Anda di halaman 1dari 29

PANDUAN MANAJEMEN RESIKO

PUSKESMAS WAYAMLI PESISIR

Tim Peningkatan Mutu dan Keselamatan Pasien

2018

0
BAB I
DEFINISI

A. Pendahuluan
Puskesmas yang menerapkan prinsip keselamatan pasien berkewajiban
untuk mengidentifikasi dan mengendalikan seluruh risiko yang penting.Hal
ini mencakup seluruh area baik manajerial maupun fungsional, termasuk
area pelayanan, tempat pelayanan, juga area klinis.
Puskesmas perlu menjamin berjalannya system untuk mengendalikan dan
mengurangi risiko.
Manajemen risiko berhubungan erat dengan pelaksanaan keselamatan
dan berdampak kepada pencapaian sasaran mutu puskesmas. Ketiganya
berkaitan erat dalam suatu rangkaian yang tidak dapat dipisahkan.

Hal ini meliputi dua hal :


1. Identifikasi proaktif dan pengelolaan potensi risiko utama yang dapat
mengancam pencapaian sasaran mutu pelayanan puskesmas.
2. Reaktif atau responsive terhadap kerugian akibat dari keluhan, klaim,
dan insiden, serta respon terhadap laporan atau audit internal atau
eksternal.

Panduan ini akan menjelaskan mekanisme dan tanggungjawab untuk :

1. Identifikasi risiko
2. Analisa risiko
3. Evaluasi risiko
4. Pengendalian risiko/mengelola risiko
5. Mencatat risiko

B. Tujuan Panduan
1. Memberikan panduan sistem manajemen risiko yang baku dan berlaku
di puskesmas.
2. Memastikan sistem manajemen risiko berjalan dengan baik agar
proses identifikasi, analisa dan pengelolaan risiko dapat memberi
manfaat bagi keselamatan pasien dan peningkatan mutu puskesmas.
3. Meningkatkan awarereness tentang kemungkinan terjadinya resiko
dan potensi dampaknya.
4. Mengembangkan dan menerapkan rencana pencegahan resiko secara
memadai.

1
5. Membangun sistem monitoring dan komunikasi serta konsultasi yang
efektif demi tercapainya tujuan di atas dan penerapan yang
berkesinambungan.

C. Batasan Operasional
1. Risiko
Peluang/ probabilitas timbulnya suatu insiden yang akan berdampak
merugikan bagi pencapaian sasaran-sasaran keselamatan pasien dan
menurunkan mutu pelayanan.
2. Manajemen risiko
Merupakan upaya mengidentifikasi dan mengelompokkan risiko
(grading) dan mengendalikan/mengelola risiko tersebut baik secara
proaktif risiko yang mungkin terjadi maupun reaktif terhadap insiden
yang sudah terjadi agar meminimalkan dampak negative bagi
keselamatan pasien dan mutu Puskesmas.
3. Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
Setiap kejadian yang tidak disengaja dan kondisi yang mengakibatkan
cidera pada pasien. IKP terdiri dari Kejadian Tidak Diharapkan (KTD),
Kejadian Nyaris Cidera (KNC), Kejadian Tidak Cidera (KTC) dan
Kejadian Potensi Cidera (KPC).
4. Sistem Keselamatan Pasien
Suatu sistem dimana puskesmas membuat pasien lebih aman. Hal ini
termasuk asesmen resiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang
berhubungan dengan resiko pasien, pelaporan dan analisis insiden,
kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta
implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem ini
mencegah kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya.
5. Kejadian Tidak Diharapkan
Suatu kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pasien
akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan
yang seharusnya diambil dan bukan karena penyakit dasarnya atau
kondisi pasien.Cedera dapat diakibatkan karena kesalahan medis atau
bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah.
6. KTD yang tidak dapat dicegah
Suatu KTD akibat yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan
mutakhir.

2
7. Kejadian Nyaris Cedera (KNC) (Near Miss)
Suatu kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambil, yang dapat mencederai
pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi karena keberuntungan ( miss,
pasien terima suatu obat kontra indikasi tetapi tidak timbul reaksi obat)
karena pencegahan ( suatu obat dengan overdosis lethal akan
diberikan tetapi staf lain mengetahui dan membatalkan sebelum obat
diberikan), atau peringanan (suatu obat dengan overdosis lethal
diberikan, diketahui secara dini lalu diberikan antidotenya).
8. Kejadian Potensial Cedera (KPC)
Merupakan suatu kejadian yang berpotensi untuk menimbulkan cedera
bagi pasien tetapi belum samapai menimbulkan cedera.
9. Kejadian Tidak Cedera (KTC)
Merupakan kejadian yang sudah terpapar ke pasien tetapi tidak
menimbulkan cedera pada pasien.
10. Kejadian sentinel
Suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius,
biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau
tidak dapat diterima seperti operasi di bagian yang salah. Pemilihan
kata sentinel terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi. Sehingga
pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya
masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.
11. Pelaporan insiden keselamatan pasien
Suatu sistem untuk mendokumentasikan laporan insiden keselamatan
pasien, menganalisa dan mengantisipasi / mengelola / mengendalikan
insiden secara berkesinambungan.Sistem ini juga
mendokumentasikan kejadian-kejadian tidak konsisten dengan
operasional rutin puskesmas atau asuhan pasien.
12. Risiko sisa
Adalah sisa risiko tingkat terendah yang dapat dicapai setelah upaya
pengendalian/tindakan dilakukan.
13. Penilaian risiko
Adalah upaya identifikasi dari risiko yang terjadi atau berpotensi terjadi
dalam pelayanan di puskesmas dengan mempertimbangkan klasifikasi
dan derajat (grading) kerugian yang mungkin terjadi sebagai akibat
dari terpapar risiko tersebut.
14. Penilai risiko
Adalah anggota dari staf yang telah menghadiri pelatihan penilaian
risiko.Hal ini adalah tanggungjawab manajemen untuk memastikan

3
bahwa tiap unit kerja memiliki paling sedikit satu penilai risiko yang
terlatih.
15. Analisis akar masalah
Suatu proses terstruktur untuk mengidentifikasi factor penyebab atau
factor penyebab atau factor yang berpengaruh terhadap terjadinya
penyimpangan kinerja, termasuk KTD.

Tahap persiapan mencakup ;


Ruang lingkup kegiatan manajemen risiko, prosedur/ mekanisme
pelaporan, pemantauan serta review, dokumentasi yang terkait.
Identifikasi bahaya merupakan tahapan yang penting.Beberapa tehnik
identifikasi bahaya seperti observasi / survey, inspeksi, pemantauan, audit,
kuesioner, data statistic, konsultasi dengan pekerja.
Penilaian risiko merupakan acuan agar penilaian yang dilakukan seobyektif
mungkin berdasarkan data yang ada. Penilaian mencakup : informasi
tentang suatu aktifitas, tindakan pengendalian risiko yang ada,
peralatan/mesin yang digunakan untuk melakukan aktifitas, data statistik
kecelakaan/penyakit akibat kerja, hasil studi atau survey, studi banding
pada institusi sejenis, penilaian spesialis/tenaga ahli.
Analisa risiko adalah kegiatan analisa suatu risiko dengn cara menentukan
besarnya kemungkinan dan tingkat keparahan dari akibat atau
konsekuensi suatu risiko. Analisa ini dilakukan untuk membuat prioritas
pengendalian risiko.

Kegiatan yang dilakukan berupa :


1. Mengidentifikasi besarnya risiko
2. Penentuan besar risiko: berap besar bahaya dan kemungkinan
terjadinya.

4
BAB II

RUANG LINGKUP

A. Ruang Lingkup Panduan Manajemen Risiko


Panduan ini mencakup seluruh manajemen risiko di area pelayanan puskesmas
termasuk seluruh area pekerjaan, unit kerja dan area klinis. Manajemen risiko
merupakan tanggungjawab semua komponen di puskesmas. Tujuan manajemen
risiko untuk identifikasi dan pengendalian risiko strategis dan operasional tidak
akan tercapai apabila semua perangkat yang ada di puskesmas tidak
bekerjasama dan berpartisipasi pada pelaksanaannya.

Manajemen risiko meliputi identifikasi, analisa, evaluasi dan pengelolaan risiko :


1. Risiko yang berpotensi terjadi (pro-aktif)
2. Insiden yang telah terjadi (reaktif/responsive).

B. Tanggung Jawab Manajemen Risiko


Dalam rangka mencapai tujuan untuk mengidentifikasi dan mengendalikan risiko,
puskesmas mengatur kewenangan dan tanggungjawab manajemen
1. Tanggungjawab pimpinan
a. Menetapkan kebijakan mengenai manajemen risiko puskesmas
b. Menetapkan dan membina tim manajemen risiko puskesmas
c. Mengawasi dan memastikan system manajemen risiko puskesmas
berjalan dengan baik dan berkesinambungan
d. Menerima laporan dan rekomendasi pengelolaan/pengendalian risiko
serta menindaklanjuti sesuai arah kebijakan puskesmas termasuk
pendanaannya.
e. Mengambil alih tanggungjawab pengelolaan dan pengendalian insiden
keselamatan pasien sesuai grading resiko.
2. Tim manajemen risiko
a. Membuat dan meninjau strategi dan kebijakan manajemen risiko
b. Penyediaan pelatihan penilaian risiko
c. Memantau daftar risiko per unit untuk setiap perubahan, bagian yang tidak
lengkap, dengan perhatian pada tingkat risiko dan jadwal waktu.
d. Memberi saran kepada penilai risiko, penanggungjawab unit kerja tentang
manajemen risiko.
e. Memelihara dan membina daftar penilai risiko yang aktif.
f. Menanggapi permintaan pihak eksternal untuk informasi berkaitan proses
risiko.
g. Menanggapi permintaan audit internal dan eksternal berkaitan dengan
manajemen risiko.

5
3. Tanggungjawab penilai risiko
a. Menghadiri pelatihan penilai risiko dan pemutahiran yang diselenggarakan
oleh tim manajemen risiko.
b. Penilai risiko menilai risiko di area kerja mereka menggunakan form
penilaian risiko, mengidentifikasi seluruh risiko yang penting terlebih
dahulu dan memastikan penanggungjawab unit mengambil perhatian
terhadap resiko tersebut.
h. Penilai resiko menyimpan dokumen penilaian resiko yang asli dan
memberikan satu salinan kepada penanggungjawab unit untuk disimpan.
i. Menunjukkan bukti penilaian dan rencana tindakan yang lengkap dengan
jadwal waktu penyelesaian.
4. Tanggung jawab penanggung jawab unit kerja
a. Mengelola seluruh resiko di tempat kerja. Penanggung jawab unit kerja
boleh mendelegasikan tugas melakukan penilaian resiko kepada anggota
tim yang telah menghadiri pelatihan penilaian risiko untuk penilai.
b. Menunjuk penilai resiko untuk area mereka, memastikan bahwa mereka
diijinkan untuk menghadiri pelatihan penilai risiko dan sesi pemutahiran.
c. Memastikan bahwa penilai resiko mempunyai alokasi waktu yang
memadai untuk penilaian resiko.
d. Melakukan validasi untuk penilaian resiko yang dilakukan dan melakukan
tindakan untuk mengurangi risiko yang teridentifikasi sampai pada tingkat
terendah yang mungkin dicapai.
e. Melengkapi form penilaian resiko.
f. Jadwal waktu untuk memulai / meningkatkan langkah pengendalian.
g. Penyediaan informasi yang sesuai dan memadai, pelatihan dan supervise
bagi staf untuk mendukung penurunan resiko.
h. Memelihara catatan penilaian risiko yang dilaksanakan dan untuk
mencatat perkembangan dan kinerja dibandingkan tindakan perbaikan
yang direncanakan.
i. Berkooordinasi dengan unit lain di dalam puskesmas.
5. Tanggungjawab karyawan
a. Seluruh staf mempunyai tanggungjawab untuk member informasi kepada
atasan mereka setiap bahaya yang bermakna di tempat kerja.
b. Dapat bekerjasama secara penuh dalam menerapkan pedoman.
prosedur, dan kebijakan yang berkaitan dengan keselamatan dan
kesehatan, serta manajemen resiko.
c. Mengikuti petunjuk kerja yang tertulis serta pelatihan yang disediakan.
d. Berpartisipasi aktif dalam proses penilaian resiko.
e. Memenuhi dan melaksanakan langkah pengendalian/tindakan setelah
penilaian dilakukan.

6
BAB III

TATA LAKSANA

A. Identifikasi Risiko dan Penilaian Risiko


Dalam hal ini, resiko dapat dibedakan menjadi risiko potensial dan insiden yang
sudah terjadi.
Resiko potensial dapat diidentifikasi dari berbagai macam sumber, misalnya :
 Informasi internal (rapat bagian/koordinasi, audit, insiden)

1. Menegakkan konteks
Tetapkan kegiatan, tujuan dan sasaran.
2. Identifikasi resiko
Apa yang dapat terjadi dan bagaimana hal itu dapat terjadi.
3. Analisa resiko

7
Seberapa sering resiko dapat terjadi, apa dampaknya bila resiko itu terjadi dan
tingkat resiko.
4. Evaluasi dan peringkat
Evaluasi pilihan untuk mengurangi resiko (prioritas)
Hitung biaya untuk mengurangi resiko
Identifikasi kegiatan yang dapat mengurangi resiko
Bandingkan biaya dengan benefit.
5. Pengelolaan resiko
Dihindari :tidak melaksanakan kegiatan yang menimbulkan resiko
Dikurangi : mengurangi atau mengendalikan dampak yang mungkin terjadi
Dipindahkan : mengatur agar pihak lain menanggung atau berbagi sebagian
resiko melalui kontrak kerjasama.
Diterima : beberapa resiko sangat ringan sehingga dapat diterima atau dikelola
sendiri.
6. Monitor dan review : dikaji kembali atau review efektifitas kegiatan sehingga ada
perubahan prioritas resiko.
7. Dikomunikasikan dan dikonsultasikan : siapa saja yang perlu tahu (internal dan
eksternal) dan siapa saja yang terlibat.

Contoh risiko potensial berdasarkan area pelayanan :

1. Akses pasien:
a. Kegagalan merujuk pasien
2. Kecelakaan
a. Tersengat listrik
b. Terpapar dengan bahan berbahaya
c. Tertimpa benda jatuh
d. Tersiram air panas
e. Terpeleset.
3. Asesmen dan terapi
a. Kesalahan identifikasi pasien
b. Kesalahan pelabelan spesimen laboratorium
c. Kegagalan konsultasi interdisipliner pasien
4. Masalah administrasi keuangan pasien
a. Kesalahan estimasi biaya
b. Pengenaan tagihan yang sama 2x
c. Kesalahan input data tagihan
d. Perbedaan tarif dan tagihan
e. Transaksi tidak terinput.
5. Kejadian infeksi

8
a. Kegagalan /kontaminasi alat medis
b. Infeksi luka operasi
c. Needlestick injury
d. Kesalahan pembuangan limbah medis
e. Infeksi nasokomial
6. Rekam medik
a. Kegagalan memperoleh informed consent
b. Kesalahan pelabelan rekam medik
c. Kebocoran informasi rekam medik
d. Ketidaklengkapan catatan dalam rekam medik
e. Kehilangan/kesalahan penyimpanan rekam medik.
7. Obat
a. Penulisan resep yang tidak baik
b. Riwayat alergi obat tidak teridentifikasi
c. Kesalahan dosis obat
d. Obat rusak/expired
e. Kesalahan identifikasi pasien dalam pemberian obat
f. Kegagalan memonitor efek samping obat.
8. Keamanan
a. Pencurian
b. Lingkungan yang tidak aman

Risiko atau insiden yang sudah teridentifikasi harus ditentukan gradingnya, dengan
memperhatikan :

1. Tingkat peluang/peluang kejadian


2. Tingkat dampak yang dapat/sudah ditimbulkan.

9
RISK GRADING MATRIX

PROBABILITAS/FREKUENSI/LIKEHOOD

Level Frekuensi Kejadian aktual

1 Sangat Jarang Dapat terjadi dalam lebih dari 5 tahun

2 Jarang Dapat terjadi dalam 2 – 5 tahun

3 Mungkin Dapat terjadi tiap 1 – 2 tahun

4 Sering Dapat terjadi beberapa kali dalam setahun

5 Sangat Sering Terjadi dalam minggu / bulan

Identifikasi resiko juga dapat dikategorikan berdasar dampak sesuai dengan jenis-jenis
insiden keselamatan pasien sebagaimana dalam tabel berikut :

Level DESKRIPSI CONTOH DESKRIPSI

1 Insignificant Tidak ada cedera

2 Minor  Cedera ringan

 Dapat diatasi dengan pertolongan pertama,

10
3 Moderate Cedera sedang

Berkurangnya fungsi motorik / sensorik / psikologis atau


intelektual secara reversibel dan tidak berhubungan
dengan penyakit yang mendasarinya

 Setiap kasus yang memperpanjang perawatan

4 Major  Cedera luas / berat

 Kehilangan fungsi utama permanent (motorik,


sensorik, psikologis, intelektual) / irreversibel,
tidak berhubungan dengan penyakit yang
mendasarinya

5 Cathastropic  Kematian yang tidak berhubungan dengan


perjalanan penyakit yang mendasarinya

B. Analisis resiko
Analisa dilakukan dengan menentukan score resiko atau insiden tersebut untuk
menentukan prioritas penanganan dan level manajemen yang harus
bertanggungjawab untuk mengelola/mengendalikan risiko tersebut termasuk
dalam kategori biru/ hijau / kuning / merah.

Frekuensi/ Potencial Concequences

Likelihood Insignificant Minor Moderate Major Catastropic

1 2 3 4 5

11
Sangat Sering Terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme

(Tiap mgg /bln)

Sering terjadi Moderate Moderate High Extreme Extreme

(Bebrp x /thn)

Mungkin terjadi Low Moderate High Extreme Extreme

(1-2 thn/x)

Jarang terjadi Low Low Moderate High Extreme

(2-5 thn/x)

Sangat jarang sekali Low Low Moderate High Extreme


(>5 thn/x)

Can be Clinical Manager / Lead Detailed review & Immediate review


manage by Clinician should assess urgent treatment & action required
procedure the consequences should be undertaken at Board level.
againts cost of treating by senior management Director must be
the risk informed

Hal ini akan menentukan evaluasi dan tata laksana selanjutnya. Untuk risiko/insiden
dengan kategori biru dan hijau maka evaluasi cukup dengan investigasi sederhana
sedangkan untuk kategori kuning dan merah perlu dilakukan evaluasi lebih mendalam
dengan metode RCA (root cause analysis – reaktif / responsive) atau HFMEA(health
failure mode effect analysis – proaktif).

12
C. Evaluasi Risiko
1. Risiko atau insiden yang sudah dianalisis akan dievaluasi lebih lanjut sesuai
skor dan grading yang didapat dalam analisa.
Skor resiko = dampak x peluang
2. Pemeringkatan memerlukan ketrampilan dan pengetahuan yang sesuai, dan
meliputi proses berikut :
a. Menilai secara obyektif beratnya / dampak / akibat dan menentukan suatu
skor.
b. Menilai secara obyektif kemungkinan / peluang / frekuensi suatu peristiwa
terjadi dan menentukan suatu skor.
c. Mengalikan dua parameter untuk memberi skor risiko.
3. Penilaian risiko akan dilaksanakan dalam dua tahap:
a. Tahap pertama akan diselesaikan oleh penilai resiko yang terlatih, yang
akan mengidentifikasi bahaya, efek yang mungkin terjadi dan
pemeringkatan resiko.
b. Tahap kedua dari penilaian akan dilakukan oleh penanggungjawab unit
kerja yang akan melakukan verifikasi tahap pertama dan membuat suatu
rencana tindakan untuk mengatasi resiko.

Contoh evaluasi

No Jenis Risiko Peringkat Risiko Total score


Dampak Peluang Extreme Tinggi Sedang Rendah Tindakan PJ
(15 - 25) (8-12) (4 - 6) (1 - 3)
Angka kejadian pasien
1 5 5 25
jatuh

Kepatuhan identifikasi
2 5 5 25
pasien

Angka kejadian pasien


3 2 3 6
jatuh

D. Kelola Risiko
Setelah analisa dan evaluasi selesai dilakukan, maka tahap berikutnya adalah
pengelolaan risiko atau insiden dengan target menghilangkanatau menekan
risiko hingga ke level terendah (risiko sisa) dan meminimalisir dampak atau
kerugian yang timbul dari insiden yang sudah terjadi.

LEVEL/BANDS TINDAKAN

13
EKSTREM
(SANGAT Resiko ekstrem, dilakukan RCA paling lama 45 hari,membutukhan perhatian
TINGGI) segera, perhatian sampai direktur

HIGH (TINGGI) Resiko tinggi, dilakukan RCA paling lama 45 hari, kaji dengan detail dan
perlu tindakan segera, serta membutuhkan tindakan top manajemen.
Resiko sedang dilakukan investigasi sederhana paling lama 2
MODERATE minggu,manajer atau pimpinan klinis sebaiknya menilai dampak terhadap
(SEDANG) bahaya dan kelola risiko.

Resiko rendah dilakukan investigasi sederhana paling lama 1 minggu,


LOW(RENDAH) diselesaikan dengan prosedur rutin

KELOLA RISIKO BERDASARKAN RISK GRADING & JENIS IKP

SENTINEL RCA

KTD Merah dan Kuning

RISK GRADING

KNC Biru dan Hijau

Investigasi Sederhana

14
D.1. Investigasi Sederhana

Dalam pengelolaan risiko / IKP yang masuk dalam kategori biru atau hijau, maka
tindak lanjut evaluasi dan penyelesaiannya dilakukan dengan investigasi sederhana,
melalui tahapan :

1. Identifikasi insiden dan di grading


2. Mengumpulkan data dan informasi :
a. Observasi
b. Telaah dokumen
c. Wawancara
3. Kronologi kejadian
4. Analisa dan evaluasi sederhana
a. Penyebab langsung (individu, peralatan, lingkungan tempat kerja,prosedur
kerja)
b. Penyebab tidak langsung (individu, tempat kerja)
5. Rekomendasi : jangka pendek, jangka menengah, jangka panjang

LEMBAR KERJA INVESTIGASI SEDERHANA


untuk Bands Risiko Biru/Hijau

Penyebab langsung insiden:

Penyebab yang melatar belakangi/akar


masalah insiden:

Rekomendasi : Penanggungjawab Tanggal :

Tindakan yang dilakukan: Penanggungjawab Tanggal :

15
Manager / Kepala Bagian / Kepala Unit
Nama : Tanggal mulai investigasi :
Tanda tangan : Tanggal selesai investigasi :

Investigasi Lengkap:_________YA/TIDAK Tanggal


Manajemen Risiko :____________
Diperlukan Investigasi lebih lanjut : YA / TIDAK
Investigasi setelah grading ulang : Hijau/Kuning/Merah

Perbedaan Penyebab akar masalah dan faktor kontributor :

Tanyakan :

1. Akankah timbul masalah apabila penebab tersebut tidak ada?


2. Akankah masalah timbul bila penyebab ini dikoreksi/dieliminasi?
3. Akankah eliminasi / koreksi penyebab menimbulkan insiden serupa lagi?
Bila jawabannya TIDAK : akar masalah, YA : faktor kontributor
Di dalam menganalisa penyebab masalah, jangan berhenti hanya pada
penyebab langsung namun harus terus menggali hingga kepada akar masalah
sehingga penyelesaian yang direkomendasikan nantinya bukanlah penyelesaian
simtomatik semata melainkan benar-benar penyelesaian etiologi yang dapat
mencegah berulangnya insiden yang sama di kemudian hari.

D.2. RCA (Root Cause Analysis)

Langkah-langkah untuk melakukan analisis akar masalah (RCA) :

1 Identifikasi insiden yang akan diinvestigasi

2 Tentukan tim investigator

3 Kumpulkan data INVESTIGASI


(Obsevasi,Dokumentasi,Interview)

4 Petakan kronologis kejadian


(Narratif chronology,Timeline,Tabular
Timeline,Time Person Grid)
5 Identifikasi masalah (CMP)

16
(Brainstorming,brainwriting,Nominal Group
Technique)

6 Analisis informasi ANALISA


(5 why's Analisis Perubahan, analisis
penghalang, fish bone, dll)

7 Rekomendasi dan Rencana kerja untuk IMPROVE


improvement

1. Identifikasi Insiden: Root cause analysis digunakan untuk menganalisa dan


mengevaluasi IKP pada derajat kuning dan merah.
2. Tentukan tim investigator yang mewakili berbagai komponen K3,
PPI,administrasi keuangan, kepegawaian, farmasi, logistik dll sesuai IKP yang
terjadi.

INSIDEN :

TIM INVESTIGATOR :
KETUA
ANGGOTA 1 4
2 5
3 6

Apakah semua area terwakili? Ya Tidak


Apakah macam tingkat pengetahuan
sdh terwakili? Ya Tidak

Notulen :
Tanggal dimulai : Tanggal dilengkapi :

Dalam hal insiden sentinel maka tim investigator harus terdiri dari ;

1. Expert insiden dan analis external (misal yang tidak berlatang belakang medis)
2. Senior management expert (misal direktur medis)
3. Senior clinical expert (misal konsultan senior)
4. Orang yang mengetahui unit kerja/ bagian terkait dengan baik namun tidak
terlibat langsung dalam insiden tersebut.

17
Tim ini dibentuk oleh tim mutu dan keselamatan pasien yang akan bertanggung
jawab kepada pimpinan puskesmas. Tim diberi tenggang waktu kerja sesuai
grading untuk memberikan laporan kepada ketua tim mutu dan keselamatan
pasien.

3. Pengumpulan data dan informasi dilakukan di lapangan dengan berbagai cara :


a. Observasi
Observasi langsung kepada praktek di lapangan dan tempat kejadian.
b. Telaah dokumentasi
Meliputi penelusuran kepada rekam medik pasien dan seluruh pedoman /
panduan / spo terkait dengan insiden untuk korelasi keduanya.
c. Wawancara
Dilakukan dalam sesi tertutup kepada setiap personil terkait secara terpisah
termasuk kepada pihak yang dirugikan/pasien dalam insiden tersebut.

Tujuan pengumpulan informasi pada tahap ini :

1. Mengamankan informasi untuk memastikan dapat digunakan selama investigasi


dan jika kasus disidangkan ke pengadilan.
2. Identifikasi kebijakan dan prosedur yang relevan
3. Menggambarkan insiden secara akurat
4. Mengorganisasi informasi
5. Memberikan petunjuk kepada tim investigasi

Dokumentasi semua bukti yang berkaitan dengan insiden harus dikumpulkan sesegera
mungkin:

1. Semua catatan medis dan catatan keperawatan


2. Semua hasil pemeriksaan yang berhubungan dan penunjang diagnostik
3. Insiden report (laporan keselamatan pasien)
4. Kebijakan dan prosedur
5. Integrated care pathway yang berhubungan (PPK)
6. Pernyataan-pernyataan dan hasil observasi
7. Bukti fisik
8. Daftar staf yang terlibat
9. Lakukan interview dengan semua orang yang terlibat
10. Informasi mngenai kondisi yang dapat mempengaruhi terjadinya insiden (misal
pergantian petugas, ketersediaan petugas yang terlatih, kecukupan tenaga, dll)

18
Pemetaan kronologi kejadian dilakukan dengan cara :

a. Kronologi naratif ; berguna pada laporan akhir insiden


b. Timeline : menelusuri rantai insiden secara kronologis dan berguna untuk
menemukan bagian dalam proses dimana insiden terjadi.
c. Tubular time : seperti timeline tapi lebih detail terutama dalam hal good practice
& CMP (Care Management Problem), berguna untuk kejadian yang berlangsung
lama.
d. Time person grid : untuk mengetahui pergerakan dan keberadaan seseorang
sebelum, selam dan sesudah kejadian. Berguna pada kejadian yang melibatkan
banyak orang namun dalam periode waktu pendek.

6. CMP (Care Management Problem)


Adverse event yang berkaitan dengan penyimpangan dari standar pelayanan
yang telah ditetapkan dan berdampak langsung atau tidak langsung kepada
pasien.

7. Analisa informasi
1. Tehnik 5 whys (atau tehnik why-why)
Bertanya secara berlapis dengan tujuan menemukan akar penyebab
masalah, dengan mengidentifikasi gejala, penyebab langsung, faktor
kontributor, dan akhirnya akar masalah. Dengan tehnik ini, investigator tidak
boleh berhenti bertanya walaupun sudah menemukan penyebab langsung
sebelum menemukan penyebab masalah.
2. Analisis perubahan
Digunakan bila dicurigai adanya perubahan praktek daripada prosedur yang
seharusnya. Contoh ; kasus salah operasi.
3. Analisis barrier
4. Analisis fish bone

D.3. HFMEA (Healthcare Failure Mode Effect Analysis)

Di dalam upaya mengurangi terjadinya suatu insiden, metode HFMEA


digunakan untuk mengidentifikasi modus kegagalan (kegagalan proses) yang
berpotensi terjadi kemudian mengidentifikasi dampak yang mungkin timbul diikuti
analisis akar masalah, sebelum melakukan redisain proses untuk meminimalisir
risiko modus kegagalan / dampaknya kepada pasien.
HFMEA merupakan proses proaktif untuk memperbaiki kinerja dengan
mencegah potensi kegagalan sebelum terjadi sehingga akhirnya meningkatkan
keselamatan pasien. ( F = failure, yaitu saat sistem tidak bekerja sesuai yang
diharapkan, M = mode, yaitu cara / perilaku yang dapat menimbulkan kegagalan
19
tersebut, E = effect, yaitu dampak / konsekuensi dari modus kegagalan tadi. A =
analisis, yaitu upaya investigasi terhadap proses secara detail.).

Pada prinsipnya langkah-langkah untuk menjalankan HFMEA meliputi :


1. Identifikasi proses yang berisiko tinggi
Proses yang dimaksud dapat merupakan proses yang baru dan belum
dilakukan (misal: pembelian alat baru, pemakaian rekam medik
elektronik),proses yang sudah berjalan, berisiko tinggi walaupun belum
menimbulkan insiden (misalnya pemeriksaan di laboratorium),proses klinik,
atau proses non medik(pembayaran tagihan pasien asuransi). Dalam
menentukan proses yang hendak dianalisis dengan HFMEA, kumpulan
proses yang ada digrading untuk menentukan skor risikonya.
2. Bentuk tim HFMEA
Komposisi dan prosedurnya mirip seperti RCA terdiri dari orang-orang
multidisiplin,tidak lebih dari 10 orang,memahami proses yang dianalisa,
mewakili unit yang akan dianalisa, dan memiliki kemampuan berpikir kritikal.
3. Menggambarkan diagram dari proses tersebut.
Gambarkan seluruh tahapan dalam alur proses beserta dengan sub proses
dari masing-masing tahapan proses. Kemudian uraikan modus kegagalan
(dalam sub proses) dari masing-masing tahapan dalam alur proses tersebut.
4. Analisis hazard
a. Brainstorming kemungkinan kegagalan proses dan menentukan
dampaknya.
b. Menentukan prioritas kegagalan proses yang akan diperbaiki
c. Menentukan akar masalah dari kegagalan proses yang sudah
diprioritaskan tadi
d. Implementasi dan monitoring hasil dari redisain proses tersebut.

20
SISTEM PELAPORAN

ALUR PELAPORAN INTERNAL


INSIDEN LAPORAN
(KTD/KNC) KEJADIAN (2X24
JAM)

TIM PENCATATAN
TANGANI
SEGERA

GRADING

BIRU/HIJAU MERAH/KUNING

INVESTIGASI
SEDERHANA

LAPORAN KEJADIAN
REKOMENDASI
HASIL INVESTIGASI

ANALISA
REGRADING

RCA

FEED BACK KE
PEMBELAJARAN
UNIT LAPORAN LAPORAN
REKOMENDASI

21
Formulir Laporan Insiden ke Tim Keselamatan Pasien

Puskesmas Wayamli pesisir


RAHASIA, TIDAK BOLEH DIFOTOCOPY, DILAPORKAN MAXIMAL 2 x 24 JAM

LAPORAN INSIDEN

(INTERNAL)

I. DATA PASIEN

Nama : ..............................................................................................

No MR : ......................................... Ruangan/Bagian :
.............................................

Umur * : 􀂅 0-1 bulan 􀂅> 1 bulan – 1 tahun

􀂅> 1 tahun – 5 tahun 􀂅> 5 tahun – 15 tahun

􀂅> 15 tahun – 30 tahun􀂅> 30 tahun – 65 tahun

􀂅> 65 tahun

Jenis kelamin : 􀂅 Laki-laki 􀂅 Perempuan

Penanggung biaya pasien :

􀂅 Pribadi 􀂅 Asuransi Swasta

􀂅 ASKES Pemerintah 􀂅 Perusahaan*

􀂅 JAMKESMAS 􀂅 JAMKESDA

Tanggal Masuk Puskesmas............................................... Jam


.....................................

II. RINCIAN KEJADIAN

1. Tanggal dan Waktu Insiden

Tanggal : ...............................................

Jam :......................................................

22
2. Insiden :
..............................................................................................................................

3. Kronologis Insiden

.................................................................................................................................
......................

.................................................................................................................................
......................

4. Jenis Insiden* :

􀂅 Kejadian Nyaris Cedera / KNC (Near miss)

􀂅 Kejadian Tidak cedera / KTC (No Harm)

􀂅 Kejadian Potensial Cedera / KPC

􀂅 Kejadian Tidak diharapkan / KTD (Adverse Event) / Kejadian Sentinel (Sentinel


Event)

5. Orang Pertama Yang Melaporkan Insiden*

􀂅Karyawan : Dokter / Perawat / Petugas lainnya

􀂅 Pasien

􀂅 Keluarga / Pendamping pasien

􀂅 Pengunjung

􀂅 Lain-lain ...................................(sebutkan)

6. Insiden terjadi pada* :

􀂅Pasien

􀂅 Lain-lain dari ......................................................................(sebutkan)

Mis : karyawan / Pengunjung / Pendamping / Keluarga pasien, lapor ke K3 RS.

7. Insiden menyangkut pasien :

􀂅 Pasien rawat inap

􀂅 Pasien rawat jalan


23
􀂅 Lain-lain
.............................................................................................................(sebutkan)

8. Tempat Insiden

Lokasi kejadian ...................................................................................................


(sebutkan)

(Tempat pasien berada)

9. Akibat Insiden Terhadap Pasien* :

􀂅 Kematian

􀂅 Cedera Irreversibel / Cedera Berat

􀂅 Cedera Reversibel / Cedera Sedang

􀂅 Cedera Ringan

􀂅 Tidak ada cedera

10. Tindakan yang dilakukan segera setelah kejadian, dan hasilnya :

.................................................................................................................................
.....................

.................................................................................................................................
.....................

13. Tindakan dilakukan oleh* :

􀂅Tim : terdiri dari :


..................................................................................................................

􀂅Dokter

􀂅 Perawat

􀂅 Petugas lainnya
.....................................................................................................................

24
14. Apakah kejadian yang sama pernah terjadi di Unit Kerja lain?*

􀂅 Ya 􀂅 Tidak

Apabila ya, isi bagian dibawah ini.

Kapan ? dan Langkah / tindakan apa yang telah diambil pada Unit kerja
tersebut

untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama?

: :
Pembuat Laporan Penerima Laporan
.................................. ...................................

: :
Paraf Paraf
................................... ...................................

:
Tgl Lapor :................................. Tgl terima
...................................

Grading Risiko Kejadian* (Diisi oleh atasan pelapor) :

􀂇BIRU 􀂇HIJAU 􀂇KUNING 􀂇MERAH

NB. * = Pilih satu jawaban

25
LEMBAR KERJA INVESTIGASI SEDERHANA
untukBands Risiko BIRU / HIJAU

Penyebab langsung insiden :

Penyebab yang melatar belakangi / akar masalah insiden :

Rekomendasi : Penanggung jawab Tanggal :

26
Tindakan yang akan dilakukan : Penanggung jawab : Tanggal :

Manager / Kepala Unit

Nama : , ___________ Tanggal mulai Investigasi :


____________________

Tanda tangan : ________________________ Tanggal selesai Investigasi :


____________________

Manajemen Investigasi Lengkap :_________ YA/TIDAK Tanggal


Risiko : :________________
Diperlukan Investigasi lebih lanjut :YA / TIDAK

Investigasi setelah Grading ulang : Biru /Hijau/Kuning/Merah

27
REFERENSI

1. Priyambodo 1971.http//priyambodo1971.wordpress.com/cpob/quality-
management-system-qms-quality.
2. Taufik Santosa.Leanhealthcare Indonesia 2009. Manajemen resiko rumah sakit
3. Rhyerhiathy.2012.manajemenresiko.http//rhyerhiathy.wordpress.com/2012/12/20
/manajemen-resiko
4. Fijayfrangki.2014. Penerapan manajemen resiko dalam tatanan klinis.

http//Fijayfrangki.blogspot.co.id/2014/09/penerapan-manajemenresiko
dalam.Html

5. Dicky Nizar, 2014. Manajemen resiko


6. Suryadi 2015. Panduan manajemen resiko rumah sakit Gading Pluit.

28

Anda mungkin juga menyukai