Anda di halaman 1dari 18

BUPATI MANGGARAI TIMUR

PERATURAN BUPATI MANGGARAI TIMUR

NOMOR .... TAHUN .....


TENTANG
RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
PERKOTAAN BORONG KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


BUPATI MANGGARAI TIMUR,
Menimbang : a. bahwa perkembangan penyelenggaraan penataan bangunan
dan lingkungan semakin cepat dan dinamis baik dari segi
kuantitas, kualitas, intensitas, kebutuhan prasarana dan
sarana, maupun lingkungannya;
b. bahwa perkotaan Borong merupakan ibukota Kabupaten
Manggarai Timur yang berada di koridor utama jalur
tranportasi di Pulau Flores yang juga merupakan jalur
pariwisata internasional
c. bahwa berdasarkan Pasal 5 ayat (4) Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007 tentang Pedoman
Umum Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan,
menyebutkan bahwa Dokumen Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan ditetapkan dengan Peraturan Bupati;
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
pada huruf a, huruf b, huruf c dan perlu menetapkan
Peraturan Bupati Manggarai Timur tentang Rencana Tata
Bangunan dan Lingkungan Perkotaan Borong Kabupaten
Manggarai Timur;
Mengingat : a. bahwa Undang-Undang Nomor 64 Tahun 1958 tentang
Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat I Bali, Nusa Tenggara
Barat Dan Nusa Tenggara Timur (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1958 Nomor 122);
b. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2007 tentang Pembentukan
Kabupaten Manggarai Timur Di Provinsi Nusa Tenggara Timur

1
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 102,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4752);
c. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan
Gedung (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 134, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
4247);
d. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya
Air (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4377);
e. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 68,Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4725;
f. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587);
g. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4966);
h. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan
dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5058);
i. Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2005 tentang
Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2002 tentang Bangunan Gedung (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2005 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4532);
j. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintah antara Pemerintah, Pemerintah
Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
k. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana
Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
l. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang

2
Penyelenggaraan Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
m. Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk
Dan Tata Cara Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 118,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5160);
n. Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 2011 tentang Rencana
Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Tahun 2010 -
2025(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor
125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5262);
o. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2012 tentang Izin
Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2012 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5285);
p. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 24/PRT/M/2007
tentang Pedomam Teknis Izin Mendirikan Bangunan
Gedung;
q. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 06/PRT/M/2007
tentang Pedoman Umum Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan;
r. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 29/PRT/M/2007
tentang Pedomam Umum Persyaratan Teknis Bangunan
Gedung;
s. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 05/PRT/M/2008
tentang Pedoman Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang
Terbuka Hijau di KawasanPerkotaan;
t. Peraturan Menteri PU Nomor 30/PRT/M/2006 tentang
Persyaratan Teknis Fasilitas dan Aksesibilitas pada Bangunan
Umum dan Lingkungan;
u. Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Timur Nomor 1
Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi
Nusa Tenggara Timur Tahun 2010-2030 (Lembaran Daerah
Provinsi Nusa Tenggara Timur Tahun 2011 Nomor 02);
v. Peraturan Daerah Kabupaten Manggarai Timur Nomor 6 Tahun
2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten
Manggarai Timur (Lembaran Daerah Kabupaten Manggarai
Timur 2012 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten
Manggarai Timur Nomor 78);

3
MEMUTUSKAN :
Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG DOKUMEN RENCANA TATA
BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI PERKOTAAN BORONG.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kabupaten Manggarai Timur
2. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan perangkat daerah unsur penyelenggaran
pemerintahan daerah.
3. Bupati adalah Bupati Kabupaten Manggarai Timur
4. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah yang selanjutnya disebut Bappeda
adalah Badan perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Manggarai
Timur.
5. Ruang adalah wadah yang meliputi ruang daratan, ruang lautan, dan ruang
udara sebagai satu kesatuan wilayah tempat manusia dan makhluk hidup
lainnya dan melakukan kegiatan serta memelihara kelangsungan hidupnya.
6. Tata Ruang adalah wujud struktural dan pola pemanfaatan ruang baik
direncanakan maupun tidak.
7. Penataan Ruang adalah proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang
dan pengendalian pemanfaatan ruang.
8. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Manggarai Timur yang selanjutnya
disingkat RTRW Kabupaten Manggarai Timur adalah arahan kebijaksanaan
dan strategi pemanfaatan ruang wilayah yang merupakan dasar dalam
penyusunan program pembangunan.
9. Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Perkotaan Borong yang selanjutnya
disingkat RTBL Perkotaan Borong adalah arahan kebijaksanaan dan strategi
pemanfaatan bangunan dan lingkungan yang menjadi pedoman bagi penataan
ruang di kawasan Perkotaan Borong.
10.Program Bangunan dan Lingkungan adalah penjabaran lebih lanjut dari
perencanaan dan peruntukan lahan yang telah ditetapkan untuk kurun waktu
tertentu yang memuat jenis, jumlah, besaran, dan luasan bangunan gedung
serta kebutuhan ruang terbuka hijau, fasilitas umum, fasilitas sosial,
prasarana aksesibilitas, sarana pencahayaan dan sarana penyehatan
lingkungan, baik berupa penataan prasarana dan sarana yang sudah ada
maupun baru.
11.Rencana Umum dan Panduan Rancangan adalah ketentuan ketentuan tata
bangunan dan lingkungan pada suatu lingkungan/kawasan yang memuat
rencana peruntukan lahan makro dan mikro, rencana perpetakan, rencana
tapak, rencana system pergerakan, rencana aksesibilitas lingkungan, rencana

4
prasarana dan sarana lingkungan, rencana wujud visual bangunan, dan ruang
terbuka hijau.
12.Rencana Investasi adalah rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk
menghitung kelayakan investasi dan pembiayaan suatu penataan, sehingga
terjadi kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan.
13.Ketentuan Pengendalian Rencana adalah ketentuan-ketentuan yang bertujuan
untuk mengendalikan berbagai rencana kerja, program kerja maupun
kelembagaan kerja pada masa pemberlakuan aturan dalam RTBL dan
pelaksanaan penataan suatu kawasan.
14.Pedoman Pengendalian Pelaksanaan adalah pedoman yang dimaksudkan
untuk mengarahkan perwujudan pelaksanaan penataan bangunan dan
kawasan yang berdasarkan dokumen RTBL, dan memandu pengelolaan
kawasan agar dapat berkualitas, meningkat, dan berkelanjutan.
15.Struktur peruntukan lahan merupakan komponen rancang kawasan yang
berperan penting dalam alokasi penggunaan dan penguasaan lahan/tata guna
lahan yang telah ditetapkan dalam suatu kawasan perencanaan tertentu
berdasarkan ketentuan dalam rencana tata ruang wilayah.
16.Intensitas Pemanfaatan Lahan adalah tingkat alokasi dan distribusi luas lantai
maksimum bangunan terhadap lahan/tapak peruntukannya.
17.Koefisien Dasar Bangunan yang selanjutnya disingkat KDB adalah angka
presentase perbandingan antara luas seluruh lantai dasar bangunan gedung
yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan
yang dikuasai.
18.Koefisien Lantai Bangunan yang selanjutnya disingkat KLB adalah angka
pesentase perbandingan antara jumlah seluruh luas lantai seluruh bangunan
yang dapat dibangun dan luas lahan/tanah perpetakan/daerah perencanaan
yang dikuasai.
19.Garis Sempadan Bangunan adalah garis pada halaman pekarangan bangunan
yang ditarik sejajar dari garis as jalan,tepi sungai atau as pagar dan
merupakan batas antara kavling/pekarangan yang boleh dibangun dan yang
tidak boleh dibangun.
20.Tinggi Bangunan adalah jarak yang diukur dari permukaan tanah, dimana
bangunan tersebut didirikan, sampai dengan titik puncak bangunan.
21.Sistim Jaringan Jalan dan Pergerakan adalah rancangan pergerakan yang
terkait antara jenis-jenis hiraki/kelas jalan yang tersebar pada kawasan
perencanaan (jalan lokal/lingkungan) dan jenis pergerakan yang melalui, baik
masuk dan keluar kawasan, maupun masuk dan keluar kaveling.
22.Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau merupakan komponen rancangan
kawasan, yang tidak sekedar terbentuk sebagai elemen tambahan ataupun
elemen sisa setelah proses rancang arsitektural diselesaikan, melainkan juga
diciptakan sebagai bagian integral dari suatu lingkungan yang lebih luas.
23.Tata Kualitas Lingkungan merupakan rekayasa elemen-elemen kawasan yang
sedemikian rupa, sehingga tercipta suatu kawasan atau sub area dengan
sistem lingkungan yang informatif, berkarakter khas, dan memiliki orientasi
tertentu.
24.Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan adalah kelengkapan dasar fisik
suatu lingkungan yang pengadaannya memungkinkan suatu lingkungan dapat
beroperasi dan berfungsi sebagai mana mestinya.
25.Wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap
unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan
aspek administratif dan atau aspek fungsional.
26.Kawasan adalah wilayah yang batasnya ditentukan berdasarkan pengamatan
perencanaan dengan mempertimbangkan adanya dominasi dan fungsi Lindung
atau Budidaya.
27.Kawasan Lindung adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama

5
melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam
dan sumber daya buatan.
28.Kawasan Budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama
untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam,
sumber daya manusia dan sumber daya buatan.
29.Perabot Jalan (Street furniture) merupakan komponen estetis jalan dan sarana
penunjang aktivitas kota.
30.IMB adalah Izin Mendirikan Bangunan.
31.IPB adalah Izin Pemanfaatan Bangunan.
32.Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang, termasuk masyarakat
hukum adat dan badan hukum.

BAB II
MAKSUD, TUJUAN DAN LINGKUP

Pasal 2
1. Maksud dari Peraturan Bupati tentang Rencana Tata Bangunan dan
Lingkungan Perkotaan Borong ini adalah sebagai dokumen panduan umum
yang menyeluruh dan memiliki kepastian hukum tentang perencanaan tata
bangunan dan lingkungan di Kawasan Perkotaan Borong Kabupaten Manggarai
Timur.
2. Tujuan dari Peraturan Bupati ini adalah sebagai pengendali pembangunan
dalam penyelenggaraan penataan bangunan dan lingkungan di Kawasan
Perkotaan Borong Kabupaten Manggrai Timur guna mewujudkan tata
bangunan dan lingkungan layak huni, berjati diri, produktif dan berkelanjutan.
3. Ruang lingkup substansi materi yang diatur dalam penyusunan RTBL
Perkotaan Borong meliputi visi dan misi pembangunan, konsep dasar
perancangan tata bangunan dan lingkungan, rencana umum dan panduan
rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian rencana; dan pedoman
pengendalian pelaksanaan.

Pasal 3
1. Lokasi perencanaan RTBL berada di Kecamatan Borong yang meliputi Desa
Nanga Labang, Kelurahan Rana Loba, dan Kelurahan Kota Ndora dengan total
luas kawasan perencanaan 59,57 hektar.
2. Wilayah perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam
peta Lampiran I yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

BAB III
MATERI POKOK RTBL KOTA BORONG

Pasal 4
1. Peraturan Bupati tentang RTBL Kota Borong disusun dengan sistematika
sebagai berikut :
BAB I : KETENTUAN UMUM
BAB II : MAKSUD, TUJUAN DAN LINGKUP
BAB III : MATERI POKOK RTBL PERKOTAAN BORONG

6
BAB IV : PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
BAB V : RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN
BAB VI : RENCANA INVESTASI
BAB VII : KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA
BAB VIII : PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN
KAWASAN
BAB IX : HAK, KEWAJIBAN DAN PERANSERTA MASYARAKAT
BAB X : KETENTUAN PERALIHAN
BAB X : KETENTUAN PENUTUP
2. Peraturan Bupati tentang RTBL Perkotaan Borong dilengkapi dengan lampiran,
buku album peta, ilustrasi, gambar teknis dan lain-lain yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB IV
PROGRAM BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

Bagian Kesatu
Visi Dan Misi Pembangunan

Pasal 5
Visi Pembangunan RTBL Perkotaan Borong Kabupaten Manggarai Timur adalah
terwujudnya Perkotaan Borong Kabupaten Manggarai Timur yang maju, mandiri
dan berdaya saing didukung oleh potensi sumber daya alam dan budaya
Manggarai Timur.

Pasal 6
Misi pembangunan Perkotaan Borong Kabupaten Manggarai Timur adalah :
1. Mewujudkan Pembangunan infrastruktur yang Merata, Seimbang dan
Berkelanjutan
2. Mewujudkan Perekonomian Masyarakat melalui Optimalisasi Keunggulan Lokal
3. Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Produktif dan Berdaya
Saing
4. Mewujudkan Kabupaten Manggarai Timur yang Aman, Tertib, Bersih, dan
Akuntabel yang Berkarakter Melayani
5. Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
6. Mengembangkan potensi seluruh wilayah yang berkeadilan untuk mewujudkan
pembangunan berkelanjutan tanpa merusak sumberdaya alam dan lingkungan

Bagian Kedua
Konsep Perancangan Struktur Tata Bangunan dan Lingkungan

Pasal 7
1. Dengan direncanakannya RTBL Perkotaan Borong Kabupaten Manggarai Timur
diharapkan dapat mengintegrasi ruang, jalan dan fasilitas kawasan dengan
kawasan sekitarnya terutama kawasan wisata Pantai Cepi Watu di bagian
barat, kawasan wisata muara Sungai Waebobo dan Sungai Waereca di bagian
tengah dan Pangkalan Pendaratan Ikan di bagian timur kawasan.
2. Struktur kawasan RTBL diatur sebagai berikut :
a. Segmen I : Kawasan pantai cepi watu

7
b. Segmen II : Kawasan terbangun yang termasuk diantaranya Pasar,
Terminal, Permukiman, serta Perdagangan dan Jasa
c. Segmen III : Kawasan Perencanaan, Kawasan Pangkalan Pendaratan Ikan,
Kawasan Pelabuhan Niaga.

Bagian Ketiga
Konsep Komponen Perancangan Kawasan

Pasal 8
1. Konsep komponen perancangan kawasan perencanaan dapat dikembangkan
dalam beberapa bentuk tematik kawasan wisata dengan tujuan untuk
memperkaya pengalaman wisatawan, melalui :
a. penyediaan rangkaian perjalanan yang mencerminkan keragaman wisata
yang berbeda dibanding dengan keragaman wisata di daerah laindalam
setiap kunjungan wisata;
b. pengayaan tawaran wisata yang dalam rangka distribusi wisata yang
semakin merata dan terkondisi sesuai minat dan motif wisata.
2. Guna mendukung konsep komponen perancangan kawasan perencanaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tema wisata harus memperhatikan
muatan lokal dengan pangsa pasar hingga mancanegara, dan tetap harus
memperhatikan kepentingan warga setempat dalam berwisata

Bagian Keempat
Blok Pengembangan Kawasan

Pasal 9
1. Pengaturan blok kawasan dibagi menjadi 4 (empat), yaitu :
a. Blok Pangkalan Pendarata Ikan (PPI)
b. Blok Pendukung Utama
c. Blok Regional
d. Blok Nasional
e. Blok Internasional
2. Blok Pangkalan Pendarata Ikan (PPI) sebagaimana disebutkan pada ayat 1
huruf a merupakan blok yang digunakan untuk menyusun rencana induk
pengembangan kawasan pelabuhan yang sudah direncanakan dalam bentuk
masterplan.
3. Blok Pendukung Utama sebagaimana disebutkan pada ayat 1 huruf b
merupakan blok yang didalamnya terdapat berbagai fasilitas Pendukung yang
melayani kegiatan utama sebuah kawasan.
4. Blok Regional sebagaimana disebutkan pada ayat 1 huruf c merupakan
kawasan Pantai Cepi Watu yang akan direncanakan menjadi Kawasan utama
regional dengan konsep Pariwisata.
5. Blok Nasional sebagaimana disebutkan pada ayat 1 huruf d merupakan
kawasan daerah kosong yang akan direncanakan menjadi Kawasan Nasional
dengan konsep Budaya.
6. Blok Internasional sebagaimana disebutkan pada ayat 1 huruf e merupakan
kawasan daerah kosong yang akan direncanakan menjadi Kawasan
Internasional dengan konsep Ecotourism yang terbagi dalam 2 lokasi.

8
Bagian Kelima
Program Penanganan Blok

Pasal 10
1. Penanganan pada Blok PPI diantaranya penyediaan Pelelangan Ikan, Cold
Storage, Pengolahan Ikan, Pengolahan Air Bersih, SPBN, Pos Jaga, WC/ Kamar
Mandi, Tempat Ibadah, Fungsi Pemerintahan, Pos Pelayanan Terpadu, Kantor
Admin Pelabuhan, Kios IPTEK, Mess Operator, Balai Pertamuan Nelayan, Area
Parkir, Pemeliharaan Mesin & Alat.
2. Penanganan pada Blok Regional/DAKHU diantaranya Tempat Pejalan Kaki di
Pantai Cepi Watu, Fasilitas Kendaaan ATV (All Terrain Vehicle Facility), Area
Bermain (Playground), Pos Jaga, WC/ Kamar Mandi, Tempat Ibadah, Fungsi
Pemerintahan, Pos Pelayanan Terpadu, Kantor Admin, dan Area Parkir.
3. Penanganan pada Blok Nasional diantaranya Kolam Renang Air Laut, Kesenian
Budaya Lokal, Museum/Pameran, Wisata Kuliner, Area Bermain, Area Foto, Pos
Jaga, WC/ Kamar Mandi, Tempat Ibadah, Pos Pelayanan Terpadu, Kantor
Admin, dan Area Parkir.
4. Penanganan pada Blok Internasional diantaranya Wisata Mangrove dengan
kondisi alami (Tumbuhan dan hewan), Kolam Renang Air Laut, Perahu Dayung,
Pos Jaga, WC/ Kamar Mandi, Tempat Ibadah, Pos Pelayanan Terpadu, Kantor
Administrasi, dan Area Parkir.

BAB V
RENCANA UMUM DAN PANDUAN RANCANGAN

Bagian Kesatu
Rencana Struktur Peruntukan Lahan

Pasal 11
Struktur peruntukan lahan di Kawasan RTBL Kota Borong dibagi atas struktur
peruntukan lahan makro dan struktur peruntukan lahan mikro.

Pasal 12
1. Struktur peruntukan lahan makro terdiri atas mencakup keseluruhan peta-
peta penggunaan lahan seperti penempatan masing-masing bangunan, aktivitas
pendukung, ruang terbuka, sirkulasi, lokasi jalan, dan fasilitas-fasilitas lain
yang ada saat ini.
2. Struktur peruntukan lahan mikro terdiri sebagai kawasan, Perdagangan dan
Jasa, Permukiman dan dan Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang kemudian dibagi
ke dalam beberapa blok peruntukan

Bagian Kedua
Rencana Perpetakan Lahan

Pasal 13
1. Konsep perpetakan lahan dengan mempertimbangkan kondisi dan
kecenderungan perkembangan di kawasan perencanaan serta arahan rencana
tata ruang.
2. Perpetakan lahan dapat dikembangkan dengan sistem kavling atau sistem blok.
3. Pengendalian perpetakan lahan dimaksudkan untuk mengarahkan kepadatan
bangunan, tata massa bangunan dan dimensi vertikalnya.

9
Bagian Ketiga
Rencana Intensitas Pemanfaatan Lahan

Pasal 14
1. Intensitas pemanfaatan lahan di kawasan RTBL Kota Borong didasarkan pada
fungsi zona dan status jalan.
2. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal 90% (sembilan puluh perseratus)
untuk koridor jalan utama (Jalan Soekarno dan Jalan Moh.Hatta)
3. Koefisien Dasar Bangunan (KDB) maksimal 80% (delapan puluh perseratus)
untuk koridor jalan perencanaan (Jalan Soeharto, Jalan Kapten Pierre Tendean
dan Jalan Ahmad Yani)
4. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal 4 untuk koridor jalan utama (Jalan
Soekarno dan Jalan Moh.Hatta)
5. Koefisien Lantai Bangunan (KLB) maksimal 3 untuk koridor jalan perencanaan
(Jalan Soeharto, Jalan Kapten Pierre Tendean dan Jalan Ahmad Yani)
6. Ketinggian bangunan maksimal 4 lantai untuk jalan utama (Jalan Soekarno
dan Jalan Moh.Hatta)
7. Ketinggian bangunan maksimal 3 lantai untuk jalan perencanaan (Jalan
Soeharto, Jalan Kapten Pierre Tendean dan Jalan Ahmad Yani)
8. Intensitas pemanfaatan lahan sebagaimana dimaksud bagian kedua tercantum
dalam peta Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Bagian Keempat
Rencana Tata Bangunan

Pasal 15
1. Konsep pembentukan struktur tata bangunan adalah melestarikan
bangunan yang bernilai sejarah dan menyamakan konsep bangunan di
kawasan perencanaan.
2. Konsep penataan sempadan bangunan kawasan perencanaan dijabarkan
ketentuan-ketentuan sebagai berikut, yaitu :
a. Garis Sempadan Bangunan (GSB) sebagai sempadan yang membatasi
jarak terdekat bangunan terhadap tepi jalan yang diukur dari batas
terluar riol/got sampai batas muka bangunan, yang berfungsi sebagai
pembatas ruang.
b. Garis Sempadan Samping/Belakang Bangunan (GSpB/GSbB) sebagai
sempadan yang membatasi jarak terdekat bangunan terhadap garis batas
samping atau belakang kavling, yang dihitung dari garis batas kavling
terhadap batas terluar samping/belakang bangunan. Sempadan ini
berfungsi sebagai ruang untuk pertimbangan faktor keselamatan antar
bangunan.
c. Garis Muka Bangunan (GMB), sebagai sempadan yang menjadi garis
batas maksimum tepi dinding muka bangunan bagian luar yang
berhadapan dengan jalan. Sempadan ini bersifat komplementer dengan
garis sempadan bangunan, dibuat untuk menciptakan efek ruang
tertentu pada suatu lingkungan.

Pasal 16
Bentuk dasar bangunan dipertimbangkan dari berbagai segi, baik segi kebutuhan
ruangnya sendiri ataupun dari ekspresi budaya dan nilai-nilai arsitektur setempat

10
menciptakan citra kawasan sebagai salah satu pusat wisata di Perkotaan Borong
dengan segala aktivitas pendukungnya, rancangan bangunan di dalam kawasan
perencanaan ini menjadi salah satu faktor yang penting yang perlu diperhatikan.

Bagian Kelima
Rencana Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung

Pasal 17
1. Jaringan jalan di kawasan perencanaan RTBL terdiri dari jaringan jalan arteri
primer, kolektor sekunder, lokal primer, dan jalan lingkungan.
2. Pembatasan waktu parkir pada Jalan Soekarno dan Jalan Moh.Hatta.
3. Pembangunan trotoar dua arah diutamakan pada Jalan Soekarno dan Jalan
Moh.Hatta.
4. Penataan trotoar menggunakan corak yang bervariasi dengan pola-pola figuratif
yang mencirikan kekhasan lokal.
5. Mengakomodasi kebutuhan sirkulasi bagi penyandang cacat (pengguna kursi
roda, dan tuna netra) dengan menghindarkan gundukan pada permukaan
trotoar, menandai jalur untuk tuna netra, membuat ramp pada pertemuan
dengan jalan umum.
6. Pengadaan zebra cross pada lampu lalu lintas, zona pendidikan, dan zona
perdagangan dan jasa.
7. Peta perencanaan trotoar sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tercantum
dalam peta Lampiran III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.
8. Rencana sirkulasi sebagaimana dimaksud pada bagian keempat tercantum
dalam peta Lampiran IV yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Bagian Keenam
Rencana Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan

Pasal 18
1. Guna mengantisipasi bahaya kebakaran pada wilayah perencanaan,
diupayakan pemenuhan sarana hidran dengan menempatkannya secara merata
di wilayah perencanaan.
2. Rencana prasarana hidran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tercantum
dalam peta Lampiran V yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Pasal 19
1. Konsep yang diarahkan untuk penataan sarana jaringan listrik lebih kepada
upaya untuk mengatasi gangguan visual kabel udara.
2. Rencana pengembangan jaringan listrik diarahkan pada pengembangan
jaringan baru seiring dengan pengembangan kawasan permukiman dan
kawasan baru lainnya seperti kawasan industri, perdagangan, perkantoran dan
lainnya yang direncanakan.
3. Peningkatan pelayanan terhadap kebutuhan daya bagi penerangan jalan
dengan cara penempatan tiang-tiang listrik diarahkan pada areal yang tidak
mengganggu sirkulasi para pejalan kaki.
4. Rencana pengembangan jaringan listrik sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
tercantum dalam peta Lampiran VI yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.

11
Pasal 20
1. Konsep penataan sarana jaringan telepon di wilayah perencanaan yaitu dengan
pengaturan kabel udara yang berada di sisi jalan maupun yang melintasi jalan.
Untuk pengembangan jaringan telepon diupayakan menggunakan sistem
pemanfaatan jaringan bawah tanah (cable trance) yang terpadu dengan jaringan
listrik dan air bersih.
2. Rencana pengembangan jaringan telepon sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
tercantum dalam peta Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 21
1. Konsep untuk penataan sarana jaringan air bersih di wilayah perencanaan,
yaitu dengan peningkatan kualitas distribusi / pipanisasi air bersih ke seluruh
wilayah perencanaan dan peningkatan debit air bersih
2. Rencana pengembangan jaringan air bersih sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum dalam peta Lampiran VIII yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.
Pasal 22
1. Bila disesuaikan dengan klasifikasi jalan, maka konsep dimensi penampang
saluran sekunder dan tersier adalah sebagai berikut :
a. Jalan arteri : lebar > 1,5 m dengan kedalaman 1,0-1,5 m
b. Jalan kolektor : lebar 0,8-1,5 m dengan kedalaman 1,0-1,5 m
c. Jalan lokal primer : lebar 0,5-0,8 m dengan kedalaman 0,5-1,0 m
d. Jalan lokal sekunder : lebar 0,3-0,5 dengan kedalaman 0,3-0,5 m
2. Konsep rencana penataan kawasan perencanaan ditetapkan sebagai berikut :
a. Sangat dibutuhkan pengadaan jaringan drainase yang mencakup seluruh
kawasan perencanaan.
b. Mempertimbangkan keberadaan dan kelestarian sungai-sungai yang
melewati kawasan perencanaan.
c. Untuk kawasan perbatasan dibutuhkan koordinasi dengan kawasan
sekitarnya guna mewujudkan sistem drainase terpadu.
d. Perbaikan dan pemeliharaan jaringan pembuangan sekunder (got) dengan
perkerasan yang ada, sehingga dapat berfungsi optimal.
3. Rencana pengembangan jaringan drainase sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tercantum dalam peta Lampiran IX yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 23
1. Konsep penanganan persampahan pada kawasan perencanaan diantaranya :
a. Penanganan sampah secara terpadu yang dikoordinasikan oleh DPU
Kabupaten Manggarai Timur dan mencakup seluruh kawasan perencanaan.
b. Mewajibkan kepada masing-masing kavling bangunan dan fungsi
peruntukan untuk menyediakan bak-bak penampungan sampah.
2. Rencana pengembangan jaringan persampahan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) tercantum dalam peta Lampiran X yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Kelima
Rencana Sistem Ruang Terbuka Hijau

Pasal 24

12
1. Ruang terbuka hijau meliputi :
a. Sistem Ruang Terbuka Umum (kepemilikan publik-aksesbilitas publik).
b. Sistem Ruang Terbuka Pribadi (kepemilikan pribadi-aksebilitas pribadi)
c. Sistem Ruang Terbuka Privat yang dapat diakses oleh Umum (kepemilikan
pribadi-aksesbilitas publik).
2. Konsep penataan ruang terbuka hijau melalui :
a. Mampu menampung pertumbuhan kegiatan kawasan yang bervariasi.
b. Akomodatif terhadap rencana jangka panjang sebagai fasilitas publik.
c. Menghadirkan ruang-ruang publik yang manusiawi dalam khasanah budaya
Perkotaan Borong.
d. Menunjang keberlangsungan proses-proses ekologis ekosistem kawasan.
e. Konservasi landscape yang bersifat khusus.
f. Sirkulasi di ruang terbuka sebagai urat nadi komersial.
3. Perletakan vegetasi pada Kawasan Perencanaan dilakukan dengan
mempertimbangkan kesatuan dalam desain penataan kawasan, yang terdiri dari
beberapa aspek yaitu variasi, penekanan, keseimbangan, kesederhanaan, dan
urutan.

Bagian Keenam
Wajah Jalan

Pasal 25
Konsep wajah jalan pada wilayah perencanaan adalah tetap mempertahankan
konsep yang ada yaitu konsep area non-formal, sedangkan konsep bangunan pada
kawasan perencanaan adalah diperlukan pengaturan garis langit (Sky Line) agar
bisa bervasariasi harus terdapat unsur anti klimaks dan unsur klimaks pada
koridor jalan utama.

Pasal 26
Komponen Perabot Jalan (street furniture) di kawasan RTBL Perkotaan Borong
Kabupaten Manggarai Timur terdiri dari pemberhentian/halte, tempat sampah,
lampu penerangan, papan penunjuk jalan dan reklame.

Bagian Ketujuh
Tata Kualitas Lingkungan

Paragraf 1
Konsep Pelestarian Bangunan dan Lingkungan

Pasal 27
Konsep pelestarian di kawasan perencanaan dengan cara perlindungan kawasan
limitasi berupa Kawasan Sempadan Pantai, perlindungan hutan mangrove dan
perlindungan terhadap kawasan bangunan bernilai sejarah.

Paragraf 2
Konsep Identitas Lingkungan

13
Pasal 28
Identitas lingkungan pada kawasan RTBL Perkotaan Borong Kabupaten Manggrai
Timur diwujudkan dengan merencanakan komponen-komponen urban design atau
elemen pembentuk identitas kawasan sesuai dengan karakter spesifik yang ada di
kawasan perencanaan.

Pasal 29
1. Elemen pembentuk identitas lingkungan pada kawasan perencanaan RTBL
Perkotaan Borong Kabupaten Manggarai Timur adalah sebagai berikut :
a. jalur yang digunakan bergerak atau berpindah tempat (path) yaitu jalan
yang ada di Perkotaan Borong.
b. batas dapat berupa suatu desain, jalan, sungai, gunung (edge) yaitu laut
sawu yang membatasi Perkotaan Boorong di bagian selatan.
c. simbol yang menarik secara visual dengan sifat penempatan yang menarik
perhatian (landmark) yaitu landmark Tugu Soeharto dan landmark Butung
Lawe Lujang di Kawasan Wisata Muara Sungai Waebobo dan Waereca.
d. suatu bagian kota yang mempunyai karakter atau aktivitas khusus (district)
yaitu Kawasan Wisata Muara Sungai Waebobo dan Waereca, Kawasan
Wisata Pantai Cepi Watu, dan Kawasan Panggkalan Pendaratan Ikan.
e. simpul atau lingkaran daerah strategis di mana arah atau aktivitasnya
saling bertemu dan dapat diubah ke arah atau aktivitas lain (nodes) yaitu
simpang empat utama Perkotaan Borong.
2. Identitas lingkungan sebagaimana dimaksud pada paragraf 2 tercantum dalam
peta Lampiran XI yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

BAB VI
RENCANA INVESTASI

PASAL 30
1. Kegiatan pelaksanaan Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Perkotaan
Borong dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur, Pemerintah
Povinsi Nusa Tenggara Timur, dan masyarakat Kabupaten Manggarai Timur.
2. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten
Manggarai Timur dan Pemerintah Povinsi Nusa Tenggara Timur sebagaimana
dimaksud padaayat (1), harus mengacu pada panduan Tata Bangunan dan
Lingkungan yang ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur.
3. Kegiatan pembangunan yang dilaksanakan oleh masyarakat sebagaimana
dimaksud padaayat (1), melalui pembangunan fisik bangunan di dalam lahan
yang dikuasainya, termasuk pembangunan ruang terbuka hijau, ruang
terbuka, dan sirkulasi pejalan kaki dengan tetap mengacu pada syarat dan
ketentuan berlaku.

PASAL 31
Skenario rencana investasi yang akan dilakukan di kawasan perencanaan
mencangkup 6 (enam) tahapan.

PASAL 32
1. Tahapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 diantaranya :
a. Justifikasi Kelayakan Ekonomi
b. Skenario Strategi Visi dan Misi Kawasan Perencanaan

14
c. Skenario Strategi Fisik (Bangunan Dan Lingkungan)
d. Skenario Strategi Non Fisik
e. Skenario Pelestarian Kawasan Perencanaan
f. Skenario Manajemen Kelembagaan
2. Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dijelaskan lebih lanjut dalam
laporan yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

PASAL 33
Pola kerjasama di kawasan perencanaan mencangkup 6 (enam) pola kerjasama.

PASAL 34
1. Tahapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 diantaranya :
a. Bentuk Kerjasama Operasional (KSO)
b. Perjanjian Penerusan Pinjaman (SLA)
c. Rekening Pembangunan Daerah
d. Kerjasama Pemerintah Dengan Pihak Swasta
e. Obligasi Pendapatan
f. Peminjaman Komersial
2. Tahapan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dijelaskan lebih lanjut dalam
laporan yang tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB VII
KETENTUAN PENGENDALIAN RENCANA

PASAL 35
Ketentuan pengendalian rencana dilakukan melalui, mekanisme perizinan, intensif
dan disintensif, perubahan rancangan pada tahap pelaksanaan, dan ketentuan
administratif pada perubahan.

PASAL 36
1. Mekanisme perijinan sebagaimana disebutkan dalam pasal 35 mekanisme
pemanfaatan lahan dan bangunan harus melalui proses perijinan, antara lain :
Ijin Prinsip, Ijin Lokasi, Ijin Mendirikan Bangunan Gedung (IMB) dan Sertifikat
Laik Fungsi (SLF).
2. Intensif dan disintensif sebagaimana disebutkan dalam pasal 35 dilakukan
dengan cara :
a. Ketentuan Penggunaan Lahan yang sesuai (Insentif) dilakukan dengan cara
pemberian insentif fiscal maupun non fiscal, pembangunan serta pengadaan
infrastruktur, kemudahan prosedur perizinan, pemberian penghargaan
kepada masyarakat dan swasta, peningkatan peran serta masyarakat
b. Ketentuan Penggunaan Lahan yang tidak sesuai (disinsentif) dilakukan
dengan cara pembarian denda, memperketat izin pembangunan, kenaikan
pajak, pembatasan penyediaan infrastruktur, pengenaan kompensasi.
3. Perubahan rancangan pada tahap pelaksanaan sebagaimana disebutkan dalam
pasal 35 dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan pengawasan dan
penertiban pemanfaatan ruang melalui Badan Koordinasi Penataan Ruang
Daerah (BKPRD) dengan ketetapan Bupati.
4. Ketentuan administratif pada perubahan sebagaimana disebutkan dalam pasal
35, setiap permohonan ijin pemanfaatan ruang yang terkait dengan perubahan

15
pemanfaatan ruang harus dilampiri atau dilengkapi dengan: rencana
pemanfaatan ruang lama dan yang baru, bukti penguasaan tanah, gambar-
gambar teknis sesuai dengan peraturan yang berlaku, persetujuan tertulis dari
tetangga terdekat (radius 100-200 meter).

BAB VIII
PEDOMAN PENGENDALIAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN KAWASAN

PASAL 37
1. Strategi pelaksanaan pembangunan ditekankan pada keseimbangan antar
wilayah, antar segmen, penataan dan pengendalian wilayah permukiman (lahan
terbangun), pengamanan fungsi lindung, penyebarluasan/pemerataan
prasarana dan sarana wilayah, serta penataan transportasi.
2. Pola-pola penggalangan dana dan tata cara penyepakatan dan pembiayaan
investasi RTBL Kota borong dilakukan dengan mekanisme kemitraaan antara
pemerintah, swasta dan masyarakat.
3. Aspek pengendalian rencana RTBL Perkotaan Borong terdiri dari :
a. Aspek pengendalian administrasi
b. Arahan antisipatif jika terjadi perubahan
4. Pembinaan pelaksanaan RTBL Perkotaan Borong terdiri dari pembinaan
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

BAB IX
HAK, KEWAJIBAN, DAN PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 38
1. Setiap orang mempunyai hak yang sama untuk berperan serta dalam
penyusunan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian RTBL Perkotaan
Borong Kabupaten Manggaarai Timur sesuai ketentuan peraturan perundang-
undangan.
2. Setiap orang berkewajiban untuk mentaati RTBL Perkotaan Borong Kabupaten
Manggaarai Timur sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
3. Bentuk, tata cara dan pembinaan peran serta masyarakat dilaksanakan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 39
RTBL Perkotaan Borong Kabupaten Manggarai Timur bersifat terbuka untuk umum
dan ditempatkan di tempat-tempat yang mudah dilihat oleh masyarakat.

Pasal 40
Masyarakat berhak memperoleh informasi mengenai RTBL Perkotaan Borong
Kabupaten Manggarai Timur secara cepat, tepat dan mudah.

BAB X

16
KETENTUAN PERALIHAN

PASAL 41

1. Kegiatan Budidaya yang telah ditetapkan dan berada di kawasan lindung dapat
diteruskan sejauh tidak mengganggu fungsi lindung.

2. Kegiatan Budidaya yang sudah ada di Kawasan Lindung dan dinilai


mengganggu fungsi lindungnya, harus segera dicegah perkembangannya dan
secara bertahap dikembalikan pada fungsi lindung.

BAB XI
KETENTUAN PENUTUP

PASAL 42
1. RTBL Perkotaan Borong Kabupaten Manggarai Timur yang telah ditetapkan
apabila dianggap perlu dapat ditinjau kembali untuk diubah sesuai dengan
perkembangan.
2. Peninjauan kembali sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setidaknya dilakukan
sekali dalam lima tahun.

PASAL 43
Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Bupati ini sepanjang mengenai
pelaksanaan RTBL Perkotaan Borong Kabupaten Manggarai Timur akan diatur
lebih lanjut oleh pihak yang terkait.

PASAL 44
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Bupati


ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Kabupaten Manggarai Timur.

Ditetapkan di Borong
pada tanggal ..., .... 2016
BUPATI MANGGARAI TIMUR,
ttd
DRS. YOSEPH TOTE, MSI
Diundangkan di Borong
Pada tanggal ..., ...2016
SEKRETARIS DAERAH

17
KABUPATEN MANGGARAI TIMUR,
ttd

18

Anda mungkin juga menyukai