Anda di halaman 1dari 16

1.

Maksud Dan Tujuan

1.1 Maksud
Adapun maksud dari praktikum geologi struktur ini adalah untuk mengetahui
apa saja yang dapat digunakan dalam memecahkan beberapa masalah yang
berhubungan dengan strike dan dip.

1.2 Tujuan
Adapun tujuan diadakan pratikum ini yaitu :
1. praktikan dapat memahami definisi ketebalan dan kedalaman.
2. praktikan dapat memahami prinsip pengukuran ketebalan secara langsung dan
tidak langsung, serta pengukuran kedalaman secara tidak langsung.
3. Praktikan dapat memahami pengukuran ketebalan dan kedalaman secara grafis
maupun secara matematis.

2. Alat Dan Bahan


2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam pratikum ini yaitu sebagai berikut :
1. Alat tulis menulis
2. Drawing pen
3. Penggaris 30 cm
4. Busur 360º
5. Papan Standar
6. Kalkulator scientific

2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan yaitu :
1. Problem Set ( kertas grafik A4)
2. Buku Penuntun
3. Kalkir
4. Palmer alignment diagram dan Mertie alignmen diagram
3. Dasar Teori
3.1 Teori Pengantar Geologi Struktur

Gambar 3.1 Ketebalan lapisan batuan (Billings, 1977). Contoh diagram


blok di atas menunjukkan perlapisan batupasir (diarsir) diantara
batuserpih (tidak diarsir). t = ketebalan batupasir; d = kedalaman bagian
atas batupasir pada titik a; d' = kedalaman bagian atas batupasir pada titik
b; a = dip perlapisan.

Ketebalan adalah jarak terpendek yang diukur antara dua bidang sejajar
yangmerupakan batas antara dua lapisan. Kedalaman adalah jarak vertikal dari
suatuketinggian tertentu terhadap suatu titik (misalnya muka air laut) terhadap suatu
titik, garis atau bidang.

Pengukuran kedalaman dan ketebalan secara langsung dilakukan pada daerah


yang relatif datar dengan kedudukan perlapisan hampir tegak, atau pada tebing terjal
dengan lapisan relatif mendatar. Dengan kata lain pengukuran ketebalan secara
langsung diterapkan bila topografi tegak lurus dengan kemiringan batuan.
Gambar 3.2 (a) pengukuran ketebalan lapisan horizontal yang
tersingkap pada tebing vertical, (b) pengukuran ketebalan lapisan
vertikal yang tersingkap pada topografi datar, (c) Topografi miring
dapat digunakan alat “Jacob’s staff”, yaitu tongkat yang dilengkapi
dengan “handlevel”, klinometer atau kompas pada bagian atasnya, (d)
pengukuran dengan Jacob’s staff, (e) simple clinometers.

Pengukuran ketebalan dan kedalaman secara tidak langsung dilakukan


pada kondisi medan tertentu, sehingga pengukuran secara langsung sulit
dilaksanakan. Perhitungan dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu:
a. Cara matematis
b. Cara grafis.

3.2 Pengukuran Ketebalan


3.2.1 Cara Matematis

Perhitungan ketebalan cara matematis menggunakan ilmu ukur sudut.


Perhitungan tergantung besar dan arah dari kemiringan lereng (slope) dan
kemiringan lapisan (dip).
1. Medan datar lapisan miring

Gambar 3.3. Medan datar, lapisan miring. W lebar singkapan tegak


lurus jurus; l lebar singkapan menyudut jurus.

a. Pengukuran tegak lurus terhadap jurus lapisan.


Bila ketebalan dinotasikan t, sedangkan lebar singkapan yang tegak lurus jurus
dinotasikan w, maka:
t = w .sin d d = besar dip lapisan.
a. Pengukuran menyudut terhadap jurus lapisan.
w = l . sin γ γ = sudut antara lintasan dengan jurus lapisan.
t = w . sin d l = lebar singkapan terukur.
2. Medan berlereng (slopping)

Gambar 3.4. Medan berlereng

Gambar 3.5. Pengukuran medan miring, lapisan bervariasi ((a-f) Ragan,


1973)), (g) hubungan dip dan slope

a. Pengukuran tegak lurus jurus lapisan dan lapisan searah dengan lereng sebesar s.
 Dip (d) lebih besar daripada slope (s) (gambar 3.4.a):
t = w .sin (d - s)
 Dip (d) lebih kecil daripada slope (s) (gambar 3.4.b):

t = w .sin (s - d)
b. Pengukuran tegak lurus jurus lapisan dan kemiringan lapisanberlawanan dengan
slope.
 Dip (d) lebih kecil daripada slope (s) (gambar 3.4.c):
t = w .sin (d + s)
 Dip (d) lebih besar daripada slope (s) (gambar 3.4.d):
t = w .sin (180 - d - s) atau
t = w .cos (90 - d - s)
 Lapisan horisontal (gambar 3.4.e):
t = w .sin s
 Lapisan vertikal (gambar 3.4.f):
t = w .cos s atau
t = w .sin (90 - s)
c. Pengukuran tidak tegak lurus jurus dan dip berlawanan dengan slope:
t = s ((sin γ . cos s . sin d) + (sin s . cos d)) atau
t = s ((cos γ . sin d) + (sin s . cos d))
s = jarak singkapan yang tidak tegak lurus, diukur pada lereng (jarak
sesungguhnya di lapangan, bukan jarak pada peta)
d. Pengukuran tidak tegak lurus jurus dan dip searah dengan slope:
t = s ((sin γ . cos s . sin d) - (sin s . cos d)).

3.2.2 Cara Grafis

Perhitungan ketebalan secara grafis menggunakan alignment diagram,


Gambar 3.6 digunakan bila pengukuran lebar singkapan tegak lurus jurus lapisan dan
pengukuran pada medan yang datar. Diagram ini dapat juga digunakan untuk
mencari kemiringan lapisan, bila lebar singkapan dan ketebalan diketahui.
Contoh penggunaan diagram
Lebar suatu singkapan pada medan yang datar adalah 500 m. Kemiringan lapisan
(dip) 70°, diukur tegak lurus jurus perlapisan. Cari ketebalan lapisan tersebut.
Penyelesaian
a. Plot 500 pada skala lebar singkapan (skala paling kiri).
b. Plot 700 diplot pada skala dip (skala paling kanan).
c. Hubungkan kedua angka tersebut dihubungkan dan akan memotong garis skala
ketebalan yang terletak di tengah. Di situ terbaca angka 470, sehingga ketebalan
lapisan adalah 470 m.

Gambar 3.6 Palmer alignment diagram untuk menentukan ketebalan


lapisan batuan (Palmer, 1918). Diagram ini hanya digunakan untuk
ketebalan singkapan yang diukur tegak lurus jurus perlapisan. Jika
permukaan tanah horisontal, lebar singkapan 500 m dan dip 700, maka
ketebalan lapisannya adalah 470 m (ditunjukkan oleh garis merah). Jika
permukaan tanah horisontal, lebar singkapan 600 m, dip 200, maka
ketebalannya adalah 205 m (ditunjukkan oleh garis biru).

3.3 Kedalaman

Kedalaman merupakan jarak vertical dari ketinggian tertentu (permukaan air


laut) ke arah bawah terhadap suatu titik, garis atau bidang. Secara, garis besar,
masalah masalah penentuan kedalaman dapat dibedakan / dibagi berdasarkan cara
perhitungannya menjadi.
1. Perhitungan berdasaarkan pengukuran tegak lurus jurus lapisan.
2. Perhitungan berdasarkan pengukuran tidak tegak lurus jurus lapisan.
Menghitung kedalaman lapisan ada beberapa cara, diantaranya :
1. Perhitungan secara geometri dengan “Alignment nomograph”
Dengan cara perhitungan geometri, yang perlu diperhatikan ialah: kemiringan lereng,
kemiringan lapisan dan jarak jurus dari singkapan ke titik tertentu.

Gambar 3.7 Cara perhitungan ke dalam suatu lapisan

d = m tan δ
m = jarak tegak lurus dari singkapan ketitik tertentu
δ = kemiringan lapisan

Kedalaman merupakan jarak vertical dari ketinggian tertentu (permukaan air


laut) ke arah bawah terhadap suatu titik, garis atau bidang. Secara, garis besar,
masalah masalah penentuan kedalaman dapat dibedakan / dibagi berdasarkan cara
perhitungan nya menjadi.
Apabila m tidak tegak lurus jurus, maka kemiringan lapisan yang dipakai
adalah kemiringan semu (α).
d = m tan α
Untuk kemiringan lapisan dan kemiringan lereng tertentu, kedalaman dapat dicari
dengan menggunakan rumus pada gambar 2.8. Sedangkan rumus umumnya:
Gambar 3.8 : Beberapa posisi kedudukan lapisan dalam perhitungan
kedalamannya

A. Pengukuran kedalaman pada, arah lintasan tegak lurus jurus lapisan


1. Medan datar/topografi tidak berelief
od = 1 tg
keterangan :
d : Kedalaman
I : Panjang lintasan pengukuran

2. Medan /topografi dengan slope


a. Dip searah dengan slope.
b. o -
d = I (cos βo. tg sin βo)
c. Dip berlawanan dengan slope.
d = I (cos βo . tg o + sin βo)

B. Pengukuran kedalaman pada arah tidak tegak lurus jurus lapisan


a. Dip searah dengan slope
d = I (tg o – sin βo)cos βo. - sin
b. Dip berlawanan dengan slope
d = I (tg o + sin βo)cos βo. – sin
4. Prosedur Kerja
Tugas no 1 contoh cara kerjanya :
1. Pertama tama buat garis bantu untuk menentukan arah utara, kemudian buat sudut
yang telah ditentukan soal .
2. Kemudian buat lagi garis kemiringannya atau slopenya dan tarik garis sepanjang 5
cm .
3. Bentuk sudut sebesar 25° sebagai dipnya
4. Membuat garis tegak lurus dari dari garis dipnya sampai ketemu di titik 5 cm
untuk penentuan ketebalan dan kedalaman.
5. Tarik garis sejajar arah utara di perpotongan garis yang telah dibuat tadi

5. Problem Set
1. Seorang explorer melakukan kegiatan ekplorasi di daerah barru, dan menemukan
singkapan Batubara dengan kedudukan N 1250 E/ 250, pada kemiringan 750
dengan tebal semu 250 meter. Jika kemiringan lapisan searah dengan kemiringan
lereng maka tentukan ketebalan sebenarnya Batubara tersebut. ( Hitung dengan
skala 1:5000)
2. Pada daerah X terdapat kemiringan 630, pada kemiringan tersebut terdapat
perlapisan Batubara dengan kedudukan N 3250 E/ 450, dengan tebal semu 50
meter. Jika perlapisan batuan berlawanan dengan kemiringan lereng, maka
tentukan ketebalan lapisan Batubara tersebut. ( Hitung dengan skala 1:1000 )
3. Seorang explorer melakukan kegiatan ekplorasi di daerah pangkep, dan
menemukan singkapan Batupasir kuarsa dengan kedudukan N 1500 E/ 550, pada
kemiringan 300 dengan tebal semu 100 meter. Jika kemiringan lapisan searah
dengan kemiringan lereng maka tentukan ketebalan sebenarnya Batupasir
tersebut. ( Hitung dengan skala 1:1000)
4. Pada daerah Y terdapat kemiringan 400, pada kemiringan tersebut terdapat
perlapisan Batubara dengan kedudukan N 3250 E/ 740, dengan tebal semu 45
meter. Jika perlapisan batuan berlawanan dengan kemiringan lereng, maka
tentukan ketebalan lapisan Batubara tersebut. (Hitung dengan skala 1:1000)
5. Suatu singkapan Batugamping memiliki kedudukan N 00 E/ 260 tersingkap pada
permukaan tanah topografi datar. Dengan tebal semu yang diukur tidak tegak
lurus terhadap strike yaitu N 55° E, dengan jarak 653 meter. Hitunglah tebal semu
dan tebal sebenarnya dari soal diatas. ( Hitung dengan skala 1: 10000 )
6. Pada topografi datar ditemukan singkapan Batubara dengan memiliki kedudukan
N 125° E/ 37°. Pada permukaan tanah akan dilakukan pemboran untuk
mengetahui kedalaman dari batas lapisan atas batuan tersebut terhadap permukaan
tanah. Jarak lapangan (s) dari singkapan yang terlihat kelubang bor adalah 10
meter. Maka hitunglah kedalaman lapisan batuan tersebut.( Hitung dengan skala
1: 250).
7. Pada suatu lereng yang memiliki kemiringan 47°, terdapat suatu lapisan Batubara
yang memiliki kedudukan N 125° E/ 22°. Panjang tebal semu dari lapisan
Batubara ini adalah 50 meter. Maka hitunglah kedalaman dari lapisan batuan
tersebut jika jarak lapangna (s) dari lapisan batuan yang tersingkap adalah 15
meter dengan kondisi medan lapangan dip searah dengan slope. (Hitung tebal
semu dengan skala 1:1000, dan jarak lapangan (s) dengan skala 1:250).
8. Pada suatu lereng yang memiliki kemiringan 35°, terdapat suatu lapisan Batubara
yang memiliki kedudukan N 125° E/ 40°. Panjang tebal semu dari lapisan
Batubara ini adalah 20 meter. Maka hitunglah kedalaman dari lapisan batuan
tersebut jika jarak lapangna (s) dari lapisan batuan yang tersingkap adalah 10
meter dengan kondisi medan lapangan dip berlawanan dengan slope. (Hitung
dengan skala 1:500).
9. Pada suatu lereng yang memiliki kemiringan 15°, terdapat suatu lapisan Batubara
yang memiliki kedudukan N 125° E/ 55°. Panjang tebal semu dari lapisan
Batubara ini adalah 55 meter. Maka hitunglah kedalaman dari lapisan batuan
tersebut jika jarak lapangna (s) dari lapisan batuan yang tersingkap adalah 15
meter dengan kondisi medan lapangan dip searah dengan slope. (Hitung tebal
semu dengan skala 1:1000, dan jarak lapangan (s) dengan skala 1:500).
6. Pembahasan
1. Jadi pada penggambaran ini jika diketahui singkapan Batubara dengan kedudukan
N 125° E/25°, pada kemiringan 75° dengan tebal semu 250 meter dengan skala
1:5000. Jika kemiringan lapisan searah dengan kemiringan lereng maka ketebalan
sebenarnya Batubara tersebut adalah 191,51 m.
2. Jadi pada penggambaran ini jika diketahui perlapisan Batubara dengan kedudukan
N 325° E/45°, dengan tebal semu 50 meterdengan skala 1:1000. Jika perlapisan
batuan berlawanan dengan kemiringan lereng, maka ketebalan lapisan Batubara
tersebut adalah 47,55 m.
3. Jadi pada penggambaran ini jika diketahuisingkapan Batupasir kuarsa dengan
kedudukan N 150° E/55°, pada kemiringan 30° dengan tebal semu 100 meter
dengan skala 1:1000. Jika kemiringan lapisan searah dengan kemiringan lereng
maka ketebalan sebenarnya Batupasir tersebut adalah 42,261 m.
4. Jadi pada penggambaran ini jika diketahuiperlapisan Batubara dengan kedudukan
N 325° E/74°, dengan tebal semu 45 meterdengan skala 1:1000. Jika perlapisan
batuan berlawanan dengan kemiringan lereng, maka ketebalan lapisan Batubara
tersebut adalah 55,919 m.
5. Jadi pada penggambaran ini jika diketahui singkapan Batu gamping memiliki
kedudukan N 0° E/26° tersingkap pada permukaan tanah topografi datar. Dengan
tebal semu yang diukur tidak tegak lurus terhadap strike yaitu N 55° E, dengan
jarak 653 meter dengan skala 1: 10000. Maka tebal semunya adalah 534,906
meter serta tebal sebenarnya adalah 234,487 m.
6. Jadi pada penggambaran ini jika diketahui singkapan Batubara dengan memiliki
kedudukan N 125° E/37°. Pada permukaan tanah akan dilakukan pemboran untuk
mengetahui kedalaman dari batas lapisan atas batuan tersebut terhadap permukaan
tanah. Jarak lapangan (s) dari singkapan yang terlihat kelubang bor adalah 10
meterdengan skala 1: 250. Maka kedalaman lapisan batuan tersebut adalah 7,535
m.
7. Jadi pada penggambaran ini jika diketahui kemiringan 47°, terdapat suatu lapisan
Batubara yang memiliki kedudukan N 125° E/22°. Panjang tebal semu dari
lapisan Batubara ini adalah 50 meter dengan skala 1:1000. Jika jarak lapangna (s)
dari lapisan batuan yang tersingkap adalah 15 meter dengan skala 1:250. dengan
kondisi medan lapangan dip searah dengan slope. Maka kedalaman dari lapisan
batuan tersebut adalah 6,838 m.
8. Jadi pada penggambaran ini jika diketahui kemiringan 35°, terdapat suatu lapisan
Batubara yang memiliki kedudukan N 125° E/40°. Panjang tebal semu dari
lapisan Batubara ini adalah 20 meter dengan skala 1:500. Jika jarak lapangna (s)
dari lapisan batuan yang tersingkap adalah 10 meter dengan skala 1:500, dengan
kondisi medan lapangan dip berlawanan dengan slope. Maka kedalaman dari
lapisan batuan tersebut adalah 12.608 m
9. Jadi pada penggambaran ini jika diketahui kemiringan 15°, terdapat suatu lapisan
Batubara yang memiliki kedudukan N 125° E/55°. Panjang tebal semu dari
lapisan Batubara ini adalah 55 meterdengan skala 1:1000. Jika jarak lapangna (s)
dari lapisan batuan yang tersingkap adalah 15 meter dengan skala 1:500, dengan
kondisi medan lapangan dip searah dengan slope. Maka kedalaman dari lapisan
batuan tersebut adalah 12,0211 m
7. Kesimpulan
Dari praktikum Geologi Struktur mata acara ketebalan dan kedalaman dapat
kita ketahui bahwa Ketebalan adalah garis tegak lurus antara dua bidang sejajar yang
merupakan batas lapisanbatuan serta Kedalaman adalah jarak vertikal dari ketinggian
tertentu (umumnya permukaan bumi) kearah bawah, terhadap suatu titik, garis atau
bidang.
Pengukuran kedalaman dan ketebalan secara langsung dilakukan pada daerah
yang relatif datar dengan kedudukan perlapisan hampir tegak, atau pada tebing terjal
dengan lapisan relatif mendatar. Dengan kata lain pengukuran ketebalan secara
langsung diterapkan bila topografi tegak lurus dengan kemiringan batuan.
Pengukuran ketebalan dan kedalaman secara tidak langsung dilakukan pada kondisi
medan tertentu, sehingga pengukuran secara langsung sulit dilaksanakan.
Perhitungan dapat di tempuh dengan dua cara yaitu grafis dan matematis.
Perhitungan ketebalan cara matematis menggunakan ilmu ukur sudut.
Perhitungan tergantung besar dan arah dari kemiringan lereng (slope) dan
kemiringan lapisan (dip). Perhitungan ketebalan secara grafis menggunakan
alignment diagram, digunakan bila pengukuran lebar singkapan tegak lurus jurus
lapisan dan pengukuran pada medan yang datar. Diagram ini dapat juga digunakan
untuk mencari kemiringan lapisan, bila lebar singkapan dan ketebalan diketahui.
8. Daftar Pustaka
Koorps Asisten.2017 “Penuntun Praktikum Geologi Struktur”. Laboratorium
Dinamis Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi Industri
Universitas Muslim Indonesia: Makassar.
Noor, Djauhari.2009.”Pengantar Geologi”.Universitas Pakuan : Bogor.

Anda mungkin juga menyukai