i
3.1. Perancangan JUDESA .......................................................................................... 13
LAMPIRAN A ....................................................................................................................... 18
Catatan:
- Isi dari daftar isi diratakan kiri
- Daftar gambar dan tabel dimasukkan
- Isi dari daftar isi menggunakan spasi 1,5 tanpa ada before dan after
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
1.2. Ruang Lingkup
Laporan ini membahas mengenai hasil kegiatan On the job training di Pusat Jalan dan
Jembatan Balitbang Kementerian PUPR dan topik khusus yang akan diangkat yaitu JUDESA,
Jembatan untuk Desa Asimetris. Selain itu, laporan ini membahas mengenai sistem lantai
JUDESA.
1.3. Tujuan
Laporan ini bertujuan untuk mendapat pengetahuan dan pengalaman langsung berkaitan
dengan pelaksanaan kerja di lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan
Rakyat yang berhubungan dengan kelitbangan jalan dan jembatan dan penerapan JUDESA,
Jembatan untuk Desa Asimetris. Lebih daripada itu, laporan ini bertujuan untuk memahami
tentang sistem lantai JUDESA.
1.4. Sasaran
Sasaran laporan ini adalah tercapainya peningkatan pemahaman terhadap produk-produk
kelitbangan yang telah dihasilkan oleh Pusjatan dan di luar Pusjatan.
Catatan:
- Paragraf baru diratakan kiri
- Istilah2 asing dicetak miring
- Ruang lingkup, tujuan, dan sasaran dibuat poin2 baik untuk umum dan topik khusus
- Nomor halaman adalah di tengah bawah dari halaman
2
BAB 2
RESUME KEGIATAN
B. Perkerasan Kaku
Perkerasan kaku terdiri dari tiga jenis yaitu perkerasan kaku bersambung tanpa tulangan
(JPCP), perkerasan kaku bersambung dengan tulangan (JRCP), dan perkerasan kaku
menerus dengan tulangan (CRCP). Sambunga pada perkerasan kaku ada 4 jenis yaitu
sambungan susut/kontraksi, sambungan kontruksi, sambungan isolasi, dan sambungan
ekspansi. Sambungan kontraksi melintang diperlukan untuk mengendalikan retak karena
tegangan yang disebabkan oleh penyusutan beton akibat proses hidrasi, beban lalu
lintas,perubahan temperatur serta berkurangnya kelembaban beton. Sambungan memanjang
dibuat untuk mengendalikan retak memanjang, dan digunakan jika lebar pelat beton lebih dari
3
4m. Mesin pembentuk perkerasan kai terdiri atas 2 jenis yaitu mesin untuk acuan tetap (fixed
form) dan mesin untuk acuan gelincir atau acuan bergerak (slip form). Sistem acuan gelincir
adalah acuan pembentuk yang menggunakan mesin yang bergerak secara otomatis,dapat
menyebarkan, meratakan, memadatkan dan menyelesaikan permukaan beton semen dengan
cara disinkronkan melalui sensor umpan balik,yang terdapat pada mesin penghampar.
4
Pengujian Pipih dan Lonjong. Bertujuan untuk mengetahui bentuk butir agregat.
Pengujian Kekekalan Agregat. Bertujuan untuk mengetahui indeks kekekalan batu.
Pengujian jumlah bahan dalam agregat yang lolos saringan no. 200. Bertujuan untuk
mengetahui persentase filler dalam suatu agregat.
Pengujian gumpalan lempung dan butir-butir mudah pecah. Bertujuan untuk mengetahui
persentase bahan yang tidak dikehendaki oleh agregat.
5
2.2. Balai Litbang Struktur Jembatan
2.2.1. Materi di Dalam Kelas
Jembatan adalah Bangunan pelengkap jalan yang berfungsi sebagai penghubung
suatu ruas jalan yang terputus akibat adanya hambatan berupa sungai, lembah, saluran,
persilangan atas dan lain-lain. Dalam merencanakan jembatan, dibutuhkan parameter untuk
dapat menentukan tipe bangunan atas, bangunan bawah dan fondasi, lokasi/letak jembatan,
material pada tiap komponen jembatan. Sesuai dengan Surat Edaran Menteri PUPR No.
07/SE/M/2015, persyaratan umum perencanaan, yaitu kekuatan dan stabilitas struktur,
kenyamanan dan keselamatan, kemudahan, ekonomis, pertimbangan aspek non teknis,
keawetan, dan estetika.
Pondasi adalah suatu konstruksi pada bagian dasar struktur/bangunan (sub structure)
yang berfungsi meneruskan beban secara merata dari bagian atas struktur/bangunan (upper
structure) kelapisan tanah yang berada di bagian bawahnya tanpa mengakibatkan keruntuhan
tanah, dan Penurunan (settlement) tanah/pondasi yang berlebihan. Cara memeriksa kualitas
pondasi dalam yaitu Static Loading Test, PDA (Pile Driving Analizer), PIT (Pile Integrity Test),
Kalendering (Tiang Pancang).
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan ketika memilih metode konstruksi adalah
skala jembatan, hambatan yang dilintasi jembatan, keberaturan panjangnya bentang
jembatan, penampang horizontal dan vertikal dari dek jembatan, sifat lapisan tanah, cuaca
setempat, biaya material lokal, pasar tenaga kerja lokal, aksesibilitas menuju lokasi, waktu
yang diizinkan untuk konstruksi. Metode konstruksi pra cetak yaitu balanced cantilever
erection with launching gantry, balanced cantilever erection with lifting frames, span by span
erection with launching gantry, dan full span precast method. Metode konstruksi cast in situ
yaitu Cast in-situ Post tensioned, Balanced Cantilever, dan Incrementally Launched. Metode
konstruksi jembatan lainnya yaitu Pier Head Rotation di Indonesia dikenal dengan sistem
Sosrobahudan Main span Lifting di Indonesia sudah digunakan untuk Jembatan Holtekamp,
Papua.
Tujuan utama dari pemeriksaan jembatan yaitu mengetahui kondisi jembatan dan
strategi pemeliharaan, perbaikan, dan rehabilitasi. Tujuan khusus dari pemeriksaan jembatan
adalah memeriksa keamanan jembatan saat layan, menjaga lancarnya lalu lintas,
menyediakan data atau kondisi jembatan, memeriksa pengaruh beban dan jumlah kendaraan,
memantau keadaan jembatan jangka panjang, dan menyediakan informasi mengenai
kapasitas jembatan. Jenis pemeriksaan jembatan yaitu pemeriksaan inventarisasi,
pemeriksaan detil, pemeriksaan rutin, dan pemeriksaan khusus.
6
2.2.2. Pemeriksaan Visual Jembatan
Pemeriksaan visual jembatan yaitu pemeriksaan inventarisasi, pemeriksaan detil, dan
pemeriksaan rutin. Pemeriksaan inventarisasi dilakukan pada jembatan baru atau setelah
dilakukan rehabilitasi. Pemeriksaan inventarisasi bertujuan untuk mendaftarkan data jembatan
ke pusat data (data base). Data yang didapat dari pemeriksaan inventarisasi yaitu
administrasi, geometri, bahan, lokasi, panjang bentang, dan jenis konstruksi. Pemeriksaan
detil dilakukan setiap 2 s.d 5 tahun (tergantung kebutuhan). Pemeriksaan detil bertujuan untuk
mengetahui kondisi jembatan dan untuk mempersiapkan strategi penanganan jembatan serta
membuat urutan prioritas. Data yang didapat dari pemeriksaan detil yaitu kerusakan elemen,
kelompok elemen, komponen utama jembatan. Pemeriksaan detil dilakukan setiap 1 tahun.
Pemeriksaan detil bertujuan untuk memeriksa hasil pemeliharaan rutin dan menentukan
tindakan darurat agar jembatan layak dan aman.
Pusjatan membuat aplikasi untuk memudahkan pemeriksaan jembatan yaitu INVI-J,
Inspeksi Visual Jembatan. Salah satu keunggulan dari aplikasi sistem inspeksi jembatan ini
adalah proses otomatisasi kriteria penilaian S dan R, berdasarkan kondisi kerusakan dan
penyebab kerusakan yang ada, sehingga memudahkan dalam rangka penilaian kondisi
Elemen Jembatan, dan mereduksi subjektifitas inspektor.
7
2.2.4. Pengujian Bahan Jembatan
a. Pengujian Kuat Tarik Baja
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tarik leleh dan kuat tarik putus baja tulangan
beton. Standar acuan yang digunakan SNI 2052:2014 - Baja tulangan beton, SNI 07-0371-
1998 - Batang uji Tarik untuk bahan logam, dan SNI 07-0408-1989 - Cara uji Tarik logam.
8
2.3. Balai Litbang Geoteknik
2.3.1. Teknologi Jalan di Atas Tanah Lunak
Tanah problematik terdiri dari tiga, yaitu tanah lunak, tanah gambut, dan tanah
ekspansif. Tanah dasar lunak dan daya dukung rendah mengakibatkan penurunan besar dan
stabilitas timbunan rendah. Tanah lunak dan gambut meliputi sekitar 20 juta hektar atau sekitar
10% dari luas total daratan di Indonesia. Tanah-tanah yang jika tidak dikenali dan diselidiki
secara seksama dapat menyebabkan masalah ketidakstabilan dan penurunan jangka panjang
yang tidak dapat ditolerir. Tanah lunak adalah tanah yang mempunyai kuat geser yang rendah
dan kompresibilitas yang tinggi. Tanah lunak banyak dijumpai di daerah pantai, delta sungai,
alluvial plain, dan cekungan-cekungan. Gambut adalah jenis tanah yang memiliki kadar
organik lebih dari 75 %. Berdasarkan kandungan seratnya, gambut dikelompokkan kembali
menjadi dua kelompok, yaitu amorf dan fibrous.
Tanah lunak menurut spesifikasi umum revisi 3 adalah tanah dengan CBR lapangan <
2%. Penyelidikan tanah di lapangan antara lain pengeboran mesin yang dilakukan hingga
tanah keras (N-SPT>50), uji SPT, dilakukan tiap interval 2m, UDS yang diambil sebelum uji
SPT, uji penetrasi konus dengan alat Sondir (qc>150kg/cm2), dan uji geofisika (geolistrik dan
seismik) yang bertujuan untuk menduga stratifikasi dan elevasi muka air tanah. Pengambilan
contoh tanah untuk pengujian laboratorium diambil dengan Sumur Uji (Trial Pits) dan
Undisturbed Sample (UDS) dari pemboran mesin.
Sondir bertujuan untuk mengetahui kedalaman tanah lunak, daya dukung tanah dasar
(qc) dan kedalaman bidang gelincir. SPT (Standard Penetration Test) bertujuan untuk
mengetahui kedalaman tanah keras dan daya dukung di tiap kedalaman. Pemboran bertujuan
mendapatkan contoh dan penampang tanah/batuan untuk mengetahui jenis tanah/batuan
bawah permukaan secara pasti. Jumlah pemboran yang harus dilakukan minimal 1 titik pada
setiap lokasi timbunan. Pemboran minimal mencapai kedalaman 5-10 meter kedalaman tanah
dasar (di bawah timbunan). Metode pemboran inti kering yaitu menggunakan open tube atau
tabung dinding tipis atau single tube core barrel. Pemboran ini menghasilkan contoh tanah
terganggu dan dapat dilakukan deskripsi.
Pengujian tanah laboraturium yang dilakukan antara lain uji indeks tanah berupa kadar
air, berat jenis, berat isi, angka pori, batas cair, batas plastis, distribusi ukuran butir, kadar
organik dan permeabilitas, lalu kuat geser tanah berupa triaxial Consolidated Undrained (CU),
Direct shear, kemudian uji konsolidasi berupa konsolidasi drainase vertikal dan horizontal.
Untuk tanah gambut, pengujiannya berupa pengujian keasaman bahan gambut
dengan alat pHmeter, pengukuran tebal endapan gambut, pengujian untuk penentuan kadar
serat dari contoh gambut dengan cara kering di laboratorium, pengujian berat volume
kapasitas mengikat air dan kapasitas udara bahan gambut jenuh air.
9
2.3.2. Pengujian Tanah
a. Kadar Air
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui kandungan air yang berada dalam tanah yang
di uji yaitu merupakan perbandingan massa air dibagi dengan massa tanah kering dikalikan
100% yang dinyatakan dalam %. Kegunaan hasil pengujian ini dapat diterapkan untuk
menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya, pada tanah kohesif konsistensinya
tergantung dari nilai kadar airnya.
b. Berat Isi
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendapatkan nilai berat isi tanah halus dengan cetakan
benda uji, dari pengujian ini juga dapat diketahui berat isi keringnya, angka pori, porositas dan
derajat kejenuhan. Kegunaan hasil pengujian ini dapat digunakan sebagai data pendukung
dalam perhitungan penurunan atau dinding penahan tanah.
c. Berat Jenis
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui angka perbandingan antara berat isi butir tanah
dan berat isi air suling pada temperatur dan volume yang sama, dimana berat isi butir
merupakan perbandingan antara berat butir tanah dengan volume tanah dan berat isi air
merupakan perbandingan antara berat air dengan volume air. Kegunaan hasil pengujian ini
dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya.
d. Atterberg Limit
Pengujian batas cair dimaksudkan untuk mengetahui nilai batas cair pada tanah kohesif
dengan menggunakan alat Casagrande yaitu pada pukulan 25. Pengujian batas plastis
dimaksudkan untuk mengetahui nilai batas plastis pada tanah kohesif dengan menggulung-
gulung tanah hingga diameter ± 3 mm dan menunjukkan retak-retak. Batas plastis merupakan
kadar air antara kondisi tanah semi plastis dan tanah padat atau keras. Kegunaan hasil
pengujian ini dapat diterapkan untuk menentukan konsistensi perilaku material dan sifatnya,
pada tanah kohesif konsistensinya tergantung dari nilai kadar airnya.
e. Analisa Saringan dan Hidrometer
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya butiran, persentase dari masing-
masing saringan dan jumlah persentase dari pasir, lanau dan kadar lempungnya. Kegunaan
hasil pengujian ini akan digunakan untuk mengklasifikasikan tanah tersebut.
f. Kuat Tekan Bebas (UCS)
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui besarnya kuat tekan maksimum akibat
pembebanan. Kegunaan hasil pengujian ini dapat diterapkan dalam perhitungan daya dukung
tanah.
10
2.3.3. Bor Tangan dan Sondir
Bor tangan bertujuan untuk mendapatkan jenis tanah, susunan dan ketebalan lapisan
serta pengambilan contoh. Kelebihan metode ini sangat sederhana karena ringan dan mudah
dipindahkan, cocok untuk tanah kohesif yang tidak terlalu keras, dan dapat melakukan
pengambilan contoh dan pengujian tanah setempat lainnya. Kekurangan metode ini adalah
tidak cocok untuk lapisan tanah yang berbutir (kerikil, kerakal), mempunyai pemboran
kedalaman yang terbatas kurang dari 10 meter, dan harus dibantu dengan menara kaki tiga
(tripod) bila ingin mencapai lapisan tanah yang lebih dalam.
Sondir bertujuan untuk memperoleh paramater-paramater perlawanan penetrasi
lapisan tanah di lapangan berupa perlawanan konus (qc), perlawanan geser (fs), angka
banding geser (Rf), dan geseran total tanah (Tf). Kelebihan sondir adalah cocok untuk lapisan
tanah yang bersifat kohesif, dapat langsung memperoleh daya dukung tanah, Alatnya mudah
dibawa (portable), dan dapat menentukan lapisan tanah keras. Kekurangan sondir adalah
tidak cocok untuk lapisan tanah berbutir terutama kerikil, tidak dapat mengambil contoh tanah,
dan perlu pengujian lain untuk mendapatkan stratifikasi tanah.
2.3.4. Georadar dan Geolistrik
Georadar menggunakan teknologi radar untuk melihat bawah permukaan. Georadar
dapat diaplikasikan pada medium berupa batuan, tanah, es, air tawar, pavement dan struktur.
Georadar mampu mendeteksi objek, perubahan perlapisan medium, gerowongan dan
rekahan.
Geolistrik bertujuan untuk mengetahui pendugaan stratifikasi tanah. Konsep dasar
penyelidikan geolistrik menyatakan bahwa setiap tanah/batuan seperti lempung, pasir, kerikil,
tipe variasi batuan sedimen dan batuan beku mempunyai tahan jenis kelistrikan yang spesifik.
Prosedur dilapangan dalam hal penempatan titik penyelidikan geolistrik yaitu, medan lapangan
yang cukup datar dan rata, bentangan/rentangan kabel/tali/pita penunjuk jarak di kedua belah
sisi harus sejajar kontur, lurus dan tegang, titik penyelidikan geolistrik ditempatkan agak
menjauhi bangunan-bangunan permanen seperti bangunan/tiang listrik dari besi dan beton
yang dapat mengganggu jalannya arus listrik, pada tempat dekat tebing, tempatkan titik agak
menjauhi tepi/bibir tebing, kalau memotong tebing, titik akhir deteksi usahakan menjauhi
tebing.
11
2.4. Balai Litbang Teknik dan Sistem Lalu Lintas
Catatan:
- Paragraf baru dkk diratakan kiri
- Isitlah2 asing dicetak miring
12
BAB 3
TOPIK KHUSUS
13
pelat ini disamping dapat meningkatkan kekakuan terhadap lentur juga dapat mencegah
adanya tekuk pada pelat baja. Suatu hal yang perlu dicermati adalah adanya kemungkinan
retak fatik pada bagian hubungan antara konstruksi pengaku/rib dengan pelat lantai.
Pelat baja ortotropik dipilih karena mampu mengurangi beban sistem pelat jembatan
yang telah terbuat sehingga pemasangan dapat dilakukan dengan peralatan yang lebih ringan
dan diharapkan dapat dilakukan dengan lebih cepat dan mengurangi beban jembatan secara
keseluruhan sehingga kapasitas beban yang dipikul rangka baja dapat meningkat. Pelat baja
ortotropik yang tersedia dapat dibuat dengan menerapkan konfigurasi penunjang dalam arah
melintang maupun memanjang. Pemilihan kedua konfigurasi tersebut diakibatkan ada atau
tidaknya ketersediaan gelagar memanjang/stringer dlam sistem rangka jembatan. Bila gelagar
memanjang tersedia maka konfigurasi penunjang dalam arah melintang begitu juga
sebaliknya. Detail yang perlu diperhitungkan apabila menerapkan sistem ini adalah
sambungan antar segmen agar pergerakan antar segmen baik dalam arah melintang atau
memanjang dapat dibuat lebih seragam, dan menyatu dengan baik, serta sistem lapisan aus
jalur kendaraan yang biasanya lebih rumit daripada dengan pelat jembatan dari bahan beton.
Secara umum, sistem pelapisan jembatan ortotropik yaitu lapisan perekat yang
berfungsi untuk menjamin kelekatan antara baja dan lapisan isolasi, lapisan isolasi yang
berfungsi untuk melindungi pelat lantai baja terhadap korosi dan membuat transisi fleksibel
antara lapisan perkerasan dengan pelat baja, lapisan adhesi yang berfungsi untuk menjamin
kelekatan yang cukup antara lapisan isolasi dan lapisan perkerasan aspal, dan lapisan
perkerasan yang berfungsi untuk mengambil dan mentransfer beban pada struktur di
14
bawahnya. Sistem lapisan perkerasan jembatan tipe ini lebih rumit dibanding dengan pelat
lantai jembatan beton karena diperlukan suatu bahan yang dapat merekatkan antara cat yang
melapisi baja dengan perkerasan jembatan. Selain itu, perkerasan jembatan juga harus
mampu menahan panas yang tinggi akibat pemanasan komponen pelat baja ortotropik dan
pergerakan akibat pemuaian pelat baja ortotropik dan lendutan jembatan.
Catatan:
- Ukuran font untuk judul gambar dan tabel adalah Arial 11 dan diletakkan di atas tabel dan
dibawah gambar
- Untuk sumber gambar dan tabel adalah Arial 10 dan diletakkan di pojok kiri bawah tabel dan di
bawah gambar
- Untuk sumber dari website tulis website depannya saja tetapi di daftar pustaka baru ditulis
lengkap dan ditambahkan kapan dilihat
15
BAB 4
PENUTUP
16
DAFTAR PUSTAKA
17
LAMPIRAN A
18