Referat Mastitis
Referat Mastitis
PENDAHULUAN
I. LATAR BELAKANG
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mammae, terutama pada primipara yang
biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus. Infeksi ini terjadi melalui luka pada
puting susu, tetapi mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2001).
Mastitis adalah peradangan payudara, yang dapat disertai atau tidak disertai dengan
infeksi. Penyakit ini biasannya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi fatal
apabila tidak diberi tindakan yang adekuat. Mastitis juga sering kali disebut sebagai
abses payudara, dimana terjadi pengumpulan nanah lokal di dalam payudara. Keadaan
ini menyebabkan beban penyakit yang berat dan memerlukan biaya yang menyatakan
bahwa mastitis dapat meningkatkan risiko penularan HIV melalui menyusui.
Pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang kurang benar
merupakan penyebab yang penting , tetapi pada kenyataannya saat ini masih banyak
petugas kesehatan yang menganggap bahwa mastitis masih sama dengan infeksi
payudara. Mereka sering tidak mampu membantu pasien mastitis untuk berhenti
menyusui, yang sebenarnya hal tersebut tidak perlu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Infeksi payudara (Mastitis) adalah suatu infeksi pada jaringan payudara.
Biasanya terjadi karena adanya bakteri jenis staphylococcus aureus. Bakteri
biasanya masuk melalui puting susu yang pecah-pecah atau teruka. Pada infeksi
yang berat atau tidak diobati, dapat terbentuk abses payudara. Mastitis adalah
reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai
komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001).
Mastitis adalah peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai
infeksi. Penyakit ini biasanya menyertai laktasi, sehingga disebut juga mastitis
laktasional atau mastitis puerperalis. Kadang-kadang keadaan ini dapat menjadi
fatal bila tidak diberikan tindakan yang adekuat. Abses payudara, pengumpulan
nanah lokal di dalam payudara, merupakan komplikasi berat dari mastitis.
Keadaan inilah yang menyebabkan beban penyakit bertambah berat (Sally I,
Severin V.X, 2003 dalam Anonim, 2013).
Sumber lain menyebutkan bahwa mastitis adalah infeksi dan peradangan
pada payudara yang terjadi melalui luka pada puting, dapat berasal dari peredaran
darah. Tanda-tanda mastitis yang dirasakan ibu adalah rasa panas dingin disertai
kenaikan suhu, ibu merasa lesu, tidak nafsu makan, payudara membesar, nyeri
perabaan, mengkilat dan kemerahan pada payudara, dan terjadi pada 3-4 minggu
masa nifas. Hal ini dapat diatasi dengan membersihkan puting sebelum dan
sesudah menyusui; menyusui pada payudara yang tidak sakit; kompres dingin
sebelum menyusui; menggunakan BH untuk menyokong payudara, berikan
antibiotik dan analgenik, istirahat yang cukup dan banyak minum (USU, tanpa
tahun).
Mastitis adalah infeksi yang disebabkan karena adanya sumbatan pada
duktus hingga puting susu mengalami sumbatan. Mastitis paling sering terjadi
pada Minggu kedua dan ketiga pasca kelahiran. Penyebab penting dari mastitis
ini adalah pengeluaran ASI yang tidak efisien akibat teknik menyusui yang
buruk. Untuk menghambat terjadinya mastitis ini dianjurkan untuk menggunakan
bra atau pakaian dalam yang memiliki penyangga yang baik pada payudara yang
(Sally I, 2003 dalam Anonim, 2013).
Berdasarkan beberapa pengertian di atas maka dapat di tarik suatu
kesimpulan mastitis adalah suatu infeksi atau peradangan pada jaringan payudara
yang diakibatkan karena adanya bakteri (staphylococcus aureus) yang masuk
melalui puting susu yang pecah-pecah atau terluka.
Mastitis diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu: mastitis puerparalis epidemi,
mastitis aninfeksosa, mastitis subklinis dan mastitis infeksiosa. Dimana keempat
jenis tersebut muncul dalam kondisi yang berbeda-beda. Diantaranya adalah
sebagai berikut (Bertha, 2002 dalam Djaamudin, 2009):
1. Mastitis Puerparalis Epidemik
Mastitis puerparalis epidemi ini biasanya timbul apabila pertama kali bayi
dan ibunya terpajan pada organisme yang tidak dikenal atau virulen. Masalah
ini paling sering terjadi di rumah sakit, yaitu dari infeksi silang atau
bekesinambungan strain resisten.
2. Mastitis Noninfesiosa
Mastitis noninfeksiosa terjadi apabila ASI tidak keluar dari sebagian atau
seluruh payudara, produksi ASI melambat dan aliran terhenti. Namun proses
ini membutuhkan waktu beberapa hari dan tidak akan selesai dalam 2-3
minggu. Untuk sementara waktu, akumulasi ASI dapat menyebabkan respons
peradangan.
3. Mastitis Subklinis
Mastitis subklinis telah diuraikan sebagaisebuah kondisi yang dapat disertai
dengan pengeluaran ASI yang tidak adekuat, sehingga produksi ASI sangat
berkurang yaitu kira-kira hanya sampai di bawah 400 ml/hari (<400 ml/hari).
4. Mastitis Infeksiosa
Mastitis infeksiosa terjadi apabila siasis ASI tidak sembuh dan proteksi oleh
faktor imun dalam ASI dan oleh oleh respon-respon inflamasi. Secara
normal, ASI segar bukan merupakan media yang baik untuk pertumbuhan
bakteri.
2.2 Epidemiologi
Organisasi kesehatan dunia/WHO (2008) memperkirakan lebih dari 1,4 juta
orang terdiagnosis menderita mastitis. The American Society memperkirakan
241.240 wanita Amerika Serikat terdiagnosis mastitis. Sedangkan di Kanada
jumlah wanita yang terdiagnosis mastitis adalah 24.600 dan di Australia sebanyak
14.791 orang. Di Indonesia diperkirakan wanita yang terdiagnosis mastitis adalah
berjumlah 876.665 orang dan di Sumatera Utara berkisar antara 40-60% wanita
terdiagnostik mastitis (Djamudin, 2009).
Mastitis dan abses payudara terjadi hampir pada semua populasi. Insiden
yang dilaporkan bervariasi sampai 33% wanita menyusui, tetapi biasanya di
negara-negara berkembang, suatu abses dapat terjadi tanpa didahului dengan
mastitis yang nyata. Mastitis paling sering terjadi pada Minggu kedua dan ketiga
pasca kelahiran, dengan sebagian besar laporan menunjukkan bahwa 74% sampai
95% kasus terjadi dalam 12 minggu pertama. Namun, masttis juga dapat terjadi
pada setiap tahap laktasi, termasuk pada tahun kedua. Abses payudara juga paling
sering terjadi pada 6 minggu pertama pascakelahiran tetapi dapat timbul
kemudian (Anonim, 2013).
2.4 Etiologi
Infeksi payudara biasanya disebabkanoleh bakteri yang banyak ditemukan
pada kulit yang normal yaitu Staphylococcus aureus. Bakteri ini sering kali
berasal dari mulut bayi yang masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan
atau retakan di kulit pada puting susu. Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang
menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan.
Sekitar1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu
pertama setelah melahirkan.
Soetjiningsih (1997) menyebutkan bahwa peradangan pada payudara
(Mastitis) di sebabkan oleh hal-hal sebagai berikut:
a. Payudara bengkak yang tidak disusu secara adekuat, akhirnya terjadi mastitis.
b. Puting lecet akan memudahkan masuknya kuman dan terjadi payudara
bengkak.
c. Penyangga payudara yang terlalu ketat, mengakibatkan segmental
engorgement sehingga jika tidak disusu secara adekuat bisa terjadi mastitis.
d. Ibu yang memiliki diet jelek, kurang istirahat, anemia akan mempermudah
terkena infeksi.
Gejala yang muncul juga hampir sama dengan payudara yang membengkak
karena sumbatan saluran ASI antara lain:
- Payudara terasa nyeri
- Teraba keras
- Tampak kemerahan
- Permukaan kulit dari payudara yang terkena infeksi juga tampak seperti
pecah-pecah, dan badan terasa demam seperti hendak flu, bila terkena
sumbatan tanpa infeksi, biasanya di badan tidak terasa nyeri dan tidak
demam.pada payudara juga tidak teraba bagian keras dan nyeri serta
merah.
Namun terkadang dua hal tersebut sulit untuk dibedakan, gmpangnya bila
didapat sumbatan pada saluran ASI, namun tidak terasa nyeri pada
payudara, dan permukaan kulit tidak pecah-pecah maka hal itu bukan
mastitis. Bila terasa sakit pada payudara namun tidak disertai adanya
bagian payudara yang mengeras, maka hal tersebut bukan mastitis
(Pitaloka, 2001 dalam Anonim, 2003).
2.6 Patofisiologi
Secara garis besar, mastitis atau peradangan pada payudara dapat terjadi
karena proses infeksi ataupun noninfeksi. Namun semuanya bermjuara pas proses
infeksi. Mastitis akibat proses noninfeksi berawal dari proses laktasi yang
normal. Namun karena sebab-sebab tertentu maka dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pengeluaran ASI atau yang biasa disebut stasis ASI. Hal ini membuat
ASI terperangkap di dalam ductus dan tidak dapat keluar dengan lancar.
Akibatnya mammae menjadi tegang. Sehingga sel epitel yang memproduksi ASI
menjadi datar dan tertekan, permeabilitas jaringan ikat meningkat, beberapa
komponen (terutama protein dan kekebalan tubuh dan natrium) dari plasma
masuk ke dalam ASI dan jaringan sekitar sel memicu respons ilmu. Terjadi
inflamasi hingga mempermudah terjadinya infeksi. Kondisi ini membuat lubang
duktus laktiferus menjadi Port de entry bakteri, terutama bakteri Staphylococcus
aureus dan Streptococcus sp.
Hampir sama dengan kejadian pada mastitis konfeksi, mastitis yang terjadi
akibat proses infeksi terjadi secara langsung, yaitu saat timbul fisura/robekan/
perlukaan pada puting yang terbentuk saat awal laktasi Ana menjadikan Port de
entry/tempat masuknya bakteri. Proses selanjutnya adalah infeksi pada jaringan
mammae.
2.7.2 Prognosis
Prognosis baik setelah dilakukan tindakan keperawanan dengan segera.
Dan keadaan akan menajadi fatal bila tidak segera diberikan atau dilakukan
tindakan yang adekuat.
2.8 Pengobatan
Setelah diagnosis mastitis dipastikan, hal yang harus segera dilakukan adalah
pemberian susu kepala bayi dari mammae yang sakit dihentikan dan diberi
antibiotik. Dengan tindakan ini terjadinya abses sering kali dapat dicegah, karena
biasanya infeksi disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Penisilin dalam dosis
cukup tinggi dapat diberikan sebagai terapi antibiotik. Sebelum pemberian
penicilin dapat diadakan pembiakan/kultur air susu, supaya penyebab mastitis
benar-benar diketahui. Apabila ada abses maka nanah dikeluarkan, kemudian
dipasang pipa ke tengah abses agar nanah dapat keluar terus. Untuk mencegah
kerusakan pada duktus laktiferus, sayatan dibuat sejajar dengan jalannya duktus-
duktus tersebut.
Prinsip-prinsip utama penanganan mastitis adalah:
1. Konseling sportif
Mastitis merupakan pengalaman yang paling banyak wanita merasa
sakit dan membuat frustrasi. Selain dalam penangan yang efektif dan
pengendalian nyeri, wanita membutukan dukungan emosional. Ibu harus
diyakinkan kembali tentang nilai menyusui, yang aman untuk diteruskan,
bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya
dan bahwa payudaranya akan pulih, baik bentuk maupun fungsinya. Klien
membutuhkan bimbingan yang jelas tentang semua tindakan yang dibutuhkan
untuk penanganan, dan bagaimana meneruskan menyusui/memeras ASI dari
payudara yang sakit. Klien akan membutuhkan tindak lanjut untuk mendapat
dukungan terus menerus dan bimbingan sampai kondisinya benar-benar
pulih.
3. Terapi antibiotik
Terapi antibiotik diindikasikan pada:
a. Hitung sel dan koloni bakteri dan tindakan biakan yang ada serta
menunjukkan infeksi
b. Gejala berat sejak awal
c. Terlihat puting pecah-pecah
d. Gejala tidak membaik setelah 12-24 jam setelah pengeluaran ASI
diperbaiki maka Laktamase harus ditambahkan agar efektif terhadap
Staphylococcus aureus. Untuk organisme gram negatif,
sefaleksin/amoksisillin mungkin paling tepat. jika mungkin, ASI dari
payudara yang sakit sebaiknya dikultur dan sensivitas bakteri antibiotik
ditentukan.
Antibiotik Dosis
Bahan kultur diambil dari ASI pancar tengah hasil dari perahan
tangan yang langsung ditampung menggunakan penampung urin steril.
Puting harus dibersihkan terlebih dulu dan bibir penampung diusahkan
tidak menyentuh puting untuk mengurangi kontaminasi dari kuman yang
terdapat di kulit yang dapat memberikan hasil positif palsu dari kultur.
Beberapa penelitian memperlihatkan beratnya gejala yang muncul
berhubungan erat dengan tingginya jumlah bakteri atau patogenitas
bakteri.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Mastitis merupakan proses peradangan payudara yang mungkin
disertaio infeksi atau tanpa infeksi. Sebagian besar mastitis terjadi dalam 6
minggu pertama setelah bayi lahir. Diagnosis mastitis ditegakkan apabila
ditemukan gejala demam, menggigil, nyeri seluruh tubuh serta payudara
menjadi kemerahan, tegang, panas dan bengkak. Beberapa faktor risiko
utama timbulnya mastitis adalah puting lecet, frekuensi menyusui yang
jarang dan pelekatan bayi yang kurang baik. Melancarkan aliran ASI
merupakan hal penting dalam tata laksana mastitis. Selain itu, ibu perlu
banyak beristirahat, bank minum, mengkonsumsi nutrisi yang seimbang dan
apabila perlu mendapatkan terapi mediasi analgesik dan antibiotik. Infeksi
payudar atau mastitis perlu diperhatikan oleh ibu-ibu yang baru melahirkan .
infeksi ini biasanya terjadi disebabkan adanya bakteri yang hidup di
permukaan payudara. Berbagai macam faktor seperti kelelahan, stres, dan
pakaian yang ketat dapat menyebabkan penyumbatan saluran air susu dari
payudara yang nyeri dan jika tidak dilakukan pengobatan, maka akan
menjadi abses.
B. Saran
Diharapkan kepada seluruh masyarakat, khususnya bagi wanita untuk
selalu menjaga kesehatan payudaranya agar tidak berpotensi terkena mastitis.
Namun, banyak hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko mastitis
yaitu dengan cara tidak mengenakan bra atau pakaian yang tepat menekan
saluran susu dan menghambat aliran susu, menyusui sesering bayi
menginginkannya. Karena dengan membiarkan pada waktu menyusui terlalu
lama, saluran susu dapat tersumbat saat pertama kali bayi tidur semalaman
tanpa menyusui.