PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mahluk hidup yang ada di bumi ini tidak terlepas dari kebutuhan akan air.
Tidak ada kehidupan, seandainya di bumi ini tidak ada air. Air yang relatif bersih
sering di dambakan oleh manusia, baik untuk keperluan hidup sehari-hari, untuk
keperluan industry,untuk kebersihan sanitasi kota, maupun untuk keperluan
pertanian dan lain sebagainya.1 Indonesia merupakan salah satu negara tropika
basah di dunia, krisis air sering melanda kawasan indonesia. Di beberapa daerah
di Indonesia sering ditemukan kelangkaan air bersih, sehingga masyarakat
kesulitan memenuhi kebutuhannya. Dalam hal sumberdaya air, krisis yang
dialami Indonesia menyangkut aspek penyediaan dan aspek pengelolaan. Dalam
hal penyediaan, masalah yang timbul mencakup aspek kuantitas dan kualitas.
Kepulauan indonesia kurang lebih 18.300 pulau baik besar, maupun sangat kecil.2
Secara spasial, permasalahan air dapat digolongkan pada dua wilayah, yakni
perkotaan, dan perdesaan.
1
DR. Basu Swastha DH, SE, MBA dkk,Pengantar bisnis modern (Pengantar ekonomi perusahaan
modern, (Yogyakarta, Liberty Yogyakarta, 2002,) Hlm. 209
2
LIPI, Sumber daya air di wilayah pesisir & pulau-pulau kecil diindonesia,(Jakarta, LIPI
Press,2007) Hlm. 1
kita tidak dapat ditingkatkan dan dipertahankan tanpa air yang cukup baik dari
segi kuantitas maupun kualitas. Oleh karena itu, kebijakan pengelolaan sumber
daya air (SDA) sebagai bagian dari kebijakan pembangunan nasional harus
mendapat perhatian yang lebih serius dari pemerintah.
Seluruh kehidupan di dunia tidak dapat terlepas dari air. Air menjadi
prasyarat bagi kelangsungan hidup setiap makhluk hidup. Indonesia telah
melakukan langkah maju dalam pelaksanaan Kebijakan Pengelolaan Sumber
Daya Air secara terpadu (Integrated Water Resources Management – IWRM)
yang menjadi perhatian dunai internasional untuk meningkatkan pengelolaan
sumber daya air dalam mencapai kesejahteraan umum dan pelestarian lingkungan.
Sejalan dengan konsep IWRM yang berkembang di forum internasional, beberapa
tindakan telah diambil di tingkat nasional dan daerah dalam rangka reformasi
kebijakan sumber daya air.
Tidak dapat dipungkiri, keberadaan sumber daya air merupakan hal yang
sangat penting. Oleh karena itu dibutuhkan pengelolaan yang efisien dan efektif
sehingga dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Menurut (Kodoatie,
2005)Pengelolaan sumber daya air didefinisikan sebagai aplikasi dari cara
struktural dan non struktural untuk mengendalikan sistem sumber daya air alam
dan buatan manusia untuk kepentingan/manfaat manusia dan tujuan lingkungan. 3
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang menjadi dalil pro terhadap pengelolaan sumber daya air oleh
swasta?
2. Apa yang menjadi dalil kontra terhadap pengelolaan sumber daya air oleh
swasta?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui dalil pro terhadap pengelolaan sumber daya air oleh
swasta.
3
Addinul Yakin, Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan, (Jakarta,Akademika Prasindo,2004)
Hlm.28
2. Untuk mengetahui dalil kontra terhadap pengelolaan sumber daya air oleh
swasta.
BAB II
PEMBAHASAN
4
Wisnu Arya Wardhana, Dampak Pencemaran Lingkungan edisi revisi,(Yogyakarta, Pustaka
Pelajar,2004) Hlm.71
2. Dengan adanya privatisasi pengelolaan sumberdaya air memungkinkan
kawasan yang belum tersentuh jaringan air, dapat dijangkau oleh seluruh
lapisan masyarakat untuk mendapatkan kemudahan terhadap akses air bersih.
3. Menjamin akses yang adil dan merata pada sumberdaya air, yang belum
tersentuh pada daerah-daerah tertentu serta penggunaan semena-mena air yang
merupakan anugerah tuhan akan dibatasi. Penggunaan ini akan hemat dan
pemakaian sesuai dengan kebutuhan.
PDAM selaku pengelola tunggal di suatu kawasan kabupaten kota
menjadikan PDAM memonipoli pengelolaan dari sumber air sampai ke pelayanan
air bersih kepada pelanggan. Amanat UUD 1945 pasal 33 frasa digunakan
“sebesar-besarnya untuk kepentingan rakyat” tidak dapat diwujudkan karena
berbagai permasalahan yang timbul dalam pengelolaan air bersih yang pada
umumya yang terjadi pada kabupaten kota. Keadaan tersebut diperparah dengan
kondisi PDAM dari 307 PDAM di Indonesia, 87 PDAM masuk kualifikasi kritis
yang mana perusahan tidak mampu membiayai operasi dan pemeliharaan, 164
hanya biasa membiayai operasi dan pemeliharaan tanpa bisa mengembangkan
perusahan, dan hanya 56 PDAM yang dapat beroperasi dan menguntungkan.5
Sedangkan, untuk perusahaan air minum saat ini berjumlah 425
perusahaan, di bawah pengelolaan pemerintah daerah, melayani sekitar 10 juta
sambungan rumah atau setara dengan 60 juta orang atau 25 persen dari total
penduduk. Dari sisi volume, itu setara dengan 3,2 miliar liter pada 2013.
Bandingkan dengan volume penjualan air minum dalam kemasan milik swasta
yang mencapai 20,3 miliar liter (2013). Tahun 2014, volumenya naik menjadi
23,9 miliar liter.6
5
Sigit Prasetyo Pranomo, Sistem Unbulding pada pengelolaan air bersih di tingkat kota maupun
kabupaten;(Jakarta, 2007)
6
Kompas. com
http://nasional.kompas.com/read/2015/03/03/15130071/Negara.Belum.Siap.Kelola.Air