Anda di halaman 1dari 4

KISTA OVARII

A. Definisi
Kista ovarium adalah kondisi dimana ovarium terisi oleh material berupa cairan
ataupun semi cairan. Kista ovarium merupakan perbesaran sederhana ovarium normal,
folikel de graf atau korpus luteum atau kista ovarium dapat timbul akibat pertumbuhan dari
epithelium ovarium (Smelzer and Bare. 2002: 1556).
Kista ovarium merupakan suatu tumor, baik kecil maupun yang besar, kistik atau
padat, jinak atau ganas yang berada di ovarium. Dalam kehamilan, tumor ovarium yang
dijumpai paling sering ialah kista dermoid, kista coklat atau kista lutein. Tumor ovarium
yang cukup besar dapat menyebabkan kelainan letak janin dalam rahim atau dapat
menghalang – halangi masuknya kepala ke dalam panggul (Wiknjosastro, 2005).
B. Prevalensi
Kista ovarii ditemukan dengan deteksi Transvaginal Sonogram pada hampir semua
wanita dalam usia reproduksi dan lebih dari 18% pada wanita post menopause. Mayoritas
kasus kista ini terjadi secara fungsional alamiah dan jinak. Kista teratoma matur, atau
dermoid, merepresentasikan lebih dari 10% neoplasma ovarium. Kista ovarii adalah tumor
pada janin dan bayi yang paling sering terjadi, dengan prevalensi lebih dari 30%.
Insidensi karsinoma ovarii mendekati 15 kasus per 100.000 wanita per tahun. Di
US, karsinoma ovarii didiagnosis pada lebih dari 21.000 wanita setiap tahunnya yang
diperkirakan menyebabkan 14.600 kematian. Tumor ovarii paling ganas adalah kista
adenokarsinoma epitel ovarii.
Kista adenokarsinoma epitel ovarium adalah satu-satunya kista ovarium yang
memiliki predileksi ras. Wanita yang berasal dari utara dan barat Eropa dan Amerika Utara
terjangkit paling sering, sementara wanita dari Asia, Afrika, dan Amerika Latin terjangkit
paling sedikit.
Berdasarkan usia, insidensi terjadi pada usia 30 – 54 tahun dan terjadi paling tinggi
pada wanita kulit putih, diikuti dengan wanita Jepang, Hispanic, dan Filipina. Pada usia 55
– 69 tahun, angka insidensi tertinggi terjadi pada wanita kulit putih, diikuti dengan wanita
Hispanik dan Jepang. Usia 70 tahun ke atas, ranking tertinggi terjadi pada wanita kulit
putih, diikuti oleh turunan Afrika dan wanita Hispanik.
Kista ovarii fungsional dapat tejadi pada usia berapa pun namun seringnya terjadi
pada wanita di usia reproduktif. Kasus ini jarang terjadi setelah menopause. Kista luteal
terjadi ovulasi pada wanita usia reproduksi. Mayoritas kista neoplasma jinak terjadi pada
usia setelah menopause, dan dapat terjadi pada range usia yang sangat lebar.
Insidensi kista adenokarsinoma ovarii, tumor sex-cord-stromal, dan tumor
mesenkimal meningkat secara eksponensial dengan pertambahan usia hingga dekade ke-6
kehidupan, pada titik dimana insidensi mencapai plateu. Tumor dengan potensi maligna
rendah terjadi pada rata-rata usia 44 tahun, dengan range usia dari dewasa muda hingga
lansia.
C. Faktor Risiko
Faktor risiko untuk pembentukan kista ovarii termasuk beberapa hal di bawah ini:
1. Penatalaksanaan infertilitas – pasien yang diterapi dengan penatalaksanaan infertilitas
akan diinduksidengan gonadotropin dan berbagai zat lainnya seperti klomifen atau
letrozol, sehingga memungkinkan kista berkembang sebagai bagian dari sindrom
hiperstimulasi ovarii.
2. Tamoxifen – tamoksifen dapat menyebabkan kista ovarii fungsional jinak.
3. Kehamilan – pada wanita hamil, kista ovarii bisa terbentuk pada trimester kedua
dimana kadar HCG mencapai puncak.
4. Hipotiroidisme
5. Gonadotropin maternal – efek transplasenta dari maternal gonadotropin akan memicu
kista ovarii pada janin dan neonatal.
6. Merokok
7. Ligasi tuba ovarii
8. Riwayat keluarga
9. Pertambahan usia
10. Ras kulit putih
11. Infertilitas
12. Multiparitas
13. Riwayat kanker payudara
14. Mutasi gen BRCA
D. Etiologi
Etiologi dari kista ovarium sampai sekarang belum diketahui secara pasti akan tetapi dilihat
menurut klasifikasinya yaitu tumor ovarium nonneoplastik dan tumor ovarium neoplastik
jinak maka penyebab kista ovarium adalah sebagai berikut:
1. Tumor Nonneoplastik
Tumor nonneoplastik jinak disebabkan karena ketidakseimbangan hormon
progesteron dan estrogen.
a. Tumor akibat radang Termasuk disini abses ovarial, abses tubo-ovarial dan kista
tubo ovarial.
b. Tumor lain
1) Kista Folikel
Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak sampai berovulasi, namun tumbuh
terus menjadi kista folikel atau dari beberapa folikel primer yang setelah bertumbuh di
bawah pengaruh estrogen tidak mengalami proses atresia yang lazim melainkan menjadi
membesar menjadi kista.
2) Kista Korpus Luteum
Kista ini terjadi akibat perdarahan yang sering terjadi didalam korpus luteum, berisi
cairan yang berwarna merah coklat karena darah tua.
3) Kista Lutein
Kista ini biasanya bilateral dan menjadi membesar sebesar tinju. Tumbuhnya kista ini
adalah akibat dari pengaruh hormon koriogonadotropin yang berlebihan.
4) Kista Inklusi Germinal
Kista ini terjadi karena invaginasi dan isolasi bagian – bagian kecil dari epitel
germinativum pada permukaan ovarium.
5) Kista Endometrium
Belum diketahui penyebabnya dan tidak ada hubungannya dengan endometroid.
6) Kista Stein-Laventhal
Kista ini dikenal sebagai sindrom Stein-Laventhal dan kiranya disebabkan oleh
ketidakseimbangan hormonal.
2. Tumor Neoplastik Jinak
Tumor neoplastik jinak terdiri dari :
a. Tumor Kistik
1) Kistoma ovarii simpleks
Kistoma ovarii simpleks diduga kista ini adalah suatu jenis kistadenoma serosum yang
kehilangan epitel kelenjarnya berhubung dengan tekanan cairan dalam kista.
2) Kistadenoma Ovarii Musinosum
Asal kista ini belum pasti, menurut Mayer, mungkin kista ini berasal dari suatu
teratoma dimana dalam pertumbuhannya satu elemen mengalahkan elemen lainnya.
3) Kistadenoma Ovarii Serosum
Pada umumnya kista ini berasal dari epitel permukaan ovarium (germinal ephitelium).
4) Kista endometrioid
Kista ini tidak ada hubungannya dengan endometriosis ovarii.
5) Kista dermoid
Kista dermoid suatu teratoma kistik yang jinak dimana struktur- struktur ektodermal
dengan diferensiasi sempurna, seperti epitel terpapar zat kimia tertentu atau atau karena
radiasi, protoonkgen ini dapat berubah menjadi onkgen yaitu gen pemicu kanker (Ryta,
2008)

E. Patofisiologi
Banyak tumor tidak menunjukkan gejala dan tanda, terutama tumor ovarium yang
kecil. Sebagian besar gejala dan tanda adalah akibat dari pertumbuhan, aktivitas endokrin
dan kompikasi tumor – tumor tersebut.
1. Akibat pertumbuhan
Adanya tumor di dalam perut bagian bawah bisa menyebabkan pembenjolan perut.
Tekanan terhadap alat–alat disekitarnya disebabkan oleh besarnya tumor atau posisisnya
dalam perut. Apabila tumor mendesak kandung kemih dan dapat menimbulkan gangguan
miksi, sedang suatu kista yang lebih besar tetapi terletak bebas di rongga perut kadang –
kadang hanya menimbulkan rasa berat dalam perut serta dapat juga mengakibatkan
obstipasi, edema pada tungkai.
2. Akibat aktivitas hormonal
Pada umumnya tumor ovarium tidak mengubah pola haid kecuali jika tumor itu
sendiri mengeluarkan hormon.
3. Akibat komplikasi
a. Perdarahan ke dalam kista
Biasanya terjadi sedikit – sedikit sehingga berangsur – angsur menyebabkan
pembesaran luka dan hanya menimbulkan gejala –
gejala klinik yang minimal. Akan tetapi kalau perdarahan terjadi dalam jumlah yang
banyak akan menimbulkan nyeri di perut.
b. Putaran tangkai
Terjadi pada tumor bertangkai dengan diameter 5 cm atau lebih. Adanya putaran
tangkai menimbulkan tarikan melalui ligamentum infundibulopelvikum terhadap
peritoneum parietale dan ini menimbulkan rasa sakit.
c. Infeksi pada tumor
Terjadi jika di dekat tumor ada sumber kuman patogen. Kista dermoid cenderung
mengalami peradangan disusul pernanahan.
d. Robek dinding kista
Terjadi pada torsi tangkai, akan tetapi dapat pula sebagai akibat trauma, seperti
jatuh atau pukulan pada perut dan lebih sering pada saat persetubuhan. Jika, robekan kista
disertai hemoragi yang timbul secara akut, maka perdarahan bebas berlangsung ke uterus
ke dalam rongga peritoneum dan menimbulkan rasa nyeri terus menerus disertai tanda –
tanda abdomen akut.
e. Perubahan keganasan
Setelah tumor diangkat perlu dilakukan pemeriksaan mikroskopis yang seksama
terhadap kemungkinan perubahan keganasan. Adanya asites dalam hal ini mencurigakan,
adanya anak sebar (metastasis) memperkuat diagnosa keganasan.
(Wiknjosastro, 2005).
Kista dermoid adalah tumor yang diduga berasal dari bagian ovum yang normalnya
menghilang saat maturasi. Asalnya tidak teridentifikasi dan terdiri atas sel – sel embrional
yang tidak berdiferensiasi. Kista ini tumbuh dengan lambat dan ditemukan selama
pembedahan yang mengandung material sebasea kental, berwarna kuning, yang timbul dari
lapisan kulit. Rambut, gigi, tulang dan banyak jaringan lainnya ditemukan dalam keadaan
rudimenter pada kista ini. Kista dermoid hanya merupakan satu tipe lesi yang dapat terjadi.
Banyak tipe lainnya dapat terjadi dan pengobatannya tergantung pada tipenya(Smeltzer
and Bare, 2001).

F. Diagnosis
Berdasarkan guideline ACOG, Ultrasound Transvaginal adalah modalitas imaging
untuk asesmen suspek massa pelvis. Diagnosis definitive dari seluruh kista ovarii dibuat
berdasarkan analisis histologis. Setiap tipe kista memiliki karakteristik khasnya. Tes lab,
meskipun bukan sebuah diagnostic untuk kista ovarii, may aid in the diagnosis diferensial
kista dan pada diagnosis komplikasi terkait kista. Studi termasuk:
1. Urin Test
2. Darah Lengkap
3. Urinalisis
4. Swab endoserviks
5. Tes Biomarker serum
6. CA-125
7. USG
8. HCG, LDH, alpha fetoprotein, dan inhibin
G. Terapi

8/2/2018 https://emedicine.medscape.com/article/255865-print
https://emedicine.medscape.com/article/255865-print 9/30

Anda mungkin juga menyukai