Anda di halaman 1dari 3

1.proses pendirian BUMN ?

Pendirian, pengawasan, serta pembubaran Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 baik itu yang berbentuk Perum maupun Persero.
Dalam PP ini yang dimaksud dengan pendirian adalah pembentukan Persero atau Perum yang
ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Dalam pasal 4 disebutkan bahwa pendiran BUMN
meliputi:
a. pembentukan Perum atau Persero baru;
b. perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN;
c. perubahan bentuk badan hukum BUMN; atau
d. pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum
Dalam pasal 5 disebutkan bahwa pendirian BUMN ditetapkan oleh Peraturan
Pemerintah dan di dalamnya,sekurang-kurangnya memuat:
a. Penetapan pendirian BUMN;
b. Maksud dan tujuan pendirian BUMN; dan
c. Penetapan besarnya penyertaan kekayaan negara yang dipisahkan dalam rangka pendirian
BUMN.
Pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit instansi pemerintah menjadi
BUMN, maka dalam Peraturan Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dimuat
ketentuan bahwa seluruh atau sebagian kekayaan, hak dan kewajiban unit instansi pemerintah
tersebut beralih menjadi kekayaan, hak dan kewajiban BUMN yang didirikan.
Selanjutnya dalam pasal 6 disebutkan BUMN mempunyai tempat kedudukan di
wilayah Negara Republik Indonesia yang ditentukan dalam anggaran dasar. Pendirian BUMN
dilakukan dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata cara penyertaan modal dalam
rangka pendirian BUMN.
BUMN yang berbentuk Perum, pendiriannya diatur dalam PP Nomor 13 Tahun 1998.
Dalam pasal 7 PP tersebut disebutkan Perum adalah badan usaha milik Negara yang didirikan
dengan peraturan pemerintah. PP tentang pendirian Perum sekaligus menetapkan keputusan
untuk melakukan penyertaan modal Negara ke dalam Perum. Dengan ketentuan ini Perum
memperoleh status badan hukum setelah PP pendirian Perum berlaku. PP tersebut sekurang-
kurangnya memuat penetapan pendirian Perum, penetapan besarnya kekayaan Negara yang
dipisahkan untuk penyertaan ke dalam modal Perum, anggaran dasar Perum, penunjukan
Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah dan pendelegasian wewenang Menteri Keuangan
kepada Menteri BUMN dalam pelaksanaan pembinaan sehari-hari Perum.
BUMN yang berbentuk Perum, pendiriannya diatur dalam PP Nomor 13 Tahun 1998.
Dalam pasal 7 PP tersebut disebutkan Perum adalah badan usaha milik Negara yang didirikan
dengan peraturan pemerintah. PP tentang pendirian Perum sekaligus menetapkan keputusan
untuk melakukan penyertaan modal Negara ke dalam Perum.
Dalam penjelasan pasal 8 tersebut menyatakan bahwa pemisahan kekayaan Negara
untuk Dengan ketentuan ini Perum memperoleh status badan hukum setelah PP pendirian
Perum berlaku. PP tersebut sekurang-kurangnya memuat penetapan pendirian Perum,
penetapan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan untuk penyertaan ke dalam modal
Perum, anggaran dasar Perum, penunjukan Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah dan
pendelegasian wewenang Menteri Keuangan kepada Menteri BUMN dalam pelaksanaan
pembinaan sehari-hari Perum.
dijadikan modal dalam Perum dapat berupa uang tunai atau bentuk lain dan disebutkan
jumlah atau nilai nominalnya. Pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan modal suatu Perum
dapat dilakukan untuk pendirian suatu Perum, penambahan kapasitas suatu Perum, dan
restrukturisasi permodalan Perum. Seperti telah disebutkan bahwa pendirian Perum dilakukan
dengan Peraturan Pemerintah. Dalam PP tersebut dicantumkan juga anggaran dasar Perum.
Menurut ketentuan Pasal 10, anggaran dasar Perum memuat sekurang-kurangnya:
a. Nama dan tempat kedudukan Perum;
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perum;
c. Jangka waktu berdirinya Perum;
d. Susunan dan jumlah anggota Direksi dan jumlah anggota Dewan
Komisaris/Pengawas;
e. Penetapan tata cara penyelenggaraan rapat Direksi,rapat Dewan
Komisaris/Pengawas,rapat Direksi dan/atau Dewan Komisaris dengan
Menteri Keuangan dan Menteri;
Untuk penulisan nama Perum didahului dengan perkataan “Perusahaan Umum” atau
dapat disingkat “Perum” dicantumkan sebelum nama perusahaan. BUMN yanberbentuk
Persero diatur dalam PP Nomor 12 Tahun 1998 jo PP Nomor 45 Tahun 2001 juga dalam hal-
hal tertentu berlaku pula UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang PT termasuk dalam hal pendirian
suatu Persero berlakulah UU PT. Setiap penyertaan modal Negara ke dalam modal saham
perseroan terbatas ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah yang memuat maksud penyertaan
dan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan untuk penyertaan modal tersebut.
Pemisahan kekayaan Negara untuk dijadikan penyertaan Negara dalam modal
perseroan terbatas dapat dilakukan dengan cara penyertaan langsung Negara ke dalam modal
perseroan terbatas. Terhadap Persero, seperti yang telah disebutkan diatas maka, berlakulah
prinsip-prinsip Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40 Tahun 2007. Ini
berarti dalam hal pendirian Persero, Menteri Keuangan bertindak mewakili Negara, atau dapat
memberi kuasa kepada Menteri lain yang sesuai dengan sektor usaha Persero untuk menghadap
notaris sebagai pendiri mewakili Negara.Namun, sebelum menghadap notaris, rancangan
anggaran dasar Persero yang akan dituangkan dalam akta pendirian harus mendapat
persetujuan lebih dahulu dari Menteri Keuangan.
Penetapan dengan PP dilakukan karena modal dalam Perseroan Terbatas adalah
kekayaan Negara. Jadi, PP tersebut bukan mengesahkan berdirinya perseroan terbatas,
melainkan mengesahkan penyertaan modal Negara.dalam perseroan terbatas. Pemisahan
kekayaan Negara untuk dijadikan penyertaan Negara dalam modal perseroan terbatas dapat
dilakukan dengan cara penyertaan langsung Negara ke dalam modal perseroan terbatas.
2. Perlukah akta otentik untuk pendiran BUMN ?

Pendirian BUMN memerlukan akta otentik, karena BUMN yang berbentuk Persero
diatur dalam PP Nomor 12 Tahun 1998 jo PP Nomor 45 Tahun 2001 juga dalam hal-
hal tertentu berlaku pula UU Nomor 40 Tahun 2007 Tentang PT termasuk dalam hal
pendirian suatu Persero berlakulah UU PT. Penyertaan Negara dalam modal perseroan
terbatas dapat dil
akukan dengan cara penyertaan langsung Negara ke dalam modal perseroan terbatas.
Terhadap Persero, seperti yang telah disebutkan diatas maka, berlakulah prinsip-prinsip
Perseroan Terbatas sebagaimana diatur dalam UU Nomor 40
Tahun 2007. Ini berarti dalam hal pendirian Persero, Menteri Keuangan bertindak
mewakili Negara, atau dapat memberi kuasa kepada Menteri lain yang sesuai dengan
sektor usaha Persero untuk menghadap notaris sebagai pendiri mewakili
Negara.Namun, sebelum menghadap notaris, rancangan anggaran dasar Persero yang
akan dituangkan dalam akta pendirian harus mendapat persetujuan lebih dahulu dari
Menteri Keuangan.

Anda mungkin juga menyukai