Anda di halaman 1dari 6

OSPEK BRENGSEK

Jika kita membahas mengenai suatu hal yang berhubungan dengan revolusi
tentunya yang terlintas dalam pikiran adalah suatu perubahan yang memberikan
dampak yang sangat besar. Dalam revolusi, perubahan dapat direncanakan atau
tidak direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau
melalui kekerasan. Ukuran dari perubahan kecepatan relatif sebenarnya karena
revolusi dapat memakan waktu yang singkat maupun lama. Dalam masyarakat,
dunia pendidikan, astronomi, pemerintahan, bahkan sampai pada dunia
perindustrian ekstistensi kata ini dapat dibilang sangatlah famous, contohnya saja
adalah revolusi industri.
Revolusi Industri adalah perubahan cara membuat atau menghasilkan
barang yang semula menggunakan tenaga manusia beralih ke tenaga mesin.
Istilah revolusi industri diperkenalkan untuk pertama kalinya oleh Friedrich Engels
dan Louis-Auguste Blanqui pada pertengahan abad ke-19. Tidak jelas
penanggalan secara pasti tentang kapan dimulainya revolusi industri. Tetapi
T.S. Ashton mencatat permulaan revolusi industri terjadi kira-kira antara tahun
1760-1830. Revolusi ini kemudian terus berkembang dan mengalami
puncaknya pada pertengahan abad ke-19 , sekitar tahun 1850, ketika kemajuan
teknologi dan ekonomi mendapatkan momentum dengan perkembangan mesin
tenaga-uap, rel, dan kemudian di akhir abad tersebut berkembang mesin kombusi
dalam serta mesin pembangkit tenaga listrik.
Revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah
revolusi industri yang dimulai pada abad ke -18. Dunia mengalami empat revolusi
industri. Revolusi industri 1.0 ditandai dengan penemuan mesin uap untuk
mendukung mesin produksi, kereta api dan kapal layar. Berbagai peralatan kerja
yang semula bergantung pada tenaga manusia dan hewan kemudian digantikan
dengan tenaga mesin uap. Dampaknya, produksi dapat dilipatgandakan dan
didistribusikan ke berbagai wilayah secara lebih masif. Namun demikian, revolusi
industri ini juga menimbulkan dampak negatif dalam bentuk pengangguran masal.
Ditemukannya enerji listrik dan konsep pembagian tenaga kerja untuk
menghasilkan produksi dalam jumlah besar pada awal abad 19 telah menandai
lahirnya revolusi industri 2.0. Enerji listrik mendorong para imuwan untuk
menemukan berbagai teknologi lainnya seperti lampu, mesin telegraf, dan teknologi
ban berjalan. Puncaknya, diperoleh efesiensi produksi hingga 300 persen.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada
awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang
dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi dikendalikan oleh tenaga
manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem
otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin
murah. Teknologi informasi juga semakin maju diantaranya teknologi kamera yang
terintegrasi dengan mobile phone dan semakin berkembangnya industri kreatif di
dunia musik dengan ditemukannya musik digital.
Revolusi industri mengalami puncaknya saat ini dengan lahirnya teknologi
digital yang berdampak masif terhadap hidup manusia di seluruh dunia. Revolusi
industri terkini atau generasi keempat (4.0) mendorong sistem otomatisasi di dalam
semua proses aktivitas. Teknologi internet yang semakin masif tidak hanya
menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis
bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online. Munculnya bisnis
transportasi online seperti Gojek, Uber dan Grab menunjukkan integrasi aktivitas
manusia dengan teknologi informasi dan ekonomi menjadi semakin meningkat.
Berkembangnya teknologi autonomous vehicle (mobil tanpa supir), drone, aplikasi
media sosial, bioteknologi dan nanoteknologi semakin menegaskan bahwa dunia
dan kehidupan manusia telah berubah secara fundamental.
Seperti yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo, revolusi industri 4.0
telah mendorong inovasi-inovasi teknologi yang memberikan dampak disrupsi atau
perubahan fundamental terhadap kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan tak
terduga menjadi fenomena yang akan sering muncul pada era revolusi indutsri 4.0.
Kita menyaksikan pertarungan antara taksi konvensional versus taksi online
atau ojek pangkalan vs ojek online. Publik tidak pernah menduga sebelumnya
bahwa ojek/taksi yang populer dimanfaatkan masyarakat untuk kepentingan
mobilitas manusia berhasil ditingkatkan kemanfaatannya dengan sistem aplikasi
berbasis internet. Dampaknya, publik menjadi lebih mudah untuk mendapatkan
layanan transportasi dan bahkan dengan harga yang sangat terjangkau.
Yang lebih tidak terduga, layanan ojek online tidak sebatas sebagai alat
transportasi alternatif tetapi juga merambah hingga bisnis layanan antar (online
delivery order). Dengan kata lain, teknologi online telah membawa perubahan yang
besar terhadap peradaban manusia dan ekonomi.
Menurut Prof Rhenald Kasali (2017), disrupsi tidak hanya bermakna
fenomena perubahan hari ini (today change) tetapi juga mencerminkan makna
fenomena perubahan hari esok (the future change). Era disrupsi telah mengganggu
atau merusak pasar-pasar yang telah ada sebelumnya tetapi juga mendorong
pengembangan produk atau layanan yang tidak terduga pasar sebelunya,
menciptakan konsumen yang beragam dan berdampak terhadap harga yang
semakin murah. Dengan demikian, era disrupsi akan terus melahirkan perubahan-
perubahan yang signifikan untuk merespon tuntutan dan kebutuhan konsumen di
masa yang akan datang.
Perubahan di era disrupsi menurut Prof Kasali (2017), pada hakikatnya tidak
hanya berada pada perubahan cara atau strategi tetapi juga pada pada aspek
fundamental bisnis. Domain era disrupsi merambah dari mulai struktur biaya,
budaya hingga pada ideologi industri. Implikasinya, pengelolaan bisnis tidak lagi
berpusat pada kepemilikan individual, tetapi menjadi pembagian peran atau
kolaborasi atau gotong royong. Di dalam dunia perguruan tinggi, fenomena disrupsi
ini dapat kita lihat dari berkembangnya riset-riset kolaborasi antar peneliti dari
berbagai disiplin ilmu dan perguruan tinggi. Riset tidak lagi berorientasi pada
penyelesaian masalah (problem solving) tetapi didorong untuk menemukan potensi
masalah maupun potensi nilai ekonomi yang dapat membantu masyarakat untuk
mengantisipasi berbagai masalah sosial ekonomi dan politik di masa depan.
Revolusi industri 4.0 membuka peluang yang luas bagi siapapun untuk
maju. Teknologi informasi yang semakin mudah terakses hingga ke seluruh pelosok
menyebabkan semua orang dapat terhubung didalam sebuah jejaring sosial. Banjir
informasi seperti yang diprediksikan Futurolog Alvin Tofler (1970) menjadi realitas
yang ditemukan di era revolusi industri saat ini. Informasi yang sangat melimpah
ini menyediakan manfaat yang besar untuk pengembangan ilmu pengetahuan
maupun perekonomian.
Revolusi industri generasi empat tidak hanya menyediakan peluang, tetapi
juga tantangan bagi generasi milineal. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai pemicu revolusi indutri juga diikuti dengan implikasi lain seperti
pengangguran, kompetisi manusia vs mesin, dan tuntutan kompetensi yang semakin
tinggi.
Revolusi industri 4.0 dalam beberapa tahun mendatang akan dapat
dipredikksikan akan menghapus sebagian besar jenis pekerjaan. Hal ini disebabkan
pekerjaan yang diperankan oleh manusia setahap demi setahap digantikan dengan
teknologi digitalisasi program. Dampaknya, proses produksi menjadi lebih cepat
dikerjakan dan lebih mudah didistribusikan secara masif dengan keterlibatan
manusia yang minim. Sebagai contoh dengan berkembangnya sistem online
perbankan telah memudahkan proses transaksi layanan perbankan.
Saat ini kita berada pada bagian awal revolusi pemanfaatan teknologi yang
secara mendasar mengubah cara hidup, cara bekerja, cara berteman, cara
membangun kerja sama dan cara bersaing. Perubahan mendasar yang terjadi
menyangkut semua dimensi dan cakupan dengan kompleksitas baru yang lebih
rumit dari masa revolusi industri ke-1, ke-2, dan ke-3. Transformasi tentu terjadi di
bidang politik kenegaraan, sektor publik dan sektor privat, juga perkembangan
sosial-ekonomi dan bidang pendidikan harus menciptakan bentuk-bentuk baru yang
paling cocok, menciptakan inovasi dalam rangka adaptasi pada kondisi terintegrasi
antara dunia nyata dan dunia maya (virtual). Zaman baru saat ini adalah ancaman
sekaligus peluang untuk pengambilan kesempatan tambahan (opportunity gain),
dengan keuntungan yang dapat dipilih orientasinya, untuk individual dan untuk
sosial. Pendidikan tinggi wajib menyiapkan lulusan yang memiliki kearifan lengkap
di dua sisi yaitu kearifan individual dan kearifan sosial.
Situasi pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan
bentuk tantangan yang perlu direspon oleh instansi pendidikan di Indonesia dalam
menghasilkan lulusan yang bekompetansi dan integritas tinggi. Tantangan ini perlu
dijawab dengan peningkatan kompetensi mahasiswa terutama penguasaan
teknologi komputer, keterampilan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama secara
kolaboratif, dan kemampuan untuk terus belajar dan adaptif terhadap perubahan
lingkungan. Tantangan itu harus dihadapi sesuai pola kerja baru yang tercipta
dalam revolusi 4.0.
Mahasiswa yang tengah menuntut ilmu harus bersiap menghadapi tantangan
besar yang terjadi era Revolusi Industri 4.0 yang terjadi saat ini. Perubahan pola
baru ini membawa dampak terciptanya jabatan dan keterampilan kerja baru dan
hilangnya beberapa jabatan lama. Dengan metode pembelajaran yang disesuaikan
dengan pola dunia kerja terkini maka generasi muda akan lebih siap dalam dunia
kerja di bawah payung revolusi industry 4.0.
Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) merupakan salah satu institusi
Pendidikan tinggi negeri bertempat di Bali yang mencetak sumber daya manusia
dalam bidang kependidikan dan non kependidikan. Universitas Pendidikan
Ganesha (Undiksha) saat ini memiliki 11 program D3, 33 program sarjana, 11
program magister, dan 3 program doktor. Undiksha berkomitmen menghasilkan
lulusan yang berintegritas tinggi yang menjunjung nilai kemanusiaan serta memiliki
kemampuan akademis-profesional yang tinggi.
Untuk memepersiapkan lulusan yang siap bersaing di dunia kerja Undiksha
terus-menerus mengembangkan kurikulumnya sehingga perkembangannya telah
merujuk ke angka kualifikasi nasional. Perkermbangan kurikulim yang terus-
menerus mengikuti perkembangan iptek dan tuntutan pasar kerja didukung oleh
kertersediaan sarana dan prasarana yang sangat memadai. Di luar dukungan sarana
dan prasarana yang memadai perkuliahan dikelola oleh sumber daya manusia yang
bermutu. Mahasiswa tidak hanya diasah dalam bidang akademik, tapi juga dalam
bidang non akademik. Terdapat berbagai organisasi kemahasiswaan yang dapat
diikuti mulai dari Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ), Senat Mahasiswa Fakultas
(SMF), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM), Majelis Permusyawaratan Mahasiswa
(MPM), dan berbagai Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).
Dengan perkembangan kurikulum yang selalu disesuaikan dengan
perkembangan industri di bawah payung Revolusi Industri 4.0, setiap mahasiswa
yang menempuh pendidikan di Undiksa akan memupuk pondasi yang kuat dalam
menghadapi pola kerja yang baru di era digital ini. Dengan dasar pondasi yang kuat,
Mahasiswa akan lebih mampu bersaing. Selain itu lulusan Universitas Pendidikan
Ganesha (Undiksha) dituntut mampu menciptakan lapangan kerja yang dapat
menyerap menyediakan lapangan pekerjaan bagi yang terkait dalam bidangnya
sehingga dapat menurunkan angka pengangguran.
Dalam menghadapi revolusi industri generasi keempat (4.0), Mahasiswa
Undiksha memeran peranan penting dalam keberhasilah perekonimian bangsa.
Mahasiswa Undiksha merupakan tulang punggung pelaksana aktif perubahan yang
menyongsong bangsa Indonesia menuju langkah yang lebar kedepan. Tidak hanya
itu, Mahasiswa Undiksha yang sedang menyungsung pendidikan di bidang
kependidikan nantinya diharapkan akan mampu menjadi lulusan yang berkompensi
tinggi sehingga mampu menjadi tenaga pendidik yang berdedikasi dan berintegritas
dalam menghasilkan peserta didik yang bermutu.
Revolusi industry 4.0 merupakan perubahan yang akan sangat besar dalam
perekonomian setiap bangsa. Perubahan ini akan membawa dua sisi layaknya
sebuah pisau yang akan membahayakan jika tidak digunakan dengan baik dan disisi
lain akan sangat bermanfaat jika digunakan dengan baik. Begitu juga dengan
revolusi industri 4.0 yang jika suatu negara tidak siap akan perubahan ini maka
negara tersebut akan semakin tertinggal dan jika suatu negara sudah siap dengan
segala perubahan ini maka bukan tidak mungkin akan negara tersebut akan
membuat satu langkah lebar kedepan. Tantanngannya adalah bagaimana negara kita
mempersiapkan generasi selanjutnya untuk menjadi tulang punggung bangsa di
masa mendatang. Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) telah menjadi
perguruan tinggi yang unggul dan berdedikasi dalam menghasilkan lulusan yang
berintergritas untuk menghadapi tantangan dunia kerja di setiap perubahan yang
ada. Mahasiswa Undiksha akan mampu berperan aktif dalam program-program
kerja negara segingga akan membawa Indonesia menjadi lebih maju.

Anda mungkin juga menyukai