Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

Latar belakang

Batuan beku adalah batuan yang terjadi dari pelarutan pembekuan silika cair dan
pijar, yang kita kenal dengan nama magma.

Penggolongan batuan beku sudah banyak dilakukan hingga sekarang . Berbagai


cara dari dulu seperti penggabungan jenis-jenis yang sama dalaam satu golongan
dan pemisahan dari jenis-jenis yang tidak meunjukkan persamaan. Kareana tidak
adanya kesepakatan diantara para ahli petroloogi dalam mengklasifikasikan batuan
beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat atas dasar yang berbeda – beda.
Perbedaan ini sangat berpengaruh dalam menggunakan klasifikasi pada berbagai
lapangan pekerjaan dan menurut kegunaannya masing-masing. Bila kita dapat
memilih salah satu klaisfikasi dengan tepat. Maka kita akan mendapatkan hasil
yang sangat memuaskan.

Penggolongan batuan beku dapat didasarkan kepada tiga patokan utama, yaitu
.berdasarkan susunan mineraloginya

Rumusan masalah

Sehubungan dengan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam makalah
ini adalah sebagai berikut:

Pengertian batuan beku

Klasifikasi Batuan beku berdasarkan Genetik (tempat terjadinya)

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Senyawa Kimia

Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Susunan Mineralogi


Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:

v Agar mahasiswa dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan batuan beku

v Agar mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi batuan beku berdasarkan genetik


(tempat terjadinya)

v Agar mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi batuan beku berdasarkan senyawa


kimia

v Agar mahasiswa dapat mengetahui klasifikasi batuan beku berdasarkan susunan


mineraloginya
BAB II

LANDASAN TEORI

Bagian luar bumi tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih
besar daripada bagian daratan. Akan tetapi karena daratan adalah bagian dari kulit
bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang
dapat pula kita ketahui dengan cepat dan jelas. Salah satu diantaranya adalah
kenyataan bahwa daratan tersusun oleh beberapa jenis batuan yang berbeda satu
sama lain. Dari jenisnya batuan-batuan tersebut dapat digolongkan menjadi 3 jenis
golongan. Mereka adalah : batuan beku (igneous rocks), batuan sediment
(sedimentary rocks), dan batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks).
Batuan-batuan tersebut berbeda-beda materi penyusunnya dan berbeda pula proses
terbentuknya.

Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang terbentuk dari
satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat pembekuan dari magma.
Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa dibedakan lagi menjadi batuan beku
plutonik dan vulkanik. Perbedaan antara keduanya bisa dilihat dari besar mineral
penyusun batuannya. Batuan beku plutonik umumnya terbentuk dari pembekuan
magma yang relatif lebih lambat sehingga mineral-mineral penyusunnya relatif
besar. Contoh batuan beku plutonik ini seperti gabro, diorite, dan granit (yang
sering dijadikan hiasan rumah). Sedangkan batuan beku vulkanik umumnya
terbentuk dari pembekuan magma yang sangat cepat (misalnya akibat letusan
gunung api) sehingga mineral penyusunnya lebih kecil.
Tekstur

Tekstur didefinisikan sebagai keadaan atau hubungan yang erat antar mineral-
mineral sebagai bagian dari batuan dan antara mineral-mineral dengan massa gelas
yang membentuk massa dasar dari batuan.

Tekstur pada batuan beku umumnya ditentukan oleh tiga hal yang penting, yaitu:

A. Kristalinitas

Kristalinitas adalah derajat kristalisasi dari suatu batuan beku pada waktu
terbentuknya batuan tersebut. Kristalinitas dalam fungsinya digunakan untuk
menunjukkan berapa banyak yang berbentuk kristal dan yang tidak berbentuk
kristal, selain itu juga dapat mencerminkan kecepatan pembekuan magma. Apabila
magma dalam pembekuannya berlangsung lambat maka kristalnya kasar.
Sedangkan jika pembekuannya berlangsung cepat maka kristalnya akan halus,
akan tetapi jika pendinginannya berlangsung dengan cepat sekali maka kristalnya
berbentuk amorf.

Dalam pembentukannnya dikenal tiga kelas derajat kristalisasi, yaitu:

• Holokristalin, yaitu batuan beku dimana semuanya tersusun oleh kristal. Tekstur
holokristalin adalah karakteristik batuan plutonik, yaitu mikrokristalin yang telah
membeku di dekat permukaan.

• Hipokristalin, yaitu apabila sebagian batuan terdiri dari massa gelas dan sebagian
lagi terdiri dari massa kristal.

• Holohialin, yaitu batuan beku yang semuanya tersusun dari massa gelas. Tekstur
holohialin banyak terbentuk sebagai lava (obsidian), dike dan sill, atau sebagai
fasies yang lebih kecil dari tubuh batuan.

B. Granularitas

Granularitas didefinisikan sebagai besar butir (ukuran) pada batuan beku. Pada
umumnya dikenal dua kelompok tekstur ukuran butir, yaitu:

1. Fanerik/fanerokristalin, Besar kristal-kristal dari golongan ini dapat dibedakan


satu sama lain secara megaskopis dengan mata biasa. Kristal-kristal jenis fanerik
ini dapat dibedakan menjadi:
– Halus (fine), apabila ukuran diameter butir kurang dari 1 mm.

– Sedang (medium), apabila ukuran diameter butir antara 1 – 5 mm.

– Kasar (coarse), apabila ukuran diameter butir antara 5 – 30 mm.

– Sangat kasar (very coarse), apabila ukuran diameter butir lebih dari 30 mm.

2. Afanitik, Besar kristal-kristal dari golongan ini tidak dapat dibedakan dengan
mata biasa sehingga diperlukan bantuan mikroskop. Batuan dengan tekstur afanitik
dapat tersusun oleh kristal, gelas atau keduanya. Dalam analisa mikroskopis dapat
dibedakan:

– Mikrokristalin, apabila mineral-mineral pada batuan beku bisa diamati dengan


bantuan mikroskop dengan ukuran butiran sekitar 0,1 – 0,01 mm.

– Kriptokristalin, apabila mineral-mineral dalam batuan beku terlalu kecil untuk


diamati meskipun dengan bantuan mikroskop. Ukuran butiran berkisar antara 0,01
– 0,002 mm.

– Amorf/glassy/hyaline, apabila batuan beku tersusun oleh gelas.

C. Bentuk Kristal

Bentuk kristal adalah sifat dari suatu kristal dalam batuan, jadi bukan sifat batuan
secara keseluruhan. Ditinjau dari pandangan dua dimensi dikenal tiga bentuk
kristal, yaitu:

– Euhedral, apabila batas dari mineral adalah bentuk asli dari bidang kristal.

– Subhedral, apabila sebagian dari batas kristalnya sudah tidak terlihat lagi.

– Anhedral, apabila mineral sudah tidak mempunyai bidang kristal asli.

– Ditinjau dari pandangan tiga dimensi, dikenal empat bentuk kristal, yaitu:

– Equidimensional, apabila bentuk kristal ketiga dimensinya sama panjang.

– Tabular, apabila bentuk kristal dua dimensi lebih panjang dari satu dimensi yang
lain.
– Prismitik, apabila bentuk kristal satu dimensi lebih panjang dari dua dimensi
yang lain.

– Irregular, apabila bentuk kristal tidak teratur.

D. Hubungan Antar Kristal

Hubungan antar kristal atau disebut juga relasi didefinisikan sebagai hubungan
antara kristal/mineral yang satu dengan yang lain dalam suatu batuan. Secara garis
besar, relasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

– Equigranular, yaitu apabila secara relatif ukuran kristalnya yang membentuk


batuan berukuran sama besar. Berdasarkan keidealan kristal-kristalnya, maka
equigranular dibagi menjadi tiga, yaitu:

– Panidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri


dari mineral-mineral yang euhedral.

– Hipidiomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri


dari mineral-mineral yang subhedral.

– Allotriomorfik granular, yaitu apabila sebagian besar mineral-mineralnya terdiri


dari mineral-mineral yang anhedral.

– Inequigranular, yaitu apabila ukuran butir kristalnya sebagai pembentuk batuan


tidak sama besar. Mineral yang besar disebut fenokris dan yang lain disebut massa
dasar atau matrik yang bisa berupa mineral atau gelas.

Struktur

Struktur adalah kenampakan batuan secara makro yang meliputi kedudukan lapisan
yang jelas/umum dari lapisan batuan. Struktur batuan beku sebagian besar hanya
dapat dilihat dilapangan saja, misalnya:

• Pillow lava atau lava bantal, yaitu struktur paling khas dari batuan vulkanik
bawah laut, membentuk struktur seperti bantal.

• Joint struktur, merupakan struktur yang ditandai adanya kekar-kekar yang


tersusun secara teratur tegak lurus arah aliran. Sedangkan struktur yang dapat
dilihat pada contoh-contoh batuan (hand speciment sample), yaitu:
• Masif, yaitu apabila tidak menunjukkan adanya sifat aliran, jejak gas (tidak
menunjukkan adanya lubang-lubang) dan tidak menunjukkan adanya fragmen lain
yang tertanam dalam tubuh batuan beku.

• Vesikuler, yaitu struktur yang berlubang-lubang yang disebabkan oleh keluarnya


gas pada waktu pembekuan magma. Lubang-lubang tersebut menunjukkan arah
yang teratur.

• Skoria, yaitu struktur yang sama dengan struktur vesikuler tetapi lubang-
lubangnya besar dan menunjukkan arah yang tidak teratur.

• Amigdaloidal, yaitu struktur dimana lubang-lubang gas telah terisi oleh mineral-
mineral sekunder, biasanya mineral silikat atau karbonat.

• Xenolitis, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya fragmen/pecahan batuan


lain yang masuk dalam batuan yang mengintrusi.

• Pada umumnya batuan beku tanpa struktur (masif), sedangkan struktur-struktur


yang ada pada batuan beku dibentuk oleh kekar (joint) atau rekahan (fracture) dan
pembekuan magma, misalnya: columnar joint (kekar tiang), dan sheeting joint
(kekar berlembar).

Komposisi Mineral

Untuk menentukan komposisi mineral pada batuan beku, cukup dengan


mempergunakan indeks warna dari batuan kristal. Atas dasar warna mineral
sebagai penyusun batuan beku dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:

• Mineral felsik, yaitu mineral yang berwarna terang, terutama terdiri dari mineral
kwarsa, feldspar, feldspatoid dan muskovit.

• Mineral mafik, yaitu mineral yang berwarna gelap, terutama biotit, piroksen,
amphibol dan olivin.

Batuan beku dapat diklasifikasikan berdasarkan cara terjadinya, kandungan SiO2,


dan indeks warna. Dengan demikian dapat ditentukan nama batuan yang berbeda-
beda meskipun dalam jenis batuan yang sama, menurut dasar klasifikasinya.
Klasifikasi berdasarkan cara terjadinya, menurut Rosenbusch (1877-1976) batuan
beku dibagi menjadi:

• Effusive rock, untuk batuan beku yang terbentuk di permukaan.

• Dike rock, untuk batuan beku yang terbentuk dekat permukaan.

• Deep seated rock, untuk batuan beku yang jauh di dalam bumi. Oleh W.T. Huang
(1962), jenis batuan ini disebut plutonik, sedang batuan effusive disebut batuan
vulkanik.

Klasifikasi berdasarkan kandungan SiO2 (C.L. Hugnes, 1962), yaitu:

• Batuan beku asam, apabila kandungan SiO2 lebih dari 66%. Contohnya adalah
riolit.

• Batuan beku intermediate, apabila kandungan SiO2 antara 52% – 66%.


Contohnya adalah dasit.

• Batuan beku basa, apabila kandungan SiO2 antara 45% – 52%. Contohnya adalah
andesit.

• Batuan beku ultra basa, apabila kandungan SiO2 kurang dari 45%. Contohnya
adalah basalt.

Klasifikasi berdasarkan indeks warna ( S.J. Shand, 1943), yaitu:

• Leucoctaris rock, apabila mengandung kurang dari 30% mineral mafik.

• Mesococtik rock, apabila mengandung 30% – 60% mineral mafik.

• Melanocractik rock, apabila mengandung lebih dari 60% mineral mafik.

Sedangkan menurut S.J. Ellis (1948) juga membagi batuan beku berdasarkan
indeks warnanya sebagai berikut:

• Holofelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna kurang dari 10%.

• Felsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 10% sampai 40%.

• Mafelsic, untuk batuan beku dengan indeks warna 40% sampai 70%.
• Mafik, untuk batuan beku dengan indeks warna lebih dari 70%.

BAB III

HASIL PEMBAHASAN

Batuan beku sebenarnya telah banyak dipergunakan orang dalam kehidupan sehari-
hari hanya saja kebanyakan orang hanya mengetahui cara mempergunakannya
saja, dan sedikit yang mengetahui asal kejadian dan seluk-beluk mengenai batuan
beku ini. Secara sederhana batuan beku adalah batuan yang terbentuk dari
pembekuan magma. Penggolongan batuan beku telah bayak dilakukan dari dahulu
hingga sekarang, namun karena tidak adanya kesepakatan antara ahli petrologi
dalam mengklasifikasikan betuan beku mengakibatkan sebagian klasifikasi dibuat
atas dasar yang berbeda-beda. Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada
tiga patokan utama, yaitu berdasarkan genetik batuan, berdasarkan senyawa kimia
yang terkandung dan bersarkan susunan mineraloginya

1. Klasifikasi Batuan beku berdasarkan Genetik (tempat terjadinya)

Penggolongan ini berdasarkan genesa atau tempat terjadinya dari batuan beku,
pembagian batuan beku ini merupakan pembagian awal sebelum dilakukan
penggolongan batuan lebih lanjut. Pembagian genetik batuan beku adalah sebagai
berikut :

A. Batuan beku Intrusif


Batuan ini terbentuk dibawah permukaan bumi, sering juga disebut batuan beku
dalam atau batuan beku plutonik. Batuan beku intrusif mempunyai karakteristik
diantaranya, pendinginannya sangat lambat(dapat sampai jutaan
tahun),memungkinkan tumbuhnya kristal-kristal yang besar dan sempurna
bentuknya, menjadi tubuh batuan beku intrusif. Tubuh batuan beku intrusif sendiri
mempunyai bentuk dan ukuran yang beragam, tergantung pada kondisi magma dan
batuan di sekitarnya. Batuan beku intrusi selanjutnya dapat dibagi lagi menjadi
batuan beku intrusi dalam dan batuan beku intrusi permukaan. berdasarkan
kedudukannya terhadap perlapisan batuan yang diterobosnya, struktur tubuh
batuan beku intrusif terbagi menjadi dua yaitu konkordan dan diskordan.

Struktur tubuh batuan beku yang memotong lapisan batuan di sekitarnya disebut
diskordan. yaitu:

Batholit, yaitu tubuh batuan yang memiliki ukuran yang sangat besar yaitu > 100
km2 dan membeku pada kedalaman yang besar.

Stock, seperti batolit, bentuknya tidak beraturan dan dimensinya lebih kecil
dibandingkan dengan batholit, tidak lebih dari 10 km. Stock merupakan penyerta
suatu tubuh batholit atau bagian atas batholit ciri khas tubuh ini diakibatkan oleh
erosi permukaan. Bentuk yang sangat besar itu terdiri dari sebagian besar adalah
batuan asam dan menengah.

Dyke, disebut juga gang, merupakan salah satu badan intrusi yang dibandingkan
dengan batholit, berdimensi kecil. Bentuknya tabular, sebagai lembaran yang
kedua sisinya sejajar, memotong struktur (perlapisan) batuan yang diterobosnya.

Volkanic neck, adalah pipa gunung api di bawah kawah yang mengalirkan magma
ke kepundan. Kemudaia setelah batuan yang menutupi di sekitarnya tererosi, maka
batuan beku yang bentuknya kurang lebih silindris dan menonjol dari topografi
disekitarnya.

Bentuk-bentuk yang sejajar dengan struktur batuan di sekitarnya disebut


konkordan diantaranya adalah sill, lakolit dan lopolit.

Sill, adalah intrusi batuan beku yang konkordan atau sejajar terhadap perlapisan
batuan yang diterobosnya. Berbentuk tabular dan sisi-sisinya sejajar dengan
ketebalan dari beberapa mm sampai beberapa kilometer. Penyebaran kearah lateral
sangat luas, sedangkan penyebaran kea rah vertical sangat kecil.

Lakolit, sejenis dengan sill. Yang membedakan adalah bentuk bagian atasnya,
batuan yang diterobosnya melengkung atau cembung ke atas, membentuk kubah
landai. Sedangkan, bagian bawahnya mirip dengan Sill. Akibat proses-proses
geologi, baik oleh gaya endogen, maupun gaya eksogen, batuan beku dapt
tersingka di permukaan.

Lopolit, bentuknya mirip dengan lakolit hanya saja bagian atas dan bawahnya
cekung ke atas.

Batuan beku dalam selain mempunyai berbagai bentuk tubuh intrusi, juga terdapat
jenis batuan berbeda, berdasarkan pada komposisi mineral pembentuknya. Batuan-
batuan beku luar secara tekstur digolongkan ke dalam kelompok batuan beku
fanerik.

B. Batuan beku Ekstrusif

Batuan beku ekstrusif adalah batuan beku yang proses pembekuannya berlangsung
dipermukaan bumi. Batuan beku ekstrusif ini yaitu lava yang memiliki berbagai
struktur yang memberi petunjuk mengenai proses yang terjadi pada saat
pembekuan lava tersebut. Struktur ini diantaranya:

Masif, yaitu struktur yang memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat
seragam.

Sheeting joint, yaitu struktur batuan beku yang terlihat sebagai lapisan

Columnar joint, yaitu struktur yang memperlihatkan batuan terpisah poligonal


seperti batang pensil.

Pillow lava, yaitu struktur yang menyerupai bantal yang bergumpal-gumpal. Hal
ini diakibatkan proses pembekuan terjadi pada lingkungan air.

Vesikular, yaitu struktur yang memperlihatkan lubang-lubang pada batuan beku.


Lubang ini terbentuk akibat pelepasan gas pada saat pembekuan.

Amigdaloidal, yaitu struktur vesikular yang kemudian terisi oleh mineral lain
seperti kalsit, kuarsa atau zeolit
Struktur aliran, yaitu struktur yang memperlihatkan adanya kesejajaran mineral
pada arah tertentu akibat aliran

2. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Senyawa Kimia

Batuan beku disusun oleh senyawa-senyawa kimia yang membentuk mineral


penyusun batuan beku. Salah satu klasifikasi batuan beku dari kimia adalah dari
senyawa oksidanya, sepreti SiO2, TiO2, AlO2, Fe2O3, FeO, MnO, MgO, CaO,
Na2O, K2O, H2O+, P2O5, dari persentase setiap senyawa kimia dapat mencerminkan
beberapa lingkungan pembentukan meineral.

Analisa kimia batuan dapat dipergunakan untuk penentuan jenis magma asal,
pendugaan temperatur pembentukan magma, kedalaman magma asal, dan banyak
lagi kegunaan lainya. Dalam analisis kimia batuan beku, diasumsikan bahwa
batuan tersebut mempunyai komposisi kimia yang sama dengan magma sebagai
pembentukannya. Batuan beku yang telah mengalaimi ubahan atau pelapukan akan
mempunyai komposisi kimia yang berbeda. Karena itu batuan yang akan dianalisa
harusla batuan yang sangat segar dan belum mengalami ubahan. Namun begitu
sebagai catatan

OKSIDA GRANIT DIORIT GABRO PERIODITIT

Si O2 72,08 51,86 48,36 43,54

Ti O2 0,37 1,50 1,32 0,81


Al2 O3 13,86 16,40 16,84 3,99

Fe2 O3 0,86 2,73 2,55 2,51

FeO 1,72 6,97 7,92 9,84

MnO 0,06 0,18 0,18 0,21

MgO 0,52 6,12 8,06 34,02

CaO 1,33 8,40 11,07 3,46

Na2O 3,08 3,36 2,26 0,56

K2O 5,46 1,33 0,56 0,25

H2O+ 0,53 0,80 0,64 0,76

P2O5 0,18 0,35 0,24 0,05

pengelompokan yang didasarkan kepada susunan kimia batuan, jarang dilakukan.


Hal ini disebabkan disamping prosesnya lama dan mahal, karena harus dilakukan
melalui analisa kimiawi.

Komposisi kimia dari beberapa jenis batuan beku yang terdapat di dalam, yang
diperlihatkan pada tabel diatas hanya batuan beku intrusi saja. Dari sini terlihat
perbedaan persentase dari setiap senyawa oksida, salah satu contoh ialah dari
oksida SiO2 jumlah terbanyak dimiliki oleh batuan granit dan semakin menurun
ke batuan peridotit (batuan ultra basa). Sedangkan MgO dari batuan granit (batuan
asam) semakin bertambah kandungannya kearah batuan peridotit (ultra basa).

Kandungan senyawa kimia batuan ekstrusi identik. Dengan batuan intrusinya,


asalkan dalam satu kelompok. Hal ini hanya berbeda tempat terbentuknya saja,
sehingga menimbulkan pula perbedaan di dalam besar butir dari setiap jenis
mineral.
Batuan Intrusi Batuan Ekstrusi

Granit Rioloit

Syenit Trahkit

Diorit Andesit

Tonalit Dasit

Monsonit Latit

Gabro Basal

Dari sini terlihat sebagai contoh komposisi kimia dan persentase dari oksida untuk
batuan granit identik dengan batun riolit. Hal yang sama berlaku untuk batuan
lainnya asalkan batuan ini masih satu kelompok.

Klsifikasi batuan berdasarkan komposisi kimia telah banyak dilakukan oleh


beberapa ahli dari yang paling sederhana sampai ke paling terbaru adalah
berdasakan CIPW NORMATIF adalah salah satu yang paling sederhana untuk
mengetahui nama batuan beku, klasifikasi ini tidak membedakan apakah batuan itu
intrusi ataupun ekstrusi. Sedangkan klasifikasi yang paling terbaru adalah
normative dihitung berdasakan CIPW, dimana setiap senyawa oksidasi kita hitung
nilai normatifnya dan kita kembalikan kepada mineral-mineral asal pembentuk
batuan tersebut. Table dibawah ini memperlihatkan komposisi kimia dan
normative batuan dari kepulauan riau terhadap beberapa contoh batuan beku granit.

Nama Batuan Kandungan Silika

Batuan Asama Lebih besar 66%

Batuan Menengah 52-66%

Batuan Basa 45-52%

Batuan Ulttra basa Lebih Kecil 45%


Komposisi kimia dapat pula digunakan untuk mengetahui beberapa aspek yang
sangat erat hubungannya dengan terbentuknya batuan beku. Seperti untuk
mengetahui jenis magma, tahapan diferensiasi selama perjalanan magma ke
permukaan dan kedalaman Zona Benioff.

3. Klasifikasi Batuan Beku Berdasarkan Susunan Mineralogi

Klasifikasi ini sering digunakan, karena relatif lebih mudah dapat dilihat dengan
kasat mata, klasifikasi ini didasarkan kepada susunan mineral dipadukan dengan
tekstur.

Pada gambar diatas diperlihatkan pengelompokan batuan beku dalam bagan,


berdasarkan susunan mineralogi. Gabro adalah batuan beku dalam dimana
sebagian besar mineral-mineralnya adalah olivine dan piroksin. Sedangkan
Felsparnya terdiri dari felspar plagioklas Ca. Teksturnya kasar atau phanerik,
karena mempunyai waktu pendinginan yang cukup lama didalam litosfir. Kalau dia
membeku lebih cepat karena mencapai permukaan bumi, maka batuan beku yang
terjadi adalah basalt dengan tekstur halus. Jadi Gabro dan Basalt keduanya
mempunyai susunan mineral yang sama, tetapi teksturnya berbeda. Demikian pula
dengan Granit dan Rhyolit, atau Diorit dan Andesit. Granit dan Diorit mempunyai
tekstur yang kasar, sedangkan Rhyolit dan Andesit, halus. Basalt dan Andesit
adalah batuan beku yang banyak dikeluarkan gunung-berapi, sebagai hasil
pembekuan lava.

STRUKTUR BATUAN BEKU

Struktur batuan beku adalah bentuk batuan beku dalam skala yang besar. Seperti
lava bantal yang terbentuk dari lingkungan air (laut), lava bongkah, struktur aliran
dan lain-lainnya. Suatu bentuk dari struktur batuan sangat erat sekali dengan waktu
terbentuknya.
Struktur Bantal

Struktur bantal (pillow structure) adalah struktur yang dinyatakan pada batuan
ekstrusi tertentu yang dicirikan oleh masa yang berbentuk bantal. Dimana ukuran
dari bentuk lava ini pada umumnya antara 30 – 60 cm. Biasanya jarak antara bantal
berdekatan dan terisi oleh bahan-bahan yang berkomposisi sama dengan bantal
tersebut, dan juga oleh sedimen – sedimen klastik ini maka struktur bantal dapat
dianggap terbentuk dalam air dan umumnya terbentuk di laut dalam.

Struktur Vesikular

Di dalam lava banyak terkandung gas-gas yng segera dilepaskan setelah tekanan
menurun, ini disebabkan perjalanan magma ke permukaan bumi. Keluarnya gas-
gas dari lava akan menghasilkan lubang-lubang yang berbentuk bulat, elip, silinder
ataupun tidak beraturan.

Terak (scoria) adalah lava yang sebagian besar mengandung gas-gas sehingga
sewaktu lava tersebut membeku membentuk rongga-rongga yang dulu ditempati
oleh gas.

Biasanya pada dasar dari aliran lava terdapat gelembung – gelembung berbentuk
silinder yang tegak lurus aliran lava. Hal ini disebabkan gas – gas yang dilepaskan
dari batuan sedimen yang berada di bawahnya karena proses pemanasan dari lava
itu.

Struktur Aliran

Lava yang disemburkan tidak ada yang dalam keadaan homogeny. Dalam
perjalanannya menuju ke permukaan selalu terjadi perubahan seperti komposisi,
kadar gas, kekentalan, derajat kristalisai. Ketidak homogenan lava menyebabkan
terbentuknya struktur aliran, hal ini dicerminkan dengan adanya goresan berupa
garis – garis yang sejajar, perbedaan warna dan tekstur.
Struktur aliran juga dijumpai pada batuan dimana perlapisan – perlapisan
digambarkan dengan perbedaan – perbedaan dalam komposisi atau tekstur
mineralnya. Struktur aliran dapat pula berbentuk sangat halus dan disebut tekstur
aliran. Dan untuk dapat melihatnya diperlukan mikroskop, foto 8 lembar 5
memperlihatkan tekstur aliran pada batuan yang berupa pengarahan dari mineral –
mineral tertentu seperti plagioklas.

Bentuk mineral – mineral dalam batuan yang mempunyai bentuk memanjang atau
pipih akan condong untuk mengarah menjadi sejajar dengan arah aliran lava pada
waktu itu.

Struktur Kekar

Kekar adalah bidang – bidang pemisah yang terdapat dalam semua jenis batuan.
Kekar biasanya disebabkan oleh proses pendinginan, tetapi ada pula retakan –
retakan yang disebabkan oleh gerakan – gerakan dalam bumi yang berlaku sesudah
batuan itu membeku. Kenampakan dilapangan menunjukkan bahwa kekar – kekar
itu tersusun dalam sistem tertentu yang berpotongan satu dengan yang lainnya.

Retakan – retakan ada yang memotong sejajar dengan permukaan bumi, dan
menghasilkan struktur perlapisan, sedangkan yang tegak lurus dengan permukaan
bumi akan menghasilkan struktur bongkah. Perlapisan ini pada umumnya akan
makin tipis pada bagian yang mendekati permukaan bumi.

Retakan –retakan dapat pula membentuk kolom – kolom yang dikenal dengan
struktur kekar meniang (columnar jointing). Struktur ini disebabkan karena adanya
pendinginan dan penyusutan yang merata dalam magma dan dicirikan oleh
perkembangan empat, lima atau enam sisi prisma, kemungkinan juga dipotong
oleh retakan yang melintang. Bentuk seperti tiang ini umumnya terdapat pada
batuan basal, tetapi kadang – kadang juga terdapat pada batuan beku jenis lainnya.
Kolom – kolom ini berkembang tegak lurus pada permukaan pendinginan,
sehingga pada sil atau lava aliran tersebut akan berdiri vertical sedangkan pada
dikekurang lebih akan horizontal.
DISKRIPSI BATUAN BEKU

Batuan beku di dunia ini banyak sekali jenisnya dan untuk lebih mudah batuan
beku tersebut dikelompokkan menjadi beberapa kelompok. Setiap kelompok
mencerminkan kandungan mineralogy, kimia dari batuan intrusi ataupun batuan
ekstrusinya. Beberapa mineral yang dijadikan patokan dalam kelompok
batuanadalah mineral kuarsa, plagioklas, dan mineral feromagnesia.

Kelompok Granit

Phaneritik

Terdiri dari batuan pluton yang biasa disebut batolit, dimana kenampakan di
permukaan bumi sangat besar sedangkan kedalaman dari batuan ini tidak diketahui
dasarnya. Granit ini berbutir sangat kasar dengan kombinasi warna antara putih
dengan abu-abu. Sebagai contoh granit pluton dari Pulau Karimun berwarna abu-
abu dengan butiran mineral sangat besar.

Tekstur batuan pada dasarnya adalah holokristalin, hipidiomorpik dan


equigranular. Penokris yang besar dari ortoklas, kadang-kadang granit kelompok
ini memiliki tekstur berpori. Dalam jumlah yang sangat kecil kita akan
mendapatkan xenolit di dalam tubuh granit.

Aphanitik

Terdiri dari batuan ekstrusi yang berupa lava dan batuan intrusi yang berupa dike.
Kenampakkan dilapangan batuan lava ini berupa aliran dengan ketebalan yang
bervariasi dan penyebaran yang luas. Sedangkan dike terlihat bertekstur porfiritik
atau kacaan, karena peralihan antara tipe plutonik dengan vulkanik.

Bertekstur porfiritik yaitu percampuran antara yang kasar (penokris) seperti dari
kuarsa, feldspar dan horrblende dengan masa dasar yang berbentuk halus dari
mikrokristalin sampai kacaan. Tekstur aliran dikarenakan perjalanan magma asal
ke permukaan bumi dan kemudian menyebar ke segala arah. Tekstur sperulitik
biasanya diobsidian yang berbentuk serabut yang melingkar.

Komposisi mineralogy dari penyusun mineral utama terdiri dari kuarsa, potassium
feldspar dari jenis ortoklass dan sanidin, plagioklas dari jenis oligoklas sedangkan
mineral feromagnesia dari biotit dan hornblende. Mineral pengiringnya terdiri dari
magnetit dan apatit. Sedangkan mineral sekundernya terdiri dari hasil alterasi dari
mineral feldspar dan mineral feromagnesia.

Kelompok Syenit

Phaneritik

Tekstur yang biasa ditemukan adalah equigranular, holokristalin, paneritik, dan


batuan plutonik. Butiran Kristal cukup besar, hal ini terlihat sebagai pegmatik.

Komposisi mineralogy dan kimia bila dibandingkan dengan granit, maka syenit
memperlihatkan kandungan alkali ke silica lebih tinggi. Ini disebabkan oleh
berlimpahnya mineral alkali feldspar.

Aphanitik

Biasa disebut traktit, terjadi sebagai aliran lava yang meliputi daerah yang luas,
juga terdapat sebagai korok vulkanik yang bertekstur porpiritik.

Komposisi mineral dari mineral utama terdiri dari potasium feldspar dari jenis
sanidin, ortoklas dan mikroklin, plagioklas, biotit, hornblende dan augit biasa
sebagai variasi dan bila jumlahnya banyak maka akan mempengaruhi penamaan
dari batuan dan biasanya diletakkan di depan dari traktit.

Kelompok Diorit

Phaneritik

Bila bertekstur phaneritik disebut diorite dan bila aphanitik disebut andesit.
Kelompok ini berada di tengah antara kelompok batuan asam dan kelompok batuan
basa. Sehingga komposisi kimia ataupun mineralogy berada di tengah dari kedua
kelompok itu. Tekstur dari diorit adalah holokristalin, equigranular dan phaneritik.
Dan banyak pula yang bertekstur porpiritik dengan penokris berbentuk euhedral..

Aphanitik

Andesit banyak terdapat sebagai lava, tetapi juga terjadi sebagai intrusi sekunder,
seperti sebagai dike. Tekstur dari batuan andesit biasanya porpiritik dengan
penokris yang euhedral, sedangkan masa dasar biasanya mikrokrisstalin sampai
kacaan.

Komposisi mineralogi dari batuan andesit sama dengan batuan diorite, dimana
pada andesit lebih banyak kuarsa dan plagioklas dari jenis andesine. Penokris dari
plagioklas dan masa dasar dari biotit hornblende, piroksen dan mikrolit plagioklas.

Kelompok Gabro

Phaneritik

Gabro dapat terbentuk sebagai lakolit, stok, dike, dan sil, dan biasanya sebagai
batuan plutonik. Komposisi mineralogy dan kimia dari gabro adalah batuan basa
dimana persentase silica relief rendah, sedangkan persentase besi, magnesium
relative sangat tinggi, dan sodium dan potassium sangat rendah. Mineral plagioklas
dan mineral feromagnesia lebih banyak mengandung kalsium dibandingkan
dengan kelompok batuan sebelumnya.

Aphanitik

Disebut basal. Basl sebagian besar terbentuk sebagai lava pada saat sekarang.
Bentuk yang paling banyak terdapat berupa lembaran di permukaan bumi dan
mendominasi dari batuan beku yang berhubungan dengan sabuk orogenik.
Penyebaran dari lava basal sangat luas sekali bahkan sampai 200.000 mil persegi
dan dengan ketebalan maksimum 6000 ft. contohnya adalah lava gunung di
Hawaii. Dan di Indonesia adalah lava gunung Galunggung.

Kelompok Ultra Basa

Anggota dari kelompok ini pada umumnya bertekstur holokristalin, phaneritik dari
batuan plutonik. Kandungan mineral mafiknya sangat tinggi dan indeks warna di
atas 70 dengan berat jenis (BD) sangat tingggi.

Tipe batuan pada ultramafik ditandai dengan monomineral, seperti piroksen,


ollivin, hornblende. Mineral pengiring sangat sedikit sekali, seperti oksida besi,
spinel, biotit dan kromit.
BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Batuan beku atau batuanigneus (dari Bahasa Latin: ignis, “api”) adalah
jenis batuan yang terbentuk dari mamag yang mendingin dan mengeras, dengan
atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai
batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai
batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair
ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerakbumi. Umumnya,
proses pelelehan terjadi oleh salah satu dari proses-proses berikut:
kenaikan temperatur, penurunan tekanan, atau perubahan komposisi. Lebih dari
700 tipe batuan beku telah berhasil dideskripsikan, sebagian besar terbentuk di
bawah permukaan kerak bumi.

Menurut para ahli seperti Turner dan Verhoogen (1960), F. F Groun (1947),
Takeda (1970), magma didefinisikan sebagai cairan silikat kental yang pijar
terbentuk secara alamiah, bertemperatur tinggi antara 1.500–2.5000C dan bersifat
mobile (dapat bergerak) serta terdapat pada kerak bumi bagian bawah. Dalam
magma tersebut terdapat beberapa bahan yang larut, bersifat volatile (air, CO2,
chlorine, fluorine, iron, sulphur, dan lain-lain) yang merupakan penyebab mobilitas
magma, dan non-volatile (non-gas) yang merupakan pembentuk mineral yang
lazim dijumpai dalam batuan beku.

Pada saat magma mengalami penurunan suhu akibat perjalanan ke permukaan


bumi, maka mineral-mineral akan terbentuk. Peristiwa tersebut dikenal dengan
peristiwa penghabluran. Berdasarkan penghabluran mineral-mineral silikat
(magma), oleh NL. Bowen disusun suatu seri yang dikenal dengan Bowen’s
Reaction Series.

Anda mungkin juga menyukai