PENDAHULUAN
1
Penggunaan obat yang tidak rasional masih sering dijumpai di
pusat-pusat kesehatan seperti rumah sakit dan puskesmas. Ketidaktepatan
indikasi, obat, pasien, dan dosis dapat menyebabkan kegagalan terapi.
Gaya hidup yang kurang sehat seperti merokok, konsumsi makanan dan
minuman cepat saji serta minuman beralkohol dapat meningkatkan
terjadinya angka kekambuhan dan komplikasi perdarahan pada saluran
cerna, kanker bahkan kematian. 2
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Mekanisme sekresi asam hidroklorida pada gaster
diuraikan sebagai berikut :
Sel-sel parietal secara aktif mengeluarkan HCl ke dalam lumen
gaster. HCl memiliki fungsi mengaktifkan prekursor enzim
pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin dan mematikan sebagian
besar mikroorganisme yang masuk bersama makanan. 6
Penurunan pH lumen gaster turun sampai 2 akibat sekresi HCl.
Ion hidorgen (H+) dan ion klorida (Cl¯) secara aktif
ditransportasikan oleh pompa yang berbeda di membran plasma sel
parietal. Secara spesifik, ion H+ disekresikan sebagai hasil
pemecahan dari molekul H2O menjadi H+ dan OH. Di sel parietal
H+ disekresikan ke lumen oleh pompa H+ -K+ -ATPase yang berada
di membran luminal sel parietal. Sel-sel parietal memiliki banyak
enzim karbonat anhidrase (ca). Dengan adanya karbonat anhidrase,
H2O mudah berikatan dengan CO2. Kombinasi antara H2O dan CO2
menghasilkan H2CO3 yang secara parsial terurai menjadi H+ dan
HCO3-. 6
Proses tersebut dapat dituliskan sebagai berikut :
CO2 + H2O → H2CO3 → H+ +HCO3-
Ulkus Peptikum
Ulkus peptikum (UP) merupakan salah satu penyebab tersering
(>60%) perdarahan saluran cerna bagian atas, mulai dari esofagus, gaster,
duodenum sampai pada bagian proksimal dari jejunum. Saluran cerna ini
dibatasi oleh suatu struktur penggantung disebut ligamentum Treitz.
Manifestasi perdarahan saluran cerna bagian atas adalah adanya
hematemesis (muntah darah segar atau hitam seperti kopi) dan melena
(tinja berwarna hitam seperti aspal dan lengket). Tinja warna hitam pada
melena disebabkan konversi hemoglobin (Hb) menjadi hematin oleh
bakteri setelah 14 jam. 7
4
Gambar 2.1 Ilustrasi Ulkus Peptikum
5
urease yang dapat memecah ureum menjadi amonia yang bersifat basa,
sehingga tercipta lingkungan memungkinkan kuman ini bertahan hidup. 1
Faktor defensif yang berperan adalah mucous barrier (mukus dan
bikarbonat), mucosal resistance barrier (resistensi mukosa),
microcirculation (aliran darah mukosa) dan prostaglandin. Faktor lain
yaitu stres berperan sebagai faktor agresif dan defensif. Stress ulcer
merupakan erosi mukosa gaster atau timbulnya ulkus dengan perdarahan
pada pasien syok, sepsis, luka bakar masif, trauma berat, atau cedera
kepala. Ulkus paling banyak terdapat pada daerah fundus dan corpus
yang merupakan lokasi produksi asam lambung. 8
A. Ulkus Duodenum
a) Epidemiologi
Ulkus duodenum dapat diderita semua golongan usia tetapi
paling banyak pada usia muda dan usia pertengahan (30-50 tahun).
Lelaki lebih sering menderita dibandingkan perempuan (7:1) yang
disebabkan faktor stres yang lebih tinggi pada laki-laki. 9
b) Manifestasi klinis
Ulkus doudenum terjadi akibat aksi korosif asam lambung
terhadap epitel yang rentan. Lokasi terbanyak (95%) adalah bulbus
duodenum 2 cm dari pilorus sisi anterior maupun posterior. Ulkus
duodenum biasanya tidak menimbulkan berbagai keluhan jika
belum menembus mukosa, tetapi umumnya nyeri epigastrium
selalu dikeluhkan oleh pasien. Rasa sakit bervariasi mulai dari
nyeri, rasa terbakar, sampai rasa pedih, dan tidak terlokalisasi
setelah 90 menit- 3 jam post prandial. Nyeri dapat berkurang
sementara sesudah makan, minum susu, atau minum antasida. Hal
ini menunjukkan adanya peranan asam lambung/pepsin dalam
patogenesis tukak duodenum. Nyeri yang spesifik pada 75% pasien
tukak duodenum adalah nyeri yang timbul dini hari, antara tengah
malam dan jam 3 dini hari yang dapat membangunkan pasien. 3, 9
6
B. Ulkus Gaster
a) Epidemiologi
Berdasarkan penelitian di Amerika, kira-kira 500.000 orang
tiap tahunnya menderita ulkus lambung dan 70% diantaranya
berusia 25-64 tahun dengan pucak kejadian usia 40-60 tahun,
sekitar 75% penderitanya adalah laki-laki. Sebanyak 48% penderita
tukak lambung disebabkan karena infeksi Helicobacter pylori dan
24% karena penggunaan obat NSAID. Infeksi Helicobacter pylori
jarang terjadi pada anak-anak namun kebanyakan tukak lambung
yang menyerang anak-anak terjadi pada usia antara 8 dan 17 tahun
..10
b) Manifestasi klinis
Gejala yang dialami pada ulkus lambung bervariasi. Nyeri
epigastrium tidak berbatas jelas dan timbul 30 menit sampai tiga
jam setelah makan. Nyeri dirasakan bertambah berat setelah
makan. Hal ini jelas berbeda dengan gambaran ulkus duodenum.
Umumnya terdapat mual, muntah, dan ada penurunan berat badan
akibat penurunan nafsu makan. Tukak akibat obat OAINS dan
tukak pada usia lanjut /manula biasanya tidak menimbulkan
keluhan , hanya diketahui melalui komplikasi berupa perdarahan
dan perforasi. [1, 9]
C. Diagnosis Banding
Beberapa penyakit yang memiliki manifestasi klinis menyerupai
ulkus peptikum sebagai berikut :
1. Penyakit refluks gastroesofagus
2. Pankreatitis
3. Gastritis erosif
4. Tumor gaster
5. Pankreatitis
7
6. kolesistitis
7. infark miokard inferior 8
D. Penegakkan diagnosis
Anamnesis pada penderita ulkus peptikum sangat membantu
menegakkan diagnosis. Riwayat keluhan utama, misalnya bagaimana
sifat keluhan, letak lokasi dan penjalarannya, bagaimana awal
serangan dan urutan kejadiannya, adanya faktor yang memperberat
dan meringankan keluhan, dan adanya keluhan lain yang
berhubungan perlu ditanyakan dalam diagnosis. 9
Pada penderita ulkus lambung mengeluhkan rasa sakit ulu
hati tidak menghilang dengan makanan dan biasanya semakin
memperberat rasa sakit. Sedangkan pada ulkus duodenum
mengeluhkan rasa sakit timbul waktu pasien merasa lapar, rasa sakit
bisa membangunkan pasien tengah malam, rasa sakit hilang dan
merasa enak setelah makan dan minum obat antasida (Hunger Pain
Food Relief = HPFR). Rasa sakit tukak gaster sebelah kiri dan rasa
sakit tukak duodeni sebelah kanan garis tengah perut, Pemeriksaan
fisik pada ulkus peptikum tidak khas. Nyeri tekan epigastrium sering
didapatkan, distensi abdomen, dan tanda-tanda peritonitis jika
disertai perforasi. 1, 8
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk
menegakkan diagnosis adalah pemeriksaan laboratorium dimana
pada uji darah samar ditinja biasanya positif bila terdapat perdarahan
ringan. BAO dan MAO lebih tinggi dari normal dan serum gastrin
meningkat >50-100 pg/mL. Selain itu pemeriksaan radiologi yang
dapat dilakukan adalah foto barium kontras ganda dan endoskopi
SCBA.Pada kecurigaan ulkus peptikum yang disebabkan infeksi H.
Pylori dilakukan biopsi patologi anatomi untuk mendeteksi adanya
bakteri tersebut dan tes rapid urease.8,9
8
Berikut ini indikasi endoskopi pada kasus dispepsia :
1. Individu dengan alarm symptom sebagai berikut:
a. Usia >45-50 tahun keluhan pertama kali muncul
b. Adanya perdarahan hematemesis atau melena
c. BB menurun >10%
d. Anoreksia atau rasa cepat kenyang
e. Riwayat tukak peptik sebelumnya
f. Muntah yang persisten
g. Anemia yang tidak diketahui penyebabnya
2. Usia > 55 tahun dengan onset dispepsia < 1 tahun dan
berlangsung minimal 4 minggu. 8
E. Penatalaksanaan
Secara umum pengobatan tukak peptik dilakukan secara
medikamentosa, sedangkan cara pembedahan dilakukan apabila
terjadi komplikasi seperti perforasi, obstruksi, dan perdarahan yang
tidak dapat diatasi. Tujuan pengobatan tukak peptik adalah
menghilangkan keluhan/ gejala penderita, menyembuhkan tukak,
mencegah relaps/ kekambuhan dan mencegah komplikasi. 1
9
a) Tanpa komplikasi
Non medikamentosa:
Pada kasus ulkus peptikum tanpa komplikasi dapat dilakukan
terapi suportif seperti memperbaiki nutrisi dan menghindari faktor
risiko.
Medikamentosa :
1. Proton pump inhibitor (PPI)
Mekanisme kerja PPI adalah memblokir kerja enzim KH
ATPase yang akan memecah KH ATP menghasilkan energi
yang digunakan untuk mengeluarkan asam dari sel pariental ke
dalam lumen lambung.
- Omeprazole 20 mg/hari
- Lansoprazole 30 mg/hari
- Rabeprazole 20 mg/hari
- Pantoprazole 40 mg/hari
2. Antagonis reseptor H2
Antagonis Reseptor H2 mengurangi sekresi asam lambung
melalui cara berkompetisi dengan histamin untuk mengikat
reseptor H2 pada sel pariental lambung. Bila histamin berikatan
dengan H2 maka akan dihasilkan asam. Dengan diblokirnya
tempat ikatan antara histamin dan reseptor yang digantikan
dengan obat-obat ini, maka asam tidak akan dihasilkan.
- Ranitidin 300 mg hs (malam hari)
- Simetidin 400 mg bid (2x400 mg/hari)
- Famotidin 40 mg hs (malam hari)
3. Acid suppressing drugs
Obat ini mengandung magnesium dan alumunium untuk
menetralkan asam lambung.
- Antasida 100-140 meq/l, 1 dan 3 jam setelah makan
4. Mucosal protective agents
10
Pada kondisi adanya kerusakan yang disebabkan oleh asam,
hidrolisis protein mukosa yang diperantarai oleh pepsin turut
berkontribusi terhadap terjadinya erosi dan ulserasi mukosa.
Protein ini dapat dihambat oleh polisakarida bersulfat. Sulkrafat
juga memiliki efek sitoprotektif tambahan, yakni stimulasi
produksi lokal prostagladin dan faktor pertumbuhan epidermal.
- Sukralfat 1 g qid (4 kali/hari)
- Rebamipide 100 mg tid (3 kali/hari)
5. Analog prostaglandin
Mekanisme kerjanya adalah mengurangi sekresi asam lambung,
menambah sekresi mukus, sekresi bikarbonat dan meningkatkan
aliran darah mukosa. Biasanya digunakan sebagai penangkal
terjadinya tukak gaster pada pasien yang menggunakan OAINS.
- Misoprostol 200 g qid (4 kali/hari) 1, 8
b) Dengan Komplikasi
Pada ulkus peptikum yang mengalami perdarahan dilakukan
penatalaksanaan atau suportif sesuai dengan penanganan
hematemesis melena secara umum sebagai berikut:
1. Transfusi darah PRC (sesuai perdarahan yang terjadi dan Hb).
Pada kasus non varises tranfusi sampai Hb 12 g/dL.
2. Sementara menunggu darah dapat diberikan pengganti plasma
misalnya dekstran atau NaCl 0,9% atau ringer laktat.
3. obat golongan PPI dalam bentuk bolus maupun drips tergantung
pada kondisi pasien. Jika tidak ada, dapat diberikan antagonis
reseptor H2.
4. Sitoprotektor : Sukralfat 3-4 x 1 gram atau teprenon 3x1
tab. 8
11
c) Pengobatan Eradikasi H. Pylori
Tabel 1. Kombinasi Eradikasi H. Pylori 8
Obat Dosis Durasi
Lini pertama
PPI* 2x1
Amoksisilin 1000 mg (2x1) 7-14 hari
Claritromisin 500 mg (2x1)
Lini kedua
PPI* 2x1 7-14 hari
Amoksisilin 1000 mg (2x1)
Levoflokasasin 500 mg (2x1)
G. Prognosis
Ulkus gaster yang terinfeksi H.pylori mempunyai angka
kekambuhan 60% jika tidak di eradikasi dan 5% jika dieradikasi.
Sedangkan untuk ulkus duodenum yang terinfeksi H.pylori
mempunyai angka kekambuhan 80% jika kuman tetap ada dan 5%
jika sudah dieradikasi. Ulkus yang disebabkan pemakaian OAINS
menunjukkan penurunan keluhan dispepsia jika dikombinasi dengan
pemberian PPI pada 66% kasus. 8
Risiko perdarahan merupakan komplikasi ulkus tersering pada
15-25% kasus pada usia lanjut, dimana 5% kasus membutuhkan
transfusi. Perforasi terjadi 2-3% kasus. Sedangkan obstruksi saluran
cerna dapat terjadi 2-3% kasus. Angka mortalitas sekitar 15.000 dalam
setahun karena komplikasi yang terjadi. 8
12
BAB III
LAPORAN KASUS
A. KASUS
a. Identitas Pasien
Nama : Tn. S
Usia : 76 tahun
Pekerjaan : --
Alamat : Jl. Mamboro
Agama : Islam
Tgl pemeriksaan : 07-09-2016
Ruangan : Seroja IIIA
b. Anamnesis
Keluhan Utama : Buang air besar hitam
13
demam (-), sakit kepala (-), pusing (-), nyeri dada (-), sesak napas (-
), dan ada penurunan berat badan. Buang air kecil dikatakan putus-
putus, sedikit, dan harus mengejan saat kencing selama 3 hari
terakhir. Pasien memiliki riwayat merokok sejak lama ± 4
batang/hari, sering minum kopi, konsumsi minuman beralkohol
disangkal, dan biasanya minum jamu untuk menghilangkan pegal-
pegal badan. Riwayat alergi makanan dan obat-obatan tidak ada.
c. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
SP : Compos Mentis (GCS E4V5M6)/Sakit Sedang/Gizi Kurang
BB : 40 Kg TB: 150 cm IMT : 17,78 kg/m2
Vital Sign
Tekanan Darah : 100/60 mmHg
Nadi : 78 kali/menit, irama reguler
Pernapasan : 22 kali/menit, pola pernapasan normal
Suhu Axilla : 36,2 0C
Pemeriksaan Kepala
Wajah : Simetris, tampak sangat lemas, pucat (+)
Deformitas : (-)
Bentuk : Normocephal
14
Mata
Konjungtiva : Anemis +/+
Sklera : Ikterus -/-
Pupil : Bentuk bulat, isokor +/+ , keruh +/+
Mulut
Bibir : Bibir pucat (+), tampak kering, dan
pecah-pecah
Lidah : Bentuk kesan normal, warna normal,
tremor (-), lidah kotor (-)
Mukosa : Kesan normal, lesi (-), stomatitis (-)
Tonsil : Ukuran T0/T0
Pemeriksaan Leher
Kelenjar Getah Bening : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
Kelenjar Tiroid : Pembesaran (-), nyeri tekan (-)
JVP : Peningkatan (-)
Massa lain : Tidak ditemukan
Pemeriksaan Paru-Paru
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral,
warna kulit normal, tidak ada bekas luka
Palpasi : Ekspansi dada simetris bilateral, vocal fremitus
simetris bilateral kesan menurun, nyeri tekan (-)
Perkusi : Sonor +/+
Auskultasi : Vesicular +/+, wheezing -/-, ronkhi -/-,
krepitasi -/-
Pemeriksaan Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Ictus cordis teraba di SIC V linea midclavicula
15
sinistra
Perkusi :Batas jantung normal
Batas atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas kanan: SIC IV linea parasternal dextra
Batas kiri : SIC V linea midclavicula sinistra
Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni reguler (+), gallop (-),
murmur (-)
Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : Simetris kesan datar, warna kulit normal,
tidak ada bekas luka/operasi
Auskultasi : Peristaltik (+), frekuensi kesan meningkat
Perkusi : Bunyi tympani (+) di seluruh abdomen
Palpasi : Nyeri tekan epigastrium (+), defans muskular (-)
hepatomegali (-), splenomegali (-)
Pemeriksaan Khusus
Rectal toucher : tonus sfingter ani (+) kesan melemah, dinding
mukosa licin, pembesaan (+) pada daerah prostat, ada
bercak feses kehitaman.
d. Resume
Os masuk dengan keluhan buang air besar cair berwarna
hitam sejak ± 4 minggu yang lalu dan memburuk selama 1 minggu
SMRS. BAB cair > 6 kali dalam sehari, berwarna hitam pekat,
tidak berlendir, dan disertai sedikit tinja. Namun selama 5 hari
16
terakhir os mengeluhkan hanya cairan hitam kental keluar sedikit-
sedikit. Istri os mengatakan awalnya buang air besar disertai
gumpalan berwarna cokelat kehitaman.
Os juga mengeluhkan nyeri ulu hati yang hilang timbul sejak
lama. Nyeri dirasakan seperti tertusuk dan biasanya terasa
menyebar di seluruh perut. Saat makan os merasa nyeri ulu hati
membaik, namun beberapa hari terakhir os merasa nyeri semakin
bertambah setelah makan sehingga nafsu makan menurun. Riwayat
mual (+), muntah (+), demam (-), dan ada penurunan berat badan.
BAK putus-putus, sedikit, dan harus mengejan saat kencing selama
3 hari terakhir. Os memiliki riwayat merokok sejak lama ± 4
batang/hari, sering minum kopi, dan biasanya minum jamu untuk
menghilangkan pegal-pegal badan.
Hasil pemeriksaan fisik : Vital sign TD: 110/60 mmHg, Nadi 78
kali/ menit, respirasi 22 kali/menit, suhu axilla 36,8 0C. Wajah
tampak lemas dan pucat (+), bibir pucat tampak kering dan pecah-
pecah, konjungtiva anemis +/+, pupil keruh (+), peristaltik (+)
kesan meningkat, nyeri tekan epigastrium (+),hasil RT tonus
sfingter ani melemah (+), ada bercak feses kehitaman, dan teraba
pembesaran pada daerah prostat.
e. Diagnosis Kerja
Melena e.c ulkus peptikum
f. Diagnosis Banding
Gastritis erosif
Benign prostat hiperplasia (BPH)
g. Usulan Pemeriksaan Penunjang
-Darah lengkap
- Gula darah sewaktu (GDS)
- Endoskopi
- Biopsi patologi / rapid urease
17
- USG abdomen
- Elektrolit
h. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
-Tirah baring
-Diet lunak dan rendah serat
-Trannsfusi PRC jika Hb < 10 g/dL
-Konsul dokter spesialis urologi
Medikamentosa
-IVFD futrolit 28 tpm
-Omeprazole 1 amp/12 jam IV
-Sucralfat syrup 3x1 C
- Kalnex 1 amp/12 jam/ drips
18
4. Pemeriksaan lainnya : (-)
j. Diagnosa Akhir
Ulkus Peptikum + BPH grade I
k. Prognosis
Dubia ad bonam
B. PEMBAHASAN
Pada kasus ini, pasien Tn. S didiagnosis dengan “ulkus
peptikum”. Diagnosis ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan.
Ulkus peptikum merupakan salah satu penyebab tersering
perdarahan saluran cerna bagian atas yang dibatasi oleh ligamentum
Treitz. 9
Ulkus peptikum terjadi akibat terputusnya integritas mukosa
dengan gambaran bulat atau oval berukuran 5>mm yang mencapai
lapisan mukosa, sub mukosa sampai lapisan otot saluran. Bila terjadi
di antara kardia dan pilorus disebut ulkus lambung dan bila terjadi
pada daerah setelah pilorus disebut ulkus duodenum. 1
Pada anamnesis diketahui bahwa Tn. S usia 76 tahun masuk
dengan keluhan keluhan buang air besar cair berwarna hitam sejak ±
4 minggu yang lalu dan memburuk selama 1 minggu SMRS. Pasien
mengatakan BAB cair sekitar > 6 kali dalam sehari, berwarna hitam
pekat seperti aspal, tidak belendir, dan disertai sedikit tinja, namun
selama 5 hari terakhir pasien mengeluhkan hanya cairan hitam keluar
sedikit-sedikit. Istri pasien mengatakan awalnya buang air besar
disertai gumpalan berwarna kehitaman.
Melena adalah buang air besar hitam gelap seperti ter dan
memiliki bau khas yang tajam. Kasus melena 90% berasal dari
19
proximal ligamentum treitz dan sebagian kecil dari usus halus atau
kolon kanan. Melena terjadi akibat besi pada molekul heme sel darah
merah yang teroksidasi setelah terpapar asam lambung. Setelah itu,
darah yang melewati usus halus akan menyebabkan konversi
hemoglobin menjadi hematin atau hematokrom yang lain oleh
degradasi bakteri. Melena akan terlihat jika terjadi perdarahan sekitar
100-200 ml darah. Darah yang diabsorpsi dalam usus halus
menyebabkan peningkatan urea darah, sehingga rasio BUN :
creatinin dapat menjadi diagnosis perdarahan saluran cerna bagian
atas. 12, 14
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati yang hilang timbul
sejak lama. Nyeri dirasakan seperti tertusuk dan biasanya terasa
menyebar di seluruh perut. Saat makan pasien merasa nyeri ulu hati
membaik, namun beberapa hari terakhir pasien merasa nyeri setelah
makan semakin bertambah sehingga nafsu makan menurun. Keluhan
seperti mual (+), muntah (+) 2 kali berwarna kuning, dan ada
penurunan berat badan.
Dispepsia merupakan istilah lazim yang menggambarkan
gangguan pencernaan yang berasal dari saluran cerna bagian atas.
Gejala dispepsia dapat berupa perut terasa terbakar, terasa penuh,
mual, muntah dan sendawa. Nyeri epigastrium paling sering
disebabkan oleh kelainan lambung dan duodenum. Mukosa lambung
tidak memiliki reseptor nyeri sehingga tidak ada rasa nyeri sebelum
proses patologik menembus mukosa dan otot. 9
Pada ulkus duodenum mengeluhkan rasa sakit timbul waktu
pasien merasa lapar, rasa sakit bisa membangunkan pasien tengah
malam, rasa sakit hilang dan merasa enak setelah makan dan minum
obat antasida. Sedangkan pada ulkus lambung mengeluhkan rasa
sakit ulu hati tidak menghilang dengan makanan dan biasanya
semakin memperberat rasa sakit. Penderita ulkus lambung memiliki
gejala yang bervariasi. Nyeri epigastrium tidak berbatas jelas dan
20
timbul 30 menit sampai tiga jam setelah makan. Umumnya terdapat
mual, muntah, dan ada penurunan berat badan akibat penurunan
nafsu makan. Rasa sakit tukak gaster sebelah kiri dan rasa sakit
tukak duodeni sebelah kanan garis tengah perut. 1, 9
Pemeriksaan fisik pada ulkus peptikum tidak khas. Nyeri tekan
epigastrium sering didapatkan, distensi abdomen, dan tanda-tanda
peritonitis jika disertai perforasi. Perforasi lambung dan duodenum
bagian depan menyebabkan perotonitis akut. Pasien yang mengalami
perforasi ini tampak kesakitan hebat seperti ditikam diperut. Nyeri
ini timbul mendadak terutama pada daerah epigatrium akibat
9
rangsangan peritoneum oleh asam lambung.
Pasien mengeluhkan buang air kecil putus-putus, sedikit, dan
harus mengejan saat kencing selama 3 hari terakhir. Keluhan ini
berhubungan dengan gejala akibat adanya gangguan pada saluran
kemih bagian bawah (LUTS). Seperti yang diketahui pada anamnesis
didapatkan pasien sudah lanjut usia yaitu 76 tahun dan pada
pemeriksaan rectal toucher didapatkan adanya benjolan kecil pada
daerah prostat sehingga dapat dicurigai pasien menderita BPH
(Benign Prostat Hyperplasia). Pada usia 50 tahun angka kejadiannya
sekitar 50% dan pada usia 80 tahun sekitar 80%. Gejala yang muncul
akibat adanya BPH meliputi gejala iritatif dan gejala obstruktif.
Gejala iritatif yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun pada malam
hari untuk miksi (nokturia), perasaan ingin miksi yang sangat
mendesak (urgensi), dan nyeri saat miksi (disuria). Sedangkan gejala
obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak puas setelah miksi,
kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan, miksi
terputus-putus, dan memerlukan waktu yang lama untuk miksi. 8, 9
Pasien memiliki riwayat merokok sejak lama ± 4 batang/hari,
sering minum kopi, dan biasanya minum jamu untuk menghilangkan
pegal-pegal badan. Kafein pada kopi dapat menyebabkan stimulasi
21
sistem saraf pusat sehingga dapat meningkatkan aktivitas lambung
dan sekresi hormon gastrin pada lambung dan pepsin. Hormon
gastrin yang dikeluarkan oleh lambung mempunyai efek sekresi
getah lambung. Sekresi asam yang meningkat dapat menyebabkan
iritasi dan inflamasi pada mukosa lambung. 11
Riwayat merokok lama pada pasien berefek pada saluran
gastrointestinal antara lain melemahkan katup esofagus dan pilorus,
meningkatkan refluks, dan mengubah kondisi alami dalam lambung.
Sekresi asam lambung meningkat sebagai respon atas sekresi gastrin.
Selain itu, rokok juga mempengaruhi kemampuan cimetidine (obat
penghambat asam lambung) dan obat-obatan lainnya dalam
menurunkan sekresi asam lambung. Rokok dapat mengganggu faktor
defensif lambung (menurunkan sekresi bikarbonat dan aliran darah
di mukosa), memperburuk peradangan, dan berkaitan erat dengan
komplikasi tambahan karena infeksi H. pylori. Merokok juga dapat
menghambat penyembuhan spontan dan meningkatkan risiko
kekambuhan tukak peptik. 11
Pasien memiliki kebiasaan mengkonsumsi jamu untuk
menghilangkan rasa pegal-pegal badan. Pada tahun 2011, Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) merilis daftar obat tradisional
yang mengandung bahan kimia. Dari 21 obat tradisional yang masuk
daftar tersebut, 7 di antaranya mengandung obat anti inflamasi non
steroid (OAINS), terutama pada jamu yang berkhasiat mengurangi
nyeri sendi dan pegal. Tujuan penambahan obat adalah untuk
meningkatkan khasiat pada jamu. Efek utama OAINS adalah
menghambat kerja enzim siklooksigenase (COX) pada asam
arakhidonat sehingga menekan produksi prostaglandin. Kerusakan
mukosa akibat hambatan produksi protaglandin melalui 4 tahap,
yaitu : menurunnya sekresi mukus dan bikarbonat, terganggunya
22
sekresi asam dan proliferasi sel-sel mukosa, berkurangnya aliran
darah mukosa dan kerusakan mikrovaskuler. 3, 12
23
dirasakan. Kadar WBC 10,95 ribu/uL dan neutrofil 74% menunjukan
peningkatan ringan dari batas normal, sedangkan limfosit mengalami
penurunan menjadi 21,8%. Leukosit dan neutrofil yang meningkat
dapat mengidikasikan adanya infeksi dalam tubuh. Infeksi yang
berkaitan dengan ulkus peptikum dapat disebabkan H. Pylori namun
harus dikonfirmasi dengan pemeriksaan histopatologi biopsi melalui
endoskopi. Hasil glukosa darah sewaktu (GDS) pasien adalah 139
mg/dL termasuk dalam batas normal.
Pemeriksaan radiologi menunjukkan gastritis dan BPH grade I.
Pada gangguan gastrointestinal seperti ulkus peptikum, USG bukan
alat diagnostik yang baik, sehingga dibutuhkan endoskopi untuk
menegakkan diagnosa pasti, namun di RS Undata belum memiliki
alat tersebut. Hasil USG adanya BPH grade 1 mendukung hasil
anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan.
Dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
penunjang maka diambil diagnosa ulkus peptikum dan BPH grade I.
Pengobatan yang diberikan adalah :
a. Non Medikamentosa
1. Tirah baring
Penyembuhan akan lebih cepat dengan rawat inap karena
bertambahnya jam istrahat, berkurangnya refluks empedu, stres
dan penggunaan analgesik.
2. Diet makanan biasa,tidak merangsang, dan diet seimbang.
Makanan lunak apalagi bubur saring dan makanan yang
mengandung susu tidak lebih baik daripada makanan biasa,
karena makanan halus dapat merangsang pengeluaran asam
lambung. Cabai dan makanan yang mengandung asam dapat
menimbulkan rasa sakit pada beberapa pasien tukak.
3. Menghentikan kebiasaan merokok dan minum jamu
Merokok menghalangi penyembuhan tukak lambung kronik
dan meningkatkan angka kekambuhan tukak. Konsumsi jamu
24
harus dihentikan karena di curigai mengandung OAINS dan
memperburuk kondisi tukak.
25
traneksamat pada penderita perdarahan saluran cerna atas
menyatakan adanya manfaat berkaitan dengan penurunan
13
angka mortalitas.
Prognosis pada kasus pasien ini adalah dubia ad bonam, karena
tidak ada tanda adanya perforasi dan keluhan perdarahan dalam
bentuk melena yang dialami sudah berhenti dengan pemberian terapi
medikamentosa. Selain itu, pasien sudah menerima transfusi darah
untuk meningkatkan kadar sel darah merah sehingga secara
hemodinamik sudah stabil.
26
BAB IV
KESIMPULAN
27
DAFTAR PUSTAKA
1. Tarigan P. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. In: Setiati S,
Alwi I, Sudoyo A, Simadibrata M, editors. Jakarta: Interna
Publishing, 2014
3. Akil H. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi VI. In: Setiati S, Alwi
I, Sudoyo A, Simadibrata M, editors. Jakarta: Interna Publishing,
2014
28
11. Anthony Y, James Y. Hematemesis and Melena. Textbook of
Clinical Gastroenterology and Hepatology, 2012
29