PENDAHULUAN
seseorang kepada orang lain, dari pembaca kepada pendengar, atau dari
pihak si pendengar juga dapat menduga apakah si penutur sedih, marah atau
gembira. Dari segi pendengar atau lawan bicara, maka bahasa itu berfungsi
direktif, yaitu mengatur tingkah laku pendengar. Di sini bahasa itu tidak hanya
dengan yang diminta si penutur. Hal ini dapat dilakukan si penutur dengan
1
2
permintaan, maupun rayuan. Jika dikaitkan antara penutur dan lawan tutur
akan terbentuk suatu tindak tutur dan peristiwa tutur. Peristiwa tutur ini pada
untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut merupakan isi dari pembicaraan.
arti ribuan kata, tetapi orang dapat dikatakan menguasai bahasa apabila ia
sebelumnya. Oleh karena itu, agar dapat berbahasa dengan baik orang perlu
menyatakan bahwa percakapan yang hidup dan wajar walau hal itu terdapat
demikian, wacana pragmatik bisa terdapat dalam bentuk lisan maupun tulisan.
pembicara, dan bidang yang mengkaji bentuk ekspresi menurut jarak sosial
3
belajar bahasa melalui pragmatik ialah bahwa seseorang dapat bertutur kata
tentang makna yang dimaksudkan orang, asumsi mereka, maksud atau tujuan
sedang berbicara. Kerugian yang besar adalah bahwa semua konsep manusia
sulit dianalisiskan dalam suatu cara yang konsisten dan objektif. Pragmatik
memahami satu sama lain secara linguistik (Yule, 2014, p.5—6), maka dari itu
Dalam ruang lingkup pragmatik secara garis besar mengkaji tentang deiksis,
implikatur percakapan, kerja sama, praanggapan, dan tindak ujaran. Dalam hal
untuk melakukan percakapan dengan orang lain. Salah satu cara penyampaian
pesan penutur kepada mitra tutur yakni diwujudkan dengan bertutur satu sama
lain. Oleh karena itu, setiap orang tentunya memiliki ciri atau karakter yang
dengan yang lain jelas memiliki perbedaan dalam berbicara, sehingga hal ini
tuturan terjadi tindak tutur. Dengan demikian, dapat diperjelas oleh Marzuqi
seorang penutur dapat diketahui apa yang dibicarakan dan diinginkan penutur
sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur. Akhirnya mitra tutur akan
jawaban, dan kalimat yang meminta lawan tutur untuk melakukan suatu
tiga macam tindakan yang berbeda yakni lokusi, ilokusi, dan perlokusi.
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang semata-mata menyatakan sesuatu,
biasanya dipandang kurang penting dalam kajian tutur. Dalam tindak tutur
lokusi, makna kalimat sesuai dengan makna kata itu di dalam kamus dan
makna kalimat itu menurut kaidah sintaksisnya. Tindak tutur ilokusi adalah
tindak untuk melakukan sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam
5
yaitu, (1) asertif/representatif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, dan (5)
deklarasi.
dalam sebuah novel mempunyai konteks sesuai situasi yang terdapat dalam
demikian, jelas bahwa novel yang berisi banyak percakapan dapat dianalisis
tindak tuturnya. Kajian pragmatik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
kajian pragmatik lingustik pada karya sastra. Penelitian ini akan membahas
tindak tutur yang terdapat dalam karya sastra dengan pendekatan pragmatik
adalah bahasa yang digunakan oleh karya sastra itu sendiri. Penelitian ini juga
bahasanya. Hal ini disebabkan karena cara pengucapan bahasa dalam prosa
6
(stile) sangat berpengaruh terhadap kualitas estetika karya sastra dan hanya
emosional pembaca.
penggunaan bentuk dan jenis tindak tutur. Alasan kedua, penelitian yang
sudah ada mayoritas yang dianalisis adalah tindak tutur yang berupa bahasa
lisan dan tuturan secara langsung, sedangkan peneliti saat ini akan berusaha
mencari objek lain yakni percakapan yang ada dalam novel yang merupakan
bahasa tulis dan tuturan tidak langsung.Dari berbagai paparan di atas, peneliti
tertarik untuk mengkaji tindak tutur dalam novel dengan judul Tindak Tutur
B. Rumusan Masalah
karya Kuntowijoyo?
7
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
karya Kuntowijoyo.
8
2. Manfaat Praktis
berikut.
novel.
E. Definisi Operasional
disampaikan penutur.
mengatakan sesuatu.
5) Tindak tutur asertif adalah tindak tutur yang mengikat penutur pada
11) Dialog adalah percakapan yang terjadi antara dua tokoh atau lebih
12) Novel adalah salah satu bentuk karya sastra yang menyuguhkan tokoh-
13) Novel Wasripin dan Satinah adalah novel karya Kuntowijoyo yang
terbit pada tahun 2003 dan dicetak ulang pada tahun 2013.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
penelitian yang terkait dengan penelitian ini adalah sebagai berikut: Niswati
Bahasa Indonesia di Kelas VII SMP Ma’arif Pucuk dengan tujuan penelitian
untuk mendeskripsikan (1) penggunaan tindak tutur ilokusi, dan (2) fungsi
dihasilkan bahwa penggunaan bentuk tindak tutur ilokusi yang digunakan oleh
guru bahasa Indonesia berfungsi sebagai kalimat perintah, tanya, dan berita.
(1) apa saja tindak tutur tidak langsung ilokusi, dan (2) tujuan penggunaan
tindak tutur ilokusi dalam film berbahasa Jepang. Penelitian ini menggunakan
10
11
dilakukan dari 21 data bahwa tindak tutur tidak langsung ilokusi memiliki
empat jenis yaitu tindak tutur direktif,tindak tutur ekspresif, tindak tutur
komisif, dan tindak tutur deklarasi. Tujuan penggunaan dari tindak tutur
penggunaantindaktuturkomisifyaituuntukberjanjidanmengancam. Tujuan
mendeskripsikan bentuk tindak tutur dan jenis tindak tutur lokusi, ilokusi, dan
perlokusi yang terdapat dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Satwa
PASTY. Subjek penelitian ini adalah tuturan penjual dan pembeli di PASTY.
Objek penelitian ini adalah tindak tutur. Sampel percakapan yang diambil
rekam dan catat. Sementara itu, analisis data yang digunakan adalah melalui
kriteria penentu jenis tindak tutur. Hasil penelitian dapat dijabarkan sebagai
penjual dan pembeli di PASTY yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi
dan tindak tutur perlokusi. 2) Jenis tindak tutur lokusi yang ditemukan dalam
perintah dan lokusi pertanyaan. 3) Jenis tindak tutur ilokusi yang ditemukan
dalam komunikasi antara penjual dan pembeli di PASTY yaitu asertif, direktif,
4) Jenis tindak tutur perlokusi yang terdapat dalam komunikasi penjual dan
digunakan dalam wacana iklan di radio suara Giri FM, dan (2) untuk
iklan di radio suara Giri FM. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
rekam, dan catat. Data penelitian ini diperoleh dari tuturan wacana iklan dan
sumber datanya berupa jenis dan fungsi tindak tutur ilokusi di radio suara Giri
FM. Data dianalisis dengan menggunakan metode heuristik, yaitu jenis tugas
informal, yaitu pemaparan data yang berbentuk tuturan dan bukan data yang
13
data, jenis dan fungsi tuturan ilokusi dalam wacana iklan di radio suara Giri
FM terdapat lima jenis tindak ilokusi dan empat jenis fungsi tindak tutur
sesuatu, memuji, dan mengajak. Untuk lebih jelasnya terkait penelitian yang
Tabel 2.1
objeknya yakni tindak tutur. Adapun perbedaannya terletak pada subjeknya yakni
Graduation, (3) subjeknya tuturan penjual dan pembeli di pasar satwa dan
tanaman hias Yogyakarta, (4) tuturan yang ada dalam wacana iklan di radio suara
Giri FM. Perbedaan kedua terletak pada pendekatan yang digunakan yakni pada
ketiga terletak pada tujuan penelitian yakni pada penelitian pertama bertujuan
tindak tutur ilokusi. Penelitian kedua bertujuan untuk mengetahui apa saja tindak
tutur tidak langsung ilokusi, dan tujuan penggunaan tindak tutur ilokusi dalam
tindak tutur dan jenis tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi yang terdapat
dalam komunikasi penjual dan pembeli di Pasar Satwa dan Tanaman Hias
jenis tindak tutur ilokusi yang digunakan dalam wacana iklan di radio suara Giri
FM, dan untuk mengidentifikasi fungsi tindak tuturi lokusi yang digunakan dalam
wacana iklan di radio suara Giri FM. Adapun perbedaan terakhir pada metode dan
teknik pemerolehan data yakni pada peneliti pertama, ketiga dan keempat sama
yakni (1) memberikan wawasan yang lebih luas mengenai konsep-konsep tindak
tutur dari para ahli beserta jenis dan fungsinya masing-masing, (2) memberikan
wawasan baru mengenai subjek yang dikaji dalam tindak tutur bisa bervariasi,
tidak hanya tuturan secara langsung yang melibatkan tatap muka, melainkan
tuturan tidak langsung yang melalui media juga bisa dianalisis tindak tuturnya,
dan (3) memberikan pengetahuan tentang berbagai macam metode dan teknik
Dengan berbagai paparan di atas, peneliti berinisiatif untuk mencari subjek yang
berbeda pula yakni menggunakan dialog-dialog dalam novel dan dengan tujuan
untuk mendeskripsikan bentuk tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi serta
dengan sebagai “pembentuk budi pekerti” (Sutardi, 2011, p.1). Sastra dikatakan
sebagai karya yang indah dan bermanfaat karena karya sastra dapat memberikan
Sastra merupakan suatu karya seni kreatif yang berobjek manusia dan
harus mampu menghasilkan suatu kreasi yang indah dan berusaha menyalurkan
Secara umum karya sastra dibagi menjadi tiga macam, yaitu berbentuk
prosa, puisi, dan drama. Karya sastra yang berbentuk prosa terdiri atas novel dan
cerpen, novel dapat dikaitkan sebagai hasil karya sastra. Karena novel karya sastra
yang menawarkan sebuah dunia yang berisi modul yang diidealkan dunia
manusia dimunculkan oleh pengarang untuk kelahiran sebuah novel sebagai reaksi
peristiwa dan latar secara tersusun, sebuah novel merupakan sebuah totalitas,
bagian-bagian, unsur-unsur yang saling berkaitan satu dengan yang lain secara
mendukung tema utama. Walaupun tidak bersifat kronologis, tetapi harus saling
berkaitan secara logika. Maka dari itu, novel dikatakan dunia dalam skala yang
lebih besar dan kompleks yang mencakup berbagai pengalaman kehidupan yang
19
dipandang actual namun semuanya tetap saling berjalinan. Novel umumnya terdiri
dari sejumlah bab yang masing-masing berisi cerita yang berbeda. Hubungan
setelah membaca semua bab dari novel tersebut (Nurgiyantoro, 2013, p.17).
merupakan karya sastra yang berisikan cerita fiktif yang menggambarkan atau
tidak hanya sebagai cerita yang mengandung imajinasi belaka, namun juga bisa
rupa oleh pengarang menjadi cerita fiktif yang berbentuk mimesis (tiruan).
C. Hakikat Pragmatik
dan yang disapa, konteks, tujuan, tindak ilokusi, tuturan, waktu dan tempat. Selain
itu, Wijana (dalam Marzuqi, 2016, p.7) mengatakan bahwa pragmatik adalah
cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal, yakni
(1) kajian dari hubungan antara bahasa dan konteks yang mendasari penjelasan
pengetahuan di luar makna kata dan hubungan tata bahasanya, yakni hubungan
20
kalimat-kalimat itu.
pembicara, (2) makna menurut konteksnya, (3) bidang yang melebihi kajian
terkomunikasikan oleh pembicara, dan (4) bidang yang mengkaji bentuk ekspresi
menurut jarak sosial yang membatasi partisipan yang terlibat dalam percakapan
tertentu.
pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari bahasa yang digunakan
pemahaman yang dimiliki oleh penutur maupun lawan tutur sehingga lawan tutur
21
dapat membuat interpretasi mengenai apa yang dimaksud oleh penutur pada
yaitu: penutur dan mitra tutur, konteks tuturan, tujuan tuturan, tindak tutur sebagai
Penutur adalah orang yang bertutur, yaitu orang yang menyatakan fungsi
pragmatis tertentu di dalam proses komunikasi. Sementara itu, mitra tutur adalah
orang yang menjadi sasaran atau sekaligus kawan penutur di dalam penuturan. Di
dalam peristiwa tutur peran penutur dan mitra tutur dilakukan secara silih
berganti, yang semula berperan sebagai penutur dalam tahap bertutur selanjutnya
komponen penutur dan mitra tutur antara lain: usia, latar belakang sosial,
2. Konteks Tuturan
Konteks tuturan dalam tata bahasa mencakup semua aspek fisik atau
latar sosial yang relevan dengan tuturan yang diekspresikan. Konteks yang
bersifat fisik, yaitu fisik tuturan dengan tuturan lain, biasa disebut ko-teks.
dipahami bersama oleh penutur dan mitra tuturnya. Konteks itu berperan
22
membantu mitra tuturnya, konteks ini berperan membantu mitra tutur di dalam
3. Tujuan Tuturan
mengatakan bahwa sering sekali lebih berguna untuk memakai istilah tujuan
atau fungsi daripada makna suatu tuturan. Istilah tujuan lebih netral daripada
motivasi yang sadar, sehingga dapat digunakan secara umum untuk kegiatan-
tindak tutur itu merupakan suatu tindakan juga. Tindak tutur sebagai suatu
saja, pada tindakan mencubit dan menendang, bagian tubuh yang berperan
Berbicara atau bertutur itu adalah tindakan verbal. Karena tercipta melalui
23
atau bahasa.
pada hakikatnya semua tuturan mengandung arti tindakan, dan bukan hanya
tuturan yang mempunyai kata kerja performatif. Selain itu, Searle juga
berpendapat bahwa unsur yang paling kecil dalam komunikasi adalah tindak
suatu tindakan. Jika kegiatan bertutur dianggap sebagai tindakan, berarti setiap
komunikasi (konteks).
oleh seorang penutur dalam melakukan tindak tutur yakni tindak tutur lokusi,
J.L Austin (dalam Tarigan, 2009, p.109) dalam bukunya yang berjudul
“How to do things with words” telah membedakan tiga jenis tindak tutur,
yaitu : (1) tindak lokusi (melakukan tindakan untuk menyatakan sesuatu), (2)
Untuk lebih jelasnya tentang ketiga teori tindak tutur tersebut akan dijelaskan
sebagai berikut.
1. Tindak Lokusi
sesuatu, biasanya dipandang kurang penting dalam kajian tutur. Dalam tindak
tutur lokusi makna kalimat sesuai dengan makna kata itu dalam kamus dan
bertutur dengan kata, frasa, dan kalimat sesuai dengan makna yang dikandung
rumus tindak lokusi bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur menuturkan
kepada mitra tutur bahwa kata-kata yang diucapkan dengan suatu makna dan
lokusi hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya
tanpa disertai unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya. Tindak lokusi
satpam. Dilihat dari segi lokusinya, penutur hanya menyatakan hal tersebut
2. Tindak Ilokusi
tindak ilokusi, terdapat semacam daya (force) yang dikuatkan sebuah makna
tuturan. Lubis (dalam Setiawan, 2005, p.22) memberikan definisi lebih rinci
26
kepada dan sebagainya. Contoh tuturan yang mengandung tindak ilokusi, ada
anjing gila.Kalimat tersebut yang biasa ditemui di pintu pagar atau di bagian
depan rumah pemilik anjing tidak hanya berfungsi untuk membawa informasi,
tetapi untuk memberi peringatan apabila ditujukan kepada pencuri, tuturan itu
dalam lima macam wujud tuturan yaitu, (a) asertif, (b) direktif, (c) ekspresif,
a) Asertif
sedang turun.
27
b) Direktif
memberi aba-aba.
c) Ekspresif
d) Komisif
menepati janji. Kalimat tersebut bila diutarakan oleh teman yang sering
e) Deklaratif
pemilik toko melarang pegawainya itu untuk datang lagi besok dan
seterusnya.
3. Tindak Perlokusi
mitra tutur oleh penutur. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang
mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan tutur yang mendengar tuturan
itu. Maka dari itu tindak perlokusi sering disebut sebagai the act of affective
someone (tindak yang memberi efek pada orang lain). Secara singkat dapat
dikatakan bahwa tindak perlokusi mengacu pada hasil dari tuturan tersebut.
Tindak lokusi dan ilokusi juga dapat masuk dalam kategori tindak perlokusi
bila memiliki daya ilokusi yang kuat yaitu mampu menimbulkan efek tertentu
bagi mitra tutur. Verba tindak ujar yang membentuk tindak perlokusi,
diantaranya dapat dipisahkan dalam tiga bagian besar, yakni : (1) mendorong
tutur melakukan tindakan tidak bermain api karena tuturan di atas tidak hanya
METODE PENELITIAN
baik, agar menghasilkan penelitian yang baik pula. Agar penelitian ini memeroleh
hasil yang optimal digunakan metode yang mencakup beberapa hal, yaitu (a) jenis
penelitian, (b) data dan sumber data penelitian, (c) pengumpulan data penelitian,
A. Jenis Penelitian
yang ada pada penutur-penuturnya sehingga yang dihasilkan berupa bahasa seperti
data yang diperoleh berupa tuturan-tuturan yang tidak dianalisis secara statistik.
31
32
menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang
dan prilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada
latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam hal ini tidak boleh
Perlu diketahui bahwa pengertian sumber data dan data penelitian itu
berbeda. Sumber data adalah tempat asal data diperoleh. Adapun data penelitian
sumber informasi yang diperoleh dari narasi dan dialog dalam novel atau cerita
pendek.
Sumber data penelitian ini adalah karya fiksi yang berupa novel yang
berjudul Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo. Hal ini sebagaimana yang
dokumentasi, maka dokumen atau catatanlah yang menjadi sumber data, sedang
isi catatan merupakan subjek penelitian. Lofland (dalam Moleong 2016, p.157)
juga mengatakan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-
kata dan tindakan,selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain.
2. Data Penelitian
Data adalah bentuk verbal atau kata-kata yang diucapkan secara lisan,
gerak-gerak atau perilaku yang dilakukan oleh subjek yang dapat dipercaya,
dalam hal ini adalah subjek penelitian (informan) yang berkenaan dengan variabel
33
yang diteliti (Arikunto, 2006, p.22). Berkaitan dengan hal itu pada bagian ini jenis
datanya dibagi ke dalam kata-kata dan tindakan, sumber data tertulis, foto, dan
penelitian sebagai data formal adalah kata-kata, kalimat, dan wacana yang
mencerminkan tindak tutur yang terdapat dalam novel Wasripin dan Satinah
karya Kuntowijoyo.
tehnik berikut:
a. Teknik Dokumentasi
dokumen tertulis yang sudah tersedia dan tersimpan. Dalam penelitian ini,
b. Teknik Simak
34
dengan cara membaca atau menyimak. Adapun data yang perlu disimak
dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo antara lain: kalimat
c. Teknik Catat
2. InstrumenPengumpulan Data
sendiri berperan sama. Lembar korpus data digunakan untuk mencatat data
35
yang yang diperoleh dari pembacaan novel Wasripin dan Satinah karya
Kuntowijoyo.
1. SJ/P/B/H
2. SJ/P/B/H
3. SJ/P/B/H
Keterangan SJ/P/B/H:
SJ : Sub judul
P : Paragraf
B : Baris
H : Halaman
berikut:
berulang-ulang;
36
Moleong, 2016, p.248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja
menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain. Pada penelitian ini, teknik analisis
data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif dan content analysis.
1. Teknik AnalisisDeskriptif
data penelitian yang terdapat pada sampel. Teknik ini digunakan untuk
mendeskripsikan data-data yang telah diperoleh dan bukan data yang berupa
pertuturan yang terdapat dalam objek penelitian. Secara teknis, teknik ini
37
telah ditentukan. Setelah itu, data yang ada diinterpretasi atau ditafsiri
dengan kajian teori. Penelitian ini berobjek satu, yaitu novel Wasripin dan
untuk memeroleh arti atau makna yang lebih mendalam dan luas terhadap
hasil penelitian yang sedang dilakukan. Dengan cara ini, akan memermudah
didapat.
adalah:
mengenai bagaimana analisis tindak tutur dalam novel Wasripin dan Satinah yang
meliputi tindak tutur lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Hal ini dapat dilihat dari
Kuntowijoyo
biasanya dipandang kurang penting dalam kajian tutur. Dalam tindak tutur lokusi
makna kalimat sesuai dengan makna kata itu dalam kamus dan menurut kaidah
sintaksisnya. Seperti yang sudah dipaparkan pada bab II bahwa tindak lokusi
data beserta analisis tindak tutur lokusi yang terdapat dalam novel Wasripin dan
39
40
Pada tuturan (1) konteks percakapan terjadi antara Wasripin dan Mak
angkatnya ketika masih hidup di Jakarta. Mak angkat wasripin menyatakan kepada
Wasripin bahwa mereka beruntung memiliki rumah meskipun jelek seperti itu,
sebab hidup di Jakarta tidak semudah yang dibayangkan. Tuturan tersebut tidak
kepada mitra tutur sehingga tuturan tersebut digolongkan ke dalam bentuk tindak
tutur lokusi.
Sesampainya di suatu tempat yang dianggapnya sebagai desa ibu kandungya dia
sebagai mitra tutur tidak memberikan tindakan apapun melainkan dia juga
tutur lokusi karena penutur hanya memberitahu tentang identitas dirinya kepada
Pada tuturan (3) konteks percakapan masih melibatkan antara Wasripin dan
satpam. Satpam menjawab dan memberi tahu bahwa tempat yang ditanyakan oleh
Wasripin itu adalah TPI (Tempat Pelelangan Ikan). Percakapan ini termasuk
tindak tutur lokusi karena penutur murni menyatakan informasi kepada mitra tutur
Pada tuturan (4) percakapan terjadi antara Wasripin dan seorang Modin di
tempat tersebut. Wasripin awalnya tidak mau untuk tinggal di surau tersebut,
Tuhan, jadi siapapun berhak tinggal di sana. Dengan informasi tersebut Wasripin
jadi mengerti bahwa dirinya juga berhak tinggal di surau tersebut. Tuturan tersebut
termasuk tindak tutur lokusi karena penutur hanya sebatas memberi tahu tanpa ada
Pada tuturan (5) percakapan terjadi antara Wasripin dan Paman Satinah.
Paman satinah mengatakan sekaligus memberi tahu kepada Wasripin yang belum
42
tahu bahwa Paman Satinah buta, tetapi dia tetap bisa melihat tanda-tanda cahaya
kesaktian yang ada pada diri Wasripin. Dengan tuturan tersebut Wasripin jadi
mengerti bahwa Paman Satinah itu buta namun mata hatinya tetap hidup. Tuturan
tersebut masuk dalam jenis tindak tutur lokusi karena penutur hanya sebatas
memberitahukan kepada mitra tutur tentang kondisinya tanpa maksud agar mitra
Pada tuturan (6) percakapan terjadi antara Wasripin dan Satinah. Satinah
karena Satinah hanya memberi tahu kepada Wasripin bahwa permainan tersebut
Pada tuturan (7) percakapan terjadi antara Pak Modin dan Wasripin. Saat
itu Wasripin terheran-heran dengan sikap para warga tempat tersebut yang
tersebut. Makna tuturan tersebut sesuai dengan makna kamus dan kaidah
sintaksisnya tanpa ada makna dan maksud lain, sehingga tuturan tersebut
Pada tuturan (8) tuturan terjadi antara Mak angkat dan Wasripin. Wasripin
Wasripin bahwa hidup ini berputar, jika saat ini dia ada di bawah, maka suatu saat
dia akan ada di atas. Hal itupun terjadi ketika Wasripin berada di suatu tempat
43
disampaikan tersebut termasuk dalam tindak tutur lokusi dengan alasan sama
Pada tuturan (9) percakapan terjadi antara Tukang Cat Tembok yang
awalnya bisu dengan Wasripin. Setelah Wasripin mencoba memijat tukang cat
tembok tersebut ia menanyakan apa cita-citanya jika sembuh? Dan tukang cat
tembokpun seketika bisa menjawab bahwa dia ingin jadi penjaga toko. Tuturannya
tersebut hanya memberitahukan kepada Wasripin bahwa jika dia sembuh dia ingin
jadi penjaga toko tanpa ada harapan Wasripin melakukan suatu hal untuk
tindak tutur lokusi karena hanya murni menyampaikan informasi kepada mitra
tutur.
yakni menjadi satpam dengan jam kerja delapan jam sehari. Penutur murni
menyampaikan informasi agar mitra tutur mengetahui dan memahami apa yang
disampaikannya tanpa maksud agar mitra tutur melakukan tindakan yang lain,
Pada tuturan (11) percakapan terjadi antara Satinah dengan seorang ibu-ibu
di koplakan. Satinah memberi tahu kepada ibu tersebut bahwa dia hanya lulusan
SD yang tidak mempunyai kemampuan untuk menjadi bintang film atau guru.
Pada tuturan (12) percakapan antara Satpam TPI dengan wasripin yang
semalam tak sadarkan diri dan tergeletak di pantai. Wasripin bertanya apa yang
terjadi pada dirinya? Kemudian Satpam menjawab dan memberi tahu bahwa
semalam dia tergeletak di pantai dan menanyakan kembali apa yang terjadi kepada
Wasripin? Tuturan tersebut termasuk tindak lokusi karena penutur menjawab dan
Pada tuturan (13) percakapan terjadi antara warga dengan Camat. Camat
tanggal yang pas untuk melantik kepala desa yang baru. Tuturan tersebut
tutur tentang hal yang ingin disampaikannya tanpa ada maksud agar mitra tutur
berbuat sesuatu.
Pada tuturan (14) percakapan terjadi antara Wasripin dengan Kepala Polisi
Kepala Polisi dengan menginformasikan bahwa dia tidak pernah berniat seperti
itu, tetapi niatnya adalah untuk menolong sesama yang membutuhkan tanpa
tersebut kepada mitra tutur tanpa ada maksud agar mitra tutur bertindak sesuatu.
45
Pada tuturan (15) percakapan terjadi antara Komandan dengan Pak Modin.
informasi tersebut tanpa ada maksud agar mitra tutur berbuat sesuatu sehingga
tindak lokusi.
yang terjadi adalah karena persaingan usaha sindikat kayu illegal. Camat hanya
dengan baik bahwa kebakaran yang terjadi adalah karena persaingan usaha, bukan
sebuah musibah atau bencana alam. Tuturan tersebut termasuk tindak lokusi.
Pada tuturan (17) percakapan terjadi antara Wasripin dengan Kepala TPI.
Wasripin yang sebentar lagi akan menikah dengan Satinah memutuskan untuk
berhenti dari pekerjaannya menjadi satpam dan akan beralih menjadi penjual
dia akan berhenti bekerja. Tuturan Wasripin tersebut adalah tindak lokusi karena
murni menyampaikan informasi kepada mitra tutur tanpa ada alasan lain.
Pada tuturan (18) percakapan melibatkan antara warga nelayan yang satu
lokusi karena semuanya hanya sebatas memberikan informasi satu sama lain tanpa
Pada tuturan (19) percakapan terjadi antara Tukang sapu dengan Bupati.
menjawab derta memberi tahu bahwa Ketua Dewan beserta istrinya sedang
melakukan studi banding ke luar negeri. Tuturan tersebut termasuk tindak lokusi
Pada tuturan (20) percakapan antara Pak Modin dengan seseorang yang
Tuturan Pak Modin hanyalah memberi tahu kepada seseorang tersebut mengenai
identitas dirinya yang baru tanpa ada maksud agar seseorang itu melakukan suatu
hal untuknya.
keseluruhan data tersebut tergolong dalam tindak tutur lokusi karena tuturan-
serta makna yang tersampaikan pada tuturan-tuturan di atas apa adanya sesuai
dengan makna kamus atau makna sesungguhnya tanpa ada makna atau maksud
yang lainnya. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Rohmadi (dalam
Marzuqi, 2016:109) bahwa tindak lokusi merupakan tindakan yang paling mudah
konteks tuturan. Marzuqi (2016:108) juga mengatakan bahwa dalam tindak tutur
47
lokusi makna kalimat sesuai dengan makna kata itu dalam kamus dan menurut
dengan beberapa teori yang relevan sehingga kebenarannya tidak perlu diragukan
lagi.
Kuntowijoyo
Tindak ilokusi adalah tindak tutur melakukan sesuatu dengan maksud dan
tuturan yaitu, (1) asertif, (2) direktif, (3) ekspresif, (4) komisif, dan (5) deklaratif.
1) Asertif
Asertif yakni tindak tutur yang mengikat penutur pada kebenaran proposisi
Berikut data percakapan dalam novel Wasripin dan Satinah yang mencerminkan
Pada tuturan (1) konteks tuturan terjadi ketika Mak Angkat Wasripin
memberikan nasihat atau menyarankan kepada Wasripin agar dia tidak melihat ke
atas tentang rezeki melainkan melihat ke bawah, sebab tangan di atas lebih baik
kepada Wasripin bangunan yang terpisah dari laut itu hanyalah sebuah surau.
49
Penutur satpam bertutur seperti itu sesuai dengan kebenaran yang ada mengenai
letak surau. Satpam menunjukkan surau itu dengan maksud agar Wasripin bisa
Pada tuturan (3) konteks percakapan terjadi ketika Pak Modin menyuruh
bahwa dirinya tidak bisa sembahyang sehingga dia merasa tidak berhak tinggal di
surau tersebut. Pengakuan dirinya tersebut bermaksud agar Pak Modin tidak terus
memaksanya untuk tetap tinggal di surau yang dianggapnya sebagai tempat yang
Pada tuturan (4) percakapan terjadi antarwarga nelayan satu sama lain.
penunggu surau, jin laut, Nabi Hidhir, dll. Tuturan mereka memiliki maksud
agarpara warga nelayan yang lain bisa mengetahui dan mempercayai serta
warga baru di desanya tersebut. Tuturan tersebut termasuk dalam tindak ilokusi
sebab memiliki maksud agar menimbulkan efek tertentu kepada lawan tutur.
menunjukkan kamar barunya Wasripin dengan maksud agar Wasripin mau untuk
tinggal di kamar yang berada di dalam surau tersebut. Tuturan tersebut tergolong
tindak ilokusi karena penutur memiliki maksud tertentu dengan lawan tuturnya.
50
Pada tuturan (6) konteks percakapan terjadi antara Satinah dengan seorang
terhadap Satinah. Tuturan di atas termasuk tindak ilokusi karena penutur memiliki
Pada tuturan (7) konteks percakapan antara Kepala TPI dengan Wasripin.
Kepala TPI mengakui bahwa dia tidak salah pilih karena sudah mempekerjakan
Wasripin sebagai satpam TPI miliknya. Tuturan Kepala TPI tersebut bermaksud
untuk memuji hasil kerja Wasripin dan agar Wasripin tetap setia dengan
Pada tuturan (8) percakapan terjadi antara intel polisi dengan kepala
kepolisian daerah setempat. Intel polisi melaporkan bahwa tidak ada keresahan
yang terjadi terkait adanya berita ajaran sesat yang meresahkan masyarakat.
lembaga Badan Pengawas Agama agar tidak khawatir dengan adanya berita ajaran
sesat tersebut. Tuturan di atas termasuk tindak ilokusi karena penutur memiliki
Pada tuturan (9) konteks percakapan antara salah satu warga nelayan yang
menjadi saksi ketika Wasripin dipanggil oleh kejaksaan atas kasus dugaannya
sebagai penyebar jimat dan aliran sesat. Saksi tersebut memberikan kesaksian
bahwa dia tidak hanya memasang foto Wasripin tetapi juga foto artis-artis lainnya
dikarenakan saksi tersebut menyukai foto-foto tersebut. Maksud dari tuturan yang
51
disampaikan oleh saksi itu adalah agar hakim percaya dan membebaskan
Wasripin yang tidak bersalah. Dengan demikian, tuturan di atas merupakan tindak
kepada Kepala Polisi bahwa orang-orang ekstrem kanan dan golputlah yang
mengacau pertunjukkan yang diadakan oleh Partai Randu. Tuturan Bupati tersebut
bukti tersebut. Tuturan tersebut merupakan tindak ilokusi karena penutur memiliki
tergolong dalam tindak tutur ilokusi jenis asertif. Data-data tersebut menggunakan
tuturan yang penuturnya tidak hanya sekedar bertutur melainkan penutur memiliki
maksud agar mitra tutur berbuat sesuatu atas tuturannya tersebut. Sejalan dengan
pendapat Tarigan (2009:34) yang menyatakan secara singkat bahwa tindak ilokusi
tuturan-tuturan di atas sesuai dengan wujud tindak tutur asertif yakni mencakup
data yang tergolong dalam tindak ilokusi jenis asertif tersebut merupakan data
yang telah dianalisis dengan sebenar-benarnya dan sesuai dengan teori yang ada.
2) Direktif
percakapan yang mencerminkan tindak tutur direktif dalam novel Wasripin dan
tergolong tindak ilokusi karena bermaksud agar hansip segera bertindak dan
memerintah
Pada tuturan (2) konteks percakapan terjadi ketika Pak Modin meminta
agar Wasripin minum dulu baru makan makanan yang halus-halus. Tuturan
tersebut disampaikan Pak Modin kepada Wasripin yang baru sadar dari tidur
panjangnya selama tiga hari. Pak Modin selaku penutur memiliki maksud agar
Wasripin minum dahulu setelah itu baru makan makanan yang halus-halus.
Tuturan tersebut termasuk tindak ilokusi karena penutur memiliki maksud tertentu
terhadap mitra tuturnya. Tuturan tersebut berfungsi untuk meminta mitra tutur
Pada tuturan (3) percakapan terjadi antara Pak Modin dengan Bapak-bapak
nelayan dan pimpinan partai-partai. Tuturan Pak Modin terjadi ketika ada
pertemuan segera ditutup karena sudah tiba waktu sembahyang ashar dan
tersebut termasuk tindak ilokusi karena penutur memiliki maksud agar mitra tutur
Pada tuturan (4) konteks percakapan terjadi antara Kepala TPI dengan
Wasripin. Setelah Wasripin memutuskan untuk menjadi Satpam TPI, Kepala TPI
pun memintanya agar besok siang Wasripin datang ke kantor. Tuturan Kepala TPI
tersebut memiliki maksud agar Wasripin segera datang ke kantor dan memulai
tergolong tindak ilokusi karena penutur memiliki maksud agar mitra tutur
melakukan tindakan.
menyuruh Satinah untuk memanggilnya kalau ada apa-apa. Hal itu dikatakannya
ketika mereka tinggal di suatu koplakan yang tidak sedikit laki-laki nakal di
dalamnya. Tuturan Paman Satinah bermaksud agar Satinah waspada dan tidak
usah takut jika menghadapi para lelaki hidung belang sebab Paman ada
penggoda dengan tukang ojek. Perempuan itu memberikan aba-aba kepada tukang
ojek agar segera datang dan menyerang Wasripin yang tidak berhasil digodanya.
Tuturan perempuan tersebut termasuk tindak ilokusi karena memiliki maksud agar
pengumuman kepada warga masyarakat untuk datang dan menggunakan hak suara
dalam pemilihan Lurah baru dengan datang ke TPS dan menggunakan hak suara
55
mereka dengan memilih calon Lurah baru bagi desa mereka. Tuturan tersebut
termasuk tindak ilokusi karena memiliki maksud agar mitra tutur melakukan
Pada tuturan (8) konteks percakapan terjadi ketika seorang Mandor Tebu
datang melihat kondisi mayat tersebut. Tuturan tersebut termasuk tindak ilokusi
Pada tuturan (9) konteks percakapan terjadi ketika pemuda warga nelayan
menantang warga desa sebelah yang telah membuat kekacauan di desa nelayan
warga nelayan. Tuturan di atas termasuk tindak ilokusi karena penutur bermaksud
Pamannya agar Wasripin mengajak temannya lima orang untuk datang ke rumah
Wasripin melakukan sesuai dengan apa yang diminta oleh Satinah dalam
sepuluh data yang mencerminkan tindak tutur ilokusi jenis direktif. Data-data
melainkan penutur memiliki maksud sesuatu agar mitra tutur berbuat sesuatu atas
secara singkat bahwa tindak ilokusi merupakan tuturan yang mengandung makna
termasuk dalam tindak tutur direktif adalah tuturan meminta, mengajak, memaksa,
yang sesuai dengan wujud tuturan dalam tindak tutur direktif. Dengan demikian,
dapat disimpulkan bahwa data yang tergolong dalam tindak ilokusi jenis direktif
tersebut merupakan data yang telah dianalisis dengan sebenar-benarnya dan sesuai
3) Ekspresif
sikap psikologis penutur terhadap keadaan tertentu, seperti berterima kasih, minta
Pada tuturan (1) konteks percakapan terjadi ketika Mak Angkat Wasripin
telah dilayani oleh Wasripin. Bentuk tuturan di atas menunjukkan sikap psikologis
para wanita yang merasa puas atas layanan Wasripin dan memberikan pujiannya.
Tuturan di atas bermaksud agar Wasripin merasa bangga atas pujian yang
diterimanya tersebut sehingga tuturan di atas tergolong dalam tindak ilokusi jenis
menyatakan bahwa dia melihat tanda-tanda bahwa Wasripin akan menjadi orang
sukses yang dicari-cari banyak orang. Setelah Paman Satinah bertutur, Wasripin
pun menyatakan terima kasih atas informasi yang disampaikan oleh Paman
Satinah sebagai wujud ungkapan psikologisnya telah dipuji seperti itu. Tuturan di
atas tergolong tindak ilokusi bagian ekspresif karena penutur menyatakan sikap
Pada tuturan (3) konteks percakapan terjadi ketika masa lalu Satinah yang
suram dengan Pamannya. Paman meminta maaf karena telah berbuat khilaf yakni
menodai Satinah pada waktu itu. Permintaan maaf yang disampaikannya tersebut
sebagai wujud rasa menyesal dan rasa bersalahnya terhadap Satinah. Tuturan
tersebut tergolong dalam tindak ilokusi jenis ekspresif karena penutur bermaksud
58
agar mendapatkan maaf dari mitra tutur dan berfungsi untuk menghukum dirinya
sendiri.
Pada tuturan (4) konteks percakapan terjadi ketika Kepala TPI merasa
kesal atas perilaku Wasripin yang dianggap ikut campur dengan urusan yang lain
di luar tugasnya sebagai Satpam TPI. Kepala TPI menyatakan sikap psikologisnya
Pada tuturan (5) konteks percakapan terjadi antara Kapten dengan Pak
Modin. Saat itu Pak Modin telah dipanggil ke kantor kepolisian untuk diperiksa,
Pak Modin tersebut. Pak Modin pun dipersilahkan kembali ke rumah dan Kapten
mengucapkan terima kasih atas kunjungan Pak Modin tersebut. Tuturan tersebut
dimaksudkan agar mitra tutur tidak merasa kesal atas kesalahan yang terjadi dan
tuturan tersebut tergolong tindak ilokusi jenis ekspresif yang berfungsi untuk
Pada tuturan (6) konteks percakapan antara Warga nelayan dengan Pak
Camat. Warga awalnya menuduh Camat yang membuat Pak Modin dipanggil ke
kantor kepolisian hingga akhirnya mereka ternyata salah duga atas apa yang
terjadi terhadap Pak Modin. Sebagai bentuk penyesalan dan rasa bersalah mereka
pun datang untuk menyampaikan minta maaf pada Camat dengan maksud agar
Camat mau memaafkan mereka. Tuturan di atas termasuk tindak ilokusi jenis
59
minta maaf.
kebakaran dengan Warga Nelayan. Saat terjadi kebakaran kayu di teluk para
warga panik kemudian datang petugas pemadam kebakaran dan meminta warga
mengucapkan terima kasih kepada warga sebagai wujud rasa bangga karena sudah
kasih.
“Inna lillahi wa inna ilaihi raaji’un” sebagai bentuk rasa bela sungkawa mereka
Pada tuturan (9) konteks percakapan terjadi ketika Mak Angkat Wasripin
mencari-cari Wasripin yang sudah dinyatakan hilang dan meninggal oleh warga
hidup di Jakarta. Pasalnya, saat di Jakarta Mak membuat Wasripin menjadi lelaki
dalam data tersebut menunjukkan sikap psikologis penutur terhadap situasi yang
ada. Sejalan dengan yang dikatakan oleh Marzuqi (2016:111) bahwa tindak tutur
ekspresif yakni tindak tutur yang berfungsi menunjukkan atau menyatakan sikap
psikologis penutur terhadap keadaan tertentu, seperti berterima kasih, minta maaf,
memuji, menyalahkan, berbela sungkawa. Hal itu juga sesuai yang didefinisikan
menyatakan sikap psikologisnya terhadap keadaan yang ada serta sesuai dengan
atas telah dianalisis dengan benar dan sesuai dengan teori yang relevan kemudian
4) Komisif
Komisif yakni tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan janji atau
komisif dalam novel Wasripin dan Satinah karya Kuntowijoyo berikut ini beserta
analisisisnya.
Pada tuturan (1) konteks percakapan terjadi ketika Wasripin dan Satinah
sedang Satinah berada di posisi Joko Tarub. Satinah pun membuat Wasripin untuk
berjanji bahwa jika ada yang mengembalikan bajunya jika laki-laki akan dijadikan
saudara dekat dan jika perempuan akan dijadikan istrinya. Akhirnya Wasripin pun
berjanji sesuai dengan yang dikatakan Satinah. Tuturan di atas termasuk tindak
ilokusi jenis komisif karena tuturan yang digunakan adalah untuk berjanji.
Pada tuturan (2) konteks terjadi ketika Ketua Partai Langit menawarkan
Pada tuturan (3) konteks percakapan sama dengan tuturan (2) yakni ketika
tersebut merupakan tindak ilokusi jenis komisif karena tuturan yang disampaikan
bermaksud untuk menawarkan sesuatu kepada mitra tutur dengan harapan mitra
Pada tuturan (4) konteks percakapan terjadi ketika wasripin memilih dan
tersebut termasuk tindak ilokusi jenis komisif karena tuturan digunakan untuk
menyatakan kesanggupan dalam menjalankan tugas baru sebagai Satpam TPI dan
bersumpah untuk tidak menyentuh perempuan lagi setelah dia menodai Satinah
yang tidak lain adalah keponakannya sendiri. Tuturan di atas termasuk tindak
ilokusi jenis komisif karena tuturan yang digunakan adalah untuk bersumpah
dengan harapan mitra tutur percaya dengan sumpah yang diucapkan penutur
kepadanya.
dosanya. Tuturan tersebut tergolong tindak ilokusi jenis komisif karena tuturan
Pada tuturan (7) konteks percakapan terjadi ketika Wasripin ditanyai oleh
bapaknya Wasripin bersumpah bahwa dia tidak tahu nama bapaknya. Tuturan
tersebut termasuk tindak ilokusi jenis komisif karena penutur bertutur dengan
peneliti sesuai dengan teori yang dijelaskan oleh Marzuqi (2016:111-112) bahwa
komisif adalah tindak tutur yang digunakan untuk menyatakan janji atau
disimpulkan bahwa data-data tuturan di atas sudah dianalisis dengan benar oleh
peneliti serta kebenarannya bisa dibuktikan dengan teori-teori lain yang relevan.
5) Deklaratif
Pada tuturan (1) konteks terjadi ketika Mak Angkat Wasripin kehilangan
jejak Wasripin yang telah meninggalkan Jakarta dan juga kehidupan kelamnya.
tindak ilokusi jenis deklaratif karena antara isi dengan kenyataannya masih
masa lalunya kepada Wasripin. Saat itu ia ingin menghukum dirinya sendiri yang
sudah ternodai oleh pamannya. Tuturan Satinah tersebut tergolong tindak ilokusi
dengan cara ingin melakukan bunuh diri dan masih terdapat hubungan antara isi
dan kenyataannya.
Pada tuturan (3) konteks percakapan terjadi antara Camat dengan Warga
Nelayan. Warga datang untuk meminta maaf kepada Camat atas kesalahan mereka
yang menduga bahwa Camat yang berada di balik penangkapan Pak Modin.
Permintaan maaf mereka pun diterima oleh Camat dengan maksud agar mereka
bisa mengintropeksi diri dan tidak melakukan hal yang serupa lagi. Tuturan
65
Camat termasuk tindak ilokusi jenis deklaratif karena tuturannya bersifat nyata
Tuturan (4) konteks percakapan terjadi ketika ada seorang Belantik yang
sapinya telah dicuri oleh bangsa halus dan berharap agar Belantik mengikhlaskan
dan pasrah atas hal tersebut. Belantik pun menerima dan berpasrah serta
bukti yang diterima bahwa Pak Modin tidak bersalah, untuk itu tidak ada
ilokusi jenis deklaratif karena antara isi dengan kenyataannya berhubungan yakni
tetap berdoa dan berpasrah pada Allah untuk keselamatan Wasripin. Tuturan
tersebut termasuk tindak ilokusi jenis deklaratif karena antara isi dengan
berbohong. Saat itu Wasripin ditanyai tentang identitas serta pekerjaannya yang
kemudian mereka merasa tidak puas dengan jawaban yang diberikan oleh
tindak ilokusi jenis deklaratif yang menyatakan masih ada hubungan antara isi
dengan kenyataannya.
merasa tidak mau dan tidak sudi diobati oleh Wasripin dan kemudian
mengeluarkan perkataan tidak enak terhadap Wasripin. Istri dari bapak tersebut
pun langsung meminta maaf kepada Wasripin atas perilaku suaminya. Wasripin
dengan senang hati memaafkan bapak tersebut tuturan Wasrpin termasuk tindak
ilokusi jenis deklaratif karena antara tuturan yang disampaikan sesuai dengan
Pada tuturan (10) konteks percakapan terjadi ketika semua Warga Nelayan
mengalami perubahan setelah hilangnya Wasripin dan pesta politik yang terjadi.
Seseorang melihat Pak Modin yang sedang tertatih-tatih dalam berjalan. Pak
tersebut bahwa dirinya bukanlah Pak Modin yang seperti dikiranya. Tuturan
tersebut termasuk tindak ilokusi jenis deklaratif karena antara tuturan yang
tersebut tergolong tindak tutur deklaratif karena antara tuturan yang disampaikan
sesuai dengan kenyataan yang ada pada waktu tuturan disampaikan. Sesuai
dengan teori yang disampaikan oleh Searle (dalam Tarigan, 2009:43) yakni
baik antara isi proposional dengan realitas. Contoh: berpasrah, memecat, memberi
demikian, dapat disimpulkan bahwa data-data di atas telah dianalisis dengan benar
Kuntowijoyo
tutur oleh penutur. Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai
pengaruh atau efek terhadap lawan tutur yang mendengar tuturan itu. Maka dari
itu tindak perlokusi sering disebut sebagai the act of affective someone (tindak
yang memberi efek pada orang lain). Secara singkat dapat dikatakan bahwa tindak
perlokusi mengacu pada hasil dari tuturan tersebut.Adapun data percakapan yang
Pada tuturan (1) konteks terjadi ketika Satinah bertutur untuk mengajak
diiringi oleh Pamannya yang bermain seruling. Tuturan Satinah memberikan efek
kepada mitra tutur yakni mereka ikut bernyanyi bersama-sama. Perilaku mitra
tutur tersebut tergolong tindak perlokusi karena merupakan efek dari tuturan yang
Pada tuturan (2) konteks terjadi ketika Pak Modin menyuruh Wasripin
untuk membaca Al Quran dan Wasripin mulai membacanya dengan lancar. Pak
Modin selaku penutur memberikan efek kepada Wasripin selaku mitra tutur atas
tuturannya. Mitra tutur melakukan tindakan yang merupakan efek dari tuturan
69
yang disampaikan oleh penutur. Dengan demikian, tuturan Pak Modin tergolong
tindak perlokusi karena menimbulkan efek atau pengaruh terhadap mitra tuturnya.
Pak Modin untuk mengisi berbagai data yang ada pada formulir pemeriksaan.
Tuturan Kapten memberikan pengaruh terhadap Pak Modin sehingga Pak Modin
melakukan tindakan dengan mengisi data yang ada di formulir tersebut. Tuturan
dituturkannya.
saja dan istirahat dulu. Tuturan teman Wasripin tersebut mendapat perhatian dari
Wasripin dan ia pun tiduran telentang serta beristirahat sejenak. Tuturan teman
terhadap mitra tutur sehingga mitra tutur melakukan tindakan sebagai efek dari
tuturan penutur.
Pada tuturan (5) konteks terjadi ketika ada GPL (Gerakan Pemuda Liar)
menghadang para gadis yang lewat jalan tersebut. Saat itu Satinah bersama
pamannya mengendarai sepeda motor. GPL memaksa Satinah untuk berhenti dan
Satinah pun mematuhi perintah dari GPL. Tuturan GPL memberikan efek
sepeda motornya. Tuturan tersebut termasuk tindak perlokusi karena tuturan yang
70
sesuatu.
terhadap Wasripin. Mendengar tuturan Polisi tersebut para warga pun langsung
minggir dan memberi jalan kepada Polisi. Tindakan warga tersebut merupakan
efek dari tuturan yang disampaikan Polisi sehingga tuturan tersebut termasuk
tindak perlokusi.
Pada tuturan (7) konteks percakapan terjadi saat para petugas pemadam
yakni minggir dan memberi jalan kepada petugas pemadam. Tindakan bapak-
bapak merupakan efek dari tuturan yang disampaikan oleh petugas pemadam
merupakan efek dari tuturan yang disampaikan Satinah yakni Wasripin duduk.
Tuturan Satinah memberikan efek terhadap Wasripin selaku mitra tutur sehigga
tuturan tersebut termasuk tindak perlokusi karena berhasil membuat mitra tutur
Pada tuturan (9) konteks percakapan terjadi ketika ada operasi yang
yang berbahaya seperti senjata api, senjata tajam dan lain-lain serta dokumen-
dokumen penting seperti KTP, STNK, SIM dan lainnya kepada semua orang yang
sedang melewati jalan tersebut. Pada saat giliran Sopir yang diinterogasi, tentara
merupakan efek dari tuturan yang disampaikan oleh Tentara kepadanya sehingga
menimbulkan efek atau pengaruh terhadap mitra tutur. Mitra tutur bertindak
dengan teori yang disampaikan oleh Tarigan (2009:34) bahwa tindak perlokusi
perlokusi adalah tindak tutur yang mempunyai pengaruh atau efek terhadap lawan
memengaruhi lawan tutur. Tindak lokusi dan ilokusi juga dapat masuk dalam
kategori tindak perlokusi bila memiliki daya ilokusi yang kuat yaitu mampu
menimbulkan efek tertentu bagi mitra tutur. Dengan demikian, dapat disimpulkan
PENUTUP
A. Simpulan
1) Tindak tutur lokusi para tokoh dalam novel Wasripin dan Satinah karya
dengan mak angkatnya seperti tuturan berikut ini Kita sungguh beruntung,
jelek-jelek kita punya rumah. Coba kalau tidak, kita akan tidur di tepi
percakapan terjadi antara Wasripin dan Mak angkatnya ketika masih hidup
mereka beruntung memiliki rumah meskipun jelek seperti itu, sebab hidup
72
73
mengandung lima jenis tindak ilokusi tersebut. Salah satunya yakni tuturan
antara Pak Modin dengan Wasripin sebagai berikut Minum dulu, Nak. Lalu
ketika Pak Modin meminta agar Wasripin minum dulu baru makan
kepada Wasripin yang baru sadar dari tidur panjangnya selama tiga hari.
Pak Modin selaku penutur memiliki maksud agar Wasripin minum dahulu
dengan Wasripin Coba baca ini! Wasripin mulai membaca Quran. Pada
selaku mitra tutur atas tuturannya. Mitra tutur melakukan tindakan yang
B. Saran
dengan kajian yang berbeda dari tindak tutur. Misal, kajian pragmatik yang
dari karya sederhana ini serta menambah wawasan baru bagi pembaca.
membaca serta bisa membandingkan penelitian ini dengan penelitian lain yang
sejenis sehingga didapatkan pengetahuan yang lebih luas mengenai tema dan
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Septa Dwi Wiki. 2015. Analisis Tindak Tutur Ilokusi dalam Bahasa
Jepang. Skripsi Sarjana (Tidak diterbitkan). Semarang: Universitas Negeri
Semarang. Http//lib.unnes.ac.id/22656
Niswati. 2013. Tindak Tutur dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas VII
SMP Ma’arif Pucuk. Skripsi Sarjana (Tidak diterbitkan). Lamongan:
Universitas Islam Darul Ulum.
Sari, Septy Silvia. 2012. Analisis Tindak Tutur Penjual dan Pembeli di Pasar
Satwa dan Tanaman Hias Yogyakarta (PASTY). Skripsi Sarjana (Tidak
diterbitkan). Yogyakarta: Universitas Negeri
Yogyakarta.eprints.uny.ac.id/8461/1/1-07210144035.pdf
Waldiyati, Cicik Arum. 2012. Tindak Tutur dalam Wacana Iklan Berbahasa
Indonesia di Radio Sunan Giri FM. Skripsi Sarjana (Tidak diterbitkan).
Lamongan: Universitas Islam Darul Ulum.