Dokumen - Tips Laporan Kasus Ulkus Kornea 55edd3eb13c47
Dokumen - Tips Laporan Kasus Ulkus Kornea 55edd3eb13c47
Puskesmas Pati I mempunyai 17 desa binaan dengan jumlah penduduk 60.192 jiwa.
Sesuai data profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tahun 2016 terdiri dari 71 RW dan 321
RT 82 dusun dengan jumlah sarana kesehatan yang ada di desa 2 Pustu, 5 PKD, 11
polindes didukung dengan 69 posyandu serta 345 Kader kesehatan Posyandu, 13 BPS, 42
Praktek Dokter Swasta , 4 klinik pratama dan 18 Apotik.
Tinggi Pusat Pemerintahan Wilayah 100 M Suhu maksimun 31 C Suhu
minimun 24 C Jarak pusat pemerintahan wilayah kecamatan dengan desa yang terjauh
3,5 KM Jarak tempuh 20 menit dengan pusat Kota Kabupaten 2 Km jarak tempuh 5
Menit, jarak dengan kota propinsi 81 KM jarak tempuh 2,5 jam.
TABEL1 : Data Geografis Wilayah Puskesmas Pati I
NO NAMA DESA JARAK
1 WINONG 1,5 km
2 BLARU 2 km
3 NGARUS 1 km
4 PLANGITAN 0,5 km
5 KALIDORO 2 km
6 PARENGGAN 2 km
7 PATI LOR 2 km
9 PATI WETAN 2 km
10 GERITAN 3,5 km
11 PURI 1 km
12 SIDOHARJO 3 km
13 DENGKEK 3 km
14 PANJUNAN 2 km
15 SEMAMPIR 2,5 km
16 GAJAHMATI 2,5 km
17 MUSTOKOHARJO 3 km
Tabel 2 : Data Sarana Transportasi Desa Tahun 2017
TRANSPORTASI
No. DESA NON
BERMOTOR
MOTOR
1. WINONG Roda 4,Roda 2 becak
2. BLARU Roda 4,Roda 2 becak
3. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Pati I berdasarkan data demografi
tahun 2017 sebanyak 60.192 jiwa, terdiri dari 24.801 jiwa laki-laki dan 25.933 jiwa
perempuan, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3 : Data Kependudukan Puskesmas Pati I
Tahun 2017
Dari tabel diatas terlihat bahwa jumlah penduduk pada tahun 2016 ini lebih banyak
perempuan yaitu 54.65 % dibandingkan penduduk pria yaitu sebanyak 45.35%
4. KETENAGAAN PUSKESMAS
Pada tahun 2017, jumlah tenaga di Puskesmas Pati I tercatat sebanyak : 76 orang,
yang terdiri dari :
Dengan distribusi tenaga sebagai berikut :
No. Jenis Ketenagaan Yang ada Kekurangan Status Kepegawaian Keterangan
sekarang PNS PTT HARLEP WB
I Puskesmas Induk
1 mrangkap
ka.puskesma
1 Dokter 3 1 3 s
2 Dokter Gigi 1 1
3 Sarjana / D3
a. SKM Epidemiolog 1 2 1
b. SKM Kesling 2 1 1
c. SKM Administrator
kesehatan 1 1
d. SKM Promkes 0 1 1
e. S1 Keperawatan 4 3 1
f. D 3 Keperawatan 6 6 1
g. D4 kebidanan 3 2 1
h. D3 kebidanan 8 2 5 2
i. D3 Perawat Gigi 1 1
j. S 1 Gizi 1 1
k. Administrasi 11 8 6 2
l. Sopir 0 1
m. SPK 1 1
4 SPRG 1 1
5 Asisten apoteker(SMF) 1 1 1
Tenaga Laboratorium
6 (SMA) 1 1
7 D3 analis kesehatan 1 1
8 Rekam medis 1 1
9 SD (Kebersihan) 1 1
II Puskesmas Pembantu
1 S1 Keperawatan 1 1
2 D 3 Keperawatan 4 2 2
III Polindes
1 D3 kebidanan 11 1 2 9
IV Poskesdes
1 D4 kebidanan 1 1
2 D3 kebidanan 4 4
JUMLAH 76 9 39 14 7 11
B. PUSKESMAS PEMBANTU
Puskesmas Pembantu : 2 unit, yaitu : Pustu Randu Kuning, Pustu Geritan.
D. SARANA TRANSPORTASI
Kendaraan Roda 4 : 2 unit.
Kendaraan Roda 2 : 2 unit.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
ASI EKSKLUSIF
B. Komposisi ASI
Kandungan colostrum berbeda dengan air susu yang matur, karena colostrum
lebih banyak mengandung imunoglobin A (IgA), laktoferin dan sel-sel darah putih, yang
sangat penting untuk pertahanan tubuh bayi terhadap serangan penyakit (Infeksi), lebih
sedikit mengandung lemak dan laktosa, lebih banyak, mengandung vitamin dan lebih
banyak mengandung mineral-mineral natrium (Na) dan seng (Zn).
Berdasarkan sumber dari food and Nutrition Boart, National Research Council
Washington tahun 1980 diperoleh perkiraan komposisi Kolostrum ASI dan susu sapi
untuk setiap 100 ml seperti tertera pada tabel 1.
Perbandingan komposisi kolostrum, ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 1.
Dimana susu sapi mengandung sekitar tiga kali lebih banyak protein daripada ASI.
Sebagian besar dari protein tersebut adalah kasein, dan sisanya berupa protein whey yang
larut. Kandungan kasein yang tinggi akan membentuk gumpalan yang relatif keras dalam
lambung bayi. Bila bayi diberi susu sapi, sedangkan ASI walaupun mengandung lebih
sedikit total protein, namun bagian protein “whey”nya lebih banyak, sehingga akan
membetuk gumpalan yang lunak dan lebih mudah dicerna serta diserapoleh usus bayi.
Sekitar setengah dari energi yang terkandung dalam ASI berasal dari lemak, yang
lebih mudah dicerna dan diserap oleh bayi dibandingkan dengan lemak susu sapi, sebab
ASI mengandung lebih banyak enzim pemecah lemak (lipase). Kandungan total lemak
sangat bervariasi dari satu ibu ke ibu lainnya, dari satu fase laktasi air susu yang pertama
kali keluar hanya mengandung sekitar 1 – 2% lemak dan terlihat encer. Air susu yang
encer ini akan membantu memuaskan rasa haus bayi waktu mulai menyusui. Air susu
berikutnya disebut “Hand milk”, mengandung sedikitnya tiga sampai empat kali lebih
banyak lemak. Ini akan memberikan sebagian besar energi yang dibutuhkan oleh bayi,
sehingga penting diperhatikan agar bayi, banyak memperoleh air susu ini.
Tabel 1 Komposisi Kolostrum, ASI dan Susu Sapi untuk Setiap 100 ml
Zat-zat Gizi Kolostrum ASI Susu Sapi
Energi (K Cal) 58 70 65
Protein (g) 2,3 0,9 3,4
- Kasein/whey 140 1 : 1,5 1 : 1,2
- Kasein (mg) 218 187 -
- Laktamil bumil (mg) 330 161 -
- Laktoferin (mg) 364 167 -
- Ig A (mg) 5,3 142 -
Laktosa (g) 2,9 7,3 4,8
Lemak (g) 151 4,2 3,9
Vitamin
- Vit A (mg) 1,9 75 41
- Vit B1 (mg) 30 14 43
- Vit B2 (mg) 75 40 145
- Asam Nikotinmik (mg) - 160 82
- Vit B6 (mg) 183 12-15 64
- Asam pantotenik 0,06 246 340
- Biotin 0,05 0,6 2,8
- Asam folat 0,05 0,1 ,13
- Vit B12 5,9 0,1 0,6
- Vit C - 5 1,1
- Vit D (mg) 1,5 0,04 0,02
- Vit Z - 0,25 0,07
- Vit K (mg) 39 1,5 6
Mineral 130
- Kalsium (mg) 85 35 108
- Klorin (mg) 40 40 14
- Tembaga (mg) 70 40 70
- Zat besi (ferrum) (mg) 4 100 12
- Magnesium (mg) 14 4 120
- Fosfor (mg) 74 15 145
- Potassium (mg) 48 57 58
- Sodium (mg) 22 15 30
- Sulfur (mg) 14
Laktosa (gula susu) merupakan satu-satunya karbohidrat yang terdapat dalam air
susu murni. Jumlahnya dalam ASI tak terlalu bervariasi dan terdapat lebih banyak
dibandingkan dengan susu sapi.
Di samping fungsinya sebagai sumber energi, juga di dalam usus sebagian laktosa
akan diubah menjadi asam laktat. Di dalam usus asam laktat tersebut membantu
mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak diinginkan dan juga membantu penyerapan
kalsium serta mineral-mineral lain.
ASI mengandung lebih sedikit kalsium daripada susu sapi tetapi lebih mudah
diserap, jumlah ini akan mencukupi kebutuhan untuk bahan-bahan pertama
kehidupannya. ASI juga mengandung lebih sedikit natrium, kalium, fosfor dan chlor
dibandingkan dengan susu sapi, tetapi dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan bayi.
Apabila makanan yang dikonsumsi ibu memadai, semua vitamin yang diperlukan
bayi selama empat sampai enam bulan pertama kehidupannya dapat diperoleh dari ASI.
Hanya sedikit terdapat vitamin D dalam lemak susu, tetapi penyakit polio jarang terjadi
pada anak yang diberi ASI, bila kulitnya sering terkena sinar matahari. Vitamin D yang
terlarut dalam air telah ditemukan terdapat dalam susu, meskipun fungsi vitamin ini
merupakan tambahan terhadap vitamin D yang terlarut lemak (Emilia, 2009).
C. Produksi ASI
Proses terjadinya pengeluaran air susu dimulai atau dirangsang oleh isapan mulut
bayi pada puting susu ibu. Gerakan tersebut merangsang kelenjar Pituitari Anterior untuk
memproduksi sejumlah prolaktin, hormon utama yang mengandalkan pengeluaran ASI.
Proses pengeluaran air susu juga tergantung pada Let Down Reflex, dimana hisapan
puting dapat merangsang kelenjar Pituitary Posterior untuk menghasilkan hormon
oksitosin, yang dapat merangsang serabut otot halus di dalam dinding saluran susu agar
membiarkan susu dapat mengalir secara lancar.
Kegagalan dalam perkembangan payudara secara fisiologis untuk menampung air
susu sangat jarang terjadi. Payudara secara fisiologis merupakan tenunan aktif yang
tersusun seperti pohon tumbuh di dalam puting dengan cabang yang menjadi ranting
semakin mengecil.
Susu diproduksi pada akhir ranting dan mengalir kedalam cabang-cabang besar
menuju saluran ke dalam puting. Secara visual payudara dapat digambarkan sebagai
setangkai buah anggur, mewakili tenunan kelenjar yang mengsekresi dimana setiap
selnya mampu memproduksi susu, bila sel-sel Myoepithelial di dalam dinding alveoli
berkontraksi, anggur tersebut terpencet dan mengeluarkan susu ke dalam ranting yang
mengalir ke cabang-cabang lebih besar, yang secara perlahan-lahan bertemu di dalam
areola dan membentuk sinus lactiferous. Pusat dari areola (bagan yang berpigmen)
adalah putingnya, yang tidak kaku letaknya dan dengan mudah dihisap (masuk kedalam)
mulut bayi.
Berdasarkan waktu diproduksi, ASI dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
A. Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar mamae
yang mengandung tissue debris dan redual material yang terdapat dalam alveoli
dan ductus dari kelenjar mamae sebelum dan segera sesudah melahirkan anak.
Disekresi oleh kelenjar mamae dari hari pertama sampai hari ketiga atau
keempat, dari masa laktasi.
Komposisi kolostrum dari hari ke hari berubah.
Merupakan cairan kental yang ideal yang berwarna kekuning-kuningan, lebih
kuning dibandingkan ASI Matur.
Merupakan suatu laksatif yang ideal untuk membersihkan mekonium usus bayi
yang baru lahir dan mempersiapkan saluran pencernaan bayi untuk menerima
makanan selanjutnya.
Lebih banyak mengandung protein dibandingkan ASI Matur, tetapi berlainan
dengan ASI Matur dimana protein yang utama adalah casein sedangkan pada
kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga dapat memberikan
daya perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Lebih banyak mengandung antibodi dibandingkan ASI Matur yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama.
Lebih rendah kadar karbohidrat dan lemaknya dibandingkan dengan ASI
Matur.
Total energi lebih rendah dibandingkan ASI Maturyaitu 58 kalori/100 ml
kolostrum.
Vitamin larut lemak lebih tinggi. Sedangkan vitamin larut dalam air dapat lebih
tinggi atau lebih rendah.
Bila dipanaskan menggumpal, ASI Matur tidak.
PH lebih alkalis dibandingkan ASI Matur.
Lemaknya lebih banyak mengandung kolesterol dan lecitin di bandingkan ASI
Matur.
Terdapat trypsin inhibitor, sehingga hidrolisa protein di dalam usus bayi
menjadi kurang sempurna, yangakan menambah kadar antobodi pada bayi.
Volumenya berkisar 150-300 ml/24 jam.
G. Manajemen Laktasi
Manajemen laktasi adalah upaya yang dilakukan untuk menunjang keberhasilan
menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan, segera setelah
persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya.
Adapun upaya yang dilakukan adalah sebagai berikutpada masa kehamilan
(antenatal):
Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan
ASI, manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, di samping bahaya
pemberian susu botol.
Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/keadaan puting susu, apakah
ada kelainan atau tidak. Di samping itu, perlu dipantau kenaikan berat badan
ibu hamil.
Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
Memperhatikan gizi/makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester kedua
sebanyak 1 1/3 kali dari makanan pada saat belum hamil.
Pada masa segera setelah persalinan (prenatal)
a. Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui
yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada
payudara ibu.
b. Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar
menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
c. Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IU) dalam waktu dua
minggu setelah melahirkan.
Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)
a. Menyusui dilanjutkan secara ekslusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/minuman lainnya.
b. Perhatikan gizi/makanan ibu menyusui, perlu makanan 1 ½ kali lebih banyak dari
biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
c. Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
d. Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
e. Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menysusui seperti payudara banyak disertai demam.
f. Menghubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari
ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
g. Memperhatikan gizi/makanan anak, terutama mulai bayi 4 bulan, berikan MP ASI
yang cukup baik kuantitas maupun kualitas.
Betapapun tingginya dan baiknya mutu ASI sebagai makanan bayi, manfaatnya
bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi sangat ditentukan oleh jumlah ASI yang dapat
diberikan oleh ibu. Kebaikan dan mutu ASI yang dapat dihasilkan oleh ibu tidak sesuai
dengan kebutuhan bayi, dan akibatnya bayi akan menderita gangguan gizi.
ASI sebagai makanan tunggal harus diberikan sampai bayi berumur 6 bulan. Hal
ini sesuai dengan kebijaksanaan PP-ASI yaitu ASI diberikan selama 2 tahun dan baru
pada usia 4 bulan bayi mulai di beri makanan pendamping ASI, paling lambat usia 6
bulan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan bayi pada 6 bulan pertama.
Adapun makanan bayi umur 0-6 bulan adalah sebagai berikut:
Susui bayi segera dalam 30 menit setelah lahir (Inisiasi Menyusu Dini)
Kontak fisik dan hisapan bayi akan merangsang produksi ASI. Pada periode ini, ASI
saja sudah dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi, karena ASI adalah makanan terbaik
untuk bayi. Menyusui sangat baik untuk bayi dan ibu. Dengan menyusui akan
terjalin hubungan kasih sayang antara ibu dan anak.
Berikan Kolostrum
Berikan ASI dari kedua payudara, kiri dan kanan secara bergantian, tiap kali sampai
payudara terasa kosong. Payudara yang dihisap sampai kosong merangsang produksi
ASI yang cukup.
o Berikan ASI setiap kali meminta/menangis tanpa jadwal.
o Berikan ASI 8-12 kali setiap hari, termasuk pada malam hari.
(Emilia, 2009)
3. Kasih
Ibu memeluk dan memandang bayi saat menyusui.
(Nurazizah, 2012)
I. Cara Pengeluaran ASI
Ada 2 cara untuk mengeluarkan ASI yang ada di dalam kelenjar payudara, yaitu:
1) Memerah dengan menggunakan Tangan
a) Massage
Pijatlah sel-sel produksi ASI dan saluran ASI mulai dari bagian atas payudara
dengan gerakan memutar dan pijatan payudara dengan dengan menekan ke arah
dada.
b) Stroke
Tekanlah daerah payudara dari bagian atas hingga sekitar putting dan tekan
dengan lembut, dengan jari seperti menggelitik.
c) Shake
Gunjang payudara dengan arah memutar, gerakan seperti ini dapat membantu
pengeluaran ASI.
2) Memerah dengan menggunakan pompa
Pemerahan ASI denga pompa lebih mudah dan cepat dilakukan. Kendurkan otot dan
saluran ASI dalam payudara dengan menaruh handuk hangat di atas payudara ibu
atau diurut sebelumnya dan pastikan pompa telah steril sebelum dipakai. Lamanya
pemerahan ASI dengan pompa bisa sampai 15-45 menit dan tidak bisa menimbulkan
rasa sakit tergantung jenis pompa yang digunakan.
(Emilia, 2009)
BAB III
PELAKSANAAN PENYULUHAN
A. Tujuan Penyuluhan
Tujuan umum :
Pelaksana kegiatan memiliki harapan agar para ibu yang mengikuti penyuluhan
ini dapat memiliki sikap positif mengenai pemberian ASI sehingga ibu dapat percaya diri
dalam pemberian ASI eksklusif.
Tujuan khusus :
1. Kepada ibu hamil agar ibu hamil mampu mempersiapkan kelahirannya dengan baik
serta ibu dapat melakukan pemberian ASI eksklusif kepada bayinya sampai berusia 6
bulan.
2. Kepada ibu yang nantinya akan memiliki bayi agar ibu bisa mempraktekkan faktor-
faktor penentu keberhasilan menyusui.
3. Pada ibu-ibu bekerja yaitu agar ibu bisa menjaga kualitas ASI yang disimpan
sehingga kebutuhan ASI bayi tetap terpenuhi.
B. Materi Penyuluhan
Motivator ASI Eksklusif pada Ibu hamil sebagai upaya peningkatan pemberian
ASI Eksklusif di Desa Plangitan, Dengkek, dan Gajahmati; Kecamatan Pati, Kabupaten
Pati.
C. Petugas Penyuluhan
Petugas penyuluhan dari kegiatan mini project ini adalah :
1. Dokter Internship Puskesmas Pati I periode September 2017-Januari 2018
2. Petugas kesehatan lain dari Puskesmas Pati I
E. Tempat Penyuluhan
Kelas ibu hamil Plangitan : Aula Puskesmas Pati I
Kelas ibu hamil Gajahmati : Pos Kesehatan Desa Gajahmati
Kelas ibu hamil Dengkek : Balai Desa Dengkek
F. Sasaran Penyuluhan
Sasaran kegiatan mini project ini adalah seluruh ibu hamil yang berkunjung ke
kelas ibu hamil di Desa Plangitan, Dengkek, dan Gajahmati.
G. Media Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan dengan menggunakan media alat bantu slide, lembar balik
dan leaflet. Sebagai evaluasi terhadap penyuluhan ini, dilakukan pretest dan posttest.
Pretest dan posttest akan diberikan dalam bentuk pernyataan benar atau salah dan mitos
atau fakta. Pernyataan tersebut berkaitan tentang pengertian ASI eksklusif, manfaat
pemberian ASI, faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui, serta cara pemberian
dan penyimpanan ASI.
H. Susunan Acara
Jam Acara
09.00 Anamnesa :
Menanyakan kelancaran pemberian ASI
Kendala dalam pemberian ASI eksklusif.
Masalah pada kesehatan payudara ibu.
Motivasi ibu dalam pemberian ASI eksklusif.
09.15 Pelaksanaan pre tes
09.20 Penyampaian materi kelas ibu hamil, topik “Tanda-tanda Persalinan
dan Perawatan Nifas”
09.40 Penyuluhan :
Motivator ASI Eksklusif pada ibu hamil sebagai Upaya Peningkatan
Pemberian ASI Eksklusif di Desa Plangitan, Dengkek, dan Gajahmati
10.00 Tanya Jawab
10.15 Pos tes
10.20 Senam ibu hamil
10.30 Penutupan
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
B. Pembahasan
Kegiatan penyuluhan tentang pentingnya ASI eksklusif, dilaksanakan selama 3
hari yaitu pada 23 November, 25 November, dan 13 Desember 2017. Penyuluhan
dilakukan pada masing-masing kelas ibu hamil di desa Plangitan, Dengkek, dan
Gajahmati. Penyuluhan dilakukan terkait dengan materi ASI eksklusif dimulai dari
pengertian ASI, manfaat menyusui, faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui,
pemberian ASI eksklusif, dan pemberian ASI perah (ASIP). Materi disampaikan dengan
bahasa yang sederhana dan mudah dipahami oleh ibu hamil. Dengan memanfaatkan
multimedia berupa slide, lembar balik ASI Eksklusif, dan leaflet, membuat ibu tampak
lebih antusias dalam mengikuti kegiatan. Penyuluhan diakhiri dengan sesi tanya-jawab
antara penyuluh dan ibu hamil.
Secara keseluruhan, kegiatan berjalan lancar dan tanpa hambatan. Tidak ada
gangguan teknis yang terjadi selama penyuluhan berlangsung. Para ibu hamil juga
antusias dan merespon dengan baik materi yang disampaikan. Hal ini terlihat dari
berbagai pertanyaan yang diajukan oleh peserta mengenai ketakutan dan kendala dalam
pemberian ASI eksklusif yang mereka alami, manfaat ASI eksklusif untuk tumbuh
kembang balita, keuntungan dan kerugian penggunaan dot atau botol susu saat
pemberian ASIP, cara meningkatkan produksi ASI, dan mitos-mitos yang berkembang di
masyarakat mengenai ASI.
Sebagai evaluasi tentang kegiatan penyuluhan ini, dilakukan dengen pretest dan
posttest. Pretest dan posttest diberikan dalam bentuk 10 pernyataan benar/salah dan
mitos/fakta. Secara umum, seluruh hasil posttest mengalami peningkatan dibandingkan
hasil prestest.
Dari data pretest yang ada, pada bahasan pengertian kolostrum, masih banyak ibu
yang tidak mengetahui pengertian kolostrum, yaitu ASI yang keluar pertama kali yakni
pada hari pertama hingga hari keempat. Kolostrum merupakan cairan kental yang
berwarna kekuning-kuningan, lebih kuning dibandingkan ASI matur dan lebih banyak
mengandung protein, tetapi berlainan dengan ASI matur dimana protein yang utama
adalah casein sedangkan pada kolostrum protein yang utama adalah globulin, sehingga
dapat memberikan daya perlindungan tubuh terhadap infeksi. Selain itu, kolostrum juga
mengandung antibodi lebih banyak dibandingkan dengan ASI matur yang dapat
memberikan perlindungan bagi bayi sampai 6 bulan pertama (Emilia, 2009). Sebanyak
76% responden masih menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa ibu hamil masih
belum paham tentang kolostrum dan manfaatnya. Setelah dilakukan penyuluhan,
pemahaman ibu mengenai kolostrum meningkat.
Mengenai Inisiasi Menyusui Dini (IMD), hanya sekitar 23% yang mengetahui
bahwa saat pelaksanaan IMD, bayi dibiarkan untuk mencari puting ibunya sendiri.
Sisanya menganggap bahwa saat IMD, bayi dibantu oleh bidan dan ibunya dalam
mencari puting ibu. Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera
setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak
disodorkan ke puting susu). Pada keadaan ini IMD merupakan proses membiarkan bayi
dengan nalurinya sendiri dapat menyusu segera dalam satu jam pertama setelah lahir,
bersamaan dengan kontak kulit antara bayi dengan kulit ibu. Dengan melakukan IMD,
bayi belajar beradaptasi dengan kelahirannya di dunia. Selain itu, kedekatan antara ibu
dengan bayinya akan terbentuk dalam proses IMD tersebut. Sebab, dengan memisahkan
si ibu dengan si bayi ternyata daya tahan tubuh bayi akan drop (turun) hingga mencapai
25% (Depkes RI, 2008).
Pernyataan mengenai semua kebutuhan bayi sampai usia 6 bulan dapat terpenuhi
oleh ASI saja, terdapat 2 responden yang menjawab salah. Hal ini menunjukkan bahwa
masih didapatkan ibu-ibu yang belum paham mengenai pentingnya ASI. Hal ini dapat
disebabkan antara lain gencarnya promosi susu formula yang ada di media. Susu formula
yang dipromosikan di media elektronik salah satunya memaparkan kandungannya yang
seolah-olah lebih lengkap daripada ASI. Padahal, komposisi yang terdapat di dalam ASI
sendiri telah disesuaikan dengan kebutuhan bayi sehingga selengkap apapun kandungan
susu formula tidak dapat menggantikan kandungan dari ASI. Bahaya pemberian susu
formula pada anak antara lain lebih mudah terkena diare dan infeksi saluran nafas,
kurang gizi dan vitamin A, lebih mudah alergi dan intoleransi, dan meningkatan resiko
kematian. Selain itu, di luar jalur medis, pemerintah Indonesia membuktikan
komitmennya dalam menurunkan angka kematian bayi dan mendukung pemberian ASI
eksklusif dengan mengeluarkan Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, pasal
128 yang menekankan hak bayi untuk mendapat ASI eksklusif kecuali atas indikasi
medis dan ancaman hukuman pidana bagi yang tidak mendukungnya, termasuk
diantaranya para petugas kesehatan (IDAI, 2013).
Pelaksana kegiatan memiliki harapan agar para ibu yang mengikuti penyuluhan
ini dapat memiliki sikap positif mengenai pemberian ASI sehingga ibu dapat percaya diri
dalam pemberian ASI eksklusif. Tujuannya kepada ibu hamil agar ibu hamil mampu
mempersiapkan kelahirannya dengan baik serta ibu dapat melakukan pemberian ASI
eksklusif kepada bayinya sampai berusia 6 bulan. Selain itu diperlukan pula dukungan
keluarga terutama suami dan orangtua agar tercipta rasa percaya diri ibu dalam
memberikan ASI eksklusif sehingga dapat tercipta kesadaran yang tinggi di masyarakat
mengenai pentingnya pemberian ASI eksklusif sehingga berbagai masalah kesehatan
yang terjadi pada bayi dan balita bisa dicegah.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan dari mini project penyuluhan ASI eksklusif yaitu:
Terdapat peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang ASI eksklusif yang dapat dilihat
dari perbedaan skor sebelum dan sesudah dilakukannya penyuluhan
Saran
1. Diperlukan sosialisasi yang berkelanjutan dan berkesinambungan tentang ASI eksklusif
baik kepada ibu hamil dan ibu menyusui pada kelas ibu hamil dan balita serta
pembentukan Kelompok Pendukung ASI di tiap desa
2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan tentang efek penyuluhan ASI eksklusif terhadap
perubahan perilaku ibu dalam pemberian ASI Eksklusif
Depkes RI. 2008. Pesan-pesan tentang Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan Air Susu Ibu (ASI)
Eksklusif untuk Tenaga Kesehatan dan Keluarga Indonesia. Jakarta: Direktorat Bina
Gizi Masyarakat Depkes.
Emilia, Rika Candra. 2009. Pengaruh Penyuluhan Asi Eksklusif Terhadap Pengetahuan dan
Sikap Ibu Hamil di Mukim Laure-E Kecamatan Simeulue Tengah Kabupaten Simeulue
(NAD) Tahun 2008 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
Utara. Medan.
IDAI. 2013. Pemberian Susu Formula pada Bayi Baru Lahir.
http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/pemberian-susu-formula-pada-bayi-baru-lahir
(diakses pada 25 Desember 2017)
Nurazizah D. 2012. Pengaruh Penyuluhan Melalui Media KIE Mengenai ASI Eksklusif dan
IMD Terhadap Pengetahuan Ibu hamil di Kelurahan Pengasinan, Kecamatan
Sawangan Depok Tahun 2011 (Skripsi). Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. Depok.