desember 2017. Penyuluhan
dilakukan pada masing-masing kelas ibu hamil di desa Plangitan, Dengkek, dan
Gajahmati. Penyuluhan dilakukan terkait dengan materi ASI eksklusif dimulai dari
pengertian ASI, manfaat menyusui, faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui,
pemberian ASI eksklusif, dan pemberian ASI perah (ASIP). Materi disampaikan dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh ibu hamil. Dengan memanfaatkan
multimedia berupa slide, lembar balik ASI Eksklusif, dan leaflet, membuat ibu tampak
lebih antusias dalam mengikuti kegiatan. Penyuluhan diakhiri dengan sesi tanya-jawab
antara penyuluh dan ibu hamil.
Secara keseluruhan, kegiatan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada
gangguan teknis yang terjadi selama penyuluhan berlangsung. Para ibu hamil juga
antusias dan merespon dengan baik materi yang disampaikan. Hal ini terlihat dari
berbagai pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai ketakutan dan kendala dalam
pemberian ASI eksklusif yang mereka alami, manfaat ASI eksklusif untuk tumbuh
kembang balita, keuntungan dan kerugian penggunaan dot atau botol susu saat
pemberian ASIP, cara meningkatkan produksi ASI, dan mitos-mitos yang berkembang di
masyarakat mengenai ASI.
Sebagai evaluasi tentang kegiatan penyuluhan ini, dilakukan dengen pretest dan
posttest. Pretest dan posttest diberikan dalam bentuk 10 pernyataan benar/salah dan
mitos/fakta. Secara umum, seluruh hasil posttest mengalami peningkatan dibandingkan
hasil prestest.
Dari data pretest yang ada, pada bahasan pengertian kolostrum, masih banyak ibu
yang tidak mengetahui pengertian kolostrum, yaitu ASI yang keluar pertama kali yakni
pada hari pertama hingga hari keempat. Kolostrum merupakan cairan kental yang
berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur dan lebih banyak
mengandung protein, tetapi berlainan dengan ASI matur dimana protein yang utama
adalah casein sedangkan pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga
dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. Selain itu, kolostrum juga
mengandung antibodi lebih banyak dibandingkan dengan ASI matur yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama (Emilia, 2009). Sebanyak
76% responden masih menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil masih
belum paham tentang kolostrum dan manfaatnya. Setelah dilakukan penyuluhan,
pemahaman ibu mengenai kolostrum meningkat.
Mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD), hanya sekitar 23% yang mengetahui
bahwa saat pelaksanaan IMD, bayi dibiarkan untuk mencari puting ibunya sendiri.
Sisanya menganggap bahwa saat IMD, bayi dibantu oleh bidan dan ibunya dalam
mencari puting ibu. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Pada keadaan ini IMD merupakan proses membiarkan bayi
dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir,
bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu. Dengan melakukan IMD,
bayi belajar beradaptasi dengan kelahirannya di dunia. Selain itu, kedekatan antara ibu
dengan bayinya akan terbentuk dalam proses IMD tersebut. Sebab, dengan memisahkan
si ibu dengan si bayi ternyata daya tahan tubuh bayi akan drop (turun) hingga mencapai
25% (Depkes RI, 2008).
Pernyataan mengenai semua kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan dapat terpenuhi
oleh ASI saja, terdapat 2 responden yang menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa
masih didapatkan ibu-ibu yang belum paham mengenai pentingnya ASI. Hal ini dapat
disebabkan antara lain gencarnya promosi susu formula yang ada di media. Susu formula
yang dipromosikan di media elektronik salah satunya memaparkan kandungannya yang
seolah-olah lebih lengkap daripada ASI. Padahal, komposisi yang terdapat di dalam ASI
sendiri telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi sehingga selengkap apapun kandungan
susu formula tidak dapat menggantikan kandungan dari ASI. Bahaya pemberian susu
formula pada anak antara lain lebih mudah terkena diare dan infeksi saluran nafas,
kurang gizi dan vitamin A, lebih mudah alergi dan intoleransi, dan meningkatan resiko
kematian. Selain itu, di luar jalur medis, pemerintah Indonesia membuktikan
komitmennya dalam menurunkan angka kematian bayi dan mendukung pemberian ASI
eksklusif dengan mengeluarkan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, pasal
128 yang menekankan hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif kecuali atas indikasi
medis dan ancaman hukuman pidana bagi yang tidak mendukungnya, termasuk
diantaranya para petugas kesehatan (IDAI, 2013).
Pelaksana kegiatan memiliki harapan agar para ibu yang mengikuti penyuluhan
ini dapat memiliki sikap positif mengenai pemberian ASI sehingga ibu dapat percaya diri
dalam pemberian ASI eksklusif. Tujuannya kepada ibu hamil agar ibu hamil mampu
mempersiapkan kelahirannya dengan baik serta ibu dapat melakukan pemberian ASI
eksklusif kepada bayinya sampai berusia 6 bulan. Selain itu diperlukan pula dukungan
keluarga terutama suami dan orangtua agar tercipta rasa percaya diri ibu dalam
memberikan ASI eksklusif sehingga dapat tercipta kesadaran yang tinggi di masyarakat
mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif sehingga berbagai masalah kesehatan
yang terjadi pada bayi dan balita bisa dicegah.

BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dari mini project penyuluhan ASI eksklusif yaitu:
Terdapat peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif yang dapat dilihat
dari perbedaan skor sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan

Saran
1. Diperlukan sosialisasi yang berkelanjutan dan berkesinambungan tentang ASI eksklusif
baik kepada ibu hamil dan ibu menyusui pada kelas ibu hamil dan balita serta
pembentukan Kelompok Pendukung ASI di tiap desa
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang efek penyuluhan ASI eksklusif terhadap
perubahan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif

Depkes RI. 2008. Pesan-pesan tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif untuk Tenaga Kesehatan dan Keluarga Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi Masyarakat Depkes.
Emilia, Rika Candra. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue
(NAD) Tahun 2008 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara. Medan.
IDAI. 2013. Pemberian Susu Formula pada Bayi Baru Lahir.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-susu-formula-pada-bayi-baru-lahir
(diakses pada 25 Desember 2017)
Nurazizah D. 2012. Pengaruh Penyuluhan Melalui Media KIE Mengenai ASI Eksklusif dan
IMD Terhadap Pengetahuan Ibu hamil di Kelurahan Pengasinan, Kecamatan
Sawangan Depok Tahun 2011 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Depok.

Anda mungkin juga menyukai