Anda di halaman 1dari 9

Harsely Trivosa

IXB
Laporan Membaca Novel

Judul buku: Dear Nathan

Pengarang: Erisca Febriana

Tokoh-tokoh dalam novel:

1. Nathan : nakal, pemalas, perhatian, romantis, badboy


2. Salma: baik hati, pintar, mudah berteman, lugu, manis
3. Bi Ijah: baik hati,penuh perhatian
4. Aldo: ganteng, pintar, baik
5. Bu Dian: pemarah
6. Afifah: rajin, baikhati
7. Dinda: centil, sombong
8. Daniel: pintar, rajin
9. Om Ardi: egois
10. Deni: penuh perhatian
11. Tante Meli: baik hati

Latar cerita (setting):

1. Bingung: “Salma memasang raut wajah bingung.”

2. Terkejut: “Salma menatap teman-temannya terkejut.”

3. Paviliun: “Dia terus melaju mengitari rumah sakit itu dan

melintasi jalan kecil yang membawanya ke sebuah pavilion.”

4. Monas: “Salma berbalik, dilihatnya Nathan mendongak,

menatap obor emas di puncak Monas.”

5. Sedih: “Salma menenggelamkan wajahnya dalam dekapan

bantal, dikeluarkan seluruh air mata yang sejak tadi pagi

ditahannya mati-matian.”
6. Belakang sekolah: “Nath, gue ada di belakang sekolah, Lo bisa

kesini?” kata Rahma melalui pesan singkat.

7. Kantin: “Cowok itu berjalan masuk ke koridor yang

membawanya masuk ke kantin yang sepi.”

8. Rumah Sakit: “Malam harinya, Nathan kembali berada di

Rumah sakit.”

9. Toko Buku: “Mereka berdua melewati rak-rak buku.”

10. Kuburan: “Matanya melirik ke batu nisan, di sana tertulis

seseorang dengan tanggal lahir sama dengannya.”

11. Hari ini: “ADA berita baik untuk hari ini, yaitu sekolah hanya

sampai pukul sepuluh alias pulang cepat karena gurunya akan

mengadakan rapat.”

12. Rumah makan: “Nathan mengajak Salma makan di

Rumah makan yang ada di samping percetakan.”

13. Rumah Nathan: “Nathan baru saja sampai di rumahnya dan

duduk di sofa tengah saat ponselnya yang ada di saku seragam

sekolahnya bergetar.”

14. UKS: “Nathan meletakkan Salma di ranjang UKS.”


Sudut Pandang (point of view):

Sudut pandang orang pertama:

1. “Sekarang gue tau gimana capeknya cari uang. Tuhan kepingin


negur gue melalui caranya yang kadang nggak pernah dipikirkan di
logika kita.”
2. “Kalau dulu gue selalu nyia-nyain waktu gue di sekolah, gue suka
bolos dan ngabisin waktu gue untuk hal nggak berguna.”
3. “Ini juga sebagai teguran kalau gue udah jadi anak yang egois, gue
selalu minta ini-itu ke Bokap.”

Sudut pandang orang ketiga:

1. “Nathan terkejut melihat Salma yang memegang kue dengan lilin

berangka enam belas di atasnya.”

2. “Salma datang ke sekolah dengan pikiran kacau-balau. Jika


sebelumnya dia bersemangat sekolah, tapi untuk hari ini
pengecualian setelah mendengar apa yang dikatakan Nathan
kemarin.”

3. “Keesokan paginya, Salma berangkat ke sekolah dengan kelopak


mata yang sembap. Salma meringis dan baru menyadari
kebodohannya yang semalaman menangis hanya karena hal yang
tidak pasti.”

Alur cerita/urutanperistiwa (plot):

Alur campuran: Berawal dari keterlambatan hari pertama Salma di sekolah


barunya, ia bertemu seorang cowok yang membantunya menyelusup lewat pintu
gerbang samping sekolah. Selidik punya selidik cowok itu bernama Nathan, murid
nakal yang terkenal dengan keterlambatan dan hobi mencari masalah di sekolah.
Nathan tidak pernah menyangka bisa jatuh cinta dengan murid baru yang bernama
Salma tersebut.

Beberapa kejadian yang mengantar Nathan makin dekat dengan Salma.


Akhirnya kedua kepribadian yang saling bertolakbelakang dapat bersatu dan
saling melengkapi.

Baru saja Nathan melangkah masuk ke rumah, tiba-tiba cowok itu teringat,
terdiam, membeku di tempat begitu mendengar suara dentingan piano dari dalam
rumahnya. Bukan sekedar dentingan piano tanpa makna, melainkan dentingan
piano yang berhasil membawa Nathan mengingat masa lalunya dengan segala
bentuk pengorbanan,waktu, dan air mata yang dapat mengingatkan dia kepada
Daniel yang tak lain adalah kembarannya.
Sinopsis novel:

Seperti apa hidup kita ke depan, nggak akan pernah ada yang tahu
bentuknya. Seperti hidup Salma yang berubah drastis saat pindah ke SMA
Garuda. Teman-temannya tak sealim saat di sekolah lamanya. Beberapa dari
mereka tercipta sebagai tukang rusuh dan senang berantem, dan hobi mencari
masalah di sekolah, dan dia adalah Nathan. Cowok yang menyelamatkan Salma
dari hukuman karena datang terlambat.

“Di SMA kalo nggak ada murid sejenis Nathan mah nggak seru, belum
berasa putih abu-abunya. Kalo semua anak di sekolah ini kalem, pasti nggak bakal
rame” –Rahma-

Nathan, dia tak mengira akhirnya bisa sangat jatuh cinta pada Salma, anak baru
yang tampak ingin menangis saat terlambat datang sekolah. Kalau bagi Nathan,
terlambat adalah hal biasa baginya, ternyata jauh berbeda jika situasi itu dihadapi
oleh cewek manis yang membuatnya berubah jadi cowok yang penuh perasaan.

“Meskipun saya tampangnya berandalan. Tapi saya amat menghargai


perempuan. Perempuan itu kayak kaca, kalau retak ya bakalan retak seumur hidup
dan nggak bakal bisa balik kayak semula. Gimana pun caranya” –Nathan-

Nathan baru tahu, jatuh cinta pada cewek lugu yang belum pernah pacaran jadi
hal yang cukup menguras tenaganya. Awalnya, dia begitu menikmati pengejaran
cintanya. Tapi, apakah Nathan selamanya akan menikmatinya pengejaran
cintanya. Tapi, apakah Nathan selamanya akan menikmatinya jika Salma terus-
menerus bersikap cuek padanya?

“Dan seandainya pemilik hati kamu adalah saya, ke mana pun kamu pergi,
hati itu pasti akan balik ke pemilik sejati dan Tuhan punya seribu satu cara untuk
mendekatkan kita lagi. Tapi kalau bukan milik saya? Tuhan juga punya banyak
cara untuk nemuin kamu dengan yang lain” –Nathan-

Tidak hanya cinta yang memperumit hidup Nathan. Ada masalah lebih besar yang
sejak lama dihadapinya, masalah keluarga yang sangat berat, hingga Nathan
merasa begitu berat menanggungnya. Kehilangan orang yang sangat disayangi,
merasa ditinggalkan oleh ayahnya, dan masih banyak lagi masalah dalam otak
Nathan.

“Nath, dunia ini udah penuh dengan kesedihan dan air mata. Seandainya lo
nggak hanya focus pada luka lo sendiri, ada banyak hal indah yang selama ini lo
lewatin”

Ketika dua hati sudah bertemu dalam satu ruang, seorang gadis dari masa lalu
Nathan berusaha untuk memasuki ruangan tersebut. Membuka gerbang masa lalu
yang selama ini berusaha Nathan sembunyikan di sudut memorinya. Siapakah
gadis dari masa lalu Nathan? Masa lalu apa yang selama ini selalu Nathan
sembunyikan? Dan bagaimana titik akhir dari kisah cinta antara Nathan dan
Salma? Semuanya berubah drastis setelah keduanya resmi memutuskan
hubungan. Nathan yang dulunya hobi menunggu Salma di depan halte dengan
motor Ninja merahnya, kali ini tidak lagi. Atau Nathan yang biasanya makan di
kantin bersama gerombolannya sambil melirik Salma yang sedang makan bersama
teman-temannya, kini tidak pernah terlihat lagi. Tiap kali ada gerombolan tukang
rusuh SMA Garuda, pasti tidak pernah ada Nathan. Cowok itu menghilang.
Seperti asap di tengah udara malam. Lenyap begitu saja. Sampai hati Salma jadi
merasa ganjal. Tahu kenapa? Karena seseorang yang dulunya sangat dekat justru
menjadi seseorang yang asing, bahkan seperti tidak mengenal satu sama lain.
Karena seseorang yang dulunya sedekat nadi, kini menjadi sejauh matahari dan
bumi. Keduanya sudah jarang bertemu, bukan lagi jarang, tapi nyaris tidak pernah.
Hanya sesekali melihat di gerbang sekolah, itu pun hanya sekedar saling lewat
tanpa menegur. Sampai akhirnya tiba di hari selasa, sewaktu istirahat, Salma yang
berniat ke ruang OSIS justu mendengar suara langkah kaki memenuhi koridor dan
melihat Afifah menarik tangannya.

“Sal, bantuin gue bentar, lo ikut gue!” katanya dengan mata yang memerah
seperti habis menangis.

“Apaan? Jangan tarik-tarik gitu dong”. Salma berusaha mengelak, tapi


Afifah sudah lebih dulu menarik tangannya supaya mengikuti langkahnya yang
ternayata menuju ke kantin belakang sekolah. Salma melebarkan pandangannya
begitu melihat Nathan duduk di antara gerombolan kelas dua belas yang sedang
merokok dan meminum segelas kopi hita,. “Fah, lo ngajak gue ke mana?” Salma
melemparkan tatapan heran.

“Sal, bantuin gue” katanya memohon. “Kunci motor gue dari tadi
dipegang Nathan, gue mau pulang Sal, mau ngambil jas lab gue ketinggalan di
rumah. Dia pasti sengaja supaya gue kena marah sama guru.” Mata Afifah
tambah memerah, siap-siap ingin menangis. “Lo tau Bu Naila itu galaknya
gimana, bisa bisa gue nggak boleh praktikum sampai akhir semester.”

“Terus gue ngapain? Lo pinjem motor yang lain aja.”

“Nggak dipinjemin! Nathan ngancem, katanya siapa yang minjemin gue


motor, bakal kena semprot sama dia. Itu anak emang nggak jelas, Sal. Please,
bantuin gue.” Afifah memohon sampai Salma jadi nggak tega melihatnya.
“Sal…..”

“Gue minta gimana?”

Afifah menarik tangan Salma untuk menemaninya menemui Nathan.

Nathan menoleh saat mwndapat sikuan dari Geri yang duduk disebelahnya,
otomatis Nathan menatap ke depan dan bersitatap dengan Salma, pandangannya
lantas berpaling pada Afifah.

“Mana kunci motor gue?” Balikin cepat!” balas Afifah sengit. “Lo tuh
nggak malu banget jadi cowok, cepat sini kunci motor gue.”

“Lo tuh jahat banget, sih! Gue mau ngambil jas lab gue, Nath.” Afifah
merengek. “Ada Salma di sini, lo masih nggak mau ngasih kuncinya?”

“Yah! Beraninya bawa pawing, Nath!” Budi menyeru heboh diikuti gelak
tawa dari teman-temannya. Tapi tidak dengan Nathan, cowok itu berekspresi datar
tanpa disadari tangannya merogoh saku seragam sekolahnya, mengeluarkan kunci
motor berbandul Hello Kitty milik Afifah dan meletakannya di atas meja. Teman-
temannya melongok keheranan melihat Nathan yang sedemikian mudahnya
berubah pikiran.
Afifah segera mengambilnya cepat-cepat.

“Yuk Sal, buruan.”

Salma mengangguk, tapi pandangannya sempat melilirik Nathan yang


menatapnya terang-terangan. Pandangan yang membuatnya ingin balik ke masa di
mana hubungan keduanya masih sama seperti dulu.

Anda mungkin juga menyukai