Skripsi
Oleh :
Skripsi
Oleh :
Menyetujui,
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Kimia
Segala puji bagi Allah SWT yang Maha Esa lagi Maha Perkasa yang
mengatur hidup dan kehidupan manusia dan para makhluk-Nya yang lain. Atas
berkat rahmat dan karunia serta ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi
Kacang Hijau (Phaseolus radiatus L.) Hasil Fermentasi”. Shalawat serta salam
kepada para keluarga dan para sahabatnya serta termasuk kita pula selaku
ummatnya. Amin.
ujian Sarjana Sains pada Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi,
bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
1. Dr. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis sebagai Dekan Fakultas Sains dan
2. Sri Yadial Chalid, M.Si sebagai Ketua Program Studi Kimia sekaligus Dosen
Pembimbing II, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri (UIN)
skripsi.
iv
3. Dr. L. Broto S. Kardono sebagai Kepala Pusat Penelitian Kimia-LIPI Serpong.
4. Dr. Muhammad Hanafi, M.Si sebagai Kepala Bidang BAPF Pusat Penelitian
Kimia-LIPI
(Badai Sefta Mafarin) yang tiada henti memberi semangat serta dukungan
moril maupun materil yang begitu luar biasa selama pelaksanaan tugas akhir.
7. Yati Maryati, S.T dan Pak Aspiyanto yang telah banyak membantu
8. Seluruh Dosen, karyawan dan laboran Program Studi Kimia, terima kasih atas
10. Sahabatku di setiap waktu, Devi, Diah, Rani, Ambar dan Chiko, terima kasih
atas keceriaan dan kesedihan yang selalu kita bagi bersama, betapa bahagianya
aku yang tumbuh besar bersama kalian. Sahabatku yang terpisah jarak namun
selalu ada untukku, Anindita, Fajrin, Dindi, Miratna, Intan dan Alhadi, terima
11. Elly, Susti dan Wardah, teman seperjuanganku yang selalu setia dalam suka
vii
12. Teman-teman baikku Fiqi, Nunu, Ade, Ria, Suci, Tika, Ani, Icha, Ummu,
Dede, Ika, Ardy, Zeki, Ilham, Fajri, Afit, Aji, Subhan, Adum, Arif, Rizky,
Dedi, Hasbi, Ocim, Rauf, Hendro, Salman, Abdul Rohman, Ami dan Wulan
Embunsari, terima kasih atas semua ketulusan dan semangat serta perhatian
13. Kakak-kakak kelas Kimia angkatan 2002, 2003 dan 2004 khususnya Kak
Amin, Kak Adi dan Kak Ijul, kalian inspirasiku. Adik-adik kelas Kimia
angkatan 2006, 2007, 2008 dan 2009, terima kasih untuk selalu berbagi
Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran dan kritik yang
Penulis
viii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI................................................................................................ ix
1.3. Hipotesis............................................................................................... 2
ix
2.5. Reaksi Flavor (Flavouring Reaction) .................................................. 21
x x
terhadap Kadar N-Amino…………………………… 37
LAMPIRAN ................................................................................................ 60
xi xi
DAFTAR GAMBAR
Halaman
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
10. Uji Sensori dan Karakteristik Kaldu Nabati Berflavor Analog Ayam
Hasil Reaksi Flavoring Selama 3 Jam pada Suhu 100°C............................ 35
xiii
19. Kadar Garam Autolisat Berflavor Analog Ayam....................................... 47
20. Komponen Senyawa Volatil pada Autolisat Kaldu Nabati Flavor Analog
Ayam Formula A4...................................... ……………………………... 50
xiv xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
9. Kadar Lemak................................................................................................ 80
11. Analisa Sensori dan Lembar Scoresheet Uji Penilaian (Skoring) Aroma
Kaldu Nabati Berflavor Analog Ayam…………………………………… 82
14. Diagram Alir Pembuatan Kaldu Nabati Berflavor Analog Ayam dari
Autolisat dengan Skala Laboratorium…………………………………… 87
xv
ABSTRAK
Kata kunci : Kaldu nabati, flavor analog ayam, taurin, vitamin c, reaksi flavoring
xvi
ABSTRACT
xvii
BAB I
PENDAHULUAN
Cita rasa merupakan bagian penting pada kualitas suatu makanan selain
penampilan dan teksturnya. Selain rasa manis, asam, asin dan pahit yang terdapat
pada makanan, masyarakat juga mengenal adanya cita rasa gurih atau “umami”.
Pemberi rasa gurih berasal monosodium glutamat maupun dari kaldu ayam atau
daging. Tetapi kaldu yang diekstrak dari daging ayam atau daging sapi tidak
selamanya dijadikan sebagai pemberi rasa gurih karena biaya produksi yang
tinggi, begitu juga flavor ayam sintetik tidak memuaskan karena hanya
Untuk mendapatkan makanan dengan rasa gurih yang rendah lemak dan
yang banyak mengandung protein terutama asam glutamat serta mudah diperoleh.
Kandungan asam amino yang tinggi hasil perombakan protein dapat dicapai
melalui proses fermentasi pada kacang hijau oleh kapang diantaranya Rhizopus.
Kacang hijau terfermentasi ini dikenal sebagai kaldu nabati yang diharapkan
menjadi alternatif baru flavor enchancer secara alami (Susilowati, 2007). Kaldu
nabati memiliki rasa yang gurih, tetapi tidak dapat menimbulkan suatu citarasa
dan aroma analog ayam atau daging tanpa adanya penambahan bahan lain yang
disebut prekursor flavor. Prekursor flavor adalah senyawa pembentuk cita rasa.
taurin, vitamin C dan xylosa dengan kondisi proses pada pH netral hingga basa.
1 1
sebagai salah satu komponen prekursor membuat aroma flavor analog ayam pada
autolisat setelah proses flavoring timbul dengan cepat dan intensitas aroma kuat
namun aromanya tidak bertahan lama (Susilowati, 2009). Penggunaan xylosa juga
tidak dapat dijadikan acuan tetap dikarenakan harganya yang cukup mahal serta
sulit diperoleh. Dengan mengganti jenis prekursor dengan sistein, taurin, tiamin,
vitamin C dan glukosa maka diharapkan aroma yang dihasilkan dapat lebih tahan
flavor analog ayam yang kuat melalui variasi kondisi proses flavoring.
1.3. Hipotesis
2
H0 : Jenis formula, pH dan lama proses flavoring berpengaruh terhadap
(RAK) (Gazpersz, 1995). Matriks model pola faktorial penelitian ditunjukkan oleh
Tabel 1.
Tabel 1. Matriks Model Pola Faktorial Reaksi Flavoring dengan Variasi pH**
Lama Formula (X)*
Proses Taurin (X1) Vitamin C (X2)
(jam) pH (Y)
(Z) 4 (Y1) 4,5 (Y2) 5 (Y3) 4 (Y1) 4,5 (Y2) 5 (Y3)
0 (Z1) X1Y1Z1 X1Y2Z1 X1Y3Z1 X2Y1Z1 X2Y2Z1 X2Y3Z1
1 (Z2) X1Y1Z2 X1Y2Z2 X1Y3Z2 X2Y1Z2 X2Y2Z2 X2Y3Z2
2 (Z3) X1Y1Z3 X1Y2Z3 X1Y3Z3 X2Y1Z3 X2Y2Z3 X2Y3Z3
3 (Z4) X1Y2Z4 X1Y2Z4 X1Y3Z4 X2Y1Z4 X2Y2Z4 X2Y3Z4
Keterangan : * Jenis Formula FAT dan FAC Terbaik dari Penelitian Pendahuluan
** Rancangan Penelitian RAK (Rancangan Acak Lengkap)
Jumlah perlakuan pada percobaan ini adalah 2x3x4=24 dengan dua kali ulangan,
Y1 = pH 4
Y2 = pH 4,5
Y3 = pH 5
3
Z4 = waktu reaksi flavoring 3 jam
Y(ijl) = nilai pengamatan dari kelompok ke-l yang memperoleh taraf ke-i
dari faktor X
(XYZ)ijk = pengaruh interaksi taraf ke-i dari jenis formula, taraf ke-j dari pH
taraf ke-i dari faktor X, taraf ke-j dari faktor Y dan taraf ke-k dari
prekursor, pH dan waktu reaksi untuk memperoleh kaldu nabati berflavor analog
ayam.
4
tidak atau sedikit mengalami penurunan intensitas aroma jika dilakukan proses
pembuatan kaldu nabati berflavor analog ayam dalam bentuk pasta maupun
bubuk.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
penampakan serta memperbaiki sifat dari bahan pangan. Bahan pangan umumnya
juga merupakan perubahan kimia pada bahan pangan oleh enzim yang dihasilkan
oleh mikroorganisme maupun telah ada pada bahan pangan tersebut. Proses
fermentasi terjadi karena kontak antara mikroba dengan substrat yang sesuai bagi
dan metabolit sekunder dalam suatu lingkungan yang dikendalikan (Winarno dan
Fardiaz, 1984).
yang disebut kaldu nabati. Kaldu nabati ini yang berpotensi sebagai bahan
asam-asam amino dengan berat molekul rendah terutama asam glutamat. Kacang
hijau digunakan pada pembuatan kaldu nabati karena kaya karbohidrat, protein,
6 6
vitamin, mineral serta mengandung sedikit lemak. Kandungan gizi yang terdapat
pada kacang hijau secara umum adalah seperti yang terlihat pada Tabel 2.
55%), terdiri dari pati, gula dan serat sehingga dimanfaatkan sebagai sumber serat
pangan (dietary fiber). Pati kacang hijau terdiri dari amilosa (28,8%) dan
amilopektin (71,2%). Pati kacang hijau sangat baik untuk dijadikan bahan
makanan karena memiliki daya cerna yang tinggi (99,8%). Protein merupakan
penyusun utama kedua (20-25%). Daya cerna protein pada kacang hijau mentah
sekitar 77%, hal ini disebabkan oleh adanya zat antigizi seperti antitripsin dan
tanin. Untuk meningkatkan daya cerna protein maka kacang hijau harus diolah
terlebih dahulu (Muchtadi, 2006). Pada Tabel 3 dapat dilihat beberapa jenis asam
7
Tabel 3. Jenis-jenis Asam Amino yang Terdapat pada
Kacang Hijau
Jenis Asam Amino Kadar (mg/100 g)
Aspartat 196
Glutamat 279
Serin 89
Treonin 95
Alanin 68
Valin 94
Leusin 79
Isoleusin 100
Arginin 64
Histidin 75
Fenilalanin 49
Triptofan 96
Lisin 197
Prolin 64
Metionin 69
Tirosin 75
Sumber : Muchtadi, 2006
Kandungan asam glutamat kacang hijau yang sangat tinggi menjadi alasan
utama digunakannya kacang hijau sebagai flavor enhancer (pembangkit cita rasa)
alami yang memiliki kandungan gizi tinggi. Kadar lemak yang rendah pada
kacang hijau menjaga bahan makanan dan minuman yang terbuat dari kacang
hijau tidak mudah tengik. Lemak kacang hijau tersusun atas 73% asam lemak tak
jenuh seperti oleat (20,8%), linoleat (16,3%) dan linolenat (37,5%) serta 27%
pendegradasi. Proses autodigesti dapat dilakukan dengan suhu dan pH, hal ini
8
ekstrak khamir yaitu hasil proses autolisis dengan kandungan peptida terlarut
sebagai savory flavor non volatil penghasil rasa gurih. Autolisat digunakan secara
luas pada produk-produk pangan (khususnya daging sapi dan ayam) yang
kandungan fraksi gurih berupa peptida terlarut sebagai sumber flavor gurih.
pada suhu, waktu dan pH tertentu disertai pengadukan. Kfondisi ini menyebabkan
lisis pada sel kapang tanpa merusak enzim-enzim yang dihasilkan. Saat sel
kandungan sel. Komponen sel terlarut akan masuk dalam sistem substrat yang
Perbedaan utama antara autolisis kaldu nabati dari kacang hijau dengan
(kacang hijau, garam dan inokulum dari kapang Rhizopus C1) berbentuk semi
solid sebagai kaldu kasar (crude kaldu) yaitu kacang terfermentasi garam selama
waktu tertentu, sedangkan autolisis sel khamir adalah substrat berupa bubur
ekstrak sel khamir yang ditumbuhkan pada media tertentu dengan tujuan untuk
9
memperoleh ekstrak khamir sebagai savory flavor (Susilowati, 2008). Untuk
menciptakan kaldu nabati dengan flavor analog ayam atau daging, maka
Menurut Winarno (1997) dan Sinki (2002), flavor atau cita rasa
dalam mulut terutama yang ditimbulkan oleh rasa dan bau. Ada 3 komponen yang
berperan yaitu bau, rasa dan rangsangan mulut. Komposisi makanan dan senyawa
pemberi rasa dan bau berinteraksi dengan reseptor organ perasa dan penciuman
menghasilkan sinyal yang dibawa menuju susunan syaraf pusat untuk memberi
Secara umum flavor terdiri dari 4 rasa utama yaitu manis, asam, asin dan
1. Senyawa kimia
a. Rasa asam disebabkan oleh donor proton, intensitas rasa asam tergantung
NaCl murni.
Sumber rasa manis yang terutama adalah gula atau sukrosa dan
10
d. Rasa pahit disebabkan oleh alkaloid-alkaloid, misalnya kafein, teobromin,
dan Ca.
2. Suhu
rangsangan rasa. Sensitivitas terhadap rasa berkurang bila suhu tubuh manusia
3. Konsentrasi
Setiap orang mempunyai batas konsentrasi terendah terhadap suatu rasa agar
masih bisa dirasakan. Batas ini disebut Threshold. Batas ini tidak sama pada
tiap-tiap orang dan Threshold seseorang terhadap rasa yang berbeda juga tidak
sama.
Komponen rasa lain akan berinteraksi dengan komponen rasa primer. Akibat
rasa. Flavor dapat diperoleh secara alami maupun buatan. Flavor alami
Flavor makanan dapat dihasilkan dari berbagai proses yang terjadi pada
11
2. Melalui pembentukan prekursor kimia non-volatil selama fermentasi
(umami) atau savory flavor yang bukan campuran dari keempat rasa utama.
Savory flavor merupakan salah satu jenis flavor yang banyak digunakan secara
luas pada industri pangan dan tergolong flavor enchancer atau flavor potentiator
(pembangkit cita rasa) yang bekerja dengan cara meningkatkan rasa enak atau
menekan rasa yang tidak diinginkan dari suatu bahan makanan padahal bahan itu
Dua jenis bahan pembangkit cita rasa (flavor) yang umum adalah asam
amino L atau garamnya, misalnya monosodium glutamat (MSG) dan jenis 5’-
(5’-GMP) (Winarno, 1997). Senyawa nukleotida ini mulai dari yang paling efektif
nukleat secara enzimatik atau kimia dan proses fermentasi langsung (Mottram,
1991).
seperti makanan ringan, bumbu instan, mi instan, dan kecap. Untuk aplikasinya,
12
savory flavor digunakan tidak sendiri. Pada satu formulasinya bisa terdapat
Savory flavor tersedia dalam bentuk bubuk (garam, gula, pati dan MSG),
pasta (terdiri dari campuran fraksi padatan dan cair, yang dapat terdiri dari minyak
dan pati) dan cair (minyak pada mie instan), dimana penggunaannya tergantung
dari jenis produk. Seiring dengan semakin pentingnya peranan savory flavor
dalam cita rasa makanan, maka dibuatlah kaldu nabati sebagai alternatif sumber
Flavor pada daging sapi maupun unggas akan timbul setelah mengalami
mempelajari flavor yang terbentuk pada daging unggas khususnya ayam (Gallus
daging ayam yang telah matang dan merekombinasikan beberapa asam amino,
sensori pada ekstrak ayam. Hasil yang diperoleh hanya inosin monofosat, asam
glutamat dan ion kalium yang memiliki efek terhadap rasa. Asam glutamat dan
inosin 5’-monofosfat memberi rasa “umami” dan asin. Ion kalium memberi rasa
manis, asin dan pahit (Farmer, 1999). Komposisi kimia yang terkandung dalam
13
Tabel 4. Komposisi Kimia yang Terkandung Dalam
Ektrak Daging Ayam
Senyawa Konsentrasi
Asam amino (µg/gr)
Lisin 58
Asam glutamat* 53
Glisin 42
Treonin 40
Alanin 36
Prolin 34
Serin 33
Metionin 29
Arginin 24
Tirosin 20
Asam aspartat 14
Leusin 13
Fenilalanin 10
Valin 7
Histidin 5
Metabolit ATP (mg/gr)
IMP* 3,3
Inosin 0,15
AMP 0,10
ADP 0,033
Hipoksantin 0,014
ATP 0,012
Ion anorganik (mg/gr)
K+ * 2,8
PO43- 2,0
Cl- 0,28
Na+ 0,27
2+
Mg 0,045
Ca2+ 0,0003
* (berpengaruh terhadap cita rasa)
Sumber : Farmer, 1999.
Menurut Farmer (1999), perubahan gula, asam amino dan nukleotida yang
terukur selama pemasakan akan berimbas tidak hanya pada rasa daging ayam
tetapi juga aroma dan cita rasa secara keseluruhan, karena sebagaian besar
substansi ini merupakan prekursor bagi reaksi kimia yang bertanggung jawab atas
pembentukan senyawa aroma. Flavor dan aroma ayam yang dimasak bergantung
pada cara pemasakan. Ayam yang direbus, dipanggang atau digoreng memiliki
14
kandungan senyawa volatil yang berbeda-beda. Senyawa volatil yang timbul
berasal dari reaksi Maillard, oksidasi lemak maupun degradasi tiamin yang terjadi
15
2.4.1.Flavor Analog Ayam (Chicken Analogue Flavour)
nutrisi yang ekivalen dengan padanannya (kaldu ayam) tetapi sama sekali tidak
sistein, tiamin, taurin dan HVP (Hydrolyzed Vegetable Protein) dengan bahan lain
seperti β-alanin, taurin, glisin dan asam askorbat maupun gula reduksi yang
2.4.2.Prekursor Flavor
ini akan saling berinteraksi pada kondisi yang sesuai untuk membentuk flavor
yang khas dari suatu bahan pangan seperti kaldu nabati. Beberapa jenis prekursor
analog ayam antara lain sistein, taurin, tiamin atau vitamin C, serta glukosa.
16
1. Sistein
Sistein tergolong asam amino non esensial (asam amino yang dapat
diganti) yang memiliki gugus R polar tidak bermuatan. Gugus R dari asam amino
polar lebih larut di dalam air atau lebih hidrofilik, dibandingkan dengan asam
amino non polar, karena golongan ini mengandung gugus fungsional yang
membentuk ikatan hidrogen dengan air. Polaritas sistein dalam air disebabkan
oleh gugus sulfihidril atau gugus tiol. Sistein mempunyai gugus R yang cenderung
melepas ion H+, tetapi gugus tiol dari sistein hanya sedikit terionisasi pada pH 7,0.
Senyawa ini dapat berada dalam dua bentuk pada protein, yaitu sebagai sistein
atau sistin, yang dihasilkan bila dua molekul sistein diikat secara kovalen oleh
jembatan disulfida yang dibentuk oleh oksidasi gugus tiol (Lehninger, 1982).
OH
H2N (R)
SH
2. Taurin
mengandung gugus sulfihidril yaitu sistein serta memiliki struktur molekul yang
sederhana. Berbagai cara untuk mensintesis taurin sebagian besar terdiri dari
reaksi dua tahap. Etilen klorida (CH2 = CH – Cl) direaksikan dengan natrium
setelah direfluks selama 72 jam lalu kemudian direaksikan dengan ammonia untuk
17
menghasilkan 2-kloroetilamin (80 %) kemudian natrium bisulfit ditambahkan
%. Dari ketiga prosedur yang telah disebutkan diatas, prosedur yang kedua
ketiga menggunakan bahan pemula yang sulit diperoleh dan lebih karsinogenik,
reaksinya membutuhkan waktu yang lama pada temperatur tinggi dan berada
dalam fase gas. Jika etilen klorida dan natrium klorida digunakan dalam reaksi
maka pengaturan agar diperoleh asam 2-kloroetil sulfonat (Cl – CH2 – CH2 –
SO3H) serta pemurniannya sulit. Jika tionil klorida yang digunakan, bahan ini
sulit diperoleh dan bersifat karsinogenik (Widiyarti, 2003). Struktur kimia taurin
O
OH
S
H2 N
O
Gambar 2. Struktur Kimia Taurin
3. Tiamin
Tiamin dikenal juga sebagai vitamin B1, bentuk murninya adalah tiamin
hidroklorida (Tiamin-HCl) dan tergolong vitamin yang larut dalam air. Dalam
makanan, tiamin dapat ditemukan dalam bentuk bebas atau dalam bentuk
kompleks dengan protein atau kompleks protein-fosfat. Bentuk yang terikat akan
segera terpisah setelah terserap di duodenum atau jejunum. Tiamin tidak dapat
disimpan banyak oleh tubuh, tetapi dalam jumlah terbatas dapat disimpan dalam
hati, ginjal, jantung, otak dan otot. Bila tiamin terlalu banyak dikonsumsi,
18
kelebihannya akan dibuang melalui air kemih. Tiamin aktif dalam bentuk
dari karbohidrat dan memindahkan energi membentuk senyawa kaya energi yang
disebut ATP (adenosin trifosfat). Tiamin dapat diperoleh dari biji-bijian, daging,
unggas, ikan dan telur (Winarno, 1997). Struktur kimia tiamin ditunjukkan oleh
Gambar 3.
N+ N
HO S
H2N HCl N
4. Vitamin C
Dari semua vitamin yang ada, vitamin C merupakan vitamin yang paling
mudah rusak. Di samping sangat larut dalam air, vitamin C mudah teroksidasi dan
proses tersebut dipercepat oleh panas, sinar, alkali, enzim, oksidator, serta oleh
katalis tembaga dan besi. Oksidasi akan terhambat bila vitamin C berada pada
suasana asam atau pada suhu rendah. Vitamin ini dapat berbentuk sebagai asam L-
secara kimia sangat labil dan dapat mengalami perubahan lebih lanjut menjadi
1997).
buahan segar dan juga sayuran. Buah yang masih mentah lebih banyak kandungan
19
vitamin C-nya, semakin tua buah semakin berkurang kandungan vitamin C-nya.
Bayam, brokoli, cabe hijau dan kubis juga merupakan sumber vitamin C yang
baik bahkan setelah dimasak. Sebaliknya beberapa jenis bahan pangan hewani
seperti susu, telur, daging, ikan dan unggas sedikit sekali kandungan vitamin C-
nya. Air susu ibu yang sehat mengandung enam kali lebih banyak vitamin C
dibanding susu sapi. Struktur kimia asam askorbat (vitamin C) ditunjukkan oleh
Gambar 4.
OH HO
HO (Z)
(R) (S)
O OH
O
5. Glukosa
bebas larut di dalam air, tetapi tidak larut di dalam pelarut nonpolar. Kebanyakan
tunggal yang tidak bercabang. Satu diantara atom karbon berikatan ganda
karbon lainnya berikatan dengan gugus hidroksil. Jika gugus karbonil berada pada
ujung rantai karbon, monosakarida tersebut adalah suatu aldehid dan disebut
aldosa, jika gugus karbonil berada pada posisi lain, monosakarida tersebut adalah
suatu keton dan disebut suatu ketosa. Glukosa tergolong monosakarida dengan 6
atom C (heksosa) dan berperan penting saat reaksi Maillard (Lehninger, 1982).
20
HO OH HO
(R) (S)
(R) (R)
O
HO OH
menghasilkan warna coklat yang diharapkan dan penting bagi makanan. Warna
coklat ini terbentuk melalui proses pemanasan atau penyimpanan dalam waktu
yang lama. Umumnya pencoklatan pada makanan yang dipanaskan atau yang
dengan asam amino bebas atau gugus amino bebas dari asam amino yang
disebut dengan reaksi Maillard, reaksi ini sangat berperan dalam pembentukan
Ada 3 jalur utama yang terlibat pada pembentukan flavor. Semua jalur ini
dimulai dari reaksi antara gula pereduksi dengan asam amino membentuk imina.
Produk-produk penataan ulang Amadori (dari aldosa) atau Heyns (dari ketosa)
merupakan intermediet yang penting dari fase awal reaksi Maillard (Kerler, 2002).
atau pemutusan α-/β-. Dengan kondensasi aldol dari dua fragmen gula atau
21
fragmen gula dengan fragmen asam amino, senyawa-senyawa aromatik
senyawa flavor yang kuat. Strecker aldehid juga dapat dibentuk secara
pangan yang bertipe Maillard. Asam-asam amino tertentu (seperti leusin, valin,
kontributor utama terhadap berbagai makanan yang diproses secara termal. Pada
Tabel 7 dapat dilihat jenis Strecker aldehid yang dihasilkan dari beberapa asam
amino.
22
Selain pembentukan aldehid, degradasi Strecker juga berkontribusi
Jumlah prekursor hanya salah satu faktor yang akan mempengaruhi tingkat
aroma dan reaksi pembentukan flavor. Faktor fisik dan kimia lainnya yang juga
akan berpengaruh terhadap kualitas dan kuantitas flavor akhir yaitu pH, suhu dan
waktu proses.
1. pH
yang terkandung pada ayam. Beberapa senyawa furantiol, di-, trisulfida berperan
sebagai aroma “daging” terbentuk pada pH rendah. Pirazin dan tiazol jumlahnya
pada kisaran pH 2-10. Oksidasi lemak juga dipengaruhi oleh pH. Pembentukan
2. Suhu
oksidasi lipid pada daging ayam meningkat pula. Suhu yang lebih tinggi tidak
hanya meningkatkan reaksi kimia tapi juga melepaskan asam-asam amino bebas
3. Waktu Proses
23
yang terdeteksi. Identifikasi senyawa-senyawa volatil dilakukan dengan
Gambar 6.
SH NH2 O O H HO R3
O R
H2S + H3C – CH = O + R – C – C = NH
(hidrogen sulfida) (asetaldehid)
adalah metode analisis, dimana sampel yang dianalisis akan diubah menjadi ion-
ion gasnya dan massa dari ion-ion tersebut dapat diukur berdasarkan hasil deteksi
khusus.
Transfer massa antara fase gerak dan fase diam (cairan dengan titik didih
24
laju perpindahan suatu molekul zat terlarut tertentu di dalam kolom berhubungan
dengan bagian molekul-molekul tersebut diantara fase gerak dan fase diam. Jika
keluar dari kolom pada interval waktu yang berbeda (Khopkar, 1990).
pertama senyawa tertentu. Tabrakan antara sebuah molekul organik dan salah satu
elektron berenergi tinggi menyebabkan lepasnya sebuah elektron dari molekul itu
dan terbentuknya suatu ion organik. Ion organik yang dihasilkan oleh
pembombardir elektron berenergi tinggi ini tidak stabil dan pecah menjadi
fragmen kecil, baik berbentuk radikal bebas maupun ion-ion lain (Fessenden,
1986).
Ionisasi dari molekul berupa uap dengan kehilangan satu elektron dan
terbentuk ion molekul bermuatan positif dan proses lain, molekul tersebut
e− + e+ -
M ⎯⎯→ M M ⎯⎯→ M
Energi bekas elektron yang diperlukan untuk melepaskan satu elektron adalah 10-
15 eV. Oleh karena itu, jika energi kurang dari 10 eV tidak akan membentuk
fragmen ion-ion, tetapi energi lebih besar dari 15 eV dapat memutuskan satu
25
2.6.2.Bagian Instrumentasi Kromatografi Gas-Spektrometer Massa
berikut :
a. Pengatur aliran gas (Gas Flow Controller). Tekanan diatur sekitar 1-4 atm
sedangkan aliran diatur 1-1000 L gas per menit. Fase gerak adalah gas
pembawa, yang paling lazim digunakan adalah He, N2, H2, Ar, tetapi untuk
tinggi, gas pembawa dialirkan lebih dahulu pada suatu silinder berisi
syringe melalui suatu septum karet silikon ke dalam kotak logam yang panas.
memiliki variasi dalam ukuran dan bahan pengisi, ukuran yang umum
atau baja tahan karat, berbentuk spiral. Tabung diisi dengan suatu bahan padat
halus dengan luas permukaan besar yang relatif inert. Cairan ini harus stabil
dan nonvolatil pada temperatur ruang dan harus sesuai untuk pemisahan
tertentu.
e. Sumber ion (Ion Source), tempat terjadinya proses ionisasi dari molekul yang
berupa uap, molekul tersebut akan kehilangan satu elektron dan terbentuk ion
26
molekul bermuatan positif. Proses lain, molekul menangkap satu elektron
bermuatan negatif.
f. Pompa vakum (Vacuum Pump). Pompa vakum tinggi untuk mengurangi dan
massa harus dapat membedakan selisih massa yang kecil serta dapat
sinyal bergantung pada laju aliran massa sampel dan bukan pada konsentrasi
pada Gambar 7.
Tabung Gas
27
BAB III
METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan antara bulan Mei 2009 hingga November 2009 di
3.2.1.Alat
Peralatan yang digunakan pada proses autolisis dan flavoring antara lain
besar, neraca analitik, blender, erlenmeyer, botol kaca, aluminium foil, sumbat
gabus, hot plate, kondensor, selang plastik, pH-meter dan termometer raksa.
Sedangkan peralatan yang digunakan pada analisa komposisi kimia antara lain
peralatan gelas, vortex shaker, kertas saring, buret, mikropipet dan tip, cawan,
Kjeldahl, alat destilasi SIBATA SI-315, crucible, alat soxhlet Soxtec system HT 2
Hitachi U 2000.
3.2.2.Bahan
Bahan yang digunakan pada proses autolisis dan flavoring antara lain
kaldu nabati dari kacang hijau terfermentasi Rhizopus-C1 dari Pusat Penelitian
Kimia LIPI Serpong, Taurin dari Pusat Penelitian Kimia LIPI Serpong, L-Sistein
dari Biogen, Tiamin-HCl dari Brataco, Asam Askorbat (Vitamin C) dari Brataco,
D-Glukosa (p.a) dari Merck, NaOH dari Merck, HCl dari Merck, aquadest.
28 28
Sedangkan bahan yang digunakan pada analisa komposisi kimia antara lain H2SO4
dari Merck, CuSO4 dari Merck, K2SO4 dari Merck , NaOH dari Merck, Na2SO4
dari Merck, methyl blue, methyl red, n-heksan dari Merck, HCl dari Merck, Na-
tiosulfat dari Merck , Folin ciocalteau dari Merck, asam asetat dari Merck, CuCl2
dari Merck, buffer borat, trisodium fosfat, asam borat, timolftalein, KI, aquadest,
dengan blender hingga membentuk suspensi kaldu, setelah itu pH diatur 5,5
dengan penambahan HCl atau NaOH. Suspensi ini selanjutnya diautolisis dalam
water bath beragitator mekanik dengan kecepatan 4000 rpm pada suhu 50°C
selama 8 jam, kemudian dilakukan inaktivasi kapang pada suhu 70°C selama 5
menit. Suspensi kaldu yang telah mengalami autolisis disebut autolisat. Analisa
amino, gula pereduksi, protein terlarut, protein total, lemak dan kadar garam.
dalam 20 buah erlenmeyer 250 mL. Ditambahkan prekursor flavor yaitu formula
FAT (Flavor Analog dengan Taurin terdiri dari sistein : taurin, tiamin dan
glukosa) atau FAC (Flavor Analog dengan Vitamin C terdiri dari sistein : Vitamin
29
C, tiamin dan glukosa) dengan komposisi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 8.
suhu 100° C selama 3 jam, didiamkan hingga suhu kamar dan dilakukan analisa
sensori serta analisa komposisi kimia (cara kerja ditunjukkan pada Lampiran 1)
16 buah erlenmeyer 250 mL, pH 4 diperoleh melalui penambahan HCl 0,1 N atau
NaOH 0,1 N. Ditambahkan prekursor flavor yaitu formula FAT atau FAC dengan
Sampling 0 jam dilakukan saat suhu pemanasan tepat 100° C. Perlakuan yang
sama dilakukan pada autolisat dengan pH 4,5 dan autolisat pH 5. Autolisat pH 4,5
30
dan 5 diperoleh dengan cara penambahan HCl 0,1 N atau NaOH 0,1 N. Untuk
(Gazpersz, 1995).
Setelah sampel didiamkan pada suhu kamar, dilakukan analisa sensori dan
analisa komposisi kimia terhadap sampel yang disampling serta analisa senyawa
aroma daging ayam pada kaldu nabati (prosedur analisa ditunjukkan pada
Lampiran 9), sedangkan analisa komposisi kimia yang dilakukan meliputi analisa
kadar air, padatan kering, N-amino, gula pereduksi, protein terlarut, protein total,
lemak dan kadar garam (NaCl) (prosedur analisa ditunjukkan pada Lampiran 1).
berflavor analog ayam dilakukan dengan GC-MS terhadap sample terbaik (pH dan
dalam 2 gram sampel terbaik kemudian divortex selama 20 menit. Campuran ini
µm df).
31
Mode injeksi : Split
32
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil analisa proksimat crude kaldu dan autolisat kaldu nabati ditunjukkan
pada Tabel 9.
partikel autolisat menjadi kecil. Peningkatan kadar garam (NaCl) dipengaruhi oleh
sel keluar, diantaranya ion Na+ dan Cl- (Winarno dan Fardiaz, 1984).
terlarut dan protein total. Peningkatan ini disebabkan oleh pelepasan enzim
endogenus milik kapang Rhizopus-C1 yaitu enzim protease yang memecah protein
menjadi polipeptida dan peptida kemudian menjadi asam amino. Proses autolisis
adalah proses enzimatis oleh enzim endogenus kapang dimana enzim pada
umumnya berada dalam kompartemen matriks sel hidup, sehingga pada saat
33
33
yang bersifat intraseluler dan terdapat dalam vakuola, sedangkan inhibitornya
terdapat dalam sitoplasma diluar vakuola. Proses inaktivasi pada suhu 70°C
selama 5 menit dengan pH 5,5 akan membentuk kompleks enzim inhibitor yang
protein kapang (Reed, 1991). Adanya hidrolisis protein kapang juga ikut
mempengaruhi hasil pengukuran saat analisa kadar N-amino, protein terlarut dan
protein total dimana hasil yang terukur pada autolisat menjadi lebih tinggi.
penurunan kadar lemak pada autolisat disebabkan oleh pelepasan enzim lipase
34
4.2. Reaksi Flavoring
Hasil uji sensori dan analisa proksimat kaldu nabati berflavor analog ayam
Tabel 10. Uji Sensori dan Karakteristik Kaldu Nabati Berflavor Analog Ayam Hasil
Reaksi Flavoring Selama 3 Jam pada Suhu 100°C.
Jenis Formula
Jenis
Komponen FAT* FAC*
A1 A2 A3 A4 A5 B1 B2 B3 B4 B5
Padatan
Kering 22,44 19,88 21,89 19,19 21,45 20,27 21,45 21,29 17,18 22,14
(%)
N-Amino
(mg/mL,
2,40 6,32 3,08 4,30 2,59 2,98 7,74 3,17 5,29 2,75
Berat
Kering)
Gula
Pereduksi 33,75 31,25 44,37 30,62 33,75 40,00 47,50 39,37 35,00 35,62
(mg/mL)
Protein
Terlarut 20,50 18,50 21,50 21,25 19,50 21,00 20,75 21,00 18,75 22,25
(mg/mL)
Protein
Total
19,09 29,64 13,41 25,64 24,66 23,29 23,88 22,80 28,18 20,63
(% Protein
Kering )
Lemak
0,14 0,24 0,19 0,23 0,18 0,14 0,25 0,18 0,24 0,16
(%)
Garam
4,34 3,18 4,71 2,91 3,58 4,31 3,04 4,35 2,38 4,37
(%)
Deskripsi
Aroma
- 1 2 3 - - 1 2 3 -
Analog
Ayam**
* FAT : Flavor Analog dengan formula mengandung Taurin; FAC : Flavor Analog
dengan formula mengandung Vitamin C
** 1 = Agak Kuat, 2 = Kuat, 3 = Sangat Kuat , 4 = Tajam
% : 0,25 %), tiamin (1 %), glukosa (0,5 %)) dan FAC formula B4 (campuran
sistein:vitamin C (0,75 % : 0,25 %), tiamin (1 %), glukosa (0,5 %)). Formula
35
terbaik diperoleh karena intensitas aroma analog daging ayam yang kuat serta
4.2.2. Hasil Analisa Variasi pH dan Waktu Kondisi Optimum Reaksi Untuk
Formula A4 dan B4.
hasil sampling meliputi analisa sensori, komposisi kimia dan analisa GC-MS.
Kadar padatan kering berhubungan erat dengan kadar air bahan. Padatan
kadar air. Semakin besar jumlah padatan kering maka kadar air menjadi lebih
Dari uji statistik diperoleh Fhitung < Ftabel pada taraf nyata 5 %, maka Ho
diterima (ditunjukkan pada Tabel 32 Lampiran 4). Hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata dari pH (B), waktu reaksi (C) serta interaksi antara pH dan waktu
reaksi (BC) terhadap kadar padatan kering autolisat berflavor analog ayam.
Kadar padatan kering autolisat Flavor Analog Ayam (FAA) secara umum
penurunan kadar padatan total secara umum pada kondisi pH 4 dan 5, sedangkan
pada kondisi pH 4,5 kadar padatan total meningkat pada waktu proses 1 jam
kemudian mulai menurun pada waktu proses 2 dan 3 jam. Sedangkan kadar
dari 0, 1, 2 dan 3 jam. Penurunan ini juga diduga karena adanya penambahan
36
padatan yang berasal dari prekursor flavor yaitu sekitar 4 gram sehingga
Jumlah rata-rata kadar padatan kering FAT formula A4 saat 3 jam reaksi
flavoring lebih tinggi dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini diduga
merupakan hasil hidrolisis protein menjadi asam amino, sehingga berperan juga
Dari uji statistik diperoleh Fhitung < Ftabel pada taraf nyata 5 %, maka Ho
diterima (ditunjukkan pada Tabel 33 Lampiran 5). Hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata dari pH (B), waktu reaksi (C) serta interaksi antara pH dan waktu
37
mengalami peningkatan pada waktu reaksi 1 jam dan 2 jam kemudian mengalami
penurunan saat 3 jam. Pada pH 4,5 kadar N-amino mengalami penurunan pada
jam ke-1, tetapi kadarnya semakin meningkat pada jam ke-2 dan ke-3. Pada pH 5
kadar N-amino menurun saat waktu reaksi 1 jam lalu meningkat pada saat 2 jam
dan terjadi penurunan kembali saat 3 jam. Fluktuasi ini dapat disebabkan oleh
lamanya pemanasan dan suhu proses flavoring. Peningkatan suhu dari 60-80°C
menyebabkan reaksi Maillard meningkat, dan pemanasan pada suhu yang lebih
tinggi serta waktu pemanasan yang semakin lama tidak hanya meningkatkan
reaksi kimia tapi juga melepaskan asam-asam amino bebas. Pemecahan protein
menjadi asam-asam amino dan senyawa-senyawa flavor pada terjadi pada jam ke-
1 dan ke-2, kemudian terjadi penurunan pada jam ke-3 karena asam-asam amino
penurunan saat 2 jam. Pada pH 4,5 kadar N-amino autolisat mengalami penurunan
pada jam ke-1, tetapi kadarnya semakin meningkat pada jam ke-2 dan ke-3. Pada
pH 5 terjadi penurunan kadar N-amino saat 1 jam lalu terjadi peningkatan drastis
pada saat 2 jam dan terjadi penurunan kembali saat 3 jam. Fluktuasi ini juga dapat
38
disebabkan oleh lamanya pemanasan dan suhu proses flavoring. Peningkatan suhu
dari 60-80°C menyebabkan reaksi Maillard meningkat, dan pemanasan pada suhu
yang lebih tinggi serta waktu pemanasan yang semakin lama tidak hanya
terjadi pada jam ke-1 dan ke-2, kemudian terjadi penurunan pada jam ke-3 karena
1992).
Jumlah rata-rata kadar nitrogen amino FAT formula A4 saat 3 jam reaksi
flavoring lebih rendah dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini terjadi
mencapai waktu 3 jam, sehingga kadar nitrogen amino yang terukur saat 3 jam
karboksil bebas yang reaktif seperti glukosa dan fruktosa (Winarno, 1989).
Dari uji statistik diperoleh Fhitung B > Ftabel B pada taraf nyata 5 %, maka
adanya perbedaan nyata dari variasi pH terhadap kadar gula pereduksi autolisat
FAA. Setelah itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui pengaruh variasi pH (B)
waktu dan pH reaksi flavoring terhadap kadar gula pereduksi autolisat FAA
39
Tabel 13. Pengaruh Waktu dan pH Proses terhadap Kadar Gula Pereduksi Autolisat
Berflavor Analog Ayam
Nilai Rata-rata Perlakuan
pH Waktu Proses (jam)
0 1 2 3
4 31,25 a 38,125 a
45 a 35,625 a
5 75 e 76,25 e
65 c 65,625 c
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf
5% Uji LSR.
memberikan perbedaan nyata pada kadar gula pereduksi selama waktu reaksi
ditunjukkan pada waktu proses 0-1 jam serta 2-3 jam. Perbedaan ini dapat
karbonil yang dihasilkan semakin banyak karena molekul glukosa semakin terurai
(Acree, 1993).
peningkatan saat 1 jam pemanasan, lalu semakin menurun hingga jam ke-3. Pada
pH 5 terus mengalami penurunan sejak awal proses jam ke-1 hingga jam ke-3.
Menurunnya kadar gula pereduksi saat 3 jam proses secara umum disebabkan oleh
telah habisnya gula yang terpakai dalam reaksi Maillard (Acree, 1993).
40
Tabel 14. Kadar Gula Pereduksi Autolisat Berflavor Analog Ayam.
Kadar Gula Pereduksi (mg/mL)
Jenis
pH Waktu Proses (jam)
Formula
0 1 2 3
4 14,37 16,25 17,50 11,87
FAT
4,5 30,00 36,87 24,37 20,62
(A4)
5 36,87 35,62 30,00 30,62
4 16,87 21,87 27,50 23,75
FAC
4,5 21,25 48,75 42,50 33,75
(B4)
5 38,12 40,62 35,00 35,00
kemudian mengalami penurunan setelah 3 jam reaksi. Pada pH 4,5 kadar gula
peningkatan saat 1 jam reaksi, kemudian stabil pada saat 2 jam dan 3 jam reaksi.
Menurunnya kadar gula pereduksi saat 3 jam proses secara umum disebabkan oleh
telah habisnya gula yang terpakai dalam reaksi Maillard (Acree, 1993).
Jumlah rata-rata kadar gula pereduksi FAT formula A4 saat 3 jam reaksi
flavoring lebih rendah dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini diduga
karena adanya vitamin C pada formula B4 yang bekerja sebagai agen pereduksi
sama seperti glukosa, sehingga kadar gula pereduksi yang terukur setelah reaksi
menjadi lebih besar dibandingkan kadar gula pereduksi pada formula A4 yang
41
4.2.2.1.4. Pengaruh Jenis Formula, pH dan Waktu Proses terhadap Kadar
Protein Terlarut
seluruh peptida yang terlarut dalam air dan menjadi indikasi terjadinya hidrolisis
Dari uji statistik diperoleh Fhitung B > Ftabel B pada taraf nyata 5 %, maka
adanya perbedaan nyata dari variasi pH terhadap kadar protein terlarut autolisat
FAA. Setelah itu dilakukan uji Duncan untuk mengetahui pengaruh variasi pH (B)
waktu dan pH reaksi flavoring terhadap kadar protein terlarut autolisat FAA
Tabel 15. Pengaruh Waktu dan pH Proses terhadap Kadar Protein Terlarut Autolisat
Berflavor Analog Ayam
Nilai Rata-rata Perlakuan
pH Waktu Proses (jam)
0 1 2 3
a a
4 35,75 34,75 36 a 36,75 a
a
4,5 34,10 34,25 a 36,25 a 36,75 a
a
5 39,50 45 b 41,25 ab 40 b
Keterangan : Setiap huruf yang berbeda menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf
5% Uji LSR.
Perlakuan pH 4 dan 4,5 serta 5 dengan waktu reaksi flavoring 0 jam tidak
memberikan perbedaan nyata pada kadar protein terlarut, tetapi pada pH 5 dengan
waktu reaksi 1, 2 dan 3 jam memberikan perbedaan nyata pada kadar protein
42
kandungan protein terlarut yang terukur saat analisa memberikan perbedaan yang
signifikan.
waktu reaksi flavoring 2 jam kemudian meningkat pada waktu proses 3 jam untuk
penurunan kadar protein terlarut hanya terjadi pada waktu proses 2 jam untuk
kadar protein terlarut hanya terjadi pada waktu reaksi 2 jam dengan kondisi pH 4
dan 4,5. Sementara pada pH 5 hanya terjadi peningkatan kadar protein terlarut
pada waktu reaksi 1 jam. Perubahan ini dapat terjadi karena semakin lamanya
jumlah asam amino, sehingga asam amino yang dapat larut didalam air akan
Jumlah rata-rata kadar protein terlarut FAT formula A4 saat 3 jam reaksi
flavoring lebih tinggi dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini disebabkan
karena adanya kontribusi taurin pada formula A4 sehingga kadar protein terlarut
43
yang terukur setelah reaksi menjadi lebih besar dibandingkan kadar protein
Dari uji statistik diperoleh Fhitung < Ftabel pada taraf nyata 5 %, maka Ho
diterima (ditunjukkan pada Tabel 38 Lampiran 8). Hal ini menunjukkan tidak ada
perbedaan nyata dari pH (B), waktu reaksi (C) serta interaksi antara pH dan waktu
reaksi (BC) terhadap kadar total protein autolisat berflavor analog ayam.
mengalami peningkatan pada pH 4 dari waktu reaksi 1 jam hingga 3 jam. Pada pH
4,5 hanya terjadi penurunan kadar total protein pada waktu proses 2 jam,
sedangkan pada kondisi pH 5 terjadi penurunan kadar total protein hanya pada
waktu proses 3 jam. Peningkatan kadar total protein pada 1 jam proses disebabkan
karena terjadi pemecahan seluruh protein menjadi asam amino maupun senyawa-
protein terhidrolisis sehingga saat proses 3 jam kadar protein terlarut semakin
lama semakin menurun karena telah habis bereaksi membentuk senyawa flavor
(Reed, 1991).
44
Tabel 17 menunjukkan kadar total protein autolisat FAA formula B4 terus
pada kondisi pH 4 dan 5 penurunan kadar total protein hanya pada waktu proses 2
jam. Fluktuasi ini juga dapat disebabkan oleh pemecahan seluruh protein menjadi
semakin lama semakin menurun karena telah habis bereaksi membentuk senyawa
Jumlah rata-rata kadar total protein FAT formula A4 saat 3 jam reaksi
flavoring lebih tinggi dibandingkan dengan FAC formula B4. Hal ini diduga
karena adanya kontribusi taurin pada formula A4 sehingga kadar total protein
yang terukur setelah reaksi menjadi lebih besar dibandingkan kadar total protein
Lemak atau lipid merupakan suatu zat yang kaya akan energi, berfungsi
sebagai sumber energi yang utama untuk proses metabolisme tubuh. Fungsi lemak
adalah sebagai sumber energi, pelindung organ tubuh, pembentukan sel, sumber
asal lemak esensial, alat angkut vitamin larut lemak, pemberi rasa lezat (terutama
Salah satu metode penentuan kadar lemak adalah ekstraksi Soxhlet. Cara
ini sering digunakan untuk menganalisa kadar lemak dari suatu sampel karena
Dari uji statistik diperoleh Fhitung < Ftabel pada taraf nyata 5 % maka Ho
diterima (ditunjukkan pada Tabel 39 Lampiran 9). Hal ini menunjukkan tidak ada
45
perbedaan nyata dari pH (B), waktu reaksi (C) serta interaksi antara pH dan waktu
4,5 dan 5 kadar lemak cenderung menurun pada waktu proses 1 atau 2 jam.
terjadi pada pH 4,5 saat reaksi flavoring 2 jam. Penurunan kadar lemak yang
terjadi pada FAA formula A4 dan B4 dapat disebabkan oleh teroksidasinya lemak
menjadi asam lemak maupun ester asam lemak yang berperan sebagai flavor gurih
Jumlah rata-rata kadar lemak FAT formula A4 saat 3 jam reaksi flavoring
tidak jauh berbeda dengan FAC formula B4, karena pada umumnya kadar lemak
Kadar garam yang terdapat pada autolisat berflavor analog ayam (FAA)
berasal dari proses fermentasi garam (moromi). Garam yang digunakan selain
46
berfungsi sebagai pemberi rasa gurih tetapi juga berfungsi untuk meminimalkan
jumlah mikroba tidak tahan garam maupun mikroba patogen yang dapat
Dari uji statistik diperoleh Fhitung < Ftabel pada taraf nyata 5 % maka Ho
diterima (ditunjukkan pada Tabel 40 Lampiran 10). Hal ini menunjukkan tidak
ada perbedaan nyata dari pH (B), waktu reaksi (C) serta interaksi antara pH dan
waktu reaksi (BC) terhadap kadar garam autolisat berflavor analog ayam.
ditunjukkan olah Tabel 19. Kadar garam autolisat FAA formula A4 mengalami
peningkatan saat 2 jam reaksi flavoring pada pH 4 dan 4,5, sedangkan kadar
yang terjadi pada kedua jenis formula diduga karena pengaruh kadar air autolisat
yang juga dapat mempengaruhi rasa kaldu berflavor analog ayam. Selain itu
47
tiamin-HCl, sehingga terjadi reaksi asam-basa antara Na+ dan Cl- menghasilkan
Analisa ekstrak metanol dari autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam
menggunakan GC-MS dilakukan untuk mengetahui senyawa volatil apa saja yang
deskriptif, kadar N-amino dan gula reduksi. Sampel yang dipilih adalah yang
memiliki intensitas flavor analog ayam sangat kuat, hal ini bertujuan untuk
Maillard antara asam amino dengan gula pereduksi selama proses flavoring
taurin 0,25%, tiamin 1%, glukosa 0,5%) dengan kondisi pH 4 serta waktu proses 3
jam dan formula B4 (sistein 0,75% : vitamin C 0,25%, tiamin 1%, glukosa 0,5%)
intensitas dan kualitas flavor yang terbentuk, namun ada pula faktor fisik dan
kimia lainnya yang berpengaruh terhadap intensitas dan kualitas flavor akhir yaitu
48
pH dan temperatur. pH proses flavoring yang semakin rendah akan meningkatkan
jumlah senyawa karbonil, selain itu akan meningkatkan jumlah senyawa yang
meningkatkan laju reaksi tetapi juga menguraikan asam amino bebas dan
Dari hasil analisa formula A4 (sistein 0,75% : taurin 0,25%, tiamin 1%,
glukosa 0,5%) dengan kondisi pH 4 pada waktu proses 3 jam dengan GC-MS,
taurin 0,25%, tiamin 1%, glukosa 0,5%), pH 4 dan waktu proses 3 jam terdiri dari
senyawa) (Tabel 20). Senyawa flavor yang mengandung sulfur dihasilkan dari
49
reaksi termal antara sistein, tiamin dan taurin dengan senyawa-senyawa dikarbonil
hasil reaksi Maillard. Senyawa ini berperan sebagai penyumbang aroma “daging”
Senyawa yang termasuk asam-asam organik dan ester (18 senyawa) (Tabel
20), senyawa-senyawa ini dihasilkan dari oksidasi lipid dan gula pereduksi.
ini dihasilkan dari reaksi termal antara sistein, tiamin dan taurin dengan senyawa-
Senyawa aldehid dan keton (7 senyawa) (Tabel 20). Senyawa ini terutama
pembentukan aldehid tak jenuh, selain itu juga berperan sebagai penyumbang
aroma “gurih” pada autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam (Farmer, 1999).
Senyawa alkohol (7 senyawa) (Tabel 20) yang berasal dari oksidasi lipid
dimana terjadi pemecahan triasilgliserol menjadi gliserol maupun berasal dari gula
pereduksi (Lehninger, 1982). Selain itu diduga berasal dari masa fermentasi
kacang hijau yang terlalu lama. Senyawa piran (1 senyawa) dan senyawa furan (1
senyawa) (Tabel 21) yang dihasilkan dari reaksi termal gula pereduksi, vitamin C
Tabel 20. Komponen Senyawa Volatil pada Autolisat Kaldu Nabati Flavor Analog Ayam
Formula A4, pH 4 pemanasan 3 jam.
Jenis
Nomor Waktu Rumus (%
Senyawa/ Nama Senyawa BM
Puncak Retensi Molekul m.k)
Jumlah
Senyawa 12 12,878 - 5-(2-kloroetil)-4-metil C6H8ClNS 161 0,12
Sulfur/ tiazol
31,99 % 13 13,450 - 4-metil-5-(2-hidroksietil C6H9NOS 143 31,64
tiazol)
17 14,875 - 5-metil-4-tiazol etanol C8H11NO2S 185 0,11
50
asetat
39 23,052 - 2-hidroksimetil-5- C8H14OS 158 0,12
tionorbornan
Asam- 6 8,418 - Asam 2-oksopentandioat C5H6O5 146 0,25
asam 15 14,457 - 3-alliloksi-1,1-dimetilbutil C11H20O3 200 0,11
Organik ester
dan Ester/ 16 14,700 - Asam dekanoat C10H20O2 172 0,10
11,72 % 23 17,194 - Asam laurat C12H24O2 200 0,67
26 18,567 - Lauril asetat C14H28O2 228 0,19
28 19,217 - Asam 8-feniloktanoat C14H20O2 220 0,10
29 19,446 - Asam miristat C14H28O2 228 0,36
34 21,184 - Metil pentadekanoat C16H32O2 256 0,21
35 21,502 - Asam palmitat C16H32O2 256 2,18
36 21,851 - Etil palmitat C18H36O2 284 0,16
37 22,824 - 9-dodesinil dikloroasetat C14H22Cl2O2 292 0,06
38 22,915 - Metil-trans9-oktadekenoat C19H36O2 296 0,12
40 23,224 - Asam 9,12- C19H34O2 294 2,22
oktadekadienoat
41 23,311 - Asam oleat C16H30O2 254 1,52
42 23,611 - Asam oktadekanoat C18H36O2 284 3,17
43 23,696 - Asam E-11-heksadekenoat C18H34O2 282 0,12
44 24,058 - Etil stearat C20H40O2 312 0,06
46 27,295 - Dioktil ptalat C24H38O4 390 0,12
Senyawa 8 10,806 - Asam siano-asetat (4- C18H17N3O3 323 0,14
Nitrogen/ benziloksi-3-metoksi-
4,8 % benziliden)-hidrazid
18 15,203 - 2-(3-metilbutil)-3, 5- C11H18N2 178 1,40
dimetilpirazin
20 15,883 - 2-(furfurildehidrazino)2- C8H8N2O4 223 0,05
okso-n-propilasetamid
22 16,222 - 1,3,5-triaza adamantan C7H13N3 139 2,00
30 19,567 - Pirolo[1,2-a]pirazin-1,4- C11H18N2O2 210 0,05
dion, heksahidro-3-(2-
metilpropil)-
32 20,585 - 3-isobutilheksahidropirolo C11H18N2O2 210 0,20
[1,2-a] pirazin
33 20,818 - 5,10-dietoksy-2,3,7,8- C14H22N2O2 250 0,10
tetrahidro-1H, 6H-dipirolo
[1,2-a;1’,2’-d] pirazin
45 24,669 - 1-etil-3-metil-4- C7H13N3 139 0,86
pirazilmetanamina
Aldehid 2 2,176 - Dietil asetal C6H14O2 118 1,99
dan 4 7,170 - 2-metilsiklopentanon C5H6O2 98 0,20
Keton/ 5 7,548 - 4-sec-butoksi-2-butanon C8H16O2S 14 0,48
3,13 % 11 12,063 - 4-(1-hidroksi-etil) gamma C6H10O3 130 0,15
butanolakton
24 18,200 - 4-metil sikloheksanon, C8H15N3O 169 0,05
semi karbazon
25 18,345 - Heptanal C12H24 114 0,17
31 19,616 - 4- C11H14O2 178 0,09
vinilbisiklo[3,3,1]nonane-
2, 7-dion
Alkohol/ 1 2,068 - 2-hidroksimetil-3-metil C4H8O2 88 0,54
47,13 % oksiran
3 4,185 - 2,3-butanediol C4H10O2 90 0,44
7 10,391 - Gliserol C3H8O3 92 43,42
14 13,982 - 1,2,3,4-butanetetrol C4H10O4 122 2,32
19 15,389 - 4-hidroksi-benzen etanol C8H10O2 138 0,16
51
21 15,959 - 2-metil-2-[(2-metil-2- C8H16O2 147 0,05
propenil)oksi]-1-propanol
27 18,975 - 2-O-nonil- L-treitol, C13H28O4 248 0,20
Piran/ 9 11,309 - 2,3-dihidro-3,5-dihidroksi- C6H8O4 144 1,20
1,20 % 6-metil-4H-piran-4-on
Furan/ 10 12,025 - 2,4-dihidroksi-2,5-dimetil- C6H8O4 144 0,03
0,03 % 3(2H)-furanon
1%, glukosa 0,5%) dengan kondisi pH 4,5 pada waktu proses 3 jam dengan GC-
(sistein 0,75% : vitamin C 0,25%, tiamin 1%, glukosa 0,5%), pH 4,5 dan waktu
proses 3 jam terdiri dari beberapa jenis senyawa diantaranya senyawa yang
sulfur dihasilkan dari reaksi termal antara sistein, tiamin dan taurin dengan
52
penyumbang aroma “daging” pada autolisat kaldu nabati berflavor analog ayam
(Farmer, 1999).
Senyawa yang termasuk asam-asam organik dan ester (15 senyawa) (Tabel
21) yang dihasilkan dari oksidasi lipid dan gula pereduksi. Senyawa yang
mengandung nitrogen (10 senyawa) (Tabel 21) yang dihasilkan dari reaksi termal
antara sistein, tiamin dan taurin dengan senyawa-senyawa dikarbonil hasil reaksi
Senyawa aldehid dan keton (8 senyawa) (Tabel 21) yang dihasilkan dari
tak jenuh, selain itu juga berperan sebagai penyumbang aroma “gurih” pada
kacang hijau oleh kapang Rhizopus-C1, selain itu juga merupakan hasil oksidasi
dari gula pereduksi maupun gula pereduksi saat reaksi flavoring (Lehninger,
1982). Senyawa piran (2 senyawa) dan senyawa furan (3 senyawa) (Tabel 21).
Senyawa piran dan furan terutama dihasilkan dari reaksi termal gula pereduksi,
53
Tabel 21. Komponen Senyawa Volatil pada Autolisat Kaldu Nabati Flavor Analog Ayam
Formula B4, pH 4,5 pemanasan 3 jam.
Jenis
Nomor Waktu Rumus (%
Senyawa/ Nama Senyawa BM
Puncak Retensi Molekul m.k)
Jumlah
Senyawa 6 7,538 - 3-merkaptoheksil asetat C8H16O2S 176 0,57
Sulfur/ 18 12,889 - 5-(2-kloroetil)-4-metil- C6H8ClNS 161 0,24
63,94 % thiazol
19 13,493 - 4-metil-5-hidroksietil C6H9NOS 143 61,85
tiazol
20 13,788 - 4-metil-5-viniltiazol C6H7NS 125 0,47
24 14,878 - 5-metil-4-tiazol etanol C8H11NO2S 185 0,62
asetat
32 17,592 - 2-(5-metil-1,3-tiazol-4- C8H11NO2S 185 0,10
il) etil asetat
44 23,060 - 2-hidroksimetil-5- C8H14OS 158 0,09
tionorbornan
Asam- 7 7,892 - Asam 2- C5H6O5 146 0,69
asam 14 11,925 oksopentandioat C7H14O2 130 0,10
Organik 22 14,449 - Asam heptanoat C9H20O 144 0,16
dan Ester/ 23 14,703 - 2-heksil asetat C10H20O2 172 0,21
16,22 % 28 16,372 - Asam decanoat C8H14O3 158 0,08
- Etil 2-hidroksi
29 16,568 siklopentan karboksilat C9H16O3 172 0,11
- Etil 2-formil-4-metil
31 17,204 pentanoat C12H24O2 200 2,53
33 17,725 - Asam Laurat C10H20O2 172 0,21
37 19,448 - Etil kaprilat C14H28O2 228 0,91
41 21,505 - Asam miristat C16H32O2 256 3,52
43 22,476 - Asam palmitat C17H34O2 270 0,13
45 23,216 - Asam heptadekanoat C18H32O2 280 0,55
46 23,305 - Asam linoleat C16H30O2 254 0,48
47 23,359 - Asam 9-heksadekenoat C22H42O2 338 1,15
48 23,615 - Asam oleat C18H36O2 284 5,39
- Asam stearat
Senyawa 10 10,517 - 5-amino-6-nitroso- C4H4N4O3 156 0,39
Nitrogen/ 2,4(1H,3H)-
6,48 % pirimidindion
25 15,244 - 2,3,5-trimetil pirazin C7H10N2 122 1,27
27 16,226 - Piperidin-4-on, 1,2,5- C9H18N4S 214 2,48
trimetil-tiosemikarbazon
30 17,067 - 2-allil-3,5-dimetilpirazin C9H12N2 148 0,31
34 18,208 - Metil 2-sikloheksanon C8H15N3O 169 0,17
semikarbazon
38 19,620 - 4-amino-5, 6- C8H9N3S 179 0,24
dimetiltiofeno [2,3-d]
pirimidin
39 20,586 - Heksahidro-3-(2- C11H18N2O2 210 0,38
metilpropil)-pirolo [1,2-
a] pirazin-1, 4-dion
40 20,818 - 5,10-dietoksi-2,3,7,8- C14H22N2O2 250 0,10
tetrahidro-1H, 6H-
dipirolo [1,2-A;1’,2’-D]
pirazin
42 21,697 - 5-dimetilaminopirimidin C6H9N3 123 0,17
49 24,675 - 1-etil-3-metil-4-
pirazolilmetanamina C7H13N3 139 0,97
54
Aldehid 1 2,181 - Dietil asetal C6H14O2 118 0,20
dan 2 2,287 - 3-hidroksi-2-butanon C4H8O2 88 0,11
Keton/ 5 7,252 - 2-metilsiklopentanon C5H6O2 98 0,28
2,06 % 16 12,078 - 4-(1-hidroksi-etil) C6H10O3 130 0,24
gamma butanolakton
17 12,408 - 5-hidroksimetilfurfural C6H6O3 126 0,20
26 15,958 - 1,3-dioksolan-4-on, 2- C10H18O3 186 0,35
(1,1-dimetiletil)-5-(1-
metiletil)-, (2s-cis)-
35 18,357 - Heptanal C7H14O 114 0,30
36 18,546 - 2-(2-bromo-4, 4- C10H15BrCl2O 300 0,38
diklorobutil)
sikloheksanon
Alkohol/ 3 4,395 - 2,3-butanediol C4H10O2 90 0,95
8,74 % 8 8,457 - 2,4-dimetil-1, 3-dioksan C6H12O2 116 0,47
11 10,610 - Gliserol C3H8O3 92 5,73
21 14,050 - 1,2,3,4-butanetetrol C4H10O4 122 1,59
Piran/ 9 8,610 - 2H-piran-2, 6(3H)-dion C5H4O3 112 0,13
1,89 % 13 11,234 - 2,3-dihidro-3,5- C6H8O4 144 1,76
dihidroksi-6-metil-4H-
piran-4-on
Furan/ 4 5,950 - 2-furanmetanol C5H6O2 98 0,43
0,68 % 12 11,234 - Tetrahidro-3, 4-furandiol C4H8O3 104 0,19
15 12,033 - 4-aminodihidro-2(3H)- C7H12O2 128 0,06
furanon
Dari kedua hasil analisa dengan GC-MS, ada 3 kelompok senyawa utama
penyumbang aroma analog ayam pada autolisat FAA yaitu senyawa yang
mengandung sulfur, nitrogen, serta aldehid dan keton. Hal ini ditunjukkan melalui
FAA formula A4 dengan B4, variasi dan jumlah senyawa lebih banyak ditemukan
pada FAA formula B4. Hal ini disebabkan adanya vitamin C yang digunakan
berperan sebagai gula pereduksi dalam reaksi Strecker dan Maillard sehingga
glukosa dalam proses lanjutan seperti pembuatan pasta maupun bubuk kaldu
55
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Deskripsi aroma paling kuat serta kandungan gizi terbaik pada proses
Dari variasi pH yang dilakukan yaitu pH 4, 4,5 dan 5 pada kondisi reaksi
adanya perbedaan nyata dari hasil uji statistik pada kadar protein terlarut dan gula
pereduksi yaitu autolisat FAT dengan kondisi pH 4 pada waktu proses 3 jam dan
flavor yang terkandung dalam autolisat FAT dengan kondisi pH 4 pada waktu
proses 3 jam dan ada 49 senyawa flavor yang terkandung dalam autolisat FAC
5.2. Saran
mengganti kacang hijau dengan jenis kacang lainnya seperti kacang tanah,
56 56
DAFTAR PUSTAKA
Farmer, L.J. 1999. Poultry Meat Flavour, didalam R.I. Richardson & G.C.
Mead., Poultry Meat Science. United Kingdom : CABI Publishing
Fessenden, Ralph J. dan Joan S. Fessenden. 1982. Kimia Organik jilid 2. Jakarta
: Erlangga
Heinze, R.F. 1978. Flavoring Vegetable Protein Meats Analog, didalam George
Charalambous & G.E Inglet., Flavor of Foods and Beverages. USA :
Academic Press, Inc
Kerler, Josef dan Chris Winkel. 2002. The Basic Chemistry and Process
Conditions Underpinning Reaction Flavour Production, didalam
Andrew J. Taylor, Food Flavour Technology. United Kingdom : CRC
Press
57 57
Pope, C.G dan M.F. Stevens. 1986. The Determination on Amino-Nitrogen
Using A Copper Method. Biochemical Journal, 33, p 1071-1076
Reed, G dan Nagodawithana, T.W. 1991. Yeast Technology. New York : Van
Nostrad-Reinhold
Winarno, F.G. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka
Utama
58
Winarno, F.G. dan S. Fardiaz. 1984. Biofermentasi dan Biosintesis Protein,
cetakan ke-3. Bandung : Penerbit Aksara
59
LAMPIRAN
Sampel dipanaskan dalam oven bersuhu 110° C selama 3 jam. Didinginkan dalam
ws − ( wa − wc )
Kadar air (%) = x 100 %
ws
Kadar Padatan Total (%) = 100 % - (% Kadar Air Sampel)
Prinsip analisa dengan metode Cu adalah NH2 dari asam amino dalam
bahan makanan apabila direaksikan dengan Cu2+ dalam suasana basa akan
iodometri.
diencerkan dengan penambahan air sebanyak 9 mL, divortex lalu diamkan hingga
terpisah bagian bening dan endapannya. Bagian bening digunakan sebagai sampel
60 60
dalam analisa. Sampel dipipet sebanyak 2,5 mL lalu dimasukkan kedalam labu
ukur 25 mL, ditambahkan 3 tetes indikator timolftalein dan beberapa tetes NaOH
campuran larutan CuCl2 0,16 M, larutan trisodium fosfat dan ditambahkan buffer
pekat dan 1 gram KI lalu dititrasi dengan Na-tiosulfat 0,01 N yang telah
distandarisasi. Saat hampir mencapai titik akhir titrasi ditambahkan 4 tetes larutan
pati 1 %, lanjutkan titrasi hingga warna biru tepat hilang. Catat mL titran (Na-
dipipet dan masukkan dalam labu takar 100 mL, tanda bataskan dengan aquadest.
0,1 mL + 0,9 mL
0,2 mL + 0,8 mL
0,3 mL + 0,7 mL
0,5 mL + 0,5 mL
0,7 mL + 0,3 mL
dengan penambahan air sebanyak 9 mL, divortex lalu diamkan hingga terpisah
61
bagian bening dan endapannya. Bagian bening digunakan sebagai sampel dalam
sampai tepat tanda batas. Dari hasil pengenceran diambil 0,1 mL dan ditambahkan
campuran (Nelson A + Nelson B), tutup tabung reaksi dengan sumbat kapas,
Prinsip penentuan kadar protein terlarut metode Lowry yaitu reagen Folin-
melalui reaksi reduksi oksidasi dimana gugus fenolik tirosin akan mereduksi
62
Larutan BSA (bovine serum albumin) dimasukkan masing-masing ke
dalam tabung reaksi : 0 mL (blanko); 0,1; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8 dan 1 mL protein
kemudian dikocok dan dibiarkan selama 30 menit sampai terbentuk warna biru.
Penetapan sampel:
diencerkan dengan penambahan air sebanyak 9 mL, divortex lalu diamkan hingga
terpisah bagian bening dan endapannya. Bagian bening digunakan sebagai sampel
dalam analisa. Dipipet sampel sebanyak 0,1 mL, dimasukkan ke dalam tabung
reaksi kemudian ditambahkan air 0,9 mL. Tambahkan 5,5 mL larutan III dan
biarkan selama 10-15 menit pada suhu kamar. Tambahkan 0,5 mL larutan IV ke
diamkan 30 menit pada suhu kamar sampai warna biru terbentuk. Ukur
Penetapan kadar protein total dengan metode ini didasarkan pada oksidasi
63
dibuat menjadi basa dan ammonia diuapkan untuk kemudian diserap dalam
larutan asam borat. Nitrogen yang terkandung dalam larutan dapat ditentukan
Kjeldahl (labu destruksi), kemudian tambahkan 0,5 gram garam Kjeldahl (dibuat
jam sampai diperoleh larutan berwarna hijau bening dan asapnya hilang semua.
sampai diperoleh cairan destilat sebanyak 100 mL. Cairan destilat ditampung
indikator MM dan MB. Kelebihan H3BO3 pada destilat dititrasi dengan larutan
HCl 0,1 N.
hal ini dilakukan berulang-ulang sampai tercapai berat konstan. Ditimbang sampel
64
dalam kertas saring sebanyak 1 gram lalu masukkan ke dalam timbel. Dinyalakan
alat (Soxtec System HT 2 1045) tekan tombol power, atur suhu sampai 120°C
tunggu hingga ready. Timbel yang telah diisi sampel dipasang adapter dan
masukkan ke dalam kondensor dan dicelupkan ke dalam crucible yang telah berisi
(posisi pendidihan) dengan mengatur waktu selama 40 menit dimana posisi kran
terbuka, setelah itu pindahkan ke posisi rinsing dan waktu di atur selama 20
menit. Setelah selesai rinsing, kran ditutup dan nyalakan blower selama 15 menit
dan tombol udara dibuka. Setelah selesai crucible diangkat dan masukkan ke
dalam oven untuk menguapkan sisa n-heksan dan air yang masih terdapat pada
crucible selama 1 jam pada suhu 100-110°C. Kemudian timbang hingga konstan.
W3 − W2
Kadar lemak (%) = x 100%
W1
Keterangan : W1 = berat sampel
W2 = berat crucible kosong dan kering
W3 = berat crucible setelah ekstraksi lemak dan
pendinginan dalam eksikator
diencerkan dengan penambahan air sebanyak 9 mL, divortex lalu diamkan hingga
terpisah bagian bening dan endapannya. Bagian bening digunakan sebagai sampel
dalam analisa.
refraktometer terlebih dahulu lalu dibersihkan dengan beberapa tetes aquadest dan
kemudian baca skala yang tertera di dalam refraktometer. Kadar garam (%)
65
sampel diperoleh dari skala yang terbaca pada salinometer dikalikan faktor
pengenceran sampel lalu dikonversikan sesuai faktor konversi kadar garam pada
skala tertentu.
66
Lampiran 2. Hasil Analisa Penentuan Komposisi Prekursor Terbaik
1. Uji Sensori
Tabel 23. Pengamatan Sensori Autolisat FAT dan FAC Autolisat Berflavor Analog Ayam
pada pH 5, suhu 100° C selama 3 jam reaksi flavoring.
Deskripsi
Jenis Formula
Aroma***
(L-sistein 1 % : Taurin 0 %, Tiamin-HCl 1 %, D-Glukosa
A1 -
0,5 %)**
(L-sistein 0,25 % : Taurin 0,75 %, Tiamin-HCl 1 %, D-
A2 1
Glukosa 0,5 %)**
(L-sistein 0,5 % : Taurin 0,5 %, Tiamin-HCl 1 %, D-
FAT* A3 2
Glukosa 0,5 %)**
(L-sistein 0,75 % : Taurin 0,25 %, Tiamin-HCl 1 %, D-
A4 3
Glukosa 0,5 %)**
(L-sistein 0 % : Taurin 1 %, Tiamin-HCl 1 %, D-Glukosa
A5 -
0,5 %)**
(L-sistein 1 % : Vitamin C 0 %, Tiamin-HCl 1 %, D-
B1 -
Glukosa 0,5 %)**
(L-sistein 0,25 % : Vitamin C 0,75 %, Tiamin-HCl 1 %,
B2 1
D-Glukosa 0,5 %)**
(L-sistein 0,5 % : Vitamin C 0,5 %, Tiamin-HCl 1 %, D-
FAC* B3 2
Glukosa 0,5 %)**
(L-sistein 0,75 % : Vitamin C 0,25 %, Tiamin-HCl 1 %,
B4 3
D-Glukosa 0,5 %)**
(L-sistein 0 % : Vitamin C 1 %, Tiamin-HCl 1 %, D-
B5 -
Glukosa 0,5 %)**
* FAT : Flavor Analog dengan formula mengandung Taurin; FAC : Flavor Analog
dengan formula mengandung Vitamin C
** % berat kering N-amino autolisat
*** 1 = Agak Kuat, 2 = Kuat, 3 = Sangat Kuat , 4 = Tajam
67
2. Kadar Padatan Kering
Tabel 24. Kadar Padatan Kering Autolisat Berflavor Analog Ayam pada pH 5, suhu 100°
C selama 3 jam reaksi flavoring.
Padatan Kering (%)
Jenis Formula Waktu Proses (jam)
0 1 2 3
A1 22,38 25,11 21,46 22,43
A2 22,39 21,20 21,12 19,88
FAT A3 22,32 23,20 22,81 21,88
A4 21,74 21,65 20,11 20,98
A5 22,59 23,54 23,41 21,45
B1 24,30 23,71 22,02 20,26
B2 20,56 21,50 19,93 21,45
FAC B3 22,99 22,80 21,34 21,29
B4 22,61 21,10 18,88 17,18
B5 22,07 22,00 21,84 22,13
Tabel 25. Kadar N-Amino Autolisat Berflavor Analog Ayam pada pH 5, suhu 100° C
selama 3 jam reaksi flavoring.
N-Amino (mg/mL, Berat Kering)
Jenis Formula Waktu Proses (jam)
0 1 2 3
A1 4,01 2,58 2,22 2,40
A2 3,05 7,53 9,95 6,32
FAT A3 2,80 3,19 2,85 3,08
A4 10,33 7,06 8,73 4,30
A5 2,24 2,15 2,22 2,59
B1 3,27 3,12 3,70 2,98
B2 6,08 9,15 7,00 7,74
FAC B3 5,68 2,77 2,53 3,17
B4 4,95 3,53 7,48 5,29
B5 2,68 2,93 2,66 2,75
68
4. Kadar Gula Pereduksi
Tabel 26. Kadar Gula Pereduksi Autolisat Berflavor Analog Ayam pada pH 5, suhu 100°
C selama 3 jam reaksi flavoring.
Gula Pereduksi (mg/mL)
Jenis Formula Waktu Proses (jam)
0 1 2 3
A1 30,00 43,75 33,75 33,75
A2 31,87 34,37 30,62 31,25
FAT A3 39,37 48,12 38,75 44,37
A4 36,87 35,62 30,00 30,62
A5 39,37 29,37 35,00 33,75
B1 42,50 43,12 35,00 40,00
B2 44,37 46,87 50,62 47,50
FAC B3 51,25 45,62 40,62 39,37
B4 38,12 40,62 35,00 35,00
B5 43,12 64,37 34,37 35,62
Tabel 27. Kadar Protein Terlarut Autolisat Berflavor Analog Ayam pada pH 5, suhu 100°
C selama 3 jam reaksi flavoring.
Protein Terlarut (mg/mL)
Jenis Formula Waktu Proses (jam)
0 1 2 3
A1 19,25 24,00 23,00 20,50
A2 18,25 19,25 18,50 18,50
FAT A3 19,75 20,75 19,25 21,50
A4 19,25 21,75 19,25 21,25
A5 17,25 16,25 22,75 19,50
B1 24,75 22,25 22,25 21,00
B2 19,50 19,75 18,50 20,75
FAC B3 22,25 23,25 21,50 21,00
B4 20,25 23,25 22,00 18,75
B5 22,25 24,75 20,50 22,25
69
6. Kadar Total Protein
Tabel 28. Kadar Total Protein Autolisat Berflavor Analog Ayam pada pH 5, suhu 100° C
selama 3 jam reaksi flavoring.
Total Protein (% Protein Kering)
Jenis Formula Waktu Proses (jam)
0 1 2 3
A1 18,51 22,24 26,75 19,09
A2 27,06 24,72 26,40 29,64
FAT A3 25,73 20,63 24,89 13,41
A4 17,85 26,69 27,96 25,64
A5 27,12 25,03 23,84 24,66
B1 20,28 22,87 25,53 23,29
B2 25,83 23,83 24,78 23,88
FAC B3 17,00 12,82 22,24 22,80
B4 24,32 26,36 24,95 28,18
B5 15,00 20,74 21,73 20,63
7. Kadar Lemak
Tabel 29. Kadar Lemak Autolisat Berflavor Analog Ayam pada pH 5, suhu 100° C
selama 3 jam reaksi flavoring.
Lemak (%)
Jenis Formula Waktu Proses (jam)
0 1 2 3
A1 0,10 0,10 0,09 0,08
A2 0,30 0,29 0,23 0,24
FAT A3 0,17 0,15 0,18 0,19
A4 0,24 0,22 0,16 0,23
A5 0,20 0,23 0,23 0,18
B1 0,14 0,17 0,16 0,15
B2 0,22 0,26 0,23 0,25
FAC B3 0,19 0,22 0,18 0,18
B4 0,26 0,26 0,25 0,24
B5 0,16 0,16 0,20 0,17
70
8. Kadar Garam
Tabel 30. Kadar Garam Autolisat Berflavor Analog Ayam pada pH 5, suhu 100° C
selama 3 jam reaksi flavoring.
Garam (NaCl) (%)
Jenis Formula Waktu Proses (jam)
0 1 2 3
A1 4,14 4,90 4,46 4,35
A2 2,78 2,78 2,91 3,18
FAT A3 3,66 4,59 4,53 4,72
A4 3,05 3,18 2,78 2,91
A5 4,38 3,92 3,05 3,58
B1 3,30 4,11 4,77 4,32
B2 2,91 3,18 2,91 3,05
FAC B3 4,25 4,25 4,14 4,35
B4 2,91 3,44 2,65 2,38
B5 4,38 4,22 3,82 4,37
71
Lampiran 3. Uji Sensori Autolisat Flavor Analog Ayam
Tabel 31. Hasil Uji Sensori Autolisat FAA setelah 3 Jam Reaksi
Flavoring pada Suhu 100° C dengan Variasi pH 4, 4,5
dan 5.
Jenis Waktu Proses
pH Deskripsi Aroma**
Formula* (jam)
0 -
1 1
4
2 2
3 3
0 -
1 1
FAT 4,5
2 2
3 2
0 -
1 1
5
2 1
3 2
0 -
1 1
4
2 2
3 2
0 -
1 1
FAC 4,5
2 2
3 3
0 -
1 1
5
2 1
3 2
* FAT : Flavor Analog dengan formula mengandung Taurin;
FAC : Flavor Analog dengan formula mengandung Vitamin C
** 1 = Agak Kuat, 2 = Kuat, 3 = Sangat Kuat , 4 = Tajam
72
Lampiran 4. Hasil Analisa Statistik (ANOVA) Kadar Padatan Kering
Tabel 32. ANOVA Kadar Padatan Kering Autolisat Berflavor Analog Ayam
F tabel
Sumber Keragaman DB JK KT F hitung
5%
Petak utama :
Kelompok 1 0,496133333 0,49613333 33,7505669
Jenis Formula (A) 1 1,222408333 1,22240833 83,1570295 tn 161,4
Galat (a) 1 0,0147 0,0147
Anak Petak :
pH (B) 2 19,15882917 9,57941458 16,3153956 tn 19,25
Interaksi (AB) 2 1,174279167 0,58713958 1,13432722 tn 19,25
Galat (b) 4 2,070441667 0,51761042
Anak-anak Petak :
Waktu Proses (C) 3 34,437225 11,479075 0,00020405 tn 8,676
Interaksi (AC) 3 1,436225 0,47874167 8,51E-06 tn 8,676
Interaksi (BC) 6 16,9296375 2,82160625 5,0156E-05 tn 3,98
Interaksi (ABC) 6 6,1577875 1,02629792 1,8243E-05 tn 3,98
Galat (c) 18 1012618,383 56256,5768
Total 47 1012701,48
Keterangan :
*) Berbeda nyata pada taraf 5 % bila Fhitung > Ftabel
tn) Tidak berbeda nyata pada taraf 5 % bila Fhitung < Ftabel
Kesimpulan :
Karena pada hasil ANOVA nilai Fhitung < Ftabel , maka hasil ANOVA terhadap
faktor A, B, C dan interaksi tidak terdapat perbedaan nyata terhadap kadar
padatan kering sehingga tidak dilakukan uji Duncan.
73
Lampiran 5. Hasil Analisa Statistik (ANOVA) Kadar Nitrogen Amino
74
Lampiran 6. Hasil Analisa Statistik (ANOVA) Kadar Gula Pereduksi
Tabel 34. ANOVA Kadar Gula Pereduksi Autolisat Berflavor Analog Ayam
F tabel
Sumber Keragaman DB JK KT F hitung
5%
Petak utama :
Kelompok 1 15,75520833 15,75520833 2,469387755
Jenis Formula (A) 1 533,3333333 533,3333333 83,59183673 tn 161,4
Galat (a) 1 6,380208333 6,380208333
Anak Petak :
pH (B) 2 2470,507813 1235,253906 51,34912043 * 19,25
Interaksi (AB) 2 48,11197917 24,05598958 0,85433526 tn 19,25
Galat (b) 4 112,6302083 28,15755208
Anak-anak Petak :
Waktu Proses (C) 3 428,3854167 142,7951389 0,001381803 tn 8,676
Interaksi (AC) 3 297,1354167 99,04513889 0,000958442 tn 8,676
Interaksi (BC) 6 508,1380208 84,68967014 0,000819527 tn 3,98
Interaksi (ABC) 6 189,3880208 31,56467014 0,000305446 tn 3,98
Galat (c) 18 1860115,234 103339,7352
Total 47 1864725
Keterangan :
*) Berbeda nyata pada taraf 5 % bila Fhitung > Ftabel
tn) Tidak berbeda nyata pada taraf 5 % bila Fhitung < Ftabel
Kesimpulan :
Karena pada hasil ANOVA nilai Fhitung > FTabel , maka hasil ANOVA terhadap
faktor B terdapat perbedaan nyata sehingga dilakukan uji Duncan.
SE = 3,752169511
LSR = SE x SSR
75
76
Lampiran 7. Hasil Analisa Statistik (ANOVA) Kadar Protein Terlarut
Tabel 36. ANOVA Kadar Protein Terlarut Autolisat Berflavor Analog Ayam
F tabel
Sumber Keragaman DB JK KT F hitung
5%
Petak utama :
Kelompok 1 17,88520833 17,88520833 2,003524003
Jenis Formula (A) 1 1,801875 1,801875 0,201848351 tn 161,4
Galat (a) 1 8,926875 8,926875
Anak Petak :
pH (B) 2 92,10166667 46,05083333 73,09656085 * 19,25
Interaksi (AB) 2 1,26 0,63 0,112441437 tn 19,25
Galat (b) 4 22,41166667 5,602916667
Anak-anak Petak :
Waktu Proses (C) 3 4,713958333 1,571319444 3,56148E-05 tn 8,676
Interaksi (AC) 3 15,755625 5,251875 0,000119036 tn 8,676
Interaksi (BC) 6 21,42166667 3,570277778 8,09222E-05 tn 3,98
Interaksi (ABC) 6 15,03 2,505 5,67771E-05 tn 3,98
Galat (c) 18 794157,9213 44119,88451
Total 47 794359,2298
Keterangan :
*) Berbeda nyata pada taraf 5 % bila Fhitung > Ftabel
tn) Tidak berbeda nyata pada taraf 5 % bila Fhitung < Ftabel
Kesimpulan :
Karena pada hasil ANOVA nilai Fhitung > FTabel , maka hasil ANOVA terhadap
faktor B terdapat perbedaan nyata sehingga dilakukan uji Duncan.
SE = 1,673755757
LSR = SE x SSR
77
78
Lampiran 8. Hasil Analisa Statistik (ANOVA) Kadar Total Protein
Tabel 38. ANOVA Kadar Total Protein Autolisat Berflavor Analog Ayam
F tabel
Sumber Keragaman DB JK KT F hitung
5%
Petak utama :
Kelompok 1 4,851408333 4,851408333 0,147304602
Jenis Formula (A) 1 0,190008333 0,190008333 0,005769274 tn 161,4
Galat (a) 1 32,93453333 32,93453333
Anak Petak :
pH (B) 2 7,950116667 3,975058333 0,451370936 tn 19,25
Interaksi (AB) 2 17,61326667 8,806633333 0,496741415 tn 19,25
Galat (b) 4 70,91523333 17,72880833
Anak-anak Petak :
Waktu Proses (C) 3 87,39341667 29,13113889 0,000350799 tn 8,676
Interaksi (AC) 3 19,06324167 6,354413889 7,65203E-05 tn 8,676
Interaksi (BC) 6 41,56858333 6,928097222 8,34286E-05 tn 3,98
Interaksi (ABC) 6 52,36373333 8,727288889 0,000105095 tn 3,98
Galat (c) 18 1494759,697 83042,20537
Total 47 1495094,54
Keterangan :
*) Berbeda nyata pada taraf 5 % bila Fhitung > Ftabel
tn) Tidak berbeda nyata pada taraf 5 % bila Fhitung < Ftabel
Kesimpulan :
Karena pada hasil ANOVA nilai Fhitung < Ftabel , maka hasil ANOVA terhadap
faktor A, B, C dan interaksi tidak terdapat perbedaan nyata terhadap kadar protein
total sehingga tidak dilakukan uji Duncan.
79
Lampiran 9. Hasil Analisa Statistik (ANOVA) Kadar Lemak
80
Lampiran 10. Hasil Analisa Statistik (ANOVA) Kadar Garam
81
Lampiran 11. Analisa Sensori dan Lembar Scoresheet Uji Penilaian (Skoring)
Aroma Kaldu Nabati Berflavor Analog Ayam
Pada analisa sensori dibutuhkan 6 orang panelis terlatih yang telah peka
beberapa jenis aroma seperti aroma kacang hijau rebus, kacang hijau
sampel (kaldu nabati berflavor analog ayam) (Soekarto, 1992). Panelis diminta
mengisi lembar scoresheet untuk memberikan skor pada kaldu nabati berflavor
82
UJI PENILAIAN (SKORING)
Instruksi:
aroma daging ayam pada sampel tersebut dengan nilai sebagai berikut:
Komentar:
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………
83
Lampiran 12. Perhitungan Formulasi Bahan Prekursor Flavor Analog Ayam
* Referensi
3,15 gram L-Sistein = 9,0175 mg/gr N-amino
2,5 gram Tiamin-HCl = 9,0175 mg/gr N-amino
0,5 gram Glukosa = 9,0175 mg/gr N-amino
* Untuk feed 150 gram autolisat dengan 19,85 mg/gr N-amino memerlukan :
9,0175
- L-Sistein = x 3,15 gram = 1,43 gram
19,85
9,0175
- Tiamin-HCl = x 2,5 gram = 1,136 gram
19,85
9,0175
- Glukosa = x 0,5 gram = 0,23 gram
19,85
* Persentase Formulasi
1,43
- L-Sistein = x 100 = 0,95 % (b.k. N-amino) ≈ 1 %
150
1,136
- Tiamin-HCl = x 100 = 0,76 % (b.k. N-amino) ≈ 1 %
150
0,23
- Glukosa = x 100 = 0,5 % (b.k. N-amino) ≈ 0,5 %
150
84
Tabel 41. Formulasi Prekursor Flavor Analog Ayam
Jenis
Formulasi
Formula
Tiamin-HCl Glukosa
L-sistein : Taurin
A (% bk N-amino (% bk N-amino
(% bk N-amino autolisat)
autolisat) autolisat)
A1 1:0 1 0,5
FAT
A2 0,25 : 0,75 1 0,5
A3 0,5 : 0,5 1 0,5
A4 0,75 : 0,25 1 0,5
A5 0:1 1 0,5
Tiamin-HCl Glukosa
L-sistein : Vitamin C
B (% bk N-amino (% bk N-amino
(% bk N-amino autolisat)
autolisat) autolisat)
B1 1:0 1 0,5
FAC
B2 0,25 : 0,75 1 0,5
B3 0,5 : 0,5 1 0,5
B4 0,75 : 0,25 1 0,5
B5 0:1 1 0,5
Tabel 42. Neraca Bahan Prekursor Flavor Analog Ayam pada Autolisat dengan Basis 150
gram Autolisat per Perlakuan.
Jenis
Formulasi
Formula
L-sistein : Taurin Tiamin-HCl Glukosa
A
(gr/ 150 gr autolisat) (gr/ 150 gr autolisat) (gr/ 150 gr autolisat)
A1 1,5 : 0,0 1,5 0,75
FAT A2 0,375 : 1,125 1,5 0,75
A3 0,75 : 0,75 1,5 0,75
A4 1,125 : 0,375 1,5 0,75
A5 0,0 : 1,5 1,5 0,75
L-sistein : Vitamin C Tiamin-HCl Glukosa
B
(gr/ 150 gr autolisat) (gr/ 150 gr autolisat) (gr/ 150 gr autolisat)
B1 1,5 : 0,0 1,5 0,75
FAC B2 0,375 : 1,125 1,5 0,75
B3 0,75 : 0,75 1,5 0,75
B4 1,125 : 0,375 1,5 0,75
B5 0,0 : 1,5 1,5 0,75
85
Lampiran 13. Kurva Kalibrasi Gula Reduksi dan Protein Terlarut
86
Lampiran 14. Diagram Alir Pembuatan Kaldu Nabati Berflavor Analog
Ayam dari Autolisat dengan Skala Laboratorium
Kaldu nabati FAA dengan jenis formula dan kondisi reaksi optimum (jenis
senyawa dan kadar komposisi kimia diketahui)
87
Lampiran 15. Peralatan Penelitian
Kacang Hijau Terfermentasi Autolisat Kaldu Nabati Autolisat Kaldu Nabati FAA
Rhizopus-C1
88